yang menikmati pesta jamua tersebut hanyalah orang ang kurang sehat badanya yang
tidak menikmati lezatya makanan dipesta tersebut. Rosulullah SAW telah
menyatakan Al-Quran adalah sebuah hidangan dari Allah. Mari kita bertanya pada
diri kita masing-masing sudahkah kita dapat menikmati hidangan Allah ini.
Oleh karena itu untuk mengatasi keengganan menghafal Al-Quran harus
diciptakan terlebih dahulu cinta Al-Quran , cinta membacanya, mempelajarinya,
dan menghafalnya.
Problem ini terkadang juga dialami oleh orang yang sudah atau sedang
menghapal Al-Qurn, penghafal tiba-tiba merasa jenuh untuk meneruskan
hafalannya, bahkan banyak mereka yang putus ditengah jalan setelah mendapatkan
sekian juz, dan enggan untuk meneruskan hafalannya.
Hal ini juga dapat disebabkan oleh kurangnya kemauan keras ketika
menghafal. Penghafal yang mengalami futur
seperti ini biasanya dalam
menghafalkan didasari oleh emosi setelah tersentuh oleh taujih tentang indahnya
menghafal Al-Quran atau karena ikut-ikutan atau karena terikat oleh sebuah
peraturan.
Oleh karena itu kepada calon penghafal sebelum terjun menghafal perlu
melihat kembali sampai dimana azam (keinginan) dalam menghafal. Calon penghafal
dapat melihat kemauannya dalam menghafal dalam dua hal ini. Pertama,
kecintaannya dalam membaca Al-Quran.
Calon penghafal baru dapat dikatakan berbakat menghafal, kalau sehari-hari
minimal dapat menyelesaikan 1 juz. Lebih ideal kalau lebih dari itu. Calon
penghapal dalam membaca Al-Qurn bukan lagi terikat oleh suatu peraturan atau
perintah seseorang, namun bacaan yang ia lakukan semata-mata karena
kesenangannya bahkan sudah menjadi hobinya. Kedua, keistiqomahaannya dalam
menghatamkan Al-Qurn.
Calon penghafal harus sudah dapat menunjukkan bahwa dirinya mampu
beristiqomah dalam menghatamkan Al-Qurn. Sesekali ian menghatamkan 30 juz
dalam kurun waktu sebulan, sesekali ia perlu mencoba menghatamkannya dalam
waktu 20 hari, sesekali ia perlu mencoba menghatamkannya dalam waktui 10 sampai
1 minggu. Kalau setiap muslim yang tidak menghafal saja sangat dianjurkan untuk
menghatamkan Al-Qurn pada setiap bulan apalagi bagi calon penghafal.
Dua hal ini merupakan modal yang paling penting bagi calon penghafal.
Modal inilah yang akan menjadikannya sebagai penghafal yang haqiqi, bukan
penghafal yang kemudian membiarkan hafalannya menguap dan hilang dari
ingatannya. Bagi mereka yang sudah pernah menghafal maka akan memaklumi
bahwa menghafal ternyata lebih mudah daripada menjaga hafalan agar terus berada
diingatan. Dari fenomena ini dapat dikatakan bahwa hafalan adalah pengulangan,
artinya hakekat timbulnya hafalan bukan hanya karena penghafal itu telah
memperdengarkan hafalannya kepada seorang hafidz, namun timbulnya hafalan
selain karena diatas yang paling dominan adalah karena seringkalinya diulang terus
menerus. Dan kesiapan seseorang dalam mengulang-ulang hafalannya sangat
tergantung oleh dua hal tersebut diatas
3. Problem Lupa
Lupa ketika menghafalkan Al-Qurn sering menjadi hambatan dalam
menghafal. Berapa banyak orang yang takut menghafal karena khawatirnya lupa, dan
berapa banyak orang yang sedang menghafal kemudian mengalami futur (patah
semangat), kemudian ia tidak sanggup meneruskan hafalannya.
Dalam masalah ini calon penghfal harus memahami hakekat lupa dalam
menghafal Al-Qurn sehingga masalah ini tidak menjadi penghambat. Perlu
dipahami bahwa Al-Qurn mempunyai cirri khas mudah dihafal, liaht Al-Qurn
54:17 dan mudah hilang dari ingatan, lihat sabda Rasulullah SAW:
Demi jiwa Muhammad yang ada ditanganNya, Al-Qurn lebih cepat
hilangnya dari unta yang ada dalam ikatannya(Muttafaqun laihi).
Dari dua cirri ini dapat ditarik kesimpulan bahwa lupa dalam menghafal ada dua
macam.
1. Nisyam mdi
Artinya lupa yang disengaja atau lupa yang terjadi karena penghafal tidak mau
melakukan pengulangan terhadap ayat-ayat yang telah dihafal. Lupa seperti ini
dianggap maksiat karena penghafal telah melakukan Hajrul Quran, artinya
meninggalkan Al-Quran. Allah SWT berfirman :
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanku (Al-Quran) maka
baginya kehidupan yang sempit. (Q.S. 20:124).
