Anda di halaman 1dari 9

PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

Dwi Retnaningsih1), Menik Kustriyani2), Bayu Tirta Sanjaya3)


1)
Dosen Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang
2)
Dosen Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang
3)
Mahasiswa Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang
Email: dwiretnaningsih81@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat di
dunia dan semakin lama, permasalahan tersebut semakin meningkat. Salah satu factor resiko
terjadi hipertensi adalah merokok dan sering terjadi pada lansia. Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia laki-laki di Desa
Muktiharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. Metode: Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif korelasi cross sectional. Jumlah responden sebanyak 50 lansia laki-laki yang
menggunakan total sampling. Data diolah secara statistik menggunakan uji non parametric rank
sperman. Hasil: Penelitian menunjukan ada hubungan perilaku merokok dengan kejadian
hipertensi pada lansia laki-laki dengan nilai p value = 0,000 (<0,05) = 0,481. Simpulan:
Ada hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia laki-laki.

Kata kunci: Perilaku Merokok, Kejadian Hipertensi, Lansia Laki-laki


Daftar pustaka: 27(2007-2015)

ABSTRACT

Background: Hypertension is one of the causes early death in the world community and the longer,
the problem is increasing. One risk factor is smoking and hypertension often occurs in the elderly.
The aim of research to find out the relation shipof smoking behavior with hypertension incident
older persons boys in muktiharjo village muktiharjo district of pati. Methods: This study used
quantitative descriptive correlation with cross sectional design. The number of respondents as
many as 50 older boys, using total sampling. The data were processed statistically using the
nonparametric Spearman rank test. Results: This study showed correlation smoking behavior with
hypertension insident older boys p value = 0.000(<0.005) = 0.481. Conclusion: it can be
concluded that there is a relationship of smoking behavior with hypertension insident.

Keywords: Smoking behavior, Hypertension Insident, Older Persons Boys


Bibliography: 27 (2007-2015)

PENDAHULUAN memperkirakan pada tahun 2025 nanti, 1,5


milyar orang di dunia akan menderita
Hipertensi merupakan salah satu hipertensi tiap tahunnya. Merokok
penyebab kematian dini pada masyarakat di merupakan masalah yang terus berkembang
dunia dan semakin lama, permasalahan dan belum dapat ditemukan solusinya di
tersebut semakin meningkat. WHO telah Indonesia sampai saat ini. Menurut data

