Anda di halaman 1dari 44

BAB 2

TEORI

1.1 Teori Abstrak


Menurut Hidayat (2014: 160), abstrak merupakan cerminan isi karya tulis
(hasil penelitian), mencakup isi utama sebuah karya tulis ilmiah yang
ditempatkan pada bagian muka dengan harapan agar pembaca dapat dengan
mudah memperoleh informasi tenting keseluruhan isi tulisan sebelum
membacanya secara lengkap

Cara penulisan abstrak adalah sebagai berikut:


1.1.1 Terdapat kalimat pengantar tentang alasan mengapa penelitian tersebut
dilakukan.
1.1.2 Memaparkan secara ringkas metode penelitian yang digunakan,
populasi, jumlah sampel, tehnik sampling yang dipakai, variabel yang
diukur, metode pengumpulan data dan alat ukur yang digunakan, serta
metode analisa data yang dipakai.
1.1.3 Terdapat hasil utama yang diperoleh dari penelitian.
1.1.4 Adanya kesimpulan yang utama dari penelitian.
1.1.5 Abstrak dituliskan satu spasi dalam satu paragraph dengan
menggunakan kata yang mudah dimengerti dan menarik.

1
1.2 Teori Pendahuluan
Menurut Hidayat (2014:15), latar belakang dalam sebuah proposal penelitian
merupakan pengantar informasi tentang materi keseluruhan dan penelitian
yang ditulis secara sistematis dan terarah dalam kerangka logika yang
memberikan positifikasi terhadap dasar pemikiran, pendekatan, metode
analisa dan interpretasi untuk sampai pada tujuan dan kegunaan penelitian.

Pada umumnya, pokok-pokok yang ditulis dalam latar belakang harus


memandang empat unsur yang tercantum secara tersirat dalam pengembangan
gagasan/masalah:
1.2.1 Unsur pentingnya masalah. Secara umum pentingnya sebuah masalah
ini ditulis pada awal gagasan atau pikiran pertama yang dapat
mengemukakan arti pentingnya sebuah masalah dan seberapa besar
masalah itu penting untuk diteliti.
1.2.2 Unsur skala masalah. Unsur itu ditulis setelah mengemukakan gagasan
adanya masalah dan itu penting untuk diteliti. Selanjutnya diberikan
penegasan atau pengurangan tentang derajat pentingnya masalah itu
untuk diteliti atau bila tidak diteliti bagaimana dampaknya.
1.2.3 Unsur kronologis masalah.Unsur kronologis menjelaskan proses
terjadinya masalah atau relevansi penelitian yang terdahulu/telah ada,
tentunya dengan ditunjang data empiris dari permasalahan penelitan
yang akan diteliti.
1.2.4 Unsur solusi masalah. Unsur ini digunakan sebagai alternatif dalam
memberikan solusi atas masalah yang timbuk serta alternatif lain yang
akan dilakukan dalam penelitian.

2
1.3 Teori Metode Penelitian
Menurut Hidayat (2014:18), metode penelitian merupakan cara yang akan
dilakukan dalam proses penelitiandalam menyusun proposal, metode penelitian
harus diuraikan secara rinci seperti variabel penelitian, rancangan penelitian,
tekhnik pengumpulan data, analisis data, cara penafsiran, dan penyimpulan hasil
penelitian. Untuk penelitian yang menggunakan metode kualitatif dapat dijelaskan
metode pendekatan yang digunakan, secara lebih mendetail.
1.3.1 Variabel penelitian
Variabel adalah sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni
yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, sebagai contoh variabel kuantitatif
adalah variabel berat badan, umur, tinggi badan. Sedangkan, variabel
kualitiatif diantaranya adalah persepsi, respons, sikap, dll (Hidayat, 2014 :
78).

Menurut Hidayat (2014: 78) Jenis variabel dalam penelitian keperawatan


terbagi atas beberapa jenis variabel, diantaranya :
1.3.1.1 Variabel independent (variabel bebas)
Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya
bebas dalam mempengaruhi variabel lain, variabel ini punya
nama lain seperti prediktor, risiko, atau kausa.
1.3.1.2 Variabel dependent
Variabel dependent (terikat) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas.
Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan.
Variabel ini juga disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome,
atau event.
1.3.1.3 Variabel moderator
Variabel moderator ini merupakan variabel yang memperkuat atau
memperlemah hubungan variabel independent dan dependent
yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
1.3.1.4 Variabel kontrol
Variabel kontrol merupakanvariabel yang dibuat konstan sehingga
tidak akan mempengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel

3
kontrol ini ditentukan oleh peneliti sehingga dapat melakukan
penelitian perbandingan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol dalam penelitian.
1.3.1.5 Variabel intervening
Variabel intervening ini merupakan variabel yang memperkuat
atau memperlemah variabel dependen dan independent tetapi
tidak dapat diukur.

1.3.2 Populasi, sample, dan tekhnik sampling


1.3.2.1 Menurut Hidayat (2014:60) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jadi, populasi tidak hanya terbatas dan tidak terbatas pada orang,
tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek tersebut.

Populasi juga dapat bersifat terbatas dan tidak terbatas. Dikatakan


terbatas apabila dihitung, sedangkan bersifat tidak terbatas dalam
arti tidak dapat ditentukan jumlah individu atau objek dalam
populasi tersebut.
Ketentuan populasi ada 3 yaitu ada unsur :
1) Isi (Content)
2) Perluasan (Exten)
3) Watku (Time)

Yang harus dicantumkan dalam populasi yaitu 3W + 1H


1) Who (Siapa)
2) Where (Dimana)
3) When (8Kapan)
4) How (Bagaimana)
1.3.2.2 Sampel menurut Hidayat (2014:60) merupakan bagian populasi
yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan, kriteria

4
sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria
tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel yang tersebut
digunakan.

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian


mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam
menentukan kriteria inklusi.

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian


tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian yang penyebabnya antara lain adalah:
1) Adanya hambatan etik
2) Menolak menjadi responden
3) Terdapat keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan
penelitian
4) Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu
pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian
1.3.2.3 Menurut Hidayat (2014:72) teknik sampling merupakan suatu
proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari
populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada, secara umum ada dua jenis
pengambilan sampel, yakni probability/sampling dan non
probability sampling.
1) Probability sampling
Teknik pengambilan sampel dengan maksud untuk
memberikan peluang yang sama dalam pengambilan sempel,
yang bertujuan untuk generalisasi, dengan berasas probability
unit terpilih sama. Termasuk jenis pengambilan sampel
adalah:simple random sampling, proportionate stratified
random sampling, disproportionate stratifiedrandom
sampling dan areasampling.
a) Simple random sampling
Pengambilan sampel dengan cara acak tanpa
memperhatikan strategi yang ada dalam anggota populasi.