Sebagian Mufassirin menafsirkan kata Arada melupakan ayat-ayat yang
telah dihafal dengan sengaja. Rasululloh SAW bersabda.
Ditampakkan kepadaku pahala-pahala ummatku, bahkan sampai kepada seseorang
yang mengeluarkan kotoran dari masjid, dan ditampakkan dosa-dosa ummatku,
maka aku tidak melihat dosa yang paling besar ari pada sebuah surat atau ayatAlQurn yang telah dihafal oleh seseorang kemudiania melupakannya. (HR Ibnu Abi
Dawud).
2. Nisyam Aridli
Lupa yang terjadi pada seorang penghafal Al-Qurn setelah ia melakukan
pengulangan yang sudah cukup banyak. Lupa inilah yang ditolelir oleh syariat,
kadang-kadang lupa seperti ini jarang dipahami oleh penghafal Al-Qurn. Terkadang
ia tidak sadar bahwa lupa yang dialami hanyalah karena belum waktunya ayat-ayat
itu tertanam dalam otaknya walaupun ia sudah banyak mengulanginya, keadaan
seperti ini kalau tidak disadari sering menjadikan penghafal akan merasa kesal
dengan hafalannya bahkan sama pada tingkat ia enggan menerusakan hafalannya.
Lupa seperti ini sebenarnya pernah juga dialami oleh Rasulullaoh SAW ketika suatu
saat lupa akan suatu ayat kemudian beliau mendengar ayat itu dari seseorang yang
membacanya pada waktu malam, Rasululloah SAW bersabda :
Semoga Allah merahmati fulan yang telah mengingatkan aku suatu ayat dari surat
Al-Qurn yang telah dihilangkan dari ingatanku. (HR Muslim)
Kalau kita melihat dua hadist Rasulullah SAW : Ulangilah bacaan Al-Qurn.
Jagalah Al-Qurn (Muttafaqun Alaihi).
Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sebuah hafalan baru akan tertanam
dalam ingatan dan tidak mudah menguap dari ingatan, setelah banyak diulang dan
dibaca. Hal ini sesuai dengan kelanjutan hadist diatas bahwa tanpa pengulangan
yang banyak, ia diumpamakan bagai unta yang cepat lepas dari tali ikatannya.
4. Belum Memasyarakat
Banyak para penghafal Al-Qurn setelah selesai menghafal merasa tidak
mempunyai motivasi baru untuk menjaga hafalannya, sehingga ayat-ayat yang
sedemikian banyaknya itu menguap begitu saja dari ingatannya. Kasus lain banyak
juga orang-orang yang merasa tidak tertarik untuk menghafalkan Al_Qurn
walaupun hanya satu juz sementara ia tahu betapa tingginya nilai yang terdapat
dalam hifdzl Qurn.
Keadaan seperti ini dapat juga disebabkan karena Hifdzul Qurn belum
memasyarakat. Kasus diatas mungkin tidak ada teman seperjuangan yang
menemaninya. Dibandingkan menghafal Al-Qurn dirumah akan lebih bersemangat
jika dilakukan disebuah pesantren tahfidzul Qurn karena menghafal disini
mendapatkan teman dan juga dapat saling membantu dalam menghafal.
Hakikat inilah yang menyebabkan orang-orang yang berpegang teguh terhadap Din
mendapat pahala seperti lima puluh orang sahabat ketika Rasulullah SAW ditanya
sebabnya, Rasul menjawab : Karena kalian (para sahabat) mendapatkan teman
(orang-orang yang sejalan) dan mereka (orang-orang pada akhir zaman) tidak
mendapatkan teman (yang sejalan).
Hadist ini dengan jelas menegaskan betapa apabila suatu hal itu sudah
memasyarakat maka akan memudahkan baik orang untuk melakukannya. Ditempattempat yang sudah memasyarakatkan hifdzul Qurn maka kita akan mendapatkan
ratusan huffadzul Qurn dan terus bertambah setiap tahunnya. Keadaan seperti ini
dapat kita lihat dibeberapa daerah di Jawa Timur seperti Surabaya, Jombang,
Probolinggo dan lain-lain. Di daerah tersebut kita akan temui ratusan hiffadzul
Qurn dan puluhan pesantren hifdzul Qurn. Bahkan mereka setahun sekali
berkumpul disuatu masjid untuk mengadakan pengulangan hafalan secara
berjamaah.
Inilah contoh kecil ketika hifdzul Qurn sudah memasyarakat. Kalau kita
kembali kepada sejarah, keadaan seperti ini terjadi dalam kehidupan kaum muslim
terdahulu. Bahkan hifdzul Qurn dijadikan program didikan putera puterinya dan
merupakan sesuatu yang pertama kali dihafal sebelum pelajaran atau pengetahuan
lainnya.
