Anda di halaman 1dari 2

Limbah ikan, khususnya tulang ikan dan jeroan ikan ternyata dapat diolah menjadi

berbagai produk yang menguntungkan termasuk dijadikan pupuk organik. Beberapa


industri pengolahan ikan sudah mulai melakukan inovasi pengolahan limbah ikan
menjadi produk yang bernilai ekonomis, salah satunya adalah pupuk organik.

Kandungan unsur makro dalam pupuk biasa terbatas, tidak mencukupi untuk
kebutuhan tanaman. Dengan begitu harus dilengkapi dengan penambahan unsur lain
agar kandungan nitrogen, fosfor, dan kaliumnya sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan. Unsur hara makro terdiri dari makro primer seperti Natrium (N), Phospor
(P) dan Kalium (K). Makro sekunder seperti Calsium (Ca), Magnesium (Mg), dan
Sulfur (S). Sedangkan unsur hara mikro terdiri dari Ferrum (Fe), Zincum (Zn),
Cuprum (Cu), Mangan (Mn), Chlor (Cl), Boron (Bo), Molibdenum (Mo), dan banyak
lagi lainnya.

Unsur N,P,K adalah unsur makro yang penting bagi tumbuhan. Nitrogen sangat
berperan dalam pembentukan sel tanaman, jaringan, dan organ tanaman. Nitrogen
memiliki fungsi utama sebagai bahan sintetis klorofil, protein, dan asam amino. Oleh
karena itu unsur Nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar, terutama pada
saat pertumbuhan memasuki fase vegetatif. Bersama dengan unsur Fosfor (P),
Nitrogen ini digunakan dalam mengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.

Ciri-ciri tanaman yang kekurangan Nitrogen dapat dikenali dari daun bagian bawah.
Daun pada bagian tersebut menguning karena kekurangan klorofil. Pada proses
lebih lanjut, daun akan mengering dan rontok. Tulang-tulang di bawah permukaan
daun muda akan tampak pucat. Pertumbuhan tanaman melambat, kerdil dan lemah.
Akibatnya produksi bunga dan biji pun akan rendah.

Kemudian Phospor atau Fosfor (P) merupakan komponen penyusun dari beberapa
enzim, protein yang berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah.
Pengaruh terhadap akar adalah dengan membaiknya struktur perakaran sehingga
daya serap tanaman terhadap nutrisi pun menjadi lebih baik.

Bersama dengan unsur Kalium, Fosfor dipakai untuk merangsang proses


pembungaan. Hal itu wajar sebab kebutuhan tanaman terhadap fosfor meningkat
tinggi ketika tanaman akan berbunga. Jika kekurangan unsur P tanaman mengalami
pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil.

Sementara Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti


fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya
stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini
menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur.

Nah, kandungan protein yang sangat tinggi dalam limbah ikan, memungkinkan
limbah ini diolah menjadi pupuk organik untuk membantu pertumbuhan tanaman.
Secara umum, teknik pembuatan pupuk ikan dari limbah cair cukup sederhana.
Pertama limbah ikan baik jeroan, maupun tulang, sisik, diblender denga air
secukupnya hingga halus. Setiap kali diblender tambahkan 2 sendok makan gula
pasir atau gula merah secukupnya.

Kemudian masukkan Masukkan EMx (Effective Microorganism) atau MOL (Mikro


Organisme Lokal) dengan takaran 10cc atau 2 sendok makan per 1 liter larutan
limbah ikan dan air, lalu diaduk rata. Cairan ini kemudian diperam tergantung sumber
mikro organisme yang kita gunakan.
Bila menggunakan EMx yang sifatnya anaerob alias tidak membutuhkan oksigen,
maka larutan pupuk diperam ke dalam botol atau jerigen yang tertutup rapat. Setiap
pagi dan sore buka tutupnya sekadar untuk mengeluarkan gas hasil fermentasi agar
wadah botol tidak meledak, setelah itu tutup rapat kembali botolnya.

Bila menggunakan MOL yang bersifat aerob alias membutuhkan oksigen untuk
melakukan fermentasi, masukkan larutan pupuk ke dalam botol, lalu tutup botolnya
dibiarkan terbuka atau bisa juga tutupnya dipasang namun diberi lubang kecil.
Pemeraman dilakukan selama dua hari hingga larutan terlihat jernih.

Keunggulan pupuk organik dari limbah ikan antara lain: (1) pupuk yang dihasilkan
merupakan pupuk organik dengan unsur hara lebih lengkap dibandingkan pupuk
anorganik. (2) membuat daun tanaman hias menjadi lebih mengilap, bunga lebih
banyak, dan bertahan lebih lama. (3) ketersediaan bahan baku melimpah dan murah
karena memanfaatkan limbah pengolahan ikan. (4) harga jual kompetitif
dibandingkan dengan produk impor yang sangat mahal. (5) memenuhi konsep back
to nature melalui pertanian organik.

Sementara kelemahan limbah ikan untuk dijadikan pupuk cair adalah bau busuk
yang sangat menyengat dan membuat kepala pusing. Namun, masalah bau busuk
dapat diatasi dengan menurunkan pH limbah cair, memberi aerasi, menambahkan
bahan penyerap bau, serta menggunakan mikroba dekomposer yang merombak
senyawa yang menimbulkan bau.

Proses penurunan pH limbah ikan dari 8,0 menjadi 6,0 dengan menambahkan HCl,
menambahkan molase, dan menginokulasi limbah ikan dengan kultur bakteri asam
laktat. Kultur ini diinkubasi pada shaker dengan memberikan aerasi secara terputus
selang dua jam dengan dikocok pada 120 rpm. Dengan cara ini, bau busuk limbah
ikan hilang dalam waktu inkubasi selama lima hari.

Pembuatan pupuk organik cair dari limbah ikan ini juga menjadi solusi bagi industri
penangkapan ikan dalam mengatasi limbah ikan yang terbuang, tercecer, serta sisa
olahan yang menghasilkan cairan. Limbah juga bisa berasal dari pemotongan,
pencucian, dan pengolahan produk. Tercatat ada enam usaha pengolahan pupuk di
Jawa Timur pada 2013.

Anda mungkin juga menyukai