5
Cara ini dilakaukan bila anggota populasi dianggap
homogen, sebagai contoh bila populasinya homogen
kemudaian sampel diambil secara acak, maka akan
didapatkan sampel yang representatif. Pengambilannya
dapat dilakukan lotere, akan tetapi pengambilannya
diberikan nomor urut tertentu maka disebut sebagai
systematic random sampling.
b) Proportionate stratified random sampling
Suatu cara mengambil sampel yang digunakan bila
anggota populasinya tidak homogen yang terdiri atas
kelompok yang homogen atau berstrata secara
proporsional.
c) Disproportionate stratified random sampling
Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila
anggota populasinya tidak homogen yang terdiri atas
kelompok yang homogen atau berstrata secara
proporsional.
d) Area sampling
Suatu cara pengambilan sampel bila objek yang diteliti
atau sumber data sangat luas atau besar, yakni populasinya
heterogen, maka caranya adalah berdasarkan daerah dari
populasi yang telah ditentukan.
e) Multistage random sampling
Teknik ini merupakan suatu cara pengambilan sampel, bila
objek yang diteliti atau sumber data sangat luas atau besar,
yakni populasinya heterogen terdiri atas cluster dan strata.
Cara samplingnya adalah berdasarkan daerah dari populasi
yang telah ditetapkan, dengan melakukan randomisasi
cluster, kemudian dilakukan stratifikasi atas cluster
terpilih dan terakhir dilakukan randomisasi unit populasi
unit dari masing-masing strata.

2) Nonprobability Sampling
Teknik pengambilan sampel dengan tidak memberikan
peluang yang sama setiap dari anggota populasi, yang

6
bertujuan tidak untuk generalisasi, yang berasas
padaprobability yang tidak sama, teknik pengambilan ini
terdiri atas berbagai jenis :
a) Sampling Sistematis
Cara pengambilan sampel berdasarkan urutan anggota
populasi yang telah diberikan nomer urut, dengan sifat
dari populasinya heterogen. Cara ini biasanya mengambil
nomer urut ganjil saja ataupun nomer genap.
b) Sampling Kuota
Cara mengambil sampel dengan menentukan ciri-ciri
tertentu sampai jumlah kuota yang telah ditentukan.
c) Sampling Aksidental
Cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan
kebetulan bertemu. Sebagai contoh, dalam menentukan
sampel apabila dijumpai ada, maka sampel tersebut
diambil dan langsung dijadikan sebagai sampel utama.
d) Purposive Sampling
Cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu sebagai
contoh apabila mencari sampel pada orang yang dilakukan
pemasangan kateter pertama kali, maka sampel yang
dicari adalah sampel yang dipasang kateter pertama kali,
bukan yang kedua, ketiga, atau seterusnya.
e) Sampling Jenuh
Cara pengambilan sampel ini adalah dengan cara
mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara
ini dilakukan bila populasinya kecil, seperti bila
sampelnya kurang dari tiga puluh maka anggota populasi
tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampling
jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sempel.
f) Snowball Sampling
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menemukan
sampel dalam jumlah kecil awalnya, kemudian sampel
tersebut diminta mengajak temannya untuk diikutsertakan
sebagai sampel pada penelitian tersebut.

7
g) Consencutive Sampling
Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan
memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampel
kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi
(Hidayat, 2014;59).

1.3.3 Jenis Data dan Sumber Data


Berdasarkan jenis datanya terdapat penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Jenis penelitian yang termasuk dalam penelitian kuantitatif adalah
penelitian deskriptif, penelitian perkembangan, penelitian tindakan,
penelitian perbandingan kausal atau komparatif, penelitian korelasional,
penelitian eksperimental dan lain-lain.Sedangkan contoh penelitian
kuantitatif adalah penelitian fenomenologi, grounded, etnografi, historis,
kasus, filosofi, dan lain-lain. Pada penelitian kuantitatif, proses
pengumpulan data dapat diperoleh melalui cerita, gambar atau dokumen
lainnya. Penelitian fenomenologi ini dapat bersifat deskriptif yang
mempelajari fenomenal tentang respon kesadaran manusia bertujuan untuk
menjelaskan pengalaman seseorang dalam kehidupannya termasuk
didalamnya adalah interiksa sosial yang dilakukannya. Penelitian
grounded merupakan penelitian yang digunakan untuk menemukan
masalah-masalah pada situasi atau aplikasi dari masalah yang ada dengan
menekankan praktik hubungan antar variabel (Hidayat, 2014 : 45-46).

Berdasarkan sumber datanya, penelitian terbagi menjadi penelitian primer


dam penelitian sekunder. Pada penelitian primer, data dikumpulkan sendiri
oleh peneliti dari yang sebelumnya tidak ada, dan tujuannya disesuaikan
dengan keperluan penelitian, sedangkan penelitian sekunder data telah
dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada (Hidayat, 2014 : 45).

1.3.4 Alat Pengumpulan Data


Menurut Hidayat (2014: 86-88) merupakan cara peneliti untuk
mengumpulkan data dalam penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan
data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuan
hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data tersebut antara lain dapat
berupa kuesioner/angket, observasi, wawancara atau gabungan ketiganya.

8
1.3.4.1 kuesioner/angket
Merupakan alat ukur berupa kuesioner/angket dengan beberapa
pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya
besar dan tidak buta huruf. Selain itu pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner mampu mengenali hal-hal yang bersifat
rahasia. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada parameter yang
sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan. Angket terdidi atas tiga jenis, yaitu :
1) Angket terbuka atau tidak berstruktur yang memberikan
kebebasan responden untuk mengungkapkan permasalahan.
2) Angket tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut
dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal
memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada.
3) Checklist atau daftar cek yang merupakan daftar yang berisi
pertanyaan atau pertanyaan yang akan diamati dan responden
akan memberikan jawaban dengan memberikan cek () sesuai
dengan hasilnya yang di inginkan atau peneliti yang
memberikan tanda () sesuai dengan hasil pengamatan.
1.3.4.2 Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan pengumpulan data dengan mengadakan
melakukan pengamatan secara langsung kepada responden
peneliti untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
Dalam metode observasi ini, instrument yang dapat digunakan
adalah lembar observasi, panduan pengamatan (observasi) atau
lembar checklist.
1.3.4.3 Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai lengsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung. Metode dapat digunakan
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara
mendalam serta jumlah respnden sedikit. Dalam metode
wawancara ini, dapat digunakan instrument berupa pedoman
wawancara kemudian daftar periksa atau checklist.

9
1.3.4.4 Tes
Tes ini merupakan metode pengumpulan data dengan
memberikan beberapa soal ujian atau tes. Ada beberapa instrumen
yang digunakan dalam melakukan tes diantaranya: tes
kepribadian untuk mengetahui kepribadian seseorang, tes bakat
yang mengukur bakat seseorang, tes prestasi untuk mengukur
pencapaian atau prestasi seseorang, tes intelegentasi dan tes sikap
untuk mengukur sikap seseorang.
1.3.4.5 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli, dokumen asli
tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dan film
documenter.

1.3.5 Analisis data


Analisis data menjelaskan tentang metode statistik yang digunakan dalam
menganalisis data hasil penelitian, termasuk didalamnya adalah perlu
tidaknya penggunaan uji statistik. Jika diperlukan, maka akan
menggunakan tingkat kemaknaan berupa, program yang akan digunakan
untuk menganalisis data dan lain-lain (Hidayat, 2014; 57).
Analisis data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap antara
lain:
1.3.5.1 Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
1.3.5.2 Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi dengan menggunakan uji statistik.
Dalam pemilihan uji statistik sangat penting untuk menentukan
hasil atau kesimpulan dari suatu penelitian. Jika pemilihan uji
tidak tepat, maka hasil atau kesimpulan yang dihasilkan tidak
akurat atau tidak tepat. Dalam uji statistik perlu diperhatikan jenis
skala pengukuran data diantaranya nominal, ordinal, interval dan
rasio.