Untuk memasyarakatkannya maka perlu dibentuk sebuah lembaga tahfidzul
Qurn yang akan mencetak
Tidak dianggap iri hati kecuali dalam dua hal, seseorang yang diberi AlQuran oleh Allah kemudian mengamalkannya sepanjang malam dan siang,
dan seseorang yang diber harta oleh Allah kemudian membelanjakannya
sepanjang malam dan siang. (Muttafaqun alaihi).
Pensyarah kitab Riyadhus Shalihin berkata : Yang dimaksud hadist ini,
adalah ,menginginkan hafalan yang dimiliki seseorang selalu dibacanya.
4. Hifzhul Qurn menghidupkan jiwa dan ruh seseorang. Rasulullah SAW
bersabda Sesungguhnya orang yang hatinya tidak ada sedikitpun hafal AlQurn seperti rumah yang kosong dari penduduk dan berkahnya. (HR
Turmidzi).
Hadist ini menjelaskan pentingnya menghafalkan Al-Qurn, walaupun tidak
secara keseluruhan, karena penghafal Al-Qurn jiwanya penuh dengan berkah
dan kebaikan.
5. Penghafal Al-Qurn mendapatkan derajat tinggi disisi Allah SWT. Rasulullah
SAW bersabda : Akan dikatakan kepada penghafal Al-Qurn (pada hari
qiamat): Bacalah Al-Qurn ini dengan indah sebagaimana kamu membaca
di dunia dan naiklah,karena sesungguhnya kedudukamu sesuai dengan akhir
ayat yang kamu baca.(HR Abu Daud)
Hadist ini menjelaskan, bahwa penghafal Al-Qurn mempunyai derajat di
surga Allah, yang sesuai dengan jumlah hafalannya.
Hukum Menghafal Al-Qurn
Para ulama menjelaskan bahwa hukum menghafalkan Al-Qurn wajib
kifayah, yang berarti apabila sebagian orang sudah melakukannya maka gugurlah
kewajibannya kepada yang lain hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemuttawatiran
riwayatnya, dan menjaga agar tidak terjadi perubahan dari tangan-tangan kotor.
Adapun menghafal Al-Qurn yang berkaitan dengan syarat sahnya shalat,
maka hukumnya fardhu in bagi setiap muslim, seperti misalnya menghafal surat AlFatihah. Hadist Rasulullah menerangkan, Tidak sah shalat orang yang tidak
membaca surat Al-Fatihah. (HR Bukhari)
Metode Menghafalkan Al-Qurn
Hampir tidak dapat ditentukan sebuah metode yang khusus untuk menghafal
Al-Qurn, karena hal ini kembali kepada selera penghafal itu sendiri. Namun ada
beberapa metode yang lazim dipakai oleh para penghafal Al-Qurn.
1. Metode Fahmul Mahfuzh artinya, sebelum ayat-ayat itu dihafal, penghafal
dianjurkan untuk memahami makna setiap ayat, maka ketika menghafal, penghafal
merasa faham dan sadar terhadap ayat-ayat yang diucapkannya, membacanya tampa
melihat mushaf.
2. Metode Tikrorul Mahfuzh artinya, penghafal mengulang-ulang ayat yang dihafal
sebanyak-banyaknya, dapat dilakukan dengan mengulang satu ayat sekaligus atau
sedikit demi sedikit sampai dapat membacanya tampa melihat mushaf. Cara ini
biasanya sangat cocok bagi yang mempunyai daya ingat lemah, karena tidak
memerlukan pemkiran yang berat. Penghafal biasanya lebih banyak terkuras
suaranya.
3. Metode Kitabul Mahfudz artinya, penghafal menulis ayat-ayat yang dihafal
diatas sebuah kertas. Bagi yang cocok dengan metode ini, biasanya dengan
menuliskannya, ayat-ayat itu akan tergambar dalam ingatannya.
4. Metode Istimiatul Mahfudz artinya, penghafal diperdengarkan ayat-ayat yang
akan dihafal secara berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya sendiri tampa
melihat mushaf. Fungsi mushaf nantinya hanya untuk mengisyaratkan kalau terjadi
kelupaan. Metode ini biasanya sangat cocok bagi tuna netra atau anak-anak. Sarana
mempedengarkan dapat dengan kaset atau orang lain.
Selain metode-metode ini ada beberapa hal yang membantu untuk dapat
mempermudah menghafal,
1. Memilih waktu yang tepat, yaitu selesai melakukan shalat subuh, karena pada
waktu ini pikiran kita masih bersih.
2. Memulai hafalan dari juz 29 atau 30, dengan harapan seorang penghafal
motivasinya dapat ditumbuhkan untuk menghafal terus. Pada juz ini, ayat-ayatnya
pendek dan mudah untuk diucapkan.
3. Menggunakan mushaf pojok (mushaf yang setiap halamannyaditutup dengan akhir
ayat). Diaharpkan dengan mushaf ini memudahkan penghafal dalam mengingat
lafdzh-lafadzh yang ada dalam setiap pojokatas disetiap halaman.
