Anda di halaman 1dari 32

PROBLEMATIKA HAFIDZ AL-QURN

Membaca Al-Qurn sebuah ibadah yang banyak mendatangkan pahala.


Bahkan, pahala yang Allah SWT dapat berikan bukan perkata atau per-ayat, namun
perhuruf dan dilipatgandakan. Rasulullah SAW bersabda :
Bacalah al-qurn sesungguhnya Allah memberimu pahala atas bacaannya setiap
huruf 10 khasanah (kebaikan), Saya tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf,
namun alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf (HR Al-Hakim).
Bisa dibayangkan, berapa banyak pahala yang akan didapatkan oleh
seseorang yang membaca al-qurn Tentunya akan lebih banyak lagi kalau al-qurn
itu dihafal, karena untuk menghafal seorang harus mengulan bacaan yang sangat
banyak.
Namun syaitan tidak membiarkan manusia mendapatkan pahala Allah SWT
tampa sebuah perjuangan yang gigih. Ia akan meletakan 10001 rintangan agar
manusia tidak membacanya apalagi menghafalnya. Manusia akan berdalih dengan
kesibukan, keterikatan oleh ini dan itu, usia sudah tua, dan sebagainya.
Untuk itu penulis ingin mengetengahkan beberapa problem yang sering
menjadi penghambat sekaligus pemecahannya. Semaoga dapat membantu bagi
mereka yang cinta al-qurn dan membacanya serta menghafalnya. Ingat, terutama
bagi para duat, semakin banyak yang dihafal, maka semakin bagus pula kualitas
iman dan dawahnya. Dan itulah cirri khas dari pada penghulu seluruh dut,
Rasulullah SAW. Ada beberapa hambatan utama bagi sesorang yang ingin menghafal
(hifdz) al-qurn, diantaranya:
1. Belum lancar membaca al-qurn.
Calon penghafal biasanya masih susah mengucapkan huruf-huruf arab sesuai dengan
makhrojnya, sehingga menyebabkan susah merangkaikan kata perkata pada setiap
ayat. Dalam keadaan seperti ini, penghafal dianggap belum mempunyai bekal yang
cukup untuk menghafal al-qurn dan sebaiknya tidak memaksakan diri untuk
menghafal. Jika hal ini juga dilakukan maka penghafal akan mengalami dua beban,
beban susah membaca dan beban menghafal . Apabila hal ini berlangsung terus
penghafal akan lekas futur (patah semangat) dan kemudian meninggalkan al-qurn.
Bahkan idealnya sebelum menghafal sebaiknya membaguskan bacaan terlebih
dahulu agar dapat menghasilakn hafalan yang berkualitas.
Jalan keluarnya, calon penghafal dapat melakukan beberapa kiat.

a. mendatangi seseorang yang sudah dapat membca al-qurn agar mendapat


bimbingan secara terus menerusdalam meluruskan lidahnya untuk
mengueluarkan huruf secara benar.
b. Secara pribadi ia dapat mellakukan sendiri di rumah dengan membaca alqurn sebanyak-banyaknya walaupun mungkin terjadi kesalahan dalam
membacanya, yang penting disini adalah membiasakan lidah dalam
melafazkan ayat-ayat al-quran dengan selalu mengiungat bimbingan yang
telah didapatkan.
c. Pendengaran juga perlu dilatih mendengarkan huruf-huruf al-qurn yang
benar secara terus menerus sampai tercipta daalm pikirannya pengucapan
huruf yang benar dan huruf yang salah. Latihan dapat dilakukan dengan
mendengarkan kasettilawah al-qurn yang banyak dijual di toko-toko buku,
atau langsung mendengarkan langsung dari seseorang yang membaca al-qurn
. Cara ini telah terbukti kebenarannya sehingga juga digunakan dalam
mempelajari bahasa arab, pelajar biasanya diwajibkan mendengarkan saja
sebelum ikut akti bercakap-cakap.
2. Tidak ada kemauan
Seorang muslim sesuai dengan -hadist-sebenarnya sangat dianjurkan untuk
menghafal al-qurn, alaupun tidak seluruhnya 30 juz. Hal ini karena al-qurn
berfungsi sebagai ruh yang dapat menghidupkan jiwanya, Allah SWT berfirman :
dan demikianlah kami wahyukan kepamu ruh (al-qurn) dengan perintah
kami(QS 42:52)
Namun fenomena yang kita lihat, masih sedikit muslim yang melakukanny.
Tidak adanya kemauan dalam hal ini dapat disebabkan karena belum menyadari nilai
hifdzul qurn sehingga yang timbul akhirnya tidak ada kemauan. Hanaya orang yang
faham akan nilai seekor ikan arwana mau membelinyadenga harga jutaan rupiah,
begitulah orang yang faham akan nilai hifdzul qurn yang akan siap bekerja keras
untuk menghafalnya.
Tidak adanya kemauan juga dapat disebabkan karena belum merasakan
nikmatnya membaca dan mempelajari Al-Quran. Membaca dan mempelajari AlQuran adalah sebuah kenikmatan yang tidak dapat dirasakan kecuali orang yang
hidup dan akrab dengan Al-Quran. Rosulullah SAW bersabda :
Sesungguhnya Al-Quran ini hidangan dari Allah, maka terimalah
hidangan-Nya semampumu(HR Al Hakim).
Arti Madubah menurut orang Arab adalah sebuah hidangan makanan yang
dibuat khusus untuk menjamu tamu yang diundang dalam sebuah pertemuan atau
sebuah walimah (pesta perkawinan). Dapat kita bayangkan betapa bahagianya orang

yang menikmati pesta jamua tersebut hanyalah orang ang kurang sehat badanya yang
tidak menikmati lezatya makanan dipesta tersebut. Rosulullah SAW telah
menyatakan Al-Quran adalah sebuah hidangan dari Allah. Mari kita bertanya pada
diri kita masing-masing sudahkah kita dapat menikmati hidangan Allah ini.
Oleh karena itu untuk mengatasi keengganan menghafal Al-Quran harus
diciptakan terlebih dahulu cinta Al-Quran , cinta membacanya, mempelajarinya,
dan menghafalnya.
Problem ini terkadang juga dialami oleh orang yang sudah atau sedang
menghapal Al-Qurn, penghafal tiba-tiba merasa jenuh untuk meneruskan
hafalannya, bahkan banyak mereka yang putus ditengah jalan setelah mendapatkan
sekian juz, dan enggan untuk meneruskan hafalannya.
Hal ini juga dapat disebabkan oleh kurangnya kemauan keras ketika
menghafal. Penghafal yang mengalami futur
seperti ini biasanya dalam
menghafalkan didasari oleh emosi setelah tersentuh oleh taujih tentang indahnya
menghafal Al-Quran atau karena ikut-ikutan atau karena terikat oleh sebuah
peraturan.
Oleh karena itu kepada calon penghafal sebelum terjun menghafal perlu
melihat kembali sampai dimana azam (keinginan) dalam menghafal. Calon penghafal
dapat melihat kemauannya dalam menghafal dalam dua hal ini. Pertama,
kecintaannya dalam membaca Al-Quran.
Calon penghafal baru dapat dikatakan berbakat menghafal, kalau sehari-hari
minimal dapat menyelesaikan 1 juz. Lebih ideal kalau lebih dari itu. Calon
penghapal dalam membaca Al-Qurn bukan lagi terikat oleh suatu peraturan atau
perintah seseorang, namun bacaan yang ia lakukan semata-mata karena
kesenangannya bahkan sudah menjadi hobinya. Kedua, keistiqomahaannya dalam
menghatamkan Al-Qurn.
Calon penghafal harus sudah dapat menunjukkan bahwa dirinya mampu
beristiqomah dalam menghatamkan Al-Qurn. Sesekali ian menghatamkan 30 juz
dalam kurun waktu sebulan, sesekali ia perlu mencoba menghatamkannya dalam
waktu 20 hari, sesekali ia perlu mencoba menghatamkannya dalam waktui 10 sampai
1 minggu. Kalau setiap muslim yang tidak menghafal saja sangat dianjurkan untuk
menghatamkan Al-Qurn pada setiap bulan apalagi bagi calon penghafal.
Dua hal ini merupakan modal yang paling penting bagi calon penghafal.
Modal inilah yang akan menjadikannya sebagai penghafal yang haqiqi, bukan
penghafal yang kemudian membiarkan hafalannya menguap dan hilang dari
ingatannya. Bagi mereka yang sudah pernah menghafal maka akan memaklumi
bahwa menghafal ternyata lebih mudah daripada menjaga hafalan agar terus berada

diingatan. Dari fenomena ini dapat dikatakan bahwa hafalan adalah pengulangan,
artinya hakekat timbulnya hafalan bukan hanya karena penghafal itu telah
memperdengarkan hafalannya kepada seorang hafidz, namun timbulnya hafalan
selain karena diatas yang paling dominan adalah karena seringkalinya diulang terus
menerus. Dan kesiapan seseorang dalam mengulang-ulang hafalannya sangat
tergantung oleh dua hal tersebut diatas
3. Problem Lupa
Lupa ketika menghafalkan Al-Qurn sering menjadi hambatan dalam
menghafal. Berapa banyak orang yang takut menghafal karena khawatirnya lupa, dan
berapa banyak orang yang sedang menghafal kemudian mengalami futur (patah
semangat), kemudian ia tidak sanggup meneruskan hafalannya.
Dalam masalah ini calon penghfal harus memahami hakekat lupa dalam
menghafal Al-Qurn sehingga masalah ini tidak menjadi penghambat. Perlu
dipahami bahwa Al-Qurn mempunyai cirri khas mudah dihafal, liaht Al-Qurn
54:17 dan mudah hilang dari ingatan, lihat sabda Rasulullah SAW:
Demi jiwa Muhammad yang ada ditanganNya, Al-Qurn lebih cepat
hilangnya dari unta yang ada dalam ikatannya(Muttafaqun laihi).
Dari dua cirri ini dapat ditarik kesimpulan bahwa lupa dalam menghafal ada dua
macam.
1. Nisyam mdi
Artinya lupa yang disengaja atau lupa yang terjadi karena penghafal tidak mau
melakukan pengulangan terhadap ayat-ayat yang telah dihafal. Lupa seperti ini
dianggap maksiat karena penghafal telah melakukan Hajrul Quran, artinya
meninggalkan Al-Quran. Allah SWT berfirman :
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanku (Al-Quran) maka
baginya kehidupan yang sempit. (Q.S. 20:124).
Sebagian Mufassirin menafsirkan kata Arada melupakan ayat-ayat yang
telah dihafal dengan sengaja. Rasululloh SAW bersabda.
Ditampakkan kepadaku pahala-pahala ummatku, bahkan sampai kepada seseorang
yang mengeluarkan kotoran dari masjid, dan ditampakkan dosa-dosa ummatku,
maka aku tidak melihat dosa yang paling besar ari pada sebuah surat atau ayatAlQurn yang telah dihafal oleh seseorang kemudiania melupakannya. (HR Ibnu Abi
Dawud).
2. Nisyam Aridli
Lupa yang terjadi pada seorang penghafal Al-Qurn setelah ia melakukan
pengulangan yang sudah cukup banyak. Lupa inilah yang ditolelir oleh syariat,