10
Menurut sugiono (2012 :148) statistik inferensial adalah teknik statistik
yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila
sampel diambil dari populasi yang jelas dan teknik pemgambilan sampel
dari populasi ddilakukan secara random. Suatu kesimpulan dari data
sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang
kesalahan dan kebenaran yang ddinyatakan ddalam bentuk presentase.
Bila peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang
kesalahan 1% maka taraf kepercayaan 99%.

Data berskala interval atau rasio disebut juga sebagai data kuantitatif, data
berskala ordinal disebut juga data seni kuantitatif, dan data berskala
nominal disebut data kualitatif (Hidayat, 2014; 112)

Salah satu analisis bivariat menggunakan ujji korelasi spearman rank


(rho). Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan
antara 2 variabel yang berskala ordinal, caranya sebagai berikut:
1.3.5.1 Membuat hipotesis
1.3.5.2 Membuat tabel penolong untuk membuat ranking
1.3.5.3 Menentukan r hitung
1.3.5.4 Menentukan nilai r tabel spearman
1.3.5.5 Menentukan Z hitung
1.3.5.6 Menentukan kesimpulan

Penulisan analisis data, pada penelitian kualitatif perlu dituliskan tentang


jenis statistik yang dipergunakan dalam pengolahan data. Alasan
penetapan penggunaan statistik yang dipilih, sumber rujukan yang
dipergunakan. Pada bagian ini, biasanya rumus statistik tidak terlalu
penting ditulis, justru nilai signifikan yang perlu diketahui oleh pembaca
(nursalam, 2014; 209)

11
Cara pemilihan Uji Statistik Univariat dan Bivariat (Nursalam, 2014)
Jenis variabel
K Se K
u m ua
a i lit
li ku ati
t an f
a tit (n
ti ati o
f f m
( (o in
R rd al/
a in ka
s al te
i )/ go
S
o ku ri)
a
- an
m
i tit
p
n ati
e
t f
l
e di
b
Ju r str
e
mla v ib
b
h a us
a
sam l) i
Tuj s
pel/ p po
uan /
jum o pu
Uji b
lah p la
e
pas u si
r
ang l ta
p
an a k
a
s no
s
i r
a
b m
n
e al
g
r
a
d
n
i
s
tr
i
b
u
s
i
n
o
r
m
a
l
ko 2 B U - Uj - U
mp e ji i ji
aras b 2 M C
i a s an hi
s a n
-
m W

12
p hi Q
e tn ua
l ey dr
b - Uj at
e i
(
b ju
a m
X
2
s la )
h - U
pe ji
ri ek
ng sa
ka k
t da
da ri
ri fi
wi
sh
lc
ox
er
on
B U Uj Uj
e ji i i
r t pe M
p s ri c
a a ng N
s m ka e
a p t m
n e be ar
g l rt
a b an
n e da
r da
p ri
a W
s ilc
a ox
n on
g
a
n
>2 B A Uj Uj
e n i i
b o K C
a v ru hi
s a sk -
1 all Q
a - ua
r W dr
a all at
h is
B A Uj Uj
e n i i
r o Fr C
p v ie oc
a a d hr
s u m an
a n an s
n t (u

13
g u nt
a k uk
n s ka
u to
b go
j ri
e di
k ko
y lo
a m
n i)
g
s
a
m
a
- K - Uji korelasi K
o dari oe
r spearman fe
e - Korelasi si
l kappa en
a ko
s nt
i in
d ge
a ns
ri i
p (c
e )
a K
Korelasi r oe
s fe
o si
n en
( P
r hi
) K
- ( oe
r fe
e si
g en
r K
e ap
s pa
i)

Tabel
Penggunaan statistik parameter dan non parametrik untuk menguji hipotesis
Maca Bentuk hipotesis
desk Komparatif Kompa A
m
riptif (2 sampel) ratif s
data
satu (lebih o
varia dari 2 si

14
bel sampel) at
Relat i relat ind
atau if
ed n ed ep
satu (h
d en
sam u
e de
pel b
p n
u
e
n
n
g
d
a
e
n)
n
Nomi Bino Mc F Cho X2 C
nal mial nom is qran unt o
satu ar h Q uk nt
sam e K in
pel r sa g
e mp e
x el n
a c
ct y
p c
r o
o ef
b ic
a ie
b nt
il
it
y
2
s
a
m
p
el
Ordi Run Sign M Frie M S

15
nal test test e dma edi p
wilc d n an e
oxon ia two- ext ar
matc n way en m
hed te anov sio a
pairs st a n n
ra
n
M k
a
n
n
w
h
it
n
e
y
u
te
st

K
o
o
l
o
m
o
g
o
o
r
o
v

16
s
m
ir
n
o
v

W
al
d
w
o
l
d
f
o
it
z
Inter t-test t-test t- One On K
val of te way e or
rasio relat st anov wa el
o ed i a y as
n two an i
d way ov pr
e anov a o
p a tw d
e o u
n wa ct
d y m
e an o
n ov m
t a e
nt

R
e

17
gr
es
i
se
d
er
h
a
n
a

Berdasarkan tabel dapat dikemukakan bahwa:


1.3.5.1 Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel (unisampel) bila
datanya berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistik:
1) Binomial
2) Chi quadrat satu sampel
1.3.5.2 Untuk menguji hipotesis deskriftif satu sampel bila datanya
berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik:
1) Run test
1.3.5.3 Untuk menguji hipotesis deskriptif satu variabel (unvariabel)
bila datanya berbentuk interval atau rasio, maka digunakan t-test
satu sampel
1.3.5.4 Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang
berpasangan bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik
statistic : Mc Nemar
1.3.5.5 Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan
bila datanya berbentuk ordinal digunaan teknik statistic :
1) Sign Test
2) Wilcoxon matched fairs
1.3.5.6 Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila
datanya berbentuk nominal digunakan teknik satistik :
1) Fisher exact probability
2) Chi quadrat dua sampel
1.3.5.7 Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan
bila datanya berbentuk interval atau rasio digunakan t-test dua
sampel.