Menjaga Hafalan
Jangan dikira apa yang sudah kita hafalkan, akan terus ada diingatan kita.
Merupakan cirri khas bahwa Al-Qurn dihafal dan mudah menguap dari ingatan. Hal
ini dijelaskan oleh Allah dan Rasulnya .
Dan sungguh telah kami mudahkan (Al-Qurn itu) menghafalnya, maka adakah
orang yang mengambil pelajaran ?(QS 54:17)
Bersabda Rasulullah SAW :
Jagalah Al-Qurn itu (dengan banyak membaca), demi AllahAl-Qurn lebih cepat
hilangnya daripada onta dalam ikatannya. (muttafaqun laih).
Apa yang diterapkan ustadz Abdul Aziz sekarang ini adalah proses
pengulangan yang pernah di praktekkan oleh kaum salaf. Contohnya, Imam Syafi
bermulazamahdengan Imam Malik. Imam Ahmad dengan Imam Syafi. Murid itu
betul-betul belajar dengan sungguh-sungguh, beda dengan sistem pendidikan yang
sekarang banyak diterapkan. Kalau sistem pendidikan sekarang, menurut ustaz
Abdul Aziz lebih mengutamakan nilai-nilai materi dan melupakan nilai hubungan
batin antara pengajar dan orang yang diajar.
Metode mulazamah tidak mengenal batasan usia. Bahkan manhaj ini tidak
mengenal suatu yang mustahil, misalnya masalah bakat seseorang atau sebagainya.
Jadi, tidak ada istilah terlambat untuk mencoba belajar dengan cara seperti ini.
Kendati tidak bisa berbahasa arab, karena mulazamah itu berbentuk kelompok kecil.
Sehingga perhatian guru dan murid pun memusat lebih serius. Kalau klasikal, tiga
puluh sampai empat puluh orang, tidak bisa terpantau siapa yang sudah faham atau
belum.
Jadi kalau ada sekolah yang membuat program full day, jam pelajaran yang
digunakan terlalu lama. Buat saja seperti sekolah biasa, dari pagi sampai siang.
Selesai sekolah dan istirahat baru mereka belajar mulazamah dengan seorang
ustadz.
Lingkungan sehat seperti desa tempat ustadz Abdul Aziz di besarkan memang
sangat menguntungkan bagi perkemabangannya. Tentu saja itu semua tidak cukup
tampa peran orang tua dalam menanam saham pendidikan. Orang tua saya rajin
tilawah, mereka merasakan nikmatnya wirid tilawah itu. Secara tidak langsung
berpengaruh terhadap diri saya. Mereka berdua tidak ahafal al-Qurn tapi setiap hari
membaca al-Al-Qurn minimal 1 juz. Sehingga kami cukup terpengarauh oleh
suasana seperti ini.
Ketika di tanya ihwal kiat mendidik anaknya, ustadz Abdul Aziz merasa
bahwa tantangan dari luar itu yang lebih berat. Pengkondisian yang dilakukan di
rumah kadang dipengaruhi oleh lingkungan di luar. Tapi ia dan isterinya yakin
bahwa dengan memberi contoh nyata dalam berinteraksi dengan al-Qurn akan
membuahkan hasil, meski untuk itu mereka tidak menentukan target waktu.
Saya tidak memaksa anak untuk menghafal al-Qurn sejak dini, tergantung
muyulnya (kecenderungannya). Saya tidak mentargetkan usia berapa ia harus
menghafal. Tetapi Insya Allah dengan pengkondisian anak-anak akan dapat
menghafal. Ketika mereka melihat kita, minimal akan tumbuh kesadaran ber AlQurn.
Apalaah artinya hafal pada usia dini tetapi tidak dapat dipertahankan.
Menghafal itu bukan berarti anak bisa membaca tampa melihat al-Qurn. Sebab
menghafal pada jamah salaf dahulu itu tujuannya agar mereka bisa melakukan
wiridan dengan al-Qurn. Bukan sekedar membaca tampa melihatnya. Tapi sekali
lagi mewiridnya.
Menurut ustadz Abdul Aziz apalah artinya hafalan tampa mewiridnya. Lebih
baik orang yang tidak hafal tapi rajin tilawahnya. Nenek-nenek kita yang sering ke
musholla itu tidak menghafal al-Qurn tetapi sering mereka mewirid surat-surat
tertentu : Yasiin, Al-Kahfi, Al Mulk, akhirnya mereka hafal. Kalau menghafal itu
tujuannya untuk melafalkan al-Qurn tampa melihat, itu musibah. Sebab, banyak
orang yang belajar di Fakultas Syariah, mereka harus menghafal minimal 8 juz, tapi
selesai kuliah, 8 juz itu hilang.
Melihat fenomena adanya orang tua yang memondokkan anak mereka
untuk menghafal al-Qurn, ustadz Abdul Aziz menyarankan agar orang tua tidak
memaksakan kehendaknya kepada anak untuk menghafal al-Qurn.