kadang-kadang lupa seperti ini jarang dipahami oleh penghafal Al-Qurn. Terkadang
ia tidak sadar bahwa lupa yang dialami hanyalah karena belum waktunya ayat-ayat
itu tertanam dalam otaknya walaupun ia sudah banyak mengulanginya, keadaan
seperti ini kalau tidak disadari sering menjadikan penghafal akan merasa kesal
dengan hafalannya bahkan sama pada tingkat ia enggan menerusakan hafalannya.
Lupa seperti ini sebenarnya pernah juga dialami oleh Rasulullaoh SAW ketika suatu
saat lupa akan suatu ayat kemudian beliau mendengar ayat itu dari seseorang yang
membacanya pada waktu malam, Rasululloah SAW bersabda :
Semoga Allah merahmati fulan yang telah mengingatkan aku suatu ayat dari surat
Al-Qurn yang telah dihilangkan dari ingatanku. (HR Muslim)
Kalau kita melihat dua hadist Rasulullah SAW : Ulangilah bacaan Al-Qurn.
Jagalah Al-Qurn (Muttafaqun Alaihi).
Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sebuah hafalan baru akan tertanam
dalam ingatan dan tidak mudah menguap dari ingatan, setelah banyak diulang dan
dibaca. Hal ini sesuai dengan kelanjutan hadist diatas bahwa tanpa pengulangan
yang banyak, ia diumpamakan bagai unta yang cepat lepas dari tali ikatannya.
4. Belum Memasyarakat
Banyak para penghafal Al-Qurn setelah selesai menghafal merasa tidak
mempunyai motivasi baru untuk menjaga hafalannya, sehingga ayat-ayat yang
sedemikian banyaknya itu menguap begitu saja dari ingatannya. Kasus lain banyak
juga orang-orang yang merasa tidak tertarik untuk menghafalkan Al_Qurn
walaupun hanya satu juz sementara ia tahu betapa tingginya nilai yang terdapat
dalam hifdzl Qurn.
Keadaan seperti ini dapat juga disebabkan karena Hifdzul Qurn belum
memasyarakat. Kasus diatas mungkin tidak ada teman seperjuangan yang
menemaninya. Dibandingkan menghafal Al-Qurn dirumah akan lebih bersemangat
jika dilakukan disebuah pesantren tahfidzul Qurn karena menghafal disini
mendapatkan teman dan juga dapat saling membantu dalam menghafal.
Hakikat inilah yang menyebabkan orang-orang yang berpegang teguh terhadap Din
mendapat pahala seperti lima puluh orang sahabat ketika Rasulullah SAW ditanya
sebabnya, Rasul menjawab : Karena kalian (para sahabat) mendapatkan teman
(orang-orang yang sejalan) dan mereka (orang-orang pada akhir zaman) tidak
mendapatkan teman (yang sejalan).
Hadist ini dengan jelas menegaskan betapa apabila suatu hal itu sudah
memasyarakat maka akan memudahkan baik orang untuk melakukannya. Ditempattempat yang sudah memasyarakatkan hifdzul Qurn maka kita akan mendapatkan

ratusan huffadzul Qurn dan terus bertambah setiap tahunnya. Keadaan seperti ini
dapat kita lihat dibeberapa daerah di Jawa Timur seperti Surabaya, Jombang,
Probolinggo dan lain-lain. Di daerah tersebut kita akan temui ratusan hiffadzul
Qurn dan puluhan pesantren hifdzul Qurn. Bahkan mereka setahun sekali
berkumpul disuatu masjid untuk mengadakan pengulangan hafalan secara
berjamaah.
Inilah contoh kecil ketika hifdzul Qurn sudah memasyarakat. Kalau kita
kembali kepada sejarah, keadaan seperti ini terjadi dalam kehidupan kaum muslim
terdahulu. Bahkan hifdzul Qurn dijadikan program didikan putera puterinya dan
merupakan sesuatu yang pertama kali dihafal sebelum pelajaran atau pengetahuan
lainnya.
Untuk memasyarakatkannya maka perlu dibentuk sebuah lembaga tahfidzul
Qurn yang akan mencetak

TEKNIK MENGHAFAL AL QURAN

Kedudukan seorang muslim disisi Allah bergantung pada sejauh mana


interaksinya dengan Al-Quran sebagai kalamullah Al-Quran memiliki nilai
keangungan dan ketinggian yang tidak tertandingi oleh kitab-kitab yang dibuat
menusia. Al Quran mampu menghidupkan jiwa manusia sehingga mampu mengenal
kebenaran. Al-Quran juga mampu memberikan terapi terbaik atas seluruh masalahmasalah yang dihadapai manusia.

Tingkat interaksi seorang muslim dengan Al-Quran melalui berbagai tahapan


yang harus berjalan seiring dan selaras. Mulai dengan membacanya, menghafalnya,
mentadabbrinya yang semua dibuktikan dalam bentuk amal. Bagi mereka yang
mengerti nilai Al-Quran menghafalnya merupakan sebuah amal yang besar dan
mulia. Bersemayamnya Al-Quran didalam hati manusia mampu menerangi dan
memeberikan ketenangan kepada dirinya.
Kebiasaan menghafal Al-Quran adalah tradisi para sahabat, tabiin dan tabit
tabiin. Bahkan mereka menjadikannya sebagai manhaj pendidikan pertama pada
anak-anak mereka sebelum mempelajari yang lainnya. Dengan cara inilah Al-Quran
dan isinya mampu mensyabiyah (menjadi milik masyarakat), baik qiroatan
(membaca), hifzhon (menghafal) dan amalan.
Merekalah sebenarnya orang-orang yang berjasa menghidupkan Al-Quran.
Dengan hafalannya, Al-Quran dapat sampai kepada generasi sekarang. Dengan
hafalannya pula Al-Quran terjaga dari tangan-tangan yang hendak merusaknya
sehingga tetap terjaga kemutawatirannya secara riwayat.
Menghafal Al-Quran mempunyai fadhilah yang besar sekali, diantaranya :
1. Disejajarkan derajatnya dengan utusan Allah yang taat yaitu para Anbiya dan
Rasul-Rasul-Nya serta para malaikat. Hal ini sebagaiman disabdakan oleh
Rasulullah SAW;
Orang yang mahir membaca Al-Quran ia bersama utusan Allah. Dan yang
membaca terbata-bata, sementara ia merasa kesusahannya (membaca) ia
mendapat dua pahala(HR. Muslim).
Al Imam-An-Nawawi menjelaskan yang dimaksud orang-orang yang mahir:
ia harus memiliki tiga criteria yakni :
a. Mampu membacanya dengan baik dan benar sesuai dengan tadjwidnya
b. Mampu menghafalkannya
c. Mampu mengamalkannya
2. Penghafal Al-Quran adalah orang-orang pilihan Allah.
Kemudian kami wariskan Al-kitab ini kepada orang-orang yang kami pilih
dari hamba-hamba Kami. (Q.S.35:29).
Rasulullah SAW bersabda :
Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari makhluknya. Para sahabat
bertanya, siapakah mereka Ya Rasulullah Rasulullah menjawab, penghafal
Al-Quran merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihannya.(HR AnNasai).
3. Hifzhul Al-Quran sebuah kenikmatan yang patut didambakan.