18
1.3.5.8 Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila
datanya berbentuk ordinal digunakan statistic :
1) Median test
2) Mann-whitney u test
3) Kolmogoro smirov
4) Wald wolfowitz
1.3.5.9 Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan
bila datanya berbentuk interval dan rasio digunakan t tes sampel
berpasangan (related)
1.3.5.10 Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel berpasangan bila
datanya berbentuk nominal digunakan statistic :
1) Chocran Q
1.3.5.11 Untuk menguji komparatif k sampel berpasangan bila datanya
berbentuk ordinal digunakan statistic :
1) Friedman Two-way Anova
1.3.5.12 Untuk menguji hipotesis komparatif sampel berpasangan bila
datanya berbentuk interval dan rasio digunakan analisis varians
satu jalan maupun dua jalan.
1.3.5.13 Untuk menguji komparatif sampel independen bila datnya
berbentuk nominal digunakan :
1) Chi kuadrat k sampel
1.3.5.14 Untuk menguji komparatif k sampel independen bila datanya
berbentuk ordinal digunakan :
1) Median Extention
2) Kruskal Wallins one way anova
1.3.5.15 Untuk menguji hipotesis assosiatif/korelasi bila datanya
berbentuk nominal digunakan :
1.3.5.16 Koefisien Kontigensi
1.3.5.17 Untuk menguji hipotesis assosiatif/korelasi bila datanya
berbentuk ordinal digunakan :
1) Korelasi spearman rank
2) Korelasi Kendal tau
1.3.5.18 Untuk menguji hipotesis assosiatif, korelasi bila datanya
berbentuk interval dan rasio digunakan :
1) Korelasi produk moment: untuk menguji hipotesis hubungan

19
antara satu variabel independen dengan satu dependen
2) Korelasi ganda bila untuk menguji hipotesis tentang
hubungan dua variabel independen atau lebih secara
bersama-sama dengan dengan satu variabel dependen
3) Korelasi parsial digunakan untuk menguji hipotesis
hubungan antara dua variabel atau lebih bila terdapat
variabel yang dikendalikan.
4) Analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi,
bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai
variabel independen dinaikan atau diturunkan nilainya
(dimanipulasi)

1.3.6 Jenis dan Rancangan Penelitian


Menurut Hidayat (2014) secara umum desain penelitian yang akan dibuat
sangat ditentukan oleh rumusan masalah yang akan dijawab dalam
penelitian. Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rumusan masalah.
Dalam disiplin ilmu kesehatan, terdapat berbagai jenis penelitian. Secara
umumnya jenis penelitian tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan
ruang lingkup, tempat, cara pengumpulan data, ada tidaknya perlakuan,
waktu pengumpulan data, tujuan penelitian, dan sumber data.

Berdasarkan ada tidaknya perlakuan, maka penelitian terbagi menjadi


penelitian eksperimental dan non eksperimental. Penelitian
noneksperimental adalah penelitian observasional yang bersifat deskriptif
eksloratif non hipotesis. Penelitian observasional yang bersifat analitik
inferensial hipotesis, untuk jenis observasional apabila yang diteliti
berkaitan dengan distribusi penyakit, menurut demografis, geografis,
sosiokultural, serta factor risiko, maka penelitiannya menggunakan
pendekatan epidemologis, dan deskriptif maupun analitis. Selain itu desain
yang telah dipilih dapat menentukan perlu tidaknya menggunakan metode
samping, apabila perlu maka dapat ditemukan perlu tidaknya alokasi
random untuk mempertahankan validitas internal.
Rancangan penelitian non eksperimental
1.3.5.1 Penelitian observasional bersifat deskriftif eksploratif
nonhipotesis

20
Penelitian ini bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan
masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat,
waktu, umur, jenis kelamin, ekonomi, pekerjaan, status
perkawinan, cara hidup dan lain-lain.
1.3.6.1 Penelitian observasional bersifat analitik inferensial hipotesis
Rancangan penelitian ini bertujuan mencari hubungan
antarvariabel yang sifatnya bukan hubungan sebab akibat,
biasanya dilakukan penelitian secara deskriptif terlebih dahulu
untuk mencari data besarnya.
1.3.6.2 Penelitian observasional pendekatan epidemologis
1) Penelitian Cross sectional
Rancangan ini merupakan rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan
(sekali waktu) antara faktor risiko dengan peyakit.
2) Penelitian case control
Merupakan rancangan penelitian yang membandingkan antara
kelompok kasus dengan kelompok kontrol untuk mengetahui
proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan.
3) Penelitian kohort
Merupakan rancangan penelitian dengan mengelompokan
atau mengklasifikasi kelopok yang terpapar dengan yang tidak
terpapar agar dapat melihat adanya fenomena.

Rancangan Penelitian Eksperimental


1) Preexperimental Design
Merupakan rancangan penelitian eksperimen yang paling
lemah yang paling lemah serta tidak untuk membuktikan
kualitas, yang terdiri atas one shot case study/posttest only
design, pretest-posttest design dan static group comparison/
posttest only control group design.
2) True Experimental Design (eksperimen murni)
True experimental design merupakan jenis rancangan
penelitian yang mempunyai ketelitian tinggi karena
sampelnya dipilih secara acak dan ada kelompok kontrolnya.
Pada penelitian ini semua varaibel luar dapat dikontrol

21
sehingga rancangan penelitian ini dapat dikenal dengan
eksperimen yang betul-betul eksperimen. Ada tiga jenis dari
true experimental design yakni randomizedpretest posttest
control group design, randomized posttest only control
design, dan solomon four group design.
3) Quasy Experimental Design (eksperimen semu)
Merupakan bentuk desain eksperimen yang lebih baik
validitas internalnya daripada rancangan preeksperimental
dan lebih lemah dari true experimental. Desain ini terdiri atas
time series design, nonequivalent control group design,
equivalent time sampel design, dan lain-lain.

22
1.4 Teori Hasil Dan Pembahasan
1.4.1 Teori Hasil Penelitian
Menurut Darma (2011 : 272), pada bagian ini dijelaskan tentang :
1.4.1.1 Alur penelitian
Banyak jurnla yang menampilkan diagram alur untuk memperjelas
pembaca tentang proses penelitian. Diagram alur adlah suatu
diagram yang menjelaskan tentang proses penelitian mulai dari
lokasi penelitian/ demografi, penetapan sampel, randomisasi,
perlakuan yang diberikan, jumlah sampel yang keluar dari
penelitian karena drop out atau loss of follow up sampai dengan
jumlah yang mengikuti penelitian hingga selesai. Melalui alur
penelitian kita dapat mngetahui berapa banyak sampel yang
direkrut, jumlah sampel yang keluar dari penelitian, jumlah sampel
yang mengikuti penelitian sampai selesai dan perlakuan yang
diberikan.
1.4.1.2 Karateristik sampel dan data baseline
Pada bagian ini peneliti menjelaskan karakteristik sampel
(umumnya dijelaskan menggunakan tabel). Pada penelitian ini
eksperimen yang menggunakan kelompok kontrol, digambarkan
perbandingan/ kesetaraan karakteristik data dasar (baseline) antar
kelompok yang direkrut dalam penelitian. Hal ini penting untuk
memberikan gambaran bahwa kelompok kontrol memiliki
kesetaraan base line sebelum perlakuan di uji cobakan. Sehingga
menunjukkan bahwa perbedaan efek antara kedua kelompok terjadi
hanya karena perlakuan yang di uji cobakan dan bukan karena
perbedaan karakteristik antar kelompok. Jika pada data baseline
terdapat ketidaksetaraan beberapa karakteristik (variabel), maka
peneliti menjelaskan bagaimana anlisis yang dilakukan untuk
mengendalikan ketidaksetaraan tersebut.
1.4.1.3 Hasil penelitian
Pada bagian ini dijelaskan tentang hasil penelitian :
1). Kemaknaan statistic (statistical significant) berupa nilai
probabilitas hasil uji statistic dan kemaknaannya. Peneliti