122
WHO tahun 2011, pada tahun 2007 kali tidak disadari dan kerap tidak
Indonesia menempati posisi ke-5 dengan menimbulkan keluhan yang berarti; sampai
jumlah perokok terbanyak di dunia. Merokok suatu waktu terjadi komplikasi jantung, otak,
dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat ginjal, mata ,pembuluh darah, atau organ-
kimia yang terkandung di dalam tembakau organ vital lainnya. Gaya hidup dapat
yang dapat merusak lapisan dalam dinding diklasifikasikan menjadi beberapa komponen
arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi yang berkaitan dengan kejadian hipertensi
penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini yaitu terdiri dari merokok, merawat berat
terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat badan tetap ideal, aktif beraktivitas dan
merangsang saraf simpati ssehingga memacu minum alkohol. Hal-hal tersebut dapat
kerja jantung lebih keras dan menyebabkan menyebabkan terjadinya hipertensi dimana
penyempitan pembuluh darah, serta peran merokok dapat merusak jantung dan sirkulasi
karbon monoksida yang dapat menggantikan darah dan meningkatkan resiko penyakit
oksigen dalam darah dan memaksa jantung jantung dan stroke (Ningsih, 2008).
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh (WHO, Faktor risiko terjadinya hipertensi,
2011). secara umum terbagi menjadi factor resiko
Menurut laporan Riskesdas 2007 yang dapat dikontrol atau dapat diubah
(Riset Kesehatan Dasar 2007) prevalensi (changeable), seperti kegemukan, kurang
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Angka olahraga, merokok, serta konsumsi alcohol
ini cukup tinggi dan bila tidak mendapat dan garam dan tidak dapat dikontrol atau
pengobatan akan berakhir dengan kematian tidak dapat diubah (unchangeable), seperti
akibat serangan jantung / stroke dan gagal keturunan, jenis kelamin, dan usia. Data
ginjal. Itu sebabnya penyakit hipertensi menunjukan bahwa di dalam rokok
sering disebut the silent killer. Riskesdas mengandung banyak bahan yang berbahaya
merupakan hasil riset berbasis komunitas bagi tubuh seperti nikotin dan tar (Astawan
dengan sampel rumah tangga dan anggota M. 2008).
rumah tangga yang dilaksanakan di 440 Tahun 2007 di seluruh dunia
kabupaten/ kota (dari jumlah keseluruhan diperkiraan terdapat 1,26 milyar perokok,
sebanyak 454 kabupaten/ kota) yang tersebar lebih dari 200 juta di antaranya adalah
di 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2007 wanita. Data WHO menyebutkan, di Negara
sehingga data dapat mewakili populasi di berkembang jumlah perokoknya 800 juta
tingkat kabupaten/ kota di seluruh Indonesia orang, hamper tiga kali lipat dibandingkan
(Riskesdas, 2007). Negara maju. Konsumsi rokok perkapitanya
Profil Kesehatan Jawa Tengah mencapai 1370 batang per tahun, dengan
menunjukkan jumlah penderita kasus kenaikan 12% pertahun (WHO, 2007).
tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 Hasil Global Adult Tobacco Survey
sebanyak 34 Kabupaten/ Kota (97,14%). (GATS) tahun 2011 menunjukkan, Indonesia
Hampir semua kelompok penyakit tidak menduduki posisi pertama dengan prevalensi
menular pada tahun 2012 mengalami perokok aktif bila dibandingkan dengan
penurunan jumlah kasus. Kasus tertinggi negara-negara lain yang melaksanakan
adalah penyakit Hipertensi Esensial, yaitu GATS, yaitu 67,4% pada laki-laki dan 2,7%
sebanyak 554.771 kasus (67,57%) pada tahun pada wanita. Menurut laporan Riskesdas
2012 lebih rendah di banding tahun 2011, tahun 2010, persentase perokok di pedesaan
634.860 kasus atau (72,13%) (Dinkes Jawa lebih tinggi dibandingkan persentase perokok
Tengah, 2012). di perkotaan. Dari 86.869 responden di
Tekanan darah tinggi atau hipertensi pedesaan, sebanyak 37,4% merupakan
merupakan penyakit yang ditandai dengan perokokaktif, sedangkan di perkotaan
peningkatan tekanan darah melebihi normal. sebanyak 32,4% responden merupakan
Hipertensi sering mengakibatkan keadaan perokok aktif dari 91.057 responden
yang berbahaya karena keberadaannya sering (Depkes, 2012).

123
Semua orang mengetahui tentang HASIL PENELITIAN
bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, tetapi
hamper setiap saat dapat ditemui banyak Hasil penelitian yang dilakukan
orang yang sedang merokok bahkan perilaku terhadap responden lansia laki-laki yang
merokok sudah sangat wajar dipandang oleh merokok dan menderita hipertensi di Desa
para kaum laki-laki (Susilo, 2009). Ada 3 Muktiharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten
fase klinik penting dalam kecanduan Pati. Hasil penelitian ini menjelaskan terkait
tembakau yaitu: mencoba, kadang-kadang gambaran umum penelitian, karakteristik
menggunakan, menggunakan setiaphari responden, perilaku merokok lansia laki-laki
(Subanada, 2008). Seperti penggunaan zat- dan kejadian hipertensi pada lansia laki-laki
zat (substances) lainnya, terdapat beberapa di desa Muktiharjo.
factor bagi remaja sehingga mereka menjad
iperokok, misalnya factor psikologi, factor Karakteristik Responden Berdasarkan
biologi, factor lingkungan (Subanada, 2008). Umur
Berdasarkan studi pendahuluan yang Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
dilakukan peneliti pada tanggal 1 Januari pada Lansia di Desa
2016 kepada 9 orang lansia laki-laki yang Muktiharjo Kec. Margorejo
menderita hipertensi di Desa Muktiharjo Kab. Pati
Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati, dari 9
orang tersebut 6 diantaranya mengatakan Frekuensi Presentase
Umur
sebagai perokok berat dan 3 diantaranya (n) (%)
pernah merokok kemudian berhenti dimasa 60-74 Tahun 50 100
tuanya. Desa Muktiharjo terdiri dari 815 KK 75-90 Tahun 0 0
dan 2.836 jiwa, dari jumlah tersebut >90 Tahun 0 0
berdasarkan data Puskesmas Margorejo Total 50 100,0
didapatkan 152 lansia laki-laki menderita
hipertensi dan 50 lansia laki-laki diantaranya Berdasarkan Tabel di atas me-
menderita hipertensi juga sebagai perokok nunjukkan bahwa seluruh responden berumur
aktif.Faktor risiko yang mempengaruhi 60-74 tahun dengan jumlah 50 orang (100%),
hipertensi adalah kebiasaan merokok yang responden yang berumur 75-90 tahun
pada umumnya terdapat pada laki-laki tidakada (0%) ,dan yang berumur >90 tahun
perokok aktif. Berdasarkan alas an tersebut di tidakada (0%).
atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti Hubungan perilaku merokok dengan Karakteristik Responden Berdasarkan
kejadian hipertensi pada lansia laki-laki di Pekerjaan
Desa Muktiharjo Kecamatan Margorejo Karakteristik Responden Berdasarkan
Kabupaten Pati. Pekerjaan pada Lansia di Desa
Muktiharjo Kec. Margorejo
METODE PENELITIAN Kab. Pati