Tidak dianggap iri hati kecuali dalam dua hal, seseorang yang diberi AlQuran oleh Allah kemudian mengamalkannya sepanjang malam dan siang,
dan seseorang yang diber harta oleh Allah kemudian membelanjakannya
sepanjang malam dan siang. (Muttafaqun alaihi).
Pensyarah kitab Riyadhus Shalihin berkata : Yang dimaksud hadist ini,
adalah ,menginginkan hafalan yang dimiliki seseorang selalu dibacanya.
4. Hifzhul Qurn menghidupkan jiwa dan ruh seseorang. Rasulullah SAW
bersabda Sesungguhnya orang yang hatinya tidak ada sedikitpun hafal AlQurn seperti rumah yang kosong dari penduduk dan berkahnya. (HR
Turmidzi).
Hadist ini menjelaskan pentingnya menghafalkan Al-Qurn, walaupun tidak
secara keseluruhan, karena penghafal Al-Qurn jiwanya penuh dengan berkah
dan kebaikan.
5. Penghafal Al-Qurn mendapatkan derajat tinggi disisi Allah SWT. Rasulullah
SAW bersabda : Akan dikatakan kepada penghafal Al-Qurn (pada hari
qiamat): Bacalah Al-Qurn ini dengan indah sebagaimana kamu membaca
di dunia dan naiklah,karena sesungguhnya kedudukamu sesuai dengan akhir
ayat yang kamu baca.(HR Abu Daud)
Hadist ini menjelaskan, bahwa penghafal Al-Qurn mempunyai derajat di
surga Allah, yang sesuai dengan jumlah hafalannya.
Hukum Menghafal Al-Qurn
Para ulama menjelaskan bahwa hukum menghafalkan Al-Qurn wajib
kifayah, yang berarti apabila sebagian orang sudah melakukannya maka gugurlah
kewajibannya kepada yang lain hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemuttawatiran
riwayatnya, dan menjaga agar tidak terjadi perubahan dari tangan-tangan kotor.
Adapun menghafal Al-Qurn yang berkaitan dengan syarat sahnya shalat,
maka hukumnya fardhu in bagi setiap muslim, seperti misalnya menghafal surat AlFatihah. Hadist Rasulullah menerangkan, Tidak sah shalat orang yang tidak
membaca surat Al-Fatihah. (HR Bukhari)
Metode Menghafalkan Al-Qurn
Hampir tidak dapat ditentukan sebuah metode yang khusus untuk menghafal
Al-Qurn, karena hal ini kembali kepada selera penghafal itu sendiri. Namun ada
beberapa metode yang lazim dipakai oleh para penghafal Al-Qurn.
1. Metode Fahmul Mahfuzh artinya, sebelum ayat-ayat itu dihafal, penghafal
dianjurkan untuk memahami makna setiap ayat, maka ketika menghafal, penghafal

merasa faham dan sadar terhadap ayat-ayat yang diucapkannya, membacanya tampa
melihat mushaf.
2. Metode Tikrorul Mahfuzh artinya, penghafal mengulang-ulang ayat yang dihafal
sebanyak-banyaknya, dapat dilakukan dengan mengulang satu ayat sekaligus atau
sedikit demi sedikit sampai dapat membacanya tampa melihat mushaf. Cara ini
biasanya sangat cocok bagi yang mempunyai daya ingat lemah, karena tidak
memerlukan pemkiran yang berat. Penghafal biasanya lebih banyak terkuras
suaranya.
3. Metode Kitabul Mahfudz artinya, penghafal menulis ayat-ayat yang dihafal
diatas sebuah kertas. Bagi yang cocok dengan metode ini, biasanya dengan
menuliskannya, ayat-ayat itu akan tergambar dalam ingatannya.
4. Metode Istimiatul Mahfudz artinya, penghafal diperdengarkan ayat-ayat yang
akan dihafal secara berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya sendiri tampa
melihat mushaf. Fungsi mushaf nantinya hanya untuk mengisyaratkan kalau terjadi
kelupaan. Metode ini biasanya sangat cocok bagi tuna netra atau anak-anak. Sarana
mempedengarkan dapat dengan kaset atau orang lain.
Selain metode-metode ini ada beberapa hal yang membantu untuk dapat
mempermudah menghafal,
1. Memilih waktu yang tepat, yaitu selesai melakukan shalat subuh, karena pada
waktu ini pikiran kita masih bersih.
2. Memulai hafalan dari juz 29 atau 30, dengan harapan seorang penghafal
motivasinya dapat ditumbuhkan untuk menghafal terus. Pada juz ini, ayat-ayatnya
pendek dan mudah untuk diucapkan.
3. Menggunakan mushaf pojok (mushaf yang setiap halamannyaditutup dengan akhir
ayat). Diaharpkan dengan mushaf ini memudahkan penghafal dalam mengingat
lafdzh-lafadzh yang ada dalam setiap pojokatas disetiap halaman.
Menjaga Hafalan
Jangan dikira apa yang sudah kita hafalkan, akan terus ada diingatan kita.
Merupakan cirri khas bahwa Al-Qurn dihafal dan mudah menguap dari ingatan. Hal
ini dijelaskan oleh Allah dan Rasulnya .
Dan sungguh telah kami mudahkan (Al-Qurn itu) menghafalnya, maka adakah
orang yang mengambil pelajaran ?(QS 54:17)
Bersabda Rasulullah SAW :
Jagalah Al-Qurn itu (dengan banyak membaca), demi AllahAl-Qurn lebih cepat
hilangnya daripada onta dalam ikatannya. (muttafaqun laih).

Hafalan Al-Qurn bagaimanapun lekatnya dalam ingatan tidak akan terus


melekat, kecuali dengan diulang-ulang secara terus-menerus dan teratur. Suatu
hafalan tidak mungkin menjadi milik bibir kita, artinya mudah diucapkan kapan
saja, kecuali dengan memperbanyak membacanya dalam waktu yang relatif lama.
Inilah cirri khas Al-Qurn yang disabdakan Rasulullah SAW.
Apabila penghafal Al-Qurn itu membacanya pada siang dana malam ia akan
dapat mengingatnya, dan apabila tidak membacanya ia akan melupakannya. (HR
An-Nasai).
Adapun cara mengulangi suatu hafalan perlu dilakukan dengan melihat atau
tampa melihat mushaf. Ketika melihatnya, seorang penghafal diharapkan agar lebih
banyak membaca, dan ketika tidak melihatnya seorang penghafal diharapkan agar
lebih banyak membaca, dan ketika tidak melihatnyaseorang penghafal diharapkan
dapat mengingat-ngingat kembali hafalannya.
Urgensi Talaqqi (setoran Hafalan)
Menghafal Al-Qurn bisa saja dilakukan sendiri tampa seorang pemimbing .
Cara seperti ini lebih banyak negatifnya dari pada positifnya. Dengan cara ini
seorang penghafal akan mudah future (patah semangat), selain itu bacaannya yang
salah tidak akan terkontrol, sehingga akan terbiasa dengan bacaan yang salah.
Disinilah kita dapat melihat urgensinya pembimbing dalam menghafalkan Al-Qurn
yang diistilahkan Talaqqi.
Talaqqi merupakan cirri khas dalam mempelajari Al-Qurn Al-Qurn sendiri
diwahyukan dengan cara talaqqi. Allah SWT berfirman :
Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qurn dari sisi Allah Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. 27:6).
Isyarat lain urgensinya Talaqqi, seperti apa yang dilakukan Rasulullah, tiap
tahun pada bulan Ramadhan, beliau selalu membacakannya di sepan Jibril as. Dan
begitulah yang dilakukan oleh para sahabat dan tabin. Dan inilah yang menjadikan
ilmu Al-Qurn ilmu yang paling akurat kebenarannya.
Isyarat lain adalah sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi :
Ambillah (pelajarilah Al-Qurn itu dari empat orang: Abdullah bin Masd, Salim
Maula Abi Hudzaifah, Muadz bin Jabal, dan Ubai bin Kab.(HR Bukhari.)
Daftar pustaka
1. Tafsir ibnu Katsir
2. Syarah Shohih Muslim
3. Riyadus Sholihin
4. Al- Itqon Fi Ulumil Qurn
5. Al-Burhan Fi Ulumil Qurn

MENGHAFAL AL-QURN DENGAN CARA KAUM SALAF


Abdul Aziz ustadz muda yang berhasil mencetak penghafal Al-Qurn. Tapi, ia
menyarankan, jangan memaksa naka menghafalnya.
Seandainya ada survey yang menanyakan, pekerjaan apa yang palin banyak
dihindari orang ? pasti ari sekian banyak jawaban yang muncul salah satunya
mungkin ada yang menyebut menghafal. Wajar, karena pekerjaan yang satu ini baru
bisa berhasil manakala orang itu konsentrasi penuh terhadap bahan yang ingin
dihafal. Tapi buat Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc. Menghafal bukan merupakan
pekerjaan sulit. Buktinya hanya dalam waktu enam bulan tiga puluh juz Al-Qurn
sudah melekat dalam ingatannya.
Sejak kecil ustadz yang saat ini berperan sebagai Direktur Lembaga Tahfidz
al-Qurn al-Hikmah ini tumbuh didesa yang mempunyai tradisi ilmiah cukup tinggi.
Beberapa ahli dari disiplin ilmu keislaman yang berbeda. Bertetangga dengan
keluarganya. Itulah sebabnya ia memilih jenjang pendidikan formal di Madrasah dari
Ibtidaiyah sampai Aliyah.
lhamdullilah didaerah saya itu mau spesialisasi apa saja ada. Spesial Bahasa Arab.
Fikih, tafsir, al-Qurn asal kita mau tidak perlu ke pesantren. Misalnya pagi kerumah
ustadz fulan siang kerumah ustadz fulanujarnya.
Apa yang dilakukan ustadz Abdul Aziz sering diistilahkan mulazamah.
Artinya seseorang yang ingin belajarr sesuatu mendatangi tempat tinggal gurunya .
Menurut ustadz Abdul Aziz kelebihan sistim ini diataranya adalah masing-masing
punya keinginan atau motivasi yang kaut untuk mendapatkan sesuatu . Gurunya
memang berniat mengajarkan ilmu dan murinya pun punya keiginan belajar. Apapun
yang terjadi dalam masa proses belajar mengajar itu tidak pernah di
permasalahkanKurikulum tidak terlalu rinci, metode pengajaran seadanya tapi
keberkahannya dapat dirasakan.
Beruntung bisa mengecap tradisi ini untuk pengembangan spesialisasi ilmu
yang diminati. Sehingga keinginannya untuk menghafal al-Qurn 30 juz dapat
diselesaikan dalam waktu yang singkat.
Ilmu itu akan benar-benar dapat dirasakan apabila dilakukan dengan
mulazamah. Saya buktikan dari pengalaman, beberapa orang yang bermulazamah
dengan saya kelihatan hasilnya. Meskipun aktivitas sehari-harinya banyak sekarang
ini, mereka sering dipanggil masyarakat untuk mengajar al-Qurn, dauroh dan
sebagainya.