Jangan sampai menghafal al-Qurn itu jadi keinginan orang tua. Sementara
anaknya tidak di persiapkan mengapa dia harus menghafal. Sembayang paling
penting adalah menumbuhkan kesadaran, etos menghafal.
Selama ini ustadz Abdul Aziz melihat fenomena banyaknya anak kecil yang
dipersiapkan menghafal, tapi tidak ditumnbuhkan kesardan menghafal. Maka ketika
dewasa tidak ada ruh al-Qurnnya. Jadi Cuma bisa sekedar melafadzkan saja. Hafal
sih hafal tapi ruh al-Qurnnya tidak kelihatan, tidak memberi daya tarik kepada
orang betapa nikmatnya menghafal itu. Papar ustadz asal Surabaya.
Ada teman saya menghafal sambil nangis-nangis karena takut sama orang
tua. sebab, ketika mendengarkan hafalan anak orang tuanya memegang rotan dan
kalau tidak hafal di cambuk. Kasus seperti ini menurut ustadz Abdul Aziz
seharusnya tidak perlu diteruskan. Bisa saja orang itu hafal, tapi hasilnya tidak akan
sebaik apabila orang itu menghafal dengan kesadaran. Sebab segala sesuatu yang
dipaksakan hasilnya akan tidak baik. Kendati tidak dipungkiri hasil dari belajar
model tersebut ada hasilnya juga. Namun, saying jika hasilnya tidak berdampak pada
kejiawaan seseorang, apalagi akan berdampak kepada amaliaahnnya.
Sekarang kesibukan ustadz yang di kenal ramah ini bertambah lagi temantemannya yang aktif di Partai Keadilan mengamanahkan jabatan kepada ayah empat
orang putera-puteri ini. Tidak tanggung-tanggung, jabatan yang diberikan Ketua
Dewan syariah Partai di tingkat wilayah atau setingkat propinsi. Berarti, sang
pemangku jabatan harus bertanggungjawab mengawasi jalannya partai agar tidak
melanggar rambu-rambu syariah. (agama, red). Jabatan yang disandangnya itu
sanagat mempengaruhi identitas partainya yang menyatakan sebagai partai dawah.
SHALAT
3. Nafl
ShalatNafl adalah selain shalat-shalat mauakkadah, dan selain shalatshalat sunnah tidak muakkadah, yaitu shalat mutlak lain yang dikerjakan
dimalam hari, dan siang hari.
Syarat-syarat Shalat
1. Syarat-syarat wajibnya Shalat
1)
2.
Berakal, jadi shalat tidak diwajibkan kepadsa orang gila, karena Rasulullah
Shallalahu Alaihi wa Sallam Bersabda,
Pena diangkat dari tiga orang: dari orang tidur hingga orang bangun, dari
anak kecil hingga ia bermimpi, dan dari orang gila hingga ia
berakal.(Diriwayatkan Abu Daud dan Al-Hakim yang men- shahih kannya).
3.
Baligh, jadi shalat tidak diwajibkan kepada anak kecil sehingga baligh,
karena Rasulullah SAW, bersabda sebagaimana sabdanya diatas.
Hanya saja anak kecil harus tetap diperintahkan shalat agar ia menyukainya,
karena Rasulullah SAW bersabda,
Suruh anak-anak kalian mengerjakan shalat jika mereka mencapi usia tujuh
tahu, pukullah mereka jika tidak mengerjakannya pada usia sepuluh atahun dan
pisahkan mereka
menghasankannya).
di
kamar
tidurnya.
(HR
At-Tirmidzi
dan
ia
4.
Waktunya telah tiba. Jadi shalat tidak diwajibkan sebelum waktunya tiba,
karena dalil-dalil berikut :
Firman Allah Tala,
Maka dirikanlah shalat, seseungguhnya shalat adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.(An-Nisa 103)
Malaikat jibril turun kemudian mengajari Rasulullah SAW waktu-waktu shalat.
Malaikat jibril berkata kepada beliau, Berdirilah dan shalatlah! Rasulullah
SAW pun mengerjakan shalat Dzuhur ketika matahari telah bergeser dari tengahtengah langit. Pada waktu Ashar, malaikat jibril datang lagi kepada Rasulullah
SAW berkata. Berdirilah dan shalatlah! Rasulullah SAW pun mengerjakan
shalat ashar ketika bayangan segala sesuatu persis seperti aslinya. Pada waktu
shalat maghrib, Malaikat Jibril datang lagi kepada Rasulullah SAW berkata
kepada beliau, Bverdirilah dan Shalatlah!Rasulullah SAW pun mengerjakan
shalat maghrib ketika matahari telah terbenam. Ketika waktu Isya telah tiba,
Malaikat Jibril datang lagi kepada Rasulullah SAW dan berkata kepada beliau,
Berdirilah dan shalat! Rasulullah SAW pun mengerjakan shalat Isya ketika
sinar merah matahari telah hilang. Ketika fajar telah terbit Malaikat jibril datang
lagi kepada Rasulullah SAW dan berkata kepada beliau, Berdirilah dan
shalatlah! Rasulullah SAW pun mengerjakan shalat subuh ketika fajar telah
menyingsing. Keesokan harinya malaikat jibril pun datang lagi kepada
Rasulullah SAW memerintahkan hal yang sama kepada beliau. Setelah itu,
Malaikat Jibril berkata, Waktu shalat ialah diantara kedua waktu tesebut. (HR
Ahmad dan Nasai.)