23
juga mencantumkan derajat kepercayaan (confident interval)
yang merupakan suatu estimasi parameter populasi
berdasarkan data statistic sampel.
2). Kemaknaan klinis (clinical significant) berupa perbandingan
antara hasil penelitian efek size. Jika hasil penelitian
menunjukkan perbedaan yang lebih besar dibandingkan
dengan efek size, maka hasil penelitian bermakna klinis. Efek
size adalah perdiksi perbedaan antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol.
3). Pada penelitian eksperimen dengan variabel dependen nominal
dikontom ( sehat sakit, efektif tidak efektif) peneliti biasanya
menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis, maka pada saat
menelaah sebaiknya menghitungnya. Hal ini sangat penting
untuk mnentukan seberapa efektif suatu intervensi/ prosedur
dibandingkan kelompok kontrol. Nilai kepentingan klinis
antara lain : kontrol event rate (CER), experiment event rate
(EER), relative risk reduction (RRR), absolute risk reduction
(ARR), number need to trear (NNT)

1.4.2 Teori Pembahasan


Menurut Hidayat (2012:191), Pada bagian ini, peneliti mengemukakan dan
menganalisis makna penemuan penelitian yang telah dinyatakan
sebelumnya dalam hasil dan menghubungkannya dengan pertanyaan
penelitian atau hipotesis. Setiap pernyataan penelitian harus jelas dan
didukung oleh kepustakaan atau teori yang mendukung. Peneliti juga
menjelaskan relevansi hasil penelitiannya dengan perkembangan ilmu
keperawatan/kesehatan, terhadap pemecahan masalah pada bagian akhir
pembahsan peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitiannya /
opini dari peneliti sendiri.

24
1.5 Teori Kesimpulan Dan Saran
1.5.1 Teori Simpulan
Menurut Hidayat (2014: 173) Simpulan menjelaskan tentang kesimpulan
yang didapatkan oleh peneliti terhadap hasil penelitian kemudian
menghubungkannya dengan ilmu pengetahuan dan praktek keperawatan
serta manfaatnya untuk penelitian selanjutnya. Dengan kata lain,
kesimpulan berisikan dari tujuan atau pertanyaan masalah. Dengan
kesimpulan, dapat diperoleh informasi baru, pegukuhan, atau koreksi
terhadap pendapat lama.

1.5.2 Teori Saran


Menurut Hidayat (2014: 174) saran diberikan untuk pengembangan ilmu
keperawatan, instansi, peneliti, dan kelanjutan penelitian. Berhubungan
dengan informasi baru, maka penulisan dapat memperkirakan
kecenderungan tentang gejala yang ditemukan peneliti ini dengan
mengajukan harapan agar dilakukan penelitian.
1.5.2.1 Bagi pengembangan ilmu keperawatan
1.5.2.2 Bagi instansi
1.5.2.3 Bagi peneliti
1.5.2.4 Bagi peneliti selanjutnya

25
1.6 Teori Daftar Pustaka
Menurut Hidayat (2014: 174) Daftar pustaka atau daftar bacaan merupakan
keterangan tentang bacaan yang dijadikan sebagai bahan rujukan penulisan
penelitian keperawatan. Daftar pustaka berisi pustaka yang digunakan seperti dari
buku teks, jurnal, artikel atau kumpulan karangan, dan lain-lain.

Ketentuan penulisan daftar pustaka sebagai berikut :


1.6.1 Daftar pustaka disusun seacara alfabetis menurut abjad pengarang, nama
belakang dibalik dengan diberi tanda koma, dan tidak diberi nomor urut.
1.6.2 Jarak antara satu dengan baris berikutnya adalah satu spasi dan jarak
antara sumber dengan sumber lainnya adalah dua spasi. Jika lebih dari satu
baris, maka baris selanjutnya ditulis menggantung.
1.6.3 Urutan penulisannya adalah nama penulis tanpa gelar akademik, tahun
terbit, judul buku, kota terbit ditulis tebal atau miring , dan nama penerbit.
1.6.4 Pencantuman daftar pustaka hanya sumber acuan yang dikutiip.
1.6.5 Jika ada buku pustaka yang ditulis pengarang yang sama hanya ditulis
lengkap pada daftar pustaka pertama, dibawahnya cukup berisi garis
sepanjang tujuh ketukan sebagai pengganti penulisan nama pengarang.
1.6.6 Jika rujukan berupa artikel dimuat di media massa, maka judul artikel
ditulis tegak diapit tanda petik tanpa garis bawah.
1.6.7 Jika dirujuk adalah berita dalam koran atau majalah, maka urutan
penulisan adalah nama penulis, judul artikel dalam tand kutip, nama
majalah dicetak miring edisi tanggal bulan tahun. Jika ada penulisannya
nama majalah, judul tanda petik, tanggal, bulan dan tahun.
1.6.8 Jika yang dirujuk adalah situs internet, maka cara penulisannya adalah
nama pengarang, judul artikel, alamat situs keterangan akses tanggal, dan
pukul berapa saat mengaksesnya.

Menurut Universitas Indonesia (2008) cara penulisan artikel jurnal adalah


canumkan nama penulis artikel, tahun publikasi, judul artikel, judul jurnal
(dicetak miring), volume dan nomor jurnal, nomor halaman.

26
1.7 Teori Implikasi
Menurut Arikunto (2010 : 493) mengemukakan bahwa suatu implikasi merupakan
bagian dari kesimpulan. Di dalam sajian implikasi peneliti dapat memisahkan
menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1.7.1 Implikasi bagi teori
Tujuan peneliti adalah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang sudah
ada dengan penemuan yang baru dan sifatnya unik yang dihasilkan melalui
kegiatan peneliti.
1.7.2 Implikasi bagi praktik
1.7.3 Implikasi bagi peneliti selanjutnya
Merupakan wahana bagi peneliti yang sedang menuliskan laporannya untuk
menitipkan keinginannya agar orang lain dapat melaksanakannya.

1.8 Teori Pendukung Jurnal

27
1.8.1 Masa Nifas
1.8.1.1 Definisi
Menurut Bahiyatun, S (2008 : 02) Ada beberapa pengertian masa
nifas, antara lain:
a. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu berikut
b. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari
setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai
kebutuhan ibu dan bayi.

Menurut Bahiyatun, S (2008 : 02) Puerperium Dalam bahasa


latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut
puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dn parous
melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil. Lama masa nipas ini yaitu 6-8 minggu. Nifas di bagi
dalam tiga periode, yaitu :
1. Puerperium dini, yaitu keputihan ketika ibu telah
diperbolihkan bediri dan berjalan.
2. Puerperium intermedial, yaitu keputihan menyeluruh alat-alat
genital.
3. Remate Puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau wktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.

1.8.1.2 Tujuan asuhan masa nifas


Menurut Bahiyatun, S (2008 : 02) Semua kegiatan yang
dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun dibidang lain
selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan
diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini
adalah:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan

28
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan
strerilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot
untuk memperlancar peredaran darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri
sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik,
sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.

1.8.2 Teori Persalinan


1.8.2.1 Definisi
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan
terjadi pada sistem reproduksi wanita dalam hitungan hari dan
minggu sebelum persalinan dimulai (Bobak et al, 2005).