Jenis penelitian ini merupakan Frekuensi Presentase


Pekerjaan
penelitian non eksperimental, dengan metode (n) (%)
penelitian deskriptif korelatif, menggunakan Buruh 12 24,0
pendekatan crossectional, populasi dalam Petani 35 70,0
penelitian ini sejumlah 50 responden lansia Wisraswasta 3 6,0
laki-laki yang menderita hipertensi dan Total 50 100,0
merupakan perokok. Peneliti melakukan
penyebaran kuesioner tersebut kemudian Berdasarkan Tabel di atas
mengolah data tersebut menggunakan uji menunjukkan bahwa sebagian besar
Range Spearman. responden bekerja menjadi petani dengan

124
jumlah 35 orang (70,0%),buruh 12 orang Ringan 22 44,0
(24,0%) ,danwisraswasta 3 orang (6,0%) dari Sedang 17 34,0
total 50 responden. Berat 11 22,0
Total 50 100
Karakter Responden Berdasarkan
Pendidikan Berdasarkan Tabel di atas
menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
Karakteristik Responden Berdasarkan laki-laki mempunyai perilaku merokok
Pendidikan pada Lansia di Desa Muktiharjo dalam kategori ringan dengan jumlah 22
Kec. Margorejo orang (44,0%) ,sedang 17 orang (34,0%) ,dan
Kab. Pati berat dengan jumlah 11 orang (22,0%).

Frekuensi Presentase Gambaran Kejadian Hipertensi.


Pekerjaan
(n) (%) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
SD 25 50,0 Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa
SMP 22 44,0 Muktiharjo
SMA 3 6,0 Kec. Margorejo
Total 50 100,0 Kab. Pati

Berdasarkan Tabel di atas Kejadian Frekuensi Presentase


menunjukkan bahwa sebagian besar Hipertensi (n) (%)
responden berpendidikan SD dengan jumlah Ringan 26 52,0
25 orang (50,0%), SMP denganjumlah 22 Sedang 18 36,0
orang (44,0%), dan SMA 3 orang (6,0%) dari Berat 6 12,0
total 50 responden. Total 50 100

Gambaran Perilaku Merokok Berdasarkan Tabel diatas


menunjukkan bahwa sebagian besar lansia
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan laki-laki memiliki kejadian hipertensi dalam
Perilaku Merokok pada Lansia di Desa kategori ringan dengan jumlah 26 orang
Muktiharjo (52,0%), sedang 18 orang (36,0%) dan
Kec. Margorejo kategori berat 6 orang (12,0%).
Kab. Pati

Perilaku Frekuensi
Presentase (%)
Merokok (n)
Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Hipertensi
Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia Laki-Laki di Desa Muktiharjo
Kec. Margorejo Kab. Pati