5.
Bersih dari darah haid, dan darah nifas, jadi shalat tidak diwajibkan kepada
wanita yang sedang menjalani masa haid dan wanita yang menjalani masa nifas,
hingga kedua bersih dari kedua darah tersebut, karena Rasulullah SAW
bersabda : Jika masa haid tiba, maka tinggalkanlah shalat.(Muttafaq Alaih).
2. Syarat-syarat Sahnya Shalat
1.
Besih dari hadas kecil, maksudnya dengan wudhu, dan bersih dari hadas besar
maksudnya dengan mandi jinaba, serta bersih dari kotoran, maksudnya najis baik
itu dipakaian atau di badan, atau di tempat shalatnya, karena Rasulullah SAW
bersabda,
Allah tidak menerima shalat tampa bersuci. (HR Muslim).
2.
3.
Menghadap Kiblat, Sebab shalat tidak sah tanpa menghadap kiblat, karena
Allah tala berfirman,
Dan dimana saja kalian berada palingkanlan muka kalian kearahnya. (Surat
Al Baqarah: 144)
Hanya saja orang yang tidak bisa menghadap kiblat karena takut, atau sakit, atau
karena sebab lain, maka syarat menghadap kiblat gugur dari padanya. Musafir di
perbolehkan pindah arah diatas kendaraannya sesuai dengan kemana kendarannya
mengarah, kearah kiblat atau tidak, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
shlat diatas hewan kendaraannya dalaam kepulanggannya dari mekkah ke
madinah kemanalun hewan kendaraannya mengarah. (HR Muslim)
1. Berdiri pada shalat wajib bagi orang yang mampu berdiri. Jadi shalat wajib
tidak sah dengan duduk bagi orang yang mampu berdiri, karena dalil-dalil
berikut :
Firman Allah tala,
Berdirilah karen Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.(al Baqoroh :
238).
Sabda Rasulullah SAW,
Shalatlah dengan berdiri. Jiak engkau tidak bisa berdiri maka dengan
duduk, jika engkau tidak bisa duduk, maka dengan berbaring. (HR Al
Bukhari)
2. Niat, yaitu keinginan hati untuk menunaikan shalat tertentu, karena
Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya semua amal perbuatan itu harus dengan niat.
3. Takbiratul ihram dengan mengatakan, Allahu Akbar, karena Rasulullah
SAW bersabda,
Kunci shalat ialaah bersuci, pengharamannya adalah takbir, dan
penghalalnya ialah salam. (HR Abu Daud dan At- Tirmidzi. Al-Hakim
menshahihkan hadist ini).
4. Membaca surat Al-Fatihah, karena Rasulullah SAW bersabda,
Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah. (HR
Bukhari)
Hanya saja, kewajiban membaca surat al-Fatihah menjadi gugur bagi
makmum jika imammembacanya dengan Jahriyah (suara keras), karena ia
diperinyahkan diam terhadap bacaan imam berdasarkan firman Allah tala,
Dan apabila dibacakan al-Qurn maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kalian mendapat rahmat.(Al-Araf :204)
Rasulullah SAW bersabda,
Jika imam telah bertakbir, maka takbirlah kalian, dan jika ia telah
membaca maka, diamlah kalian. (HR Muslim).
Jika imam membaca surat al-Fatihah dengan sirriyah(tidak keras), maka
makmum wajib membacanya.
5. Ruku
6. Mengangkat kepala dari ruku, karena Rasulullah SAW, bersabda,
Kemudian rukulah engkau hingga ia tenang dalam keadaan ruku,
kemudian angkat kepalamu hingga engkau berdiri dalam keadaan tegak.
(HR Bukhari )
7. Sujud.
rakat pertama shalat Ashar, dua rakat pertama Shalat Maghrib dan dua
rakat pertama Shalat Isya, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
mwmbaca ummul kitab (al- Fatihah) dan dua surat pada shalat Dzuhur,
dan pada dua rakat berikutnya dengan ummul kitab (al-Fatihah saja).
Kadang kadang beliau mempedengarkan al-Qurn kepadfa para sahabat
(dalam shalatnya). (Muttafaq Alaih).