Persalinan merupakan proses fisiologis terjadinya kontraksi uterus


secara teratur yang menghasilkan penipisan dan pembukaan
serviks secara progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan
keluarnya janin dan produk konsepsi lain dari uterus melalui jalan
lahir, yang berujung pada pelahiran (Reeder et al, 2014).

1.8.2.2 Proses persalinan


Proses persalinan dibagi kedalam 4 kala menurut Reeder et al
(2014):
1) Kala I persalinan
Selama kala I persalinan, dilatasi lengkap pada serviks (10 cm)
secara perlahan diperoleh. Kemajuan dilatasi serviks lebih
cepat pada multipara dibandingkan primipara. Kala I persalinan
dibagi kedalam fase laten (persalinan prodromal), fase aktif dan

29
fase transisi. Fase laten, diawali dengan kontraksi uterus,
berlangsung selama beberapa jam dan mencapai perlunakan,
penipisan dan sedikit dilatasi (3-4 cm) serviks. Dengan
dimulainya fase aktif, intensitas dan lama kontraksi uterus
meningkat dan kontraksi terjadi lebih sering (setiap 3-5 menit).
Fase ini berakhir ketika dilatasi serviks mencapai sekitar 7 cm.
Fase transisi dimulai ketika serviks mengalami dilatasi lengkap
(8-10 cm) dan dicirikan dengan kontraksi uterus yang intens
yang terjadi setiap 2-3 menit.

Ketika dilatasi serviks 5 cm, ibu telah memasuki setengah


waktu persalinan, meskipun 10 cm mewakili dilatasi penuh.
Pada saat itu, rata-rata lebih dari 2/3 proses persalinan telah
dilalui. Periode aktif dimulai dengan fase akselerasi, berlanjut
ke fase lengkung maksimal (fase of maximum slope), dan
berakhir dengan fase deselerasi. Pada fase aktif persalinan,
serviks wanita nullipara seharusnya berdilatasi sekurang-
kurangnya 1,5 cm/jam. Dua perubahan penting terjadi dalam
serviks selama kala I persalinan: penipisan dan dilatasi.
a) Penipisan serviks
Penipisan serviks adalah penipisan dan pemendekan saluran
serviks dari strukturnya sepanjang 2-3 cm dan tebal sekitar
1 cm sampai menjadi struktur yang sama sekali tidak
memiliki saluran, kecuali sebuah lubang melingkar dengan
tepi hampir setipis kertas. Tepi lubang serviks internal
tertarik beberapa sentimeter ke atas, sehingga bentuk
saluran endoserviks menjadi bagian dari segmen bawah
uterus. Pada primigravida, penipisan sering kali lengkap
sebelum dilatasi dimulai, tetapi pada multipara penipisan
jarang lengkap; dilatasi berlangsung dengan tepi serviks
yang agak tebal.

Istilah obliterasi dan taking up pada serviks memiliki


persamaan dengan penipisan. Penipisan serviks diukur
selama pemeriksaan panggul dengan memperkirakan

30
persentase pemendekan saluran serviks. Misalnya, pada
serviks yang memiliki panjang 2 cm sebelum persalinan,
menunjukkan telah terjadi 50% penipisan saat panjang
serviks menjadi 1 cm.

b) Dilatasi serviks
Dilatasi serviks adalah pelebaran lubang servikal dari
sebuah lubang berukuran beberapa milimeter sampai cukup
besar untuk dilewati janin (diameter sekitar 10 cm).Saat
serviks tidak dapat lagi diraba, dilatasi dikatakan lengkap.

Meskipun kekuatan yang terkait dalam dilatasi tidak


dipahami dengan baik, beberapa faktor tampak terlibat
didalamnya. Serat otot di sekitar serviks sangat teratur
sehingga tepi-tepinya dan membuat serviks terbuka.
Penarikan serviks secara mekanis meningkatkan aktivitas
uterus (refleks Ferguson). Pelepasan oksitosin endogenus
dapat menjadi perantara pada proses ini. Kontraksi uterus
menyebabkan tekanan pada kantong amnion, dan
menyusup kedalam serviks dalam bentuk seperti kantong,
menghasilkan tindakan dilatasi. Dalam ketiadaan selaput
ketuban, tekanan bagian presentasi janin pada serviks dan
segmen bawah uterus memiliki efek yang serupa, yaitu
dilatasi.

Pengukuran dilatasi serviks dalam sentimeter dilakukan


selama pemeriksaan panggul dengan memperkirakan
diameter lubang serviks melalui pemeriksaan digital
(menggunakan jari). Karena dilatasi serviks pada kala I
persalinan semata-mata merupakan hasil kontraksi uterus
secara involunter, proses tidak dapat dipercepat oleh
maternal dengan mengejan. Ibu harus dicegah agar tidak
mengejan sampai dilatasi serviks 10 cm, sebab upaya
mengejan dapat membuatnya lelah dan menyebabkan
serviks menjadi edema.

31
1.8.3 Teori Ansietas
1.8.4.1 Definisi
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
masih utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian), perilaku
dapat terganggu tapi masih dalam batas-batas normal (Hawari,
2011: 19).

Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang


berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri
yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2009:
165).

Kecemasan (Ansietas) adalah manifestasi dari berbagai proses


emosi yang bercampur baur dan terjadi ketika mengalami tekanan
perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (Darajat, 2007: 27).

Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang


bersifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah
atau resah), maupun respon fisiologis tertentu. Kecemasan adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2007: 144).

1.8.4.2 Etiologi
Menurut (Andaners, 2009, dalam Ramardany, 2013: 7), penyebab
rasa cemas dapat dikelompokan pula menjadi 3 faktor, yaitu :
a. Faktor biologis atau fisiologis, berupa ancaman akan
kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan.
b. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri,
kehilangan orang atau benda yang dicintai, perubahan status
sosial atau ekonomi.
c. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada masa bayi, anak,

32
remaja.

1.8.4.3 Tanda dan gejala


Menurut Stuart (2006: 148-150) respon terhadap kecemasan
antara lain :
a. Respon Fisiologis
1) Sistem Kardiovaskuler
Respon yang terjadi adalah palpitasi, jantung berdebar,
tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah
menurun, denyut nadi menurun.
2) Sistem Pernapasan
Respon yang terjadi adalah napas cepat, sesak napas,
tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada
tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.
3) Sistem Neuromuskuler
Respon yang terjadi adalah reflex meningkat, reaksi
terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, gelisah, mondar-
mandir, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah.
4) Sistem Gastrointestinal
Respon yang terjadi adalah kehilangan nafsu makan,
menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri
abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.
5) Sistem Saluran Perkemihan
Respon yang terjadi adalah tidak dapat menahan kencing,
sering berkemih.
6) Sistem Integument (Kulit)
Respon yang terjadi adalah wajah kemerahan, berkeringat
setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada
kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon Perilaku, Kognitif, dan Afektif


1) Sistem Perilaku
Respon yang terjadi yaitu gelisah, ketegangan fisik, reaksi
terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung
mengalami cedera, menarik diri dari hubungan

33
interpersonal, melarikan diri dari masalah, menghindar,
hiperventilasi, sangat waspada.
2) Sistem Kognitif
Respon yang terjadi yaitu perhatian terganggu, konsentrasi
buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian,
hambatan berpikir, lapangan persepsi menurun, kreativitas
menurun, bingung, sangat waspada, kehilangan
objektivitas, takut kehilangan kendali.