Perilaku Kejadian Hipertensi


Total (Rho) p value
Merokok Ringan Sedang Berat
17 4 1 22
Ringan
34,0% 8,0% 2,0% 44,0%
7 8 2 17
Sedang
14,0% 16,0% 4,0% 34,0% 0,481 0,000
2 6 3 11
Berat
4,0% 12,0% 6,0% 22,0%
Total 26 18 6 50

125
52,0% 36,0% 12,0% 100%

Berdasarkan Tabel di atas hasil uji Rank Spearman dapat diketahui p value 0,000 dengan
taraf signifikasi 0,05, dapat disimpulkan bahwa p value < 0,05 maka Hoditolak dan Ha
diterimayang berarti ada hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia laki-
laki di Desa Muktiharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati.

PEMBAHASAN determinan dari penyakit jantung. Seperti


Gambaran Umur Responden penelitian Sudarmoko (2015) yang berjudul
Berdasarkan analisis univariat secara hubungan rutinitas pekerjaan dengan tingkat
umum data karakteristik responden terdiri kejadian penyakit jantung menunjukan
dari umur, pendidikan, dan pekerjaan. seseorang dengan tingkat aktivitas fisik
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh cukup aktif akan terhindar dari penyakit
sebagian besar responden berumur 60-74 jantung dibandingkan dengan orang yang
tahun dengan jumlah 50 orang (100,0%), kurang aktivitas fisik. Jika seseorang kurang
responden yang berumur 75-90 tahun dengan gerak, frekuensi denyut jantung menjadi
jumlah 0orang (0,0%) dan yang berumur >90 lebih tinggi sehingga memaksa jantung
tahun berjumlah 0 orang (0,0%). Pada bekerja keras setiap kontraksi.
kebanyakan lanjut usia biasanya sering
menderita penyakit hipertensi. Hipertensi Gambaran Tingkat pendidikan
merupakan kondisi dimana tekanan sistolik Responden
sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg Berdasarkan analisis univariat hasil
yang terjadi karena menurunnya elastisitas penelitian diperoleh sebagian besar
arteri pada proses menua apabila penyakit respondenberpendidikan SD dengan jumlah
tersebut tidak ditangani bisa menyebabkan 25 orang (50,0%), responden yang
pada gangguan jantung, ginjal dan pembuluh berpendidikan SMP dengan jumlah 22 orang
darah (Vina Dwi W Fitrah, 2010). (44,0%) dan yang berpendidikan SMA
Dan dari berbagai penelitian berjumlah 3 orang (6,0%). Tingkat
didapatkan fakta bahwa semakin tinggi usia pendidikan secara tidak langsung
seseorang maka makin tinggi pula tekanan mempengaruhi tekanan darah. Tingkat
darahnya. Pada umumnya hipertensi pada pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup
pria terjadi diusia 40-65 tahun, sedangkan yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan minum
pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun atau alkohol, dan kebiasaan melakukan aktivitas
setelah masa menopause (Sudarmoko, 2015). fisik seperti olahraga. Hasil Riskesdas tahun
2013 dalam Badan penelitian dan
Gambaran Pekerjaan Responden Pengembangan Kesehatan (2013)
menyatakan bahwa penyakit hipertensi
Berdasarkan analisis univariat hasil cenderung tinggi pada pendidikan rendah dan
penelitian diperoleh sebagian besar menurun sesuai dengan peningkatan
responden bekerja menjadi petani dengan pendidikan. Tingginya resiko terkena
jumlah 35 orang (70,0%), responden yang hipertensi pada pendidikan yang rendah,
bekerja sebagai buruh dengan jumlah 12 kemungkinan disebabkan karena kurangnya
orang (24,0%) dan yang bekerja sebahai pengetahuan pada seseorang yang
wiraswasta berjumlah 3 orang (6,0%). Hal ini berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan
menunjukan kejadian hipertensi tidak dapat sulit atau lambat menerima informasi
dikarenakan aktivitasnya, karena seorang (penyuluhan) yang diberikan oleh petugas
petani yang banyak melakukan gerak juga sehingga berdampak pada perilaku/pola
dapat mengalami hipertensi, namun hidup sehat (Anggara dan Prayitno, 2013).
sebenarnya aktifitas fisik merupakan faktor