Apa yang diterapkan ustadz Abdul Aziz sekarang ini adalah proses
pengulangan yang pernah di praktekkan oleh kaum salaf. Contohnya, Imam Syafi
bermulazamahdengan Imam Malik. Imam Ahmad dengan Imam Syafi. Murid itu
betul-betul belajar dengan sungguh-sungguh, beda dengan sistem pendidikan yang
sekarang banyak diterapkan. Kalau sistem pendidikan sekarang, menurut ustaz
Abdul Aziz lebih mengutamakan nilai-nilai materi dan melupakan nilai hubungan
batin antara pengajar dan orang yang diajar.
Metode mulazamah tidak mengenal batasan usia. Bahkan manhaj ini tidak
mengenal suatu yang mustahil, misalnya masalah bakat seseorang atau sebagainya.
Jadi, tidak ada istilah terlambat untuk mencoba belajar dengan cara seperti ini.
Kendati tidak bisa berbahasa arab, karena mulazamah itu berbentuk kelompok kecil.
Sehingga perhatian guru dan murid pun memusat lebih serius. Kalau klasikal, tiga
puluh sampai empat puluh orang, tidak bisa terpantau siapa yang sudah faham atau
belum.
Jadi kalau ada sekolah yang membuat program full day, jam pelajaran yang
digunakan terlalu lama. Buat saja seperti sekolah biasa, dari pagi sampai siang.
Selesai sekolah dan istirahat baru mereka belajar mulazamah dengan seorang
ustadz.
Lingkungan sehat seperti desa tempat ustadz Abdul Aziz di besarkan memang
sangat menguntungkan bagi perkemabangannya. Tentu saja itu semua tidak cukup
tampa peran orang tua dalam menanam saham pendidikan. Orang tua saya rajin
tilawah, mereka merasakan nikmatnya wirid tilawah itu. Secara tidak langsung
berpengaruh terhadap diri saya. Mereka berdua tidak ahafal al-Qurn tapi setiap hari
membaca al-Al-Qurn minimal 1 juz. Sehingga kami cukup terpengarauh oleh
suasana seperti ini.
Ketika di tanya ihwal kiat mendidik anaknya, ustadz Abdul Aziz merasa
bahwa tantangan dari luar itu yang lebih berat. Pengkondisian yang dilakukan di
rumah kadang dipengaruhi oleh lingkungan di luar. Tapi ia dan isterinya yakin
bahwa dengan memberi contoh nyata dalam berinteraksi dengan al-Qurn akan
membuahkan hasil, meski untuk itu mereka tidak menentukan target waktu.
Saya tidak memaksa anak untuk menghafal al-Qurn sejak dini, tergantung
muyulnya (kecenderungannya). Saya tidak mentargetkan usia berapa ia harus
menghafal. Tetapi Insya Allah dengan pengkondisian anak-anak akan dapat
menghafal. Ketika mereka melihat kita, minimal akan tumbuh kesadaran ber AlQurn.
Apalaah artinya hafal pada usia dini tetapi tidak dapat dipertahankan.
Menghafal itu bukan berarti anak bisa membaca tampa melihat al-Qurn. Sebab

menghafal pada jamah salaf dahulu itu tujuannya agar mereka bisa melakukan
wiridan dengan al-Qurn. Bukan sekedar membaca tampa melihatnya. Tapi sekali
lagi mewiridnya.
Menurut ustadz Abdul Aziz apalah artinya hafalan tampa mewiridnya. Lebih
baik orang yang tidak hafal tapi rajin tilawahnya. Nenek-nenek kita yang sering ke
musholla itu tidak menghafal al-Qurn tetapi sering mereka mewirid surat-surat
tertentu : Yasiin, Al-Kahfi, Al Mulk, akhirnya mereka hafal. Kalau menghafal itu
tujuannya untuk melafalkan al-Qurn tampa melihat, itu musibah. Sebab, banyak
orang yang belajar di Fakultas Syariah, mereka harus menghafal minimal 8 juz, tapi
selesai kuliah, 8 juz itu hilang.
Melihat fenomena adanya orang tua yang memondokkan anak mereka
untuk menghafal al-Qurn, ustadz Abdul Aziz menyarankan agar orang tua tidak
memaksakan kehendaknya kepada anak untuk menghafal al-Qurn.
Jangan sampai menghafal al-Qurn itu jadi keinginan orang tua. Sementara
anaknya tidak di persiapkan mengapa dia harus menghafal. Sembayang paling
penting adalah menumbuhkan kesadaran, etos menghafal.
Selama ini ustadz Abdul Aziz melihat fenomena banyaknya anak kecil yang
dipersiapkan menghafal, tapi tidak ditumnbuhkan kesardan menghafal. Maka ketika
dewasa tidak ada ruh al-Qurnnya. Jadi Cuma bisa sekedar melafadzkan saja. Hafal
sih hafal tapi ruh al-Qurnnya tidak kelihatan, tidak memberi daya tarik kepada
orang betapa nikmatnya menghafal itu. Papar ustadz asal Surabaya.
Ada teman saya menghafal sambil nangis-nangis karena takut sama orang
tua. sebab, ketika mendengarkan hafalan anak orang tuanya memegang rotan dan
kalau tidak hafal di cambuk. Kasus seperti ini menurut ustadz Abdul Aziz
seharusnya tidak perlu diteruskan. Bisa saja orang itu hafal, tapi hasilnya tidak akan
sebaik apabila orang itu menghafal dengan kesadaran. Sebab segala sesuatu yang
dipaksakan hasilnya akan tidak baik. Kendati tidak dipungkiri hasil dari belajar
model tersebut ada hasilnya juga. Namun, saying jika hasilnya tidak berdampak pada
kejiawaan seseorang, apalagi akan berdampak kepada amaliaahnnya.
Sekarang kesibukan ustadz yang di kenal ramah ini bertambah lagi temantemannya yang aktif di Partai Keadilan mengamanahkan jabatan kepada ayah empat
orang putera-puteri ini. Tidak tanggung-tanggung, jabatan yang diberikan Ketua
Dewan syariah Partai di tingkat wilayah atau setingkat propinsi. Berarti, sang
pemangku jabatan harus bertanggungjawab mengawasi jalannya partai agar tidak
melanggar rambu-rambu syariah. (agama, red). Jabatan yang disandangnya itu
sanagat mempengaruhi identitas partainya yang menyatakan sebagai partai dawah.

SHALAT

Hukum Shalat, Hikmahnya, dan Keutamaannya


1. Hukum Shalat
Shalat adalah kewajiban dari Allah Taala kepada setiap orang mukmin, sebab
Allah Taala memerintahkan dalam banyak sekali firman-firman-Nya. Allah Taala
berfirman :
Maka dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An-Nissa:103).
Allah Taala berfirman,
Peliharalah segala shalat, dan (peliharalah) shalat wusthaa. (AlBaqarah:238).

Rasulullah SAW menjadikan shalat sebagai kaidah kedua diantara kelima


kaidah Islam. Beliau bersabda:
Islam dibangun diatas lima (kaidah) : Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, Haji ke Baitullah, dan berpuasa
dibulan Ramadhan. (HR. Al-Bukhari).
Orang ang meninggalkan shalat harus dibunuh berdasarkan hukum syari ,
dan orang yang meremehkannya adalah fasik.
2. Hikmah Shalat
Di antara hikamah diwajibkannya shalat bahwa shalat itu membersihkan jiwa,
mensucikannya, menggkondisikan seorang hamba untuk munajat kepada Allah
Taala didunia dan berdekatan dengan-Nya diakhirat, serta melarang pelakunya dari
mengerjakan perbuatan keji dan kemungkaran. Allah Taala berfirman :
Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. (Al-Ankabut:45).
3. Keutamaan Shalat
Penjelasan tentang keutamaan shalat, dan begitu tinggi nilainya, maka cukup
dengan membaca hadits-hadits berikut :
Sabda Rasulullah SAW :
Pokok segala sesuatu ialah Islam, tiangnya ialah shala, dan puncaknya
ialah jihad di jalan Allah. (HR. Muslim).
Sabda Rasulullah SAW:
Jarak antara seseorang dengan kekafiran ialah meninggalkan shalat. (HR.
Muslim).
Sabda Rasulullah SAW :
Aku diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak
ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, dan membayar, zakat. Jika mereka melakukan itu
semua, maka darah mereka dan harta mereka terlindungi dariku kecuali
dengan hak Islam, dan perhitungan mereka sepenuhnya pada Allah Azza wa
Jalla. (Muttafaq Alaih).
Sabda Rasulullah SAW ketika ditanya tentang amal perbuatan apa yang paling utama
, maka beliau bersabda :
Shalat pada waktunya. (HR. Muslim).

Sabda Rasulullah SAW :


Perumpamaan shalat-shalat lima waktu adalah seperti air tawar yang
melimpah dipintu rumah salah seorang dari kalian dimana ia mandi
didalamnya lima kali dalam setiap hari, maka bagaimana menurut kalian
apakah masih tersisa sedikit pun dari kotoran padanya?. Para sahabat
menjawab, Tidak tersisa. Rasulullah SAW bersabda,Sesungguhnya shalat
lima waktun itu menghilangkan dosa-dosa sebagaimana air menghilangkan
kotoran. (HR. Muslim).
Sabda Rasulullah SAW:
Tidaklah seorang Muslim yang tiba padanya waktu shalat wajib kemudian
ia memperbaiki wudlunya, khusyunya, dan rukunya melainkan shalatnya
menghapus dosa-dosa sebelumnya, selagi dosa besar tidak dikerjakan, dan
itu selama setahun penuh. (HR. Ahmad dan lain-lain. Hadits ini hasan).
Pembagian Shalat Fardhu, Sunnah dan Nafl
1. Shalat Fardhu
Shalat fardhu adalah shalat lima waktu, yaitu Dzuhur, Ashar, Maghrib,
Isya dan Subuh, Karena Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam bersabda.
Lima shalat diwajibkan Allah kepada para hamba, barang siapa
mengerjakannya tampa menyia-nyiakan sedikitpun daripadannya karena
bermaksud meremehkan haknya maka ia mempunyai jaminan di sisi Allah bahwa
Dia memasukkannya ke surg. Barang siapa tidak mengerjakannya ia tidak
mempunyai jaminan disisi Allah, jika dia menghendaki maka menyiksanya, dan
jika tidak menghendaki maka Dia mengampuninya(Diriwayatkan Ahmad dan
lain sebagainya)
2. Shalat Sunnah
Shalat sunnah adalah shalat witir, shalat sebelum shalat Subuh, shalat
Idul Fitri, halat Idul Adha, shalat Gerhana dan shalat Istisqa, Semua shalalatshalat terebut adalah shalat Sunnah Muakkadah
Selain shalat-shalat diatas ialah Shalat Tahiyatul Masjid, shalat-shalat
Rawatib, shalat dua rakat sete;ah wudhu, shalat dhuha, shalat Tarawih dan
Qiyamul Lail. Ini semua dianamakan shalat sunnah tidak muakkadah.