3) Sistem Afektif
Respon yang terjadi yaitu mudah terganggu, tidak sabar,
gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,
kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu.

1.8.4.4 Tingkat ansietas


Menurut (Asmadi, 2009: 166), kemampuan untuk merespon
terhadap suatu ancaman yang berbeda satu sama lain. Perbedaan
kemampuan ini berimplikasi terhadap perbedaan tingkat
kecemasan yang dialami. Respon individu terhadap kecemasan
beragam dari kecemasan sampai panik.
Tingkat kecemasan dan karakteristik menurut (Asmadi, 2009:
167) adalah sebagai berikut:
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan penyebab seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.Kecemasan
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.

Respon fisik pada cemas ringan seperti: ketegangan otot


ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah dan
penuh perhatian rajin.

34
Respon kognitif pada cemas ringan seperti: lapang persepsi
luas, perasaan gagal sedikit waspada dan memperhatikan
banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat
pembelajaran optimal.

Respon afektif pada cemas ringan seperti: perilaku otomatis,


sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, testimulasi, tenang.

b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain, sehingga seseorang yang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah.

Respon fisik pada cemas sedang seperti: ketegangan otot


sedang, tanda-tanda vital menigkat, pupil dilatasi, sering
mondar-mendir, memukulkan tangan, suara berubah menjadi
bergetar dan nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan
meningkat, sering berkemih sakit kepala, pola tidur berubah,
nyeri punggung.

Respon kognitif pada cemas sedang seperti: lapang persepsi


menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap
stimulasi meningkat, rentang perhatian menurun,
penyelesaian masalah menurun. Respon afektif penyelesaian
masalah menurun. Respon afektif pada cemas sedang seperti
tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah,
tidak sabar.

c. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi orang
yang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci
dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan.

35
Seseorang memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.

Respon fisik pada cemas berat seperti: ketegangan otot berat,


hipervemtilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat
meningkat, bicara cepat dan nada suara tinggi, tindakan tanpa
tujuan, rahang meregang dan menggertakkan gigi, kebutuhan
ruang gerak meningkat, mondar-mandir, dan meremas tangan
serta gemetar.

Respon kognitif pada cemas berat seperti: lapangan persepsi


terbatas, proses berfikir terpecah-pecah, sulit berfikir,
penyelesaian masalah buruk, tidak mampu
mempertimbangkan informasi.

Respon afektif pada cemas berat seperti: sangat cemas, takut,


bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan,
ingin bebas.

d. Panik
Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan
terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami
kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran
yang rasional.

Respon fisik pada panik seperti: ketegangan otot sangat


berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital
meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur.

Respon kognitif pada panik seperti: persepsi sangat sempit,


pikiran tidak logis, kepribadian kacau, tidak dapat

36
menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak
rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi
mungkin terjadi.

Respon afektif pada panik seperti: merasa terbebani, lepas


kendali, mengamuk, marah, mengharapkan hasil yang buruk,
kaget, takut dan lelah.

Rentang Respon Ansietas

Respon adaptif
Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat


Panik

Gambar rentang respon kecemasan


Sumber : Stuart dan sundeen dalam buku Asmadi (2009)

1.8.4.5 Faktor yang mempengaruhi tingkat ansietas


Menurut Stuart & Laraia (2005), faktor-faktor yang
mempengaruhi ansietas antara lain:
1) Usia dan tingkat perkembangan
Semakin tua usia seseorang atau semakin tinggi tingkat
perkembangan seseorang maka semakin banyak pengalaman
hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup yang banyak dapat
mengurangi ansietas.
2) Pendidikan
Seorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan koping
lebih baik sehingga memiliki tingkat ansietas yang lebih
rendah dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah.
3) Sistem pendukung
Sistem pendukung merupakan kesatuan antara individu,
keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitar yang
memberikan pengaruh pada individu dalam melakukan
sesuatu. Sistem pendukung tersebut akan mempengaruhi

37
mekanisme koping individu sehingga mampu memberi
gambaran ansietas yang berbeda.

1.8.4.6 Penatalaksanaan ansietas


Tatalaksana gangguan ansietas umum menurut Davies (2009):
1) Terapi obat (farmakologis)
Obat masih menjadi pilihan utama terapi, tetapi gangguan itu
sendiri biasanya kronik, sehingga potensi terjadinya toleransi,
ketergantungan, dan kekambuhan membatasi nilai obat
ansiolitik menjadi jangka pendek.
a) Benzodiazepine, merupakan obat dengan mula kerja yang
cepat, tetapi toleransi dapat terjadi pada penggunaan
kronik, sehingga membutuhkan peningkatan dosis pada
reaksi putus obat akut ketika obat dihentikan pada 30%
kasus serta pada 10% penghentian kronik. Efek
sampingnya meliputi sedasi dan amnesia dan
kemungkinan juga ansietas dan depresi: terdapat potensi
yang besar untuk penyalahgunaan dan interaksi dengan
alkohol.
b) Buspirone, walaupun ketergantungan belum pernah terjadi
pada pemakaian buspiron, banyak pasien meragukan
efikasinya, mungkin karena mula kerjanya yang lambat.
Untuk ansietas kronik, pengobatan ini masih bermanfaat.
Percobaan terapi hingga delapan minggu dengan
setidaknya 30 mg buspiron setiap harinya, setelah
peningkatan dosis secara bertahap selama dua minggu
pertama, sering menunjukkan hasil yang baik.
c) Antidepresan, pasien yang sebelumnya mengkonsumsi
benzodiazepine dapat tidak merasakan efek sedatif dan
efek ansiolitik akut bila digantikan dengan buspirone, dan
pada kasus tersebut percobaan terapi dengan antidepresan
selama enam hingga delapan minggu dapat bermanfaat.
Antidepresan dapat menimbulkan eksaserbasi-awal
ansietas, yang dapat dicegah dengan pertama dengan
risiko ketergantungan yang lebih kecil.

38
2) Terapi psikologis (non farmakologis)
Terapi-terapi ini dirancang untuk melatih keterampilan dalam
mengelola komponan kognitif dan somatik ansietas dan sama
efektifnya dengan terapi obat tetapi dengan efek samping
yang lebih sedikit.
a) Meyakinkan pasien, terutama dari dokter umum secara
pribadi
b) Konseling dan pemecahan masalah
c) Psikoterapi:
1. Terapi kognitif-perilaku.
2. Terapi berorientasi insight.
3. Manajemen ansietas (relaksasi, latihan pernapasan,
distraksi).