126
Gambaran Perilaku Merokok Responden bahwa sebagian besar lansia laki-laki
mengalami hipertensi dalam kategori sedang
Berdasarkan analisis univariat hasil dengan jumlah 18 orang (36,0%), sedangkan
penelitian dari 50 responden menunjukkan lansia yang mengalami hipertensi berat
bahwa sebagian besar lansia laki-laki dengan jumlah 6orang (12,0%), dan lansia
memiliki perilaku merokok dalam kategori yang mengalami hipertensi ringan dengan
berat dengan jumlah 11 orang (22,0%), jumlah 26 orang (52,0%). Dilihat dari
sedangkan lansia yang memiliki perilaku karakteristik responden, kejadian hipertensi
merokok sedang dengan jumlah 17 orang di Desa Muktiharjo dapat kemungkinan
(34,0%), dan lansia yang memiliki perilaku dipengaruhi oleh usia. Rata-rata umur
merokok ringan dengan jumlah 22 orang penderita 60-74 tahun sebanyak 50 orang
(44,0%), dalam penelitian ini responden (100,0%)
terbanyak pada perilaku merokok ringan Penyakit darah tinggi atau
dengan 22 orang (44,0%) yaitu perilaku hipertensi (hypertension) adalah suatu
merokok yang mengkonsumsi rokok 11- 21 keadaan di mana seseorang mengalami
batang dengan selang waktu 31-60 menit dari peningkatan tekanan darah di atas 140
bangun tidur. mmHg yang di tunjukan oleh angka systolic
Perilaku merokok adalah (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) di
menghisap asap tembakau yang telah atas90 mmHgpada pemeriksaan tensi darah
menjadi cerutu kemudian disulut api. menggunakan alat pengukur tekanan darah
Menurutnya ada dua tipe merokok. Pertama baik berupa cuff air raksa(
adalah menghisap rokok secara langsung sphygomomanometer) ataupun alat digital
yang disebut perokok aktif, dan yang kedua lainnya (Pudiastuti, 2013).
mereka yag secara tidak langsung menghisap Faktor risiko yang memicu
rokok. Namun turut menghisap asap rokok terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua
disebut perokok pasif. Bermacam-macam yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan
perilaku yang dilakukan manusia dalam faktor yang dapat dikontrol. Faktor yang
menanggapi stimulus yang diterimanya, tidak dapat dikontrol meliputi usia, jenis
salah satu bentuk perilaku manusia yang kelamin, dan keturunan (genetik). Faktor
dapat diamati adalah perilaku merokok yang dapat dikontrol meliputi kegemukan
(Sukmana, 2008). (obesitas), dislipidemia, stress, konsumsi
Menurut Aula (2010) jumlah alkohol berlebih, konsumsi garam berlebih,
konsumsi rokok per hari dapat digunakan aktivitas fisik, diet yang tidak seimbang dan
sebagai indikator tingkat merokok seseorang. merokok (Sudarmoko, 2015).
Dalam penelitian ini konsumsi rokok
dikategorikan menjadi 3 yaitu mengkonsumsi Hubungan Perilaku Merokok dengan
rokok 11- 21 batang dengan selang waktu 31- Kejadian Hipertensi pada Lansia Laki-
60 menit dari bangun tidur (perokok ringan), Laki
mengkonsumsi merokok sekitar 21-31 batang
sehari dengan selang waktu sejak bangun Berdasarkan hasil tabulasi silang di
tidur berkisar 6-30 menit (perokok sedang, dapatkan perilaku merokok ringan dengan
dan mengkonsumsi rokok lebih dari 31 kejadian hipertensi berat 1 orang (2,0%)
batang perhari dengan selang waktu merokok dikarenakan penderita kurang rutin untuk
5 menit setelah bangun pagi (perokok berat). mengkonsumsi obat dan mengontrol penyakit
hipertensinya di puskesmas dan
Gambaran Kejadian Hipertensi kemungkinan juga dapat disebabkan karena
Responden faktor lainnya yang mempengaruhi hipertensi
seperti usia serta gaya hidup. Sedangkan
Berdasarkan analisis univariat hasil perilaku merokok berat dengan kejadian
penelitian dari 50 responden menunjukkan hipertensi ringan 2 orang (4,0%) dikarenakan