3. Nafl
ShalatNafl adalah selain shalat-shalat mauakkadah, dan selain shalatshalat sunnah tidak muakkadah, yaitu shalat mutlak lain yang dikerjakan
dimalam hari, dan siang hari.
Syarat-syarat Shalat
1. Syarat-syarat wajibnya Shalat
1)

Muslim, jadi shalat tidak diwajibkan kepada orang kafir, karena


didahulukannya dua kalimat syahadah adalah sayarat dalam perintah shalat,
berdasarkan dalil-dalil berikut :
Sabda Rasulullah ShallalahuAlaiahi wa Salla,
ku diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak
ada tuhan yang berhak disembah kecuali Alla, Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shlat dan membayar zakat.(Muttafaq Alaih)
Sabda Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam kepada Muadz bin Jabal
Radhiyallahu Anhu,
Maka ajaklah mereka agar mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah. Jika mereka taat kepadamu dalam hal tersebut, maka katakan kepada
mereka bahwa Allah mewajibkan lima shlat kepada mereka dalam sehari dan
semalam.(Diriwayatkan Al-Bukhari).

2.

Berakal, jadi shalat tidak diwajibkan kepadsa orang gila, karena Rasulullah
Shallalahu Alaihi wa Sallam Bersabda,
Pena diangkat dari tiga orang: dari orang tidur hingga orang bangun, dari
anak kecil hingga ia bermimpi, dan dari orang gila hingga ia
berakal.(Diriwayatkan Abu Daud dan Al-Hakim yang men- shahih kannya).

3.

Baligh, jadi shalat tidak diwajibkan kepada anak kecil sehingga baligh,
karena Rasulullah SAW, bersabda sebagaimana sabdanya diatas.
Hanya saja anak kecil harus tetap diperintahkan shalat agar ia menyukainya,
karena Rasulullah SAW bersabda,
Suruh anak-anak kalian mengerjakan shalat jika mereka mencapi usia tujuh
tahu, pukullah mereka jika tidak mengerjakannya pada usia sepuluh atahun dan

pisahkan mereka
menghasankannya).

di

kamar

tidurnya.

(HR

At-Tirmidzi

dan

ia

4.

Waktunya telah tiba. Jadi shalat tidak diwajibkan sebelum waktunya tiba,
karena dalil-dalil berikut :
Firman Allah Tala,
Maka dirikanlah shalat, seseungguhnya shalat adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.(An-Nisa 103)
Malaikat jibril turun kemudian mengajari Rasulullah SAW waktu-waktu shalat.
Malaikat jibril berkata kepada beliau, Berdirilah dan shalatlah! Rasulullah
SAW pun mengerjakan shalat Dzuhur ketika matahari telah bergeser dari tengahtengah langit. Pada waktu Ashar, malaikat jibril datang lagi kepada Rasulullah
SAW berkata. Berdirilah dan shalatlah! Rasulullah SAW pun mengerjakan
shalat ashar ketika bayangan segala sesuatu persis seperti aslinya. Pada waktu
shalat maghrib, Malaikat Jibril datang lagi kepada Rasulullah SAW berkata
kepada beliau, Bverdirilah dan Shalatlah!Rasulullah SAW pun mengerjakan
shalat maghrib ketika matahari telah terbenam. Ketika waktu Isya telah tiba,
Malaikat Jibril datang lagi kepada Rasulullah SAW dan berkata kepada beliau,
Berdirilah dan shalat! Rasulullah SAW pun mengerjakan shalat Isya ketika
sinar merah matahari telah hilang. Ketika fajar telah terbit Malaikat jibril datang
lagi kepada Rasulullah SAW dan berkata kepada beliau, Berdirilah dan
shalatlah! Rasulullah SAW pun mengerjakan shalat subuh ketika fajar telah
menyingsing. Keesokan harinya malaikat jibril pun datang lagi kepada
Rasulullah SAW memerintahkan hal yang sama kepada beliau. Setelah itu,
Malaikat Jibril berkata, Waktu shalat ialah diantara kedua waktu tesebut. (HR
Ahmad dan Nasai.)

5.

Bersih dari darah haid, dan darah nifas, jadi shalat tidak diwajibkan kepada
wanita yang sedang menjalani masa haid dan wanita yang menjalani masa nifas,
hingga kedua bersih dari kedua darah tersebut, karena Rasulullah SAW
bersabda : Jika masa haid tiba, maka tinggalkanlah shalat.(Muttafaq Alaih).
2. Syarat-syarat Sahnya Shalat

1.

Besih dari hadas kecil, maksudnya dengan wudhu, dan bersih dari hadas besar
maksudnya dengan mandi jinaba, serta bersih dari kotoran, maksudnya najis baik

itu dipakaian atau di badan, atau di tempat shalatnya, karena Rasulullah SAW
bersabda,
Allah tidak menerima shalat tampa bersuci. (HR Muslim).
2.

Menutup Aurat, Karena Allah tala berfirman,


Hai anak adam, pakailah pakaian kalian yang indah disetiap (memasuki)
masjid. (Al. Araf 31).
Jadi tidak sah shalatnya orang yang terbuka auratnya, sebab hiasan dalam
pakaian ialah pakaian yang menutupi aurat.
Aurat laki-laki ialah antara tali pusarnya sampai kedua lututnya. Sedangkan aurat
wanita ialah seluruh tubu selain wajah dan kedua telapak tangannya, karena
Rasulullah SAW bersabda,
Allah tidak menerima shalatnya wanita kecuali dengan kerudung.(HR Abu
Daud dengan sanad yang baik)
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang shalatnya wanita dengan menggunakan
baju besi, dan kerudung tampa kain luar, maka beliau bersabda.
Jika baju besi menutupi bagian luar kedua telapak tangannya, maka boleh
(HR Muslim).

3.

Menghadap Kiblat, Sebab shalat tidak sah tanpa menghadap kiblat, karena
Allah tala berfirman,
Dan dimana saja kalian berada palingkanlan muka kalian kearahnya. (Surat
Al Baqarah: 144)
Hanya saja orang yang tidak bisa menghadap kiblat karena takut, atau sakit, atau
karena sebab lain, maka syarat menghadap kiblat gugur dari padanya. Musafir di
perbolehkan pindah arah diatas kendaraannya sesuai dengan kemana kendarannya
mengarah, kearah kiblat atau tidak, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
shlat diatas hewan kendaraannya dalaam kepulanggannya dari mekkah ke
madinah kemanalun hewan kendaraannya mengarah. (HR Muslim)

Hal-hal yang diwajibkan, Disunnahkan, dan Di Makruhkan di dalam Shalat


serta Pembatal-pembatal dan hal-hal yang Diperbolehkan di dalamnya
1. Hal-hal yang diwajibkan dalam Shalat.
Hal-hal yang diwajibkan pada shalat ialah sbb:

1. Berdiri pada shalat wajib bagi orang yang mampu berdiri. Jadi shalat wajib
tidak sah dengan duduk bagi orang yang mampu berdiri, karena dalil-dalil
berikut :
Firman Allah tala,
Berdirilah karen Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.(al Baqoroh :
238).
Sabda Rasulullah SAW,
Shalatlah dengan berdiri. Jiak engkau tidak bisa berdiri maka dengan
duduk, jika engkau tidak bisa duduk, maka dengan berbaring. (HR Al
Bukhari)
2. Niat, yaitu keinginan hati untuk menunaikan shalat tertentu, karena
Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya semua amal perbuatan itu harus dengan niat.
3. Takbiratul ihram dengan mengatakan, Allahu Akbar, karena Rasulullah
SAW bersabda,
Kunci shalat ialaah bersuci, pengharamannya adalah takbir, dan
penghalalnya ialah salam. (HR Abu Daud dan At- Tirmidzi. Al-Hakim
menshahihkan hadist ini).
4. Membaca surat Al-Fatihah, karena Rasulullah SAW bersabda,
Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah. (HR
Bukhari)
Hanya saja, kewajiban membaca surat al-Fatihah menjadi gugur bagi
makmum jika imammembacanya dengan Jahriyah (suara keras), karena ia
diperinyahkan diam terhadap bacaan imam berdasarkan firman Allah tala,
Dan apabila dibacakan al-Qurn maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kalian mendapat rahmat.(Al-Araf :204)
Rasulullah SAW bersabda,
Jika imam telah bertakbir, maka takbirlah kalian, dan jika ia telah
membaca maka, diamlah kalian. (HR Muslim).
Jika imam membaca surat al-Fatihah dengan sirriyah(tidak keras), maka
makmum wajib membacanya.
5. Ruku
6. Mengangkat kepala dari ruku, karena Rasulullah SAW, bersabda,
Kemudian rukulah engkau hingga ia tenang dalam keadaan ruku,
kemudian angkat kepalamu hingga engkau berdiri dalam keadaan tegak.
(HR Bukhari )
7. Sujud.