2. Membaca, samiallahu liman hamidah, rabbana lakal hamdu (Allah
mendengar orang yang memujinya, wahai tuhan kami bagiMu segala
pujian), bagi imam atau orang yang shalat sendirian dan membaca,
rabbana lakal hamdu, bagi makmum, karena Abu Hurairah ra berkata
bahwa rasulullah SAW membaca, samillahu liman hamidah, ketika
mengangkat punggungnya dari ruku kemudian beliau berkata ketika telah
berdiri, rabbana lakal hamdu. (Muttafaq Alaih).
Juga karena Rasulullah SAW bersabda,
Jika imam berkata, allah mendengar orang yang memuji-Nya.maka
katakan, ya allah tuhan kami untuk-Mu segala pujian.(Diriwayatkan
Muslim)
3. Membaca, Subhaana rabbiyal adzim(maha suci allah Yang Mahaagung,
ketika ruku, dan membaca Subhaana rabbiayal ala (MaHA Suci Allah
Yang maha Tinggi),ketika sujud, karena ketika ayat berikut turun kepada
Rasulullah SAW, Sucikan nama Tuhanmu Yang Mahaagung,maka
beliau bersabda, Jadikan bacaan tersebut di ruku kalian. dan ketika
ayat berikut turun, Sucikan Nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, maka
Rasulullah SAW bersabda, Jadikan bacaan tersebut di sujud kalian,( Di
riwayatkan Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang baik).
4. Takbir kepindahan dari berdiri ke sujud, dari sujud ke duduk, dan dari
duduk ke berdiri, karena hal tersebut dilakukan Rasulullah SAW.
5.Tasyahud awal, tasyahud kedua, dan duduk untuk keduanya
6. Doa Tasyahud ialah,
Salam sejahtera, shalawat, dan kebaikan untuk Allah, salam, rahmat
Allah, dan keberkahan-Nya atasmu, hai Nabi. Juga salam atas kami, dan
hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adaalh hamba hamba Allah dan
utusannya.(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).
7. Membaca Al-Fatihah, dan surat denga suara keras pada shalat-shalat
jahriyah, yaitu di dua rakat pertama shalat maghrib,, dua rakat pertama
shalat isya, dan dua rakat shalat subuh. Selain itu pada rakat-rakat
tersebut al-fatihah dan surat dibaca dengan pelan.
8 Membaca al-fatihah, dan surat al-Qurn dengan pelan di shalat-shalat
sirriyah.
Ini pada shalat-shalat wajib. Adapun di shalat-shlat sunnah, maka
sunnahnya ialah membaca al-fatihah dan surat al-Qurn dengan pelan di
shalat-shalat sunah yang di kerjakan di siang hari, dan di baca dengan
keras pada shalat-shalat sunnah yang dikerjakan dimalam hari, terkecuali
jika seseorang khawatir bacaannya dengan keras itu mengganggu orang,
maka ia di sunnahkan membacanya dengan pelan.
9. Mendoakan Rasulullah SAW pada tasyahud akhir. Jadi setelah membaca
tasyahud akhir, seseorang membaca,
Berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau
memberkahi ibrahim dan keluarganya, Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji dan Mahmulia.(Diriwayatkan Muslim)
Adapun sunnah-sunnah yang tidak muakkadah adalah sbb:
1) Doa Istiftah, yaitu doa
Maha suci engkau Ya Allah dengan memuji-Mu, nama-Mu mulia,
keagungan-Mu amat tinggi, dan tidak ada tuhan yang berhak di
sembah kecuali engkau.(Diriwayatkan Muslim).
2) Membaca istiadzah (adzu billahi minnasyasyaithanir rajim) pada
rakat pertama, dan basmalah dengan suara pelan pada setiap rakat,
karena Allah SWT berfirman,
Apabila kamu membaca al-qurn, hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.(An-Nahl :
98)
3) Mengangkat kedua tangan hingga dekat dua pundaknya
ketika
takbiratul ihram, ruku, berdiri dari ruku, dan berdiri setelah rakat
kedua, Karena Abdullah bin Umar ra berkata, Jika Rasulullah SAW
berdiri untuk shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga dekat
dengan kedua pundaknya, kemudian bertakbir. Jika beliau ingin ruku,
beliau mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan jika ingin
mengangkat kepalanya dari ruku maka mengangkat kedua tangannya
seperti itu sambil berkata, Samillahu liman hamidah, rabbana lakal
hamdu (allah mendengar siapa saja yang memuji-Nya, wahai Tuhan
kami, segala pujian bagi-Mu.(Muttafaq alaih).
8)
9)
10)
11)
Jika salah seorang dari kalian berdiri untuk shalat ,maka sesungguhnya
rahmat menghadap kepadanya. Oleh Karena itu, ia janganmengusapnya.
(HR.Abu Daud dan At-Tirmidzi dengan sanad baik).
Sabda Rasulullah SAW,
Jika engkau ingin melakukannya, maka sekali saja. (HR. Muslim).