127
penderita rutin untuk mengkonsumsi obat Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
dan mengontrol kesehatannya di puskesmas. semakin meningkatkan resiko kerusakan
Oleh sebab itu perilaku merokok dapat pada pembuluh darah arteri (Karyadi, 2002).
mempengaruhi derajat hipertensi dan juga Hasil penelitian ini sesuai dengan
karna faktor hipertensi lainnya yang dapat hasil penelitian yang dilakukan oleh Erwin
mempengaruhi hipertensi. Ariestiyanto dan Ida Untari (2010) dengan
Hasil analisa bivariat menunjukkan judul hubungan antara jumlah komsumsi
bahwa ada hubungan yang signifikan antara batang rokok dengan tingkat hipertensi yang
perilaku merokok dengan kejadian hipertensi menunjukkan bahwa ada hubungan antara
p (0,000) < 0,05. Sedangkan menurut hasil jumlah konsumsi batang rokok perhari
analisa korelasi koefisien didapatkan 0,481 dengan tingkat hipertensi di Dukuh Candi
yang dapat diartikan bahwa penelitian ini Desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten
memiliki hubungan yang cukup erat antara Boyolali.
perilaku merokok dengan kejadian hipertensi
dikarenakan banyak faktor yang dapat SIMPULAN
meningkatkan kejadian hipertensi selain
perilaku merokok. Berdasarkan hasil penelitian yang
Zat-zat kimia beracun dalam rokok telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa :
dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi 1. Perilaku Merokok pada Lansia di Desa
atau hipertensi. Salah satu zat beracun Muktiharjo Kecamatan Margorejo
tersebut yaitu nikotin, dimana nikotin dapat Kabupaten Pati terbanyak dalam kategori
meningkatkan adrenalin yang membuat ringan dengan jumlah 22 orang (44,0%).
jantung berdebar lebih cepat dan bekerja 2. Kejadian Hipertensi pada Lansia di Desa
lebih keras, frekuensi denyut jantung Muktiharjo Kecamatan Margorejo
meningkat dan kontraksi jantung meningkat Kababupaten Pati terbanyak dalam
sehingga menimbulkan tekanan darah kategori ringan dengan jumlah 26 orang
meningkat (Aula, 2010). (52,0%).
Konsep ini mengandung pengertian 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara
bahwa semakin banyak kadar zat-zat beracun perilaku merokok dengan kejadian
tersebut maka semakin berat juga hipertensi hipertensi p (0,000) < 0,05, maka Ha
terjadi. Kadar zat-zat kimia rokok dalam diterima dan Ho ditolak.
darah secara langsung ditentukan banyak
sedikitnya konsumsi rokok. Semakin banyak SARAN
jumlah konsumsi batang rokok per hari
semakin berat hipertensi yang di derita 1. Bagi Pelayanan Kesehatan
masyarakat di Desa Muktiharjo Kecamatan Diperlukan metode dan kebijakan
Margorejo Kabupaten Pati. pemerintah maupun pelayanan kesehatan
Terlepas dari perbedaan tingkat dalam mengatasi masalah hipertensi yang
hipertensi yang terjadi karena perbedaan ada dihubungkan dengan jumlah
jumlah konsumsi rokok, pada dasarnya konsumsi rokok penduduk.
merokok berpengaruh terhadap kejadian 2. Bagi Profesi keperawatan
hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti Pendidikan kesehatan selalu
nikotin dan karbon monoksida yang dihisap diberikan kepada masyarakat guna
melalui rokok yang masuk kedalam aliran mencegah kejadian hipertensi pada
darah dapat merusak lapisan endotel masyarakat yang disebabkan oleh faktor
pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses yang dapat dicegah meliputi (obesitas,
aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada kebiasaan konsumsi garam yang berlebih,
studi autopsi dibuktikan kaitan erat antara perilaku merokok).
kebiasaan merokok dengan adanya 3. Bagi Masyarakat
aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah.