8. Mengangkat kepala dari sujud, karena Rasulullah SAW bersabda,


Kemudian sujudlah hingga engkau tenang dalam keadaan sujud, kemudian
angkatlah kepalamu hingga engkau tenang dalam keadaan duduk. (HR
Bukhari).
Allah tala berfirman,
Hai orang-orang beriman,rukulah kalian, dan sujudlah kalian. (Al
Hajj:77)
9. Tumaninah (tenang) ketika ruku, sujud, berdiri, dan duduk, karena
Rasulullah SAW bersabda,
Hingga engkau merasa tenang.
Rasulullah SAW menyebutkan tentang tumaninah (tenang) pada ruku, sujud,
duduk, dan berdiri tegak ketika berdiri.
Hakikattumaninah adalah orang yang ruku,sujud dan berdiri bertahan pada
kondisinya untuk beberapa lama yaitu selama ia membaca Subhanallah 1 kali.
Jika ia menambah. Tumaninahnya lebih dari ukuran waktu tersebut,
hukumnya sunnah.
10.Salam
11.Duduk untuk salam. Jadi seseorang tidak boleh keluar dari shalat tanpa salam,
dan tidak boleh mengucapkan salam kecuali dalam keadaan duduk, karena
Rasulullah SAW bersabda,
Kunci Shalat ialah bersuci, pengharamnaya ialah takbir, dan penghalalnya
ialah salam.(HR Abu Daud dan At-Tirmidzi. Al-Hakim menshahihkan hadist
ini)
12.Urut dalam mengerjakan rukun-rukun shalat. Jadi ia tidak boleh membaca alFatihah sebelum melakukan takbiratul ihram, atau tidak boleh sujud sebelum
ruku, sebab struktur shalat itu diambil dari Rasulullah SAW dan seperti yang
beliau ajarkan kepada para sahabat. Rasulullah SAW bersabda,
Kunci shalat iaalh bersuci, penghalangnya ialah takbir, dan penghalaalnya
ialah salam. (HR Abu Dauddan At- Tirmidzi. Al-Hakim menshahihkan
hadist ini).
3. Hal-hal yang Disunnahkan Dalam Shalat
Sunnah-sunnah shalat itu ada dua yaitu Muakkadah seperti wajib, dan sunah
tidak muakkadah seperti sunnah.
Sunnah-sunnah Muakkadah adalah sebagai berikut :
1. Membaca satu surat atau satu ataau dua ayat dari surat al-Qurn setelah
membaca al-Fatihah di shalat Subuh, di rakat pertama shalat Dzuhur, dua

rakat pertama shalat Ashar, dua rakat pertama Shalat Maghrib dan dua
rakat pertama Shalat Isya, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
mwmbaca ummul kitab (al- Fatihah) dan dua surat pada shalat Dzuhur,
dan pada dua rakat berikutnya dengan ummul kitab (al-Fatihah saja).
Kadang kadang beliau mempedengarkan al-Qurn kepadfa para sahabat
(dalam shalatnya). (Muttafaq Alaih).
2. Membaca, samiallahu liman hamidah, rabbana lakal hamdu (Allah
mendengar orang yang memujinya, wahai tuhan kami bagiMu segala
pujian), bagi imam atau orang yang shalat sendirian dan membaca,
rabbana lakal hamdu, bagi makmum, karena Abu Hurairah ra berkata
bahwa rasulullah SAW membaca, samillahu liman hamidah, ketika
mengangkat punggungnya dari ruku kemudian beliau berkata ketika telah
berdiri, rabbana lakal hamdu. (Muttafaq Alaih).
Juga karena Rasulullah SAW bersabda,
Jika imam berkata, allah mendengar orang yang memuji-Nya.maka
katakan, ya allah tuhan kami untuk-Mu segala pujian.(Diriwayatkan
Muslim)
3. Membaca, Subhaana rabbiyal adzim(maha suci allah Yang Mahaagung,
ketika ruku, dan membaca Subhaana rabbiayal ala (MaHA Suci Allah
Yang maha Tinggi),ketika sujud, karena ketika ayat berikut turun kepada
Rasulullah SAW, Sucikan nama Tuhanmu Yang Mahaagung,maka
beliau bersabda, Jadikan bacaan tersebut di ruku kalian. dan ketika
ayat berikut turun, Sucikan Nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, maka
Rasulullah SAW bersabda, Jadikan bacaan tersebut di sujud kalian,( Di
riwayatkan Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang baik).
4. Takbir kepindahan dari berdiri ke sujud, dari sujud ke duduk, dan dari
duduk ke berdiri, karena hal tersebut dilakukan Rasulullah SAW.
5.Tasyahud awal, tasyahud kedua, dan duduk untuk keduanya
6. Doa Tasyahud ialah,
Salam sejahtera, shalawat, dan kebaikan untuk Allah, salam, rahmat
Allah, dan keberkahan-Nya atasmu, hai Nabi. Juga salam atas kami, dan
hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adaalh hamba hamba Allah dan
utusannya.(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).
7. Membaca Al-Fatihah, dan surat denga suara keras pada shalat-shalat
jahriyah, yaitu di dua rakat pertama shalat maghrib,, dua rakat pertama

shalat isya, dan dua rakat shalat subuh. Selain itu pada rakat-rakat
tersebut al-fatihah dan surat dibaca dengan pelan.
8 Membaca al-fatihah, dan surat al-Qurn dengan pelan di shalat-shalat
sirriyah.
Ini pada shalat-shalat wajib. Adapun di shalat-shlat sunnah, maka
sunnahnya ialah membaca al-fatihah dan surat al-Qurn dengan pelan di
shalat-shalat sunah yang di kerjakan di siang hari, dan di baca dengan
keras pada shalat-shalat sunnah yang dikerjakan dimalam hari, terkecuali
jika seseorang khawatir bacaannya dengan keras itu mengganggu orang,
maka ia di sunnahkan membacanya dengan pelan.
9. Mendoakan Rasulullah SAW pada tasyahud akhir. Jadi setelah membaca
tasyahud akhir, seseorang membaca,
Berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau
memberkahi ibrahim dan keluarganya, Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji dan Mahmulia.(Diriwayatkan Muslim)
Adapun sunnah-sunnah yang tidak muakkadah adalah sbb:
1) Doa Istiftah, yaitu doa
Maha suci engkau Ya Allah dengan memuji-Mu, nama-Mu mulia,
keagungan-Mu amat tinggi, dan tidak ada tuhan yang berhak di
sembah kecuali engkau.(Diriwayatkan Muslim).
2) Membaca istiadzah (adzu billahi minnasyasyaithanir rajim) pada
rakat pertama, dan basmalah dengan suara pelan pada setiap rakat,
karena Allah SWT berfirman,
Apabila kamu membaca al-qurn, hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.(An-Nahl :
98)
3) Mengangkat kedua tangan hingga dekat dua pundaknya
ketika
takbiratul ihram, ruku, berdiri dari ruku, dan berdiri setelah rakat
kedua, Karena Abdullah bin Umar ra berkata, Jika Rasulullah SAW
berdiri untuk shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga dekat
dengan kedua pundaknya, kemudian bertakbir. Jika beliau ingin ruku,
beliau mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan jika ingin
mengangkat kepalanya dari ruku maka mengangkat kedua tangannya
seperti itu sambil berkata, Samillahu liman hamidah, rabbana lakal
hamdu (allah mendengar siapa saja yang memuji-Nya, wahai Tuhan
kami, segala pujian bagi-Mu.(Muttafaq alaih).

4) Membaca Aamiin, setelah membaca al-fatihah karena diriwayatkan


bahwa jika Rasulullah SAW usai membaca, gahiril Maghdzubi
alaihim waladzdzallin.maka beliau berkata Aamiin, dengan
mengeraskan suaranya. (Diriwayatkan At- Tirmidzi dan ia
menghasankannya).
Juga karena Rasulullah SAW bersabda,
Jika Imam berkata,Ghairil Maghdzubi alaihin waladzdzallin, maka
katakan,Aamiin,karena barangsiapa ucapannya bertepatan dengan
ucapan para malaikat, maka dosa-dosa masa lalunya diampuni. (HR.
Al Bukhari).
5) Memanjangkan bacaan surat setelah surat Al-Fatihah dishalat Shubuh,
meringankan (memperpendek) bacaan setelah surat Al-Fatihah di
shalat Ashar dan Shalat Maghrib, serta membacanya dengan sedang
dishalat Dhuhur, karena diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab ra
menulis surat kepada Abu Musa Al-Asyari, dan dalam suratnya Umar
bin Khaththab berkata Hendaklah engkau baca surat panjang dishalat
shubuh, bacalah surat pertengahan dishalat Dhuhur, dan bacalah surat
pendek dishalat Maghrib. (HR. At-Tirmidzi).
6) Berdoa diantar dua sujud. Doanya adalah,
Ya Tuhan, ampunilah aku, sayangilah aku, berilah aku kesehatan,
berilah aku petunjuk, dan berilah aku rizki. (HR. At-Tirmidzi).
7) Membaca doa qunut dirakaat terakhir shalat Shubuh, atau rakaat
terakhir shalat witir setelah membaca surat atau setelah mengangkat
kepala dari ruku. (HR. At-Tirmidzi, An-Nasai, dan lain-lain).
Doa qunut adalah sebagai berikut,
Ya Allah, berilah aku petunjuk kepada orang yang telah Engkau beri
petunjuk,berilah aku kesehatan bersama orang yang Engkau beri
kesehatan, angkatlah aku bersama orang yang telah Engkau angkat,
berkahilah apa yang telah Engkau berikan kepadaku, jagalah aku dan
palingkanlah dari keburukan apa yang telah Engkau putuskan, karena
Engkau memutuskan dan keputusan itu tidak diputuskan terhadapMu.
Sesungguhnya tidak hina orang yang Engakau cintai, dan tidak mulia
orang yang Engkau musuhi. Ya Allah, aku berlindung diri kepada-Mu
dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan maaf-Mu dari
hukuman-Mu, dan dengan-Mu dari-Mu. Aku tidak bisa menghitung

8)

9)

10)