7). Bermain, dan mengerjakan apa saja yang melupakan shalat, dan menghilagkan
kekhusyukan, misalnya bermain-main dengan jenggot, atau bermain dengan
pakaian, atau melihat hiasan didinding, dsb, karena Rasulullah SAW bersabda,
Tenanglah kalian dalam shalat. (HR. Muslim).
8). Membaca surat ketika ruku, atau sujud, karena Rasulullah SAW bersabda,
Aku dilarang untuk membaca Al-Quran ketika ruku , dan sujud. (HR.
Muslim).
9). Menahan buang air kecil, atau buang air besar.
10). Shalat didepan makanan, karena Rasulullah SAW bersabda,
Tidak (sah) shalat didepan makanan, dan bagi orang yang menahan dua
kotoran (buang air kecil, dan buang air besar).
11). Duduk dengan berjongkok, atau menjulurkan kedua lengan kebawah, karena
Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW melarang duduk seperti dudukny syetan
(berjongkok), dan melarang seseorang menjulurkan kedua lengannya kebawah
seperti binatang buas. (HR. Muslim).
4. Pembatal-pembatal Shalat
Pembatal-pembatal shalat ialah hal-hal sebagai berikut :
1). Meninggalkan salah satu rukun shalat jika pelakunya tidak mengulanginya
ketika shalat, atau tidak lama setelah shalatnya, karena Rasulullah SAW bersabda
kepada orang yang shalat dengan tidak benar dengan meninggalkan thumaninah
dan Itidal yang merupakan rukun shalat,
Shalatlah lagi, karena engkau belum shalat. (HR. Muslim)
2). Makan, atau minum, karena Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya dala shalat terdapat kesibukan. (Muttafaq Alaih).
3). Perkataan yang tidak ada relevansinya dengan shalat, karena Allah Taala
berfirman,
Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu. (Al Baqarah:238).
Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya shalat ini tidak layak didalamnnya sesuatu dari percakapan
manusia. (HR. Muslim).
4).
5).
6).
7).
Dasar sujud sahwi ialah sabda, dan perbuatan Rasulullah SAW. Beliau pernah
salam seteah shalat dua rakaat, kemudian diberi tahu tentang hal tersebut. Beliau
pun kembali ke posisi shalat, menyempunaka shalatnya, dan sujud setelah salam.
(HR. At-Tirmidzi).
Rasulullah SAW pernah berdiri dari rakaat kedua tanpa tasyahhud, kemudian
beliau sujud sebelum salam, dan bersabda,
Jika salah seorang dari kalian ragu-ragu dalam shalatnya, ia tidak tahu
sudah shalat tiga rakaat atau empat rakaat ?Maka hendaklah ia membuang
keragu-raguannya dan hendaklah ia membangun berdasarkan apa yang ia
yakini, kemudian sujudlah dua sujud sebelum salam. Jika ia telah shalat lima
rakaat, ia menggenapkan shalatnya. Jika ia telah shalat empat rakaat,
maka itu membuat marah syetan. (Muttafaq Alaih).
Ada pun orang yang lupa dibelakang imam dalam arti ia sebagai makmum,
maka ia tidak wajib melakuka sujud sahwi menurut sebagian besar ulama. Terkecuali
jika imamnya lupa, maka ia sujud bersamanya karena ia harus mengikuti imam, dan
karena keterkaitan shalatnya dengan shalat imam. Para sahabat pernah sujud bersama
Rasulullah SAW ketika beliau lupa dan sujud. (HR. Muslim).
Tata Cara Shalat
Cara shalat adalah sebagai berikut :
Jika waktu shalat telah tiba seorang muslim berdiri dalam keadaan suci,
menutup aurat, mengahadap kiblat, dan melakukan iqamah. Jika iqamah telah
selesai, ia angkat kedua tangannya hingga dekat dengan pundaknya dengan berniat
mengerjakan shalat sembari berkata,Allahu akbar. Kemudian ia letakkkan tangan
kanannya diatas tangan kirinya diatas dada, membaca iftitah sambil
berkata,Bismillahirrahmaanirrahim, dengan pelan-pelan, dan membaca surat AlFatihah. Ketika sampai pada ayat, Waladzdzalliin, ia berkata, Aamin. Membaca
beberapa ayat dari surat Al-Quran,mengangkat kedua tangan hingga dekat dengan
dua bahu, ruku sambil berkata,allahu akbar, meletakkan kedua telapak tangan
dilutut sambil meratakan tulang punggungnya tanpa mengangkat kepala dan tidak
menundukkannya. Ketika ruku ia membaca, Subhana rabbiyal adzin, tiga kali
atau lebih, kemudian mengangkat kepala dari ruku dengan mengangkat kedua
tangan ke dekat bahu sambil membaca, Samiallahu liman hamidah. Ketika ia
telah tegak berdiri, ia membaca, Rabbana lakal hamdu hamdan katsiran thayyiban
mubarakanfiihi, kemudian sujud sambil berkata, Allahu akbar. Ia sujud diatas
ketujuh organ tubuhnya : wajah, kedua telapak tangan, dua lutut, dan dua telapak