1.8.4.7 Pengukuran ansietas


Menurut Hawari (2011: 78), untuk mengetahui sejauh mana derajat
kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali
(panik), maka digunakan alat ukur yang dikenal dengan
namaHamilton Ansiety Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur
ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok
dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-
masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0 - 4,
yang artinya adalah :
Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali (panik)
Selanjutnya nilai skor kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan
dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan
seseorang, yaitu :
Total nilai (score) : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 20 = kecemasan ringan
21 27 = kecemasan sedang

39
28 41 = kecemasan berat
42 56 = kecemasan berat sekali (panik)
Adapun hal-hal yang dinilai dengan alat ukur HRS-A ini adalah
gejala yang meliputi :
a. Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri
dan mudah tersinggung.
b. Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan
tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.
c. Ketakutan: yang dinilai adalah perasaan takut gelap, ketakutan
ditinggal sendiri, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada
keumuhan orang banyak, dan ketakutan pada keramaian lalu lintas
d. Gangguan tidur: sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi
buruk dan mimpi yang menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun
dan daya ingat buruk.
f. Perasaan depresi (murung): hilangnya minat, berkurangnya
kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan
perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
g. Gejala somatik atau fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku, dan
suara tidak stabil.
h. Gejala somatik atau fisik (sensorik): meliputi pertanyaan apakah
telinga berdengung, penglihatan kabur, merasa lemah, perasaan
ditusuk-tusuk, muka merah dan pucat.
i. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi
(denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri didada, denyut nadi
mengeras, rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan dan detak
jantung menghilang/berhenti sekejap.
j. Gejala respiratori (pernapasan): perlu ditanyakan adanya perasaan
tertekan pada dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek atau
sesak, sering menarik nafas panjang.
k. Gejala gastrointestinal (pencernaan): sulit menelan, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan,
perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual,

40
muntah BAB konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan
kehilangan berat badan.
l. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin): sering buang air
kecil, tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat
haid), darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid
berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali
dalam sebulan, menjadi dingin (frigid, ejakulasi dini, ereksi
melemah, ereksi hilang dan impotensi).
m.Gejala autonom: seperti mulut kering, muka merah, mudah
berkeringat, pusing/sakit kepala.
n. Tingkah laku/sikap: dilihat apakah pasien gelisah, tidak tenang,
jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonas
otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka merah.

1.8.4.8 Ansietas persalinan


Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun
psikologis begitu juga pada ibu bersalin. Salah satu perubahan
psikologis ibu bersalin kala I menurut Mansur & Budiarti (2014):
1) Ansietas dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-
kesalahan sendiri. Ketakutan tersebut berupa rasa takut jika
bayi yang dilahirkan dalam keadaan cacat.
2) Timbulnya rasa tegang, kesakitan, ansietas dan konflik-konflik
batin. Hal ini disebabkan oleh semakin membesarnya janin
dalam kandungan yang dapat mengakibatkan calon ibu mudah
capek dan tidak bisa tidur nyenyak.
3) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan,
serta tidak sabaran sehingga harmoni antara ibu dan janin yang
dikandungnya jadi terganggu.
4) Ketakutan menghadapi kesakitan dan risiko bahaya melahirkan
bayinya yang merupakan hambatan-hambatan dalam proses
persalinan.
5) Adanya harapan-harapan mengenai jenis kelamin bayi yang
akan dilahirkan.

41
Salah satu masalah psikologis yang dirasakan ibu pada masa
persalinan kala I adalah ansietas.Ansietas adalah gangguan alam
perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh,
perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal
(Hawari, 2004 dalam Mansur & Budiarti, 2014).

Faktor-faktor penyebab ansietas persalinan menurut Mansur &


Budiarti (2014), yaitu:
1) Nyeri
Hampir semua wanita mengalami/merasaakn nyeri selama
persalinan, tetapi respons setiap wanita terhadap nyeri
persalinan berbeda-beda. Nyeri pada persalinan kala I adalah
perasaan sakit dan tidak nyaman yang dialami ibu sejak awal
mulainya persalinan sampai serviks berdilatasi maksimal (10
cm). Nyeri ini disebabkan oleh proses dilatasi serviks, hipoksia
otot uterus, iskemia korpus uteri, peregangan segmen bawah
uterus dan kompresi saraf di serviks (ganglionik servikalis).
Subjek nyeri ini dipengaruhi oleh paritas, ukuran dan posisi
janin, tindakan medis, kecemasan, kelelahan, budaya,
mekanisme koping, dan lingkungan.Nyeri mengakibatkan
ketegangan (stres) karena stres dapat melepaskan katekolamin
yang mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke uterus
sehingga uterus kekurangan oksigen.

Nyeri melibatkan dua komponen, yaitu fisiologis dan


psikologis. Secara psikologis pengurangan nyeri akan
menurunkan tekanan yang luar biasa bagi ibu dan bayinya. Ibu
mungkin akan menemukan kesulitan untuk berinteraksi dengan
bayinya setelah lahir karena ia mengalami kelelahan saat
menghadapi nyeri persalinan. Peristiwa atau kesan yang tidak
menyenangkan saat melahirkan dapat mempengaruhi
responsnya terhadap aktivitas seksual atau untuk melahirkan
yang akan datang.

42
2) Keadaan fisik
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah
satu faktor yang menyebabkan ansietas. Seorang ibu yang
hamil dengan suatu penyakit yang menyertai kehamilannya,
maka ibu tersebut akan lebih ansietas lagi karena kehamilan
dan persalinan meskipun dianggap fisiologis, tetapi tetap
berisiko terjadi hal-hal yang patologis.
3) Riwayat pemeriksaan kehamilan
Setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ke petugas
kesehatan, selain pemeriksaan fisik, ibu akan mendapatkan
informasi/ pendidikan kesehatan tentang perawatan kehamilan
yang baik, persiapan menjelang persalinan baik fisik maupun
psikis, serta informasi mengenai proses persalinan yang akan
dihadapi nanti. Dengan demikian, ibu diharapkan dapat lebih
siap dan lebih percaya diri dalam menghadapi proses
persalinan.

4) Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang
suatu hal secara formal maupun informal. Pengetahuan yang
rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami ansietas.
Ketidaktahuan tentang suatu hal dianggap sebagai tekanan
yang dapat mengakibatkan krisis sehingga dapat menimbulkan
ansietas. Ansietas dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan
yang rendah menganai proses persalinan, serta terjadi hal-hal
yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari
kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya
informasi yang diperoleh.

5) Dukungan lingkungan sosial


Dukungan suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian
dari dukungan sosial. Dukungan keluarga, terutama suami, saat
ibu melahirkan sangat dibutuhkan, seperti kehadiran keluarga/
suami untuk mendampingi istri menjelang saat melahirkan atau

43
suami menyentuh tangan istri dengan penuh perasaan sehingga
istri akan merasa lebih tenang untuk menghadapi proses
persalinan. Selain itu, kata-kata yang mampu memotivasi dan
memberikan keyakinan pada ibu bahwa proses persalinan yang
dijalani ibu akan berlangsung dengan baik, sehingga ibu tidak
perlu merasa ansietas, tegang, atau ketakutan.

6) Pendidikan
Pendidikan adalah proses belajar, yang berarti didalam
pendidikan terjadi proses perkembangan atau perubahan ke
arah yang lebih baik dari individu, kelompok, dan masyarakat
yang lebih luas. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh
dalam memberikan respons terhadap sesuatu yang datang baik
dari dalam maupun dari luar. Seseorang yang mempunyai
pendidikan yang tinggi akan memberikan respons yang lebih
rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah
atau yang tidak mempunyai pendidikan. Ansietas adalah
respons yang dapat dipelajari.Dengan demikian, pendidikan
yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya ansietas.

44

Anda mungkin juga menyukai