11)

sanjungan terhadap-Mu, karena Engkau sebagaiman yang Engkau


sanjungkan kepada diri-Mu.
Bentuk duduk yang diriwatkan oleh Rasulullah SAW ialah iftirasy
pada semua duduk, dan tawarruk diduduk terakhir.
Iftirasy ialah duduk diatas bagaian dalam kaki kiri, dan menegakkan
kaki kanan.
Tawarruk ialah menjadikan bagaian bawah kaki kiri dibawah paha
kanan, meletakkan pantatnya ditas tanah, menegakkan kaki kanan,
meletakkan tangan kiri diatas lutut kiri sedang jari dalam keadan
membentang, dan memberi isyarat dengan jari telunjuk sambil digerakgerakkan ketika membaca tasyahhud, karena diriwatkan bahwa jika
Rasulullah SAW duduk ditasyahud maka beliau meletakkan tangan
kanannya diatas paha kanan, dan tangan kirinya diatas paha kiri,
emberi isyarat dengan jari telunjuknya, dan pandangan matanya tidak
melewati isyarat jari teunjuknya. (HR. Muslim).
Meletakkan kedua tangan diatas dada, dan tangan kanan diatas tangan
kiri, karena dalil-dalil berikut :
a. Ucapan Sahl ra,Orang-orang diperintahkan meletakkan tangan
kanannya diatas lengan kirinya ketika shalat.
b. Ucapan Jabir ra,Rasulullah SAW berjalan melewati orang yang
sedang shalat dengan meletakkan tangan kirinya diatas tangan
kanannya, kemudian beliau melepaskan tangan orang tersebut, dan
meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya.(HR. Ahmad
dengan sanad yang baik).
Berdoa ketika sujud, karena Rasulullah SAW bersabda,
Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Quran ketika ruku dan
sujud. Adapun dalam posisi ruku, maka agungkan Allah didalamnya.
Adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa karena
(doa pada saat tersebut) layak dikabulkan. (HR. Muslim).
Berdoa di tasyahud akhir setelah bershalawat untuk Nabi SAW dengan
doa-doa sebagai berikut ,
Ya Allah, aku berlindung diri kepada-Mu ari siksa Jahannam, siksa
kubur, fitnah kehidupan sekaligus fitnah kematian, dan fitnah Al Masih
Ad-Dajjal.
Karena Rasulullah SAW bersabda ,
Jika salah seorang dari kalian usai tasyahhud akhir maka hendaklah
ia berlindung diri kepada Allah dari empat hal. (Yaitu) ya Allah, aku

berlindung diri kepada-Mu dari siksa Jahannam, siksa kubur, fitnah


kehidupan sekaligus fitnah kematian, dan fitnah Al-Masih AdDajjal.(HR. Muslim).
12) Memulai salam dengan menoleh kekanan.
13) Salam kedua dengan menoleh kesebelah kiri, karena diriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW mengucapkan salam dengan menoleh kesebelah
kanan, dan sebelah kiri hingga terlihat warna putih pipinya. (HR.
Muslim).
14) Dzikir, dan berdoa setelah salam karena doa-doa berikut :
Tsauban ra berkata,
Jika Rasulullah SAW telah selesai shalat maka beliau istighfar tiga
kali, dan berkat, Ya Allah, Engkau sejahtera dan kesejahteraan dariMu. Engkau Mahamulia wahai dzat yang mempunyai keagungan, dan
kemulian. (HR. Muslim).
Rasulullah SAW memegang tangannya, kemudia bersabda,
Hai Muadz, sesungguhnya aku pasti mencintaimu. Hai Muadz, aku
wasiatkan kepadamu, hendaklah engkau tidak meninggalka doa
diakhir setiap shalat dengan doa berikut,Ya Allah, bantulah aku
dalam dzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah
kepada-Mu dengan benar. (HR. Ahmad, Abu Daud,dan Al Hakim
yang menshahihkanya).
Al-Mughirah bin Syubah ra berkata bahwa Rasulullah SAW membaca
doa berikut pada akhir semua shalat wajib,
Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja yang tidak
ada sekutu bagi-Nya. Bagi Allah segala kerajaan, bagi-Nya pujian,
dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang
bisa menahan apa yang Engkau berikan, tidak ada yang bisa
memberikan apa yang Engkau tahan, dan kemuliaan itu tidak akan
bermanfaat bagi pemiliknya, karena kemuliaan itu dari-Mu. (HR. Al
Bukhari).
Abu Umamah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Barangsiapa membaca surat kursi diakhir setiap shalatnya maka
tidak ada yang menghalanginya memasuki surga kecuali mati. (HR.
Thabrani).
Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Barangsiapa membaca tasbih kepada Allah setelah setiap shalat
sebanyak tiga puluhtiga kali yang kesemuanya berjumlah sembilan

puluh sembilan, serta berkata menggenapkannya seratus,Tidak ada


tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu
bagi-Nya, bagi-Nya kerajaa, bagi-Nya segala pujian, dan Dia
Mahakuasa atas segala sesuat,maka dosa-dosanya diampuni kendati
dosa-dosanya sebanyak buih dilaut. (HR. Muslim).
Saad bin Abu Waqqash ra berkata bahwa Rasulullah SAW berlindung
diri dengan doa berikut setelah setiap shalat ,
Ya Allah, aku berlindung diri kepada-MU dari kikir. Aku berlindung
diri kepada-Mu dari pengecut. Aku berlindung diri kepada-Mu dari
dikembalikan keumur yang paling hina. Aku berlindung diri kepadaMu dari fitnah kehidupan. Dan aku berlindung diri kepada-Mu dari
siksa kubur. (HR. Al-Bukhari).
Saad bin Abu Waqqash mengajarkan doa tersebut kepada anakanaknya.
3. Hal-hal Yang Dimakruhkan dalam Shalat
1). Menoleh dengan kepala atau dengan mata, karena Rasululllah SAW bersabda,
(Menoleh) adalah rampasan yang dirampas syetan dari shalat seorang hamba.
(HR. Al-Bukhari).
2). Menghadapkan mata kelangit, kaena Rasulullah SAW bersabda,
Kenapa orang-orang menghadapkan mata mereka kelangit dalam shalat
mereka. Hendaklah mereka berhenti, atau (kalau tidak) maka penglihatan
mereka akan diambil. (HR. Muslim).
3). Tahadhdur, yaitu meletakkan tangan dipinggang, karena Abu Hurairah ra
berkata,Rasulullah SAW melarang shalat dengan meletakkan tangan
dipinggang.(Muttafaq Alaih).
4). Menahan rambut yang menjuntai, atau lengan baju, atau baju, karena Rasulullah
SAW bersabda,
Aku diperintahkan sujud diatas tujuh organ tubuh, dan tidak menahan rambut,
atau pakaian. (HR. Muslim).
5). Membunyikan jari-jari, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW melihat
seseorang membunyikan jari-jarinya ketika shalat, kemudian beliau bersabda,
Engkau jangan membunyikan jari-jarimu ketika shalat. (HR. Ibnu Majah
dengan sanad dhaif, namun sebagian besar ulama mengamalkannnya).
6) Mengusap kerikil dari tempat sujud lebih dari sekali, karena dalil-dalil berikut :
Sabda Rasulullah SAW,

Jika salah seorang dari kalian berdiri untuk shalat ,maka sesungguhnya
rahmat menghadap kepadanya. Oleh Karena itu, ia janganmengusapnya.
(HR.Abu Daud dan At-Tirmidzi dengan sanad baik).
Sabda Rasulullah SAW,
Jika engkau ingin melakukannya, maka sekali saja. (HR. Muslim).
7). Bermain, dan mengerjakan apa saja yang melupakan shalat, dan menghilagkan
kekhusyukan, misalnya bermain-main dengan jenggot, atau bermain dengan
pakaian, atau melihat hiasan didinding, dsb, karena Rasulullah SAW bersabda,
Tenanglah kalian dalam shalat. (HR. Muslim).
8). Membaca surat ketika ruku, atau sujud, karena Rasulullah SAW bersabda,
Aku dilarang untuk membaca Al-Quran ketika ruku , dan sujud. (HR.
Muslim).
9). Menahan buang air kecil, atau buang air besar.
10). Shalat didepan makanan, karena Rasulullah SAW bersabda,
Tidak (sah) shalat didepan makanan, dan bagi orang yang menahan dua
kotoran (buang air kecil, dan buang air besar).
11). Duduk dengan berjongkok, atau menjulurkan kedua lengan kebawah, karena
Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW melarang duduk seperti dudukny syetan
(berjongkok), dan melarang seseorang menjulurkan kedua lengannya kebawah
seperti binatang buas. (HR. Muslim).
4. Pembatal-pembatal Shalat
Pembatal-pembatal shalat ialah hal-hal sebagai berikut :
1). Meninggalkan salah satu rukun shalat jika pelakunya tidak mengulanginya
ketika shalat, atau tidak lama setelah shalatnya, karena Rasulullah SAW bersabda
kepada orang yang shalat dengan tidak benar dengan meninggalkan thumaninah
dan Itidal yang merupakan rukun shalat,
Shalatlah lagi, karena engkau belum shalat. (HR. Muslim)
2). Makan, atau minum, karena Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya dala shalat terdapat kesibukan. (Muttafaq Alaih).
3). Perkataan yang tidak ada relevansinya dengan shalat, karena Allah Taala
berfirman,
Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu. (Al Baqarah:238).
Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya shalat ini tidak layak didalamnnya sesuatu dari percakapan
manusia. (HR. Muslim).

4).

5).

6).

7).