128
Masyarakat hendaknya mem- Pada Orang Dewasa Di Depok
perhatikan kesehatannya sendiri dengan Tahun 2008. FKM UI.
cara selalu mengontrol atau mengurangi Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan
faktor-faktor yang dapat mencetuskan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
terjadinya hipertensi terutama meng- Rineka Cipta.
urangi mengkonsumsi rokok. Nugroho, Wahyudi. (2014). Keperawatan
4. Bagi penelitian Selanjutnya Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3.
Penelitian yang akan datang Jakarta: EGC.
hendaknya dilakukan dengan mem- Priyoto. (2015). Teori Sikap dan Perilaku
perhatikan perbaikan instrumen penelitian Dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
dan dapat juga membanding-kan faktor Medika.
lain yang dapat mencetus-kan kejadian Proverawati, Rahmawati, E. (2012). Periaku
hipertensi kecuali perilaku merokok, Hidup Bersih & Sehat (Phbs).
selain itu alangkah baiknya sampel yang Yogyakarta: Nuha Medika.
digunakan bukan terpaku pada lansia yang Pudiastuti, Rd. (2013). Penyakit-Penyakit
memiliki riwayat hipertensi. Mematikan. Nuha Medika:
Yogjakarta.
Ridwan, M. (2009). Mengenal, Mencegah,
DAFTAR PUSTAKA Mengatasi Silent Killer Hipertensi.
Semarang, Pustaka Widyamara.
Ariani, A. P. (2014). Aplikasi Metodologi Riyanto, A. (2009). Aplikasi Metodologi
Penelitian Kebidanan Dan Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha medika.
Nuha medika. Satiti, Alfi. (2011). Strategi Rahasia Berhenti
Atawan, M dan Kasih, A.L. (2008). Khasiat Merokok. Yogyakarta: Data Media.
Warna-Warni Makanan. PT Subanada, Ida Bagus. (2008). Tumbuh
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kembang Remaja Dan
Aula, Lisa Ellizabet. (2010). Stop Merokok. Permasalahannya. Jakarta: Sagung
Jogjakarta: Garailmu. Seto.
Bangun, Wilson. (2013). Manajemen Sumber Sudarmoko. (2010). Tetap Tersenyum
Daya Manusia. Jakarta: Erlangga. Melawan Hipertensi. Yogyakarta:
Departemen Kesehatan RI. (2007). Profil Atma Madia Press.
Kesehatan Indonesia. Sugiyono. (2015). Metode penelitian
http://www.depkes.go.id/downloads/ kuantitatif kualitatif dan r&d.
publikasi/Profil Kesehatan Indonesia Bandung: Alfabeta.
2007. Pdf. Diunduh pada tanggal 14 Sukmana T. (2008). Agar Terhindar Dari
januari 2016. Rokok. Jakarta: Be Champion, Pp: 4-
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. ( 14.
2012). Profil Kesehatan Propinsi Sunaryo. (2010). Psikologi untuk
Jawa Tengah. Semarang: Dinas Keperawatan. Jakarta: EGC.
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Susilo,Y & Wulandary,A. (2009). Cara Jitu
Diunduh pada tanggal 14 januari Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:
2016. C.V Andi Offset.
Ferry Efendi. (2009). Keperawatan Sutomo, Budi. (2009). Menu Sehat Penakluk
Kesehatan Komunitas: Teori dan Hipertensi. Jakarta.
Praktik dalam Keperawatan. Jakata: Syamsudin. (2011). Buku Ajar
EGC. Farmakoterapi Kardiovaskular Dan
Ningsih, F. (2008) Hubungan Karakteristik Renal. Jakarta: Penerbit Salemba
Individu, Asupan Zat Gizi Dan Gaya Medika Pp 31.
Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi

129
Vina Dwi & Fitrah. (2010). Memahami
Kesehatan Pada Lansia. Jakarta:
Trans Info Media.
Wahyunita, Vina Dwi & Fitrah. (2010).
Memahami Kesehatan Pada Lansia.
Jakarta: Trans Info Media.
World Health Organization. (2011). The
Global Burden Of Disease: Geneva:
WHO Library Cataloguing in-
Publication Data. Diunduh pada
tanggal 14 januari 2016.

130

Anda mungkin juga menyukai