Jika perkataan memiliki kaitan dengan shalat, misalnya imam mengucapkan


salam kemudian bertanya apakah shalatnya sudah selesai belum? Jika dikatakan
kepadanya bahwa shalatnya belum selesai maka ia harus menyelesaikannnya.
Perkataan seperti itu diperblehkan, karena Rasulullah SAW pernah berbicara
ketika shalat, da sahabat Dzu Al-Yadaini juga berbicara ketika shalat, namun
shalat keduanya tidak batal. Dzu Al-Yadaini berkata kepada Rasulullah
SAW ,Apakah engkau lupa, ataukah engkau memendekkan shalat ? Rasulullah
SAW bersabda kepadanya, Aku tidak lupa, dan tidak pula memendekkannya.
(Muttafaq Alaih).
Tertawa. Kaum muslim telah melakukan ijma bahwa orang yang tertawa ketika
shalat maka shalatnya batal, bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa
wudlunya juaga batal, karena diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Memberengut itu tidak memutus shalat, namun shalat tersebut diputus oleh
tertawa. (HR. Ath-Thabrani dengan sanad yang cukup).
Banyak bergerak karena bertentangan dengan ibadah, da menyibukkan hati dan
oragan tubuh dari shalat. Sedikit gerakan sederhana seperti membetulka sorban,
atau maju ke shaf untuk menutup celah, atau mengulurkan tangan kepada sesuatu
dengan sekali gerak, maka tidak membatalkan shalat, karena diriwayatkan
Rasulullah Saw menggendong Umamah dan meletakkannya dalam keadaan shalat
dan mengimami manusia. (HR. Bukhari). Umamah ialah putri Zainab binti
Rasulullah SAW.
Menambah rakaak shalat dengan rakaat yang sama karena lupa, misalnya shalat
Dhuhur delapan rakaat, atau shalat shubuh empat rakaat karena kelupaannya
yang keterlaluan hingga ia menambah rakaat shalat hingga dua kali lipat itu
menunjukkan seseorang tidak shalat, padahal khusyu adalah rahasia shalat,
padahal khusyu adalah rahasia shalat, dan ruhnya. Jika shalat kehilangan ruhnya,
maka batallah shalat tersebut.
Ingat shalat sebelumnya, misalnya seseorang mengerjakan shalat Ashar, namun ia
ingat bahwa ia belum shalat dhuhur. Dalam kondisi seperti itu, shlat Asharnya
batal hingga ia shalat Dhuhur, sebab urut dalam mengerjakan shalat-shalat
merupakan kewajiban karena shalat-shalat tersebut diterima dari Pembuatnya
juga secara urut. Jadi, salah satu shalat tidak boleh dikerjakan hingga shalat
sebelumnya dikerjakan.

5. Hal-hal Yang Diperbolehkan dalam Shalat


Orang yang shalat diperbolehkan mengerjakan hal-hal berikut :

1). Bergerak sederhana seperti membetulkan pakaian, karena Rasulullah SAW


pernah melakukannya.
2). Berdehem ketika dibutuhkan.
3). Membetulkan orang yang berada dishaf dengan menariknya keshaf depan, atau
mendorongnya keshaf belakang, atau memutarkan makmum dari sebelah kiri
kesebelah kanan, sebagaimana Rasulullah SAW memutar Ibnu Abbas dari sebelah
kirinya ke sebelah kanannya ketika Ibnu Abbas ikut qiyamul lail di samping
beliau. (HR. Al-Bukhari).
4). Menguap, dan meletakkan tangan dimulut.
5). Membaca tasbih untuk imam jika ian lupa, karena Rasulullahb SAW bersabda,
Barangsiapa terjadi sesuatu dalam shalatnya, hendaklah ia berkata,
Subhanallah.(Muttafaq Alaih).
6). Mengahalangi orang-orang yang berjalan didepannya, karena Rasulullah SAW
bersabda,
Jika dari salah seorang dari kalian mengerjakan shalat disesuatu yang
menutupinya dari manusia, kemudian seseorang ingin berjalan didepannya maka
hendaklah ia menolaknya, dan hendaklah ia melawannya karena ia adalah
syetan, (Muttafaq Alaih).
7). Membunuh ular, dan kalajengking yang menyerangnya ketika shalat, karena
Rasulullah SAW bersabda ,
Bunuhlah dua dari makhluk hitam dalam shalat yaitu ular dan kalajengking.
(HR. At-Tirmidzi).
8). Menggaruk badab dengan tangan, karena ini termasuk gerakan sederhana yang
ditolerir.
9). Memberi isyarat dengan telapak tangan terhadap orang yang memberi ucapan
salam, karena Rasulullah SAW melakukannya. (HR. At-Tirmidzi).
Sujud Sahwi
Barangsiapa lupa dalam shalatnya, kemudian menambah jumlah rakaat
shalatnya, ia wajib sujud dishalatnya, ia wajib sujud usai shalatnya kemudian salam.
Begitu juga barangsiapa meninggalkan sunnah muakkadah dala shalat, ia wajib sujud
sebelum salam. Begitu juga, barang siapa meninggalkan tasyahhud pertengahan da
tidak ingat padanya, atau ingat padanya setelah ia berdiri maka ia tidak usah
melakukan tasyahhud, dan sebagai gantinya ia wajib sujud sebelum salam. Begitu
juga orang yang salam padahal shalatnya belum tuntas, ia wajib kembli pada posisi
shalat kemudian menyempurnakan shalatnya, dan sujud setelah salam.

Dasar sujud sahwi ialah sabda, dan perbuatan Rasulullah SAW. Beliau pernah
salam seteah shalat dua rakaat, kemudian diberi tahu tentang hal tersebut. Beliau
pun kembali ke posisi shalat, menyempunaka shalatnya, dan sujud setelah salam.
(HR. At-Tirmidzi).
Rasulullah SAW pernah berdiri dari rakaat kedua tanpa tasyahhud, kemudian
beliau sujud sebelum salam, dan bersabda,
Jika salah seorang dari kalian ragu-ragu dalam shalatnya, ia tidak tahu
sudah shalat tiga rakaat atau empat rakaat ?Maka hendaklah ia membuang
keragu-raguannya dan hendaklah ia membangun berdasarkan apa yang ia
yakini, kemudian sujudlah dua sujud sebelum salam. Jika ia telah shalat lima
rakaat, ia menggenapkan shalatnya. Jika ia telah shalat empat rakaat,
maka itu membuat marah syetan. (Muttafaq Alaih).
Ada pun orang yang lupa dibelakang imam dalam arti ia sebagai makmum,
maka ia tidak wajib melakuka sujud sahwi menurut sebagian besar ulama. Terkecuali
jika imamnya lupa, maka ia sujud bersamanya karena ia harus mengikuti imam, dan
karena keterkaitan shalatnya dengan shalat imam. Para sahabat pernah sujud bersama
Rasulullah SAW ketika beliau lupa dan sujud. (HR. Muslim).
Tata Cara Shalat
Cara shalat adalah sebagai berikut :
Jika waktu shalat telah tiba seorang muslim berdiri dalam keadaan suci,
menutup aurat, mengahadap kiblat, dan melakukan iqamah. Jika iqamah telah
selesai, ia angkat kedua tangannya hingga dekat dengan pundaknya dengan berniat
mengerjakan shalat sembari berkata,Allahu akbar. Kemudian ia letakkkan tangan
kanannya diatas tangan kirinya diatas dada, membaca iftitah sambil
berkata,Bismillahirrahmaanirrahim, dengan pelan-pelan, dan membaca surat AlFatihah. Ketika sampai pada ayat, Waladzdzalliin, ia berkata, Aamin. Membaca
beberapa ayat dari surat Al-Quran,mengangkat kedua tangan hingga dekat dengan
dua bahu, ruku sambil berkata,allahu akbar, meletakkan kedua telapak tangan
dilutut sambil meratakan tulang punggungnya tanpa mengangkat kepala dan tidak
menundukkannya. Ketika ruku ia membaca, Subhana rabbiyal adzin, tiga kali
atau lebih, kemudian mengangkat kepala dari ruku dengan mengangkat kedua
tangan ke dekat bahu sambil membaca, Samiallahu liman hamidah. Ketika ia
telah tegak berdiri, ia membaca, Rabbana lakal hamdu hamdan katsiran thayyiban
mubarakanfiihi, kemudian sujud sambil berkata, Allahu akbar. Ia sujud diatas
ketujuh organ tubuhnya : wajah, kedua telapak tangan, dua lutut, dan dua telapak

kaki dengan meletakkan keningnya da hidungnya ditanah sambil berkata,


Subhaana rabbiyal ala, tiga kali atau lebih dan jika berdoa memohon kebaikan
ketika sujud maka itu baik sekali, kemudian ia mengangkat kepala dari sujud sambil
berkata, Allahu akbar, kemudian duduk diatas kaki kirinya dan menegaskan kaki
kanannya sambil berkata,Rabbighfirli warhamni waidini warzuqni (Ya Allah,
ampunilah aku, sayangilah aku, berilah aku petunjuk, dan berilah aku rizki),
kemudian sujud seperti sebelumnya, kemudian berdiri untuk rakaat kedua. Ia
berbuat seperti apa yang ia perbuat pada rakaat pertama, kemudian tasyahhud. Jika
jumlah shalat adalah dua rakaat seperti shalat shubuh, maka ia tasyahhud,
bershalawat adalah dua rakaat seperti shalat shubuh, maka ia tasyahhud,
bershalawat atas Rasulullah SAW dan salam, sambil berkata, Assalamu alaikum
warahmatullahi, dengan menoleh kekanan, dan salam sekali lagi dengan menoleh
ke sebelah kiri.
Shalat tersebut bukan shalat yang jumlahnya dua rakaat, maka setelah
membaca tasyahhud, ia berdiri dengan takbir dan mengangkat kedua tangannya
kedekat bahunya, dan meneruskan shalatnya seperti pada rakaat pertama. Hanya
saja setelah dua rakaat tersebut, ia membaca Al-Fatihah saja, kemudian duduk
dengan meletakkan pantat diatas tanah, dan menegakkan kaki kanan dan jari-jari
kaki bagian dalam ketanah, kemudian tasyahhud, bershalawat keatas Rasulullah
SAW, meminta perlindungan kepada Allah Taala dari siksa jahannam, siksa neraka,
siksa kubur, fitnah kehidupan, fitnah kematian, dan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal,
kemudian
mengucapkan
salam
dengan
suara
nyaring
sambil
berkata,Assalamualaikum warahmatullah, dengan menoleh kesebelah kanan,
kemudian salam kedua dengan menoleh kesebelah kiri, jika ia tidak shalat bersama
orang lain.

Anda mungkin juga menyukai