STUDI KELAYAKAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1.1 Pendahuluan
Apotek adalah suatu jenis bisnis eceran (retail) yang
komoditasnya atau barang yang diperdagangkan terdiri dari
perbekalan kefarmasian, yang meliputiobat dan bahan obat,
serta perbekalan kesehatan. Apotek juga merupakan tempat
tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat. Apotek mempunyaidua fungsi yaitu
pelayanan kesehatan dan bisnis atau perusahaan.
Apotek adalah bisnis, sedangkan profesi apoteker sebagai
penanggungjawabnya adalah bentuk pelayanan kesehatan. Cara
untuk mewujudkan sinergi yang baik dari segi bisnis dan
pelayanan salah satunyaadalah dengan membentuk apotek
sebagai tempat yang nyaman, leluasa, sertaramah dengan
pasien atau customer. Ramah, leluasa, dan nyaman ini adalah
sebuah personifikasi dari tata letak, pencahayaan, serta tata
ruang apotek sehingga pengunjung,yang bisa saja bukan pasien
atau customer, melainkan pengantar atau keluarga, menjadi
betah dan merasa diterima dengan baik.
Perusahaan yang baik harus senantiasa memperhatikan
manajemenperusahaannya untukmengimbangi perkembangan
dunia bisnis yang semakinkompetitif. Perusahaan memerlukan
sistem manajemen yang didesain sesuaidengan tuntutan
lingkungan usahanya, karena dengan begitu perusahaan
akanmampu bersaing dan berkembang dengan baik
Era globalisasi perdagangan antar negara telah terbuka
sejak tahun 2003. Eraini memungkinkan customer untuk bebas
memilih apotek mana yang mampumemberikan pelayanan yang
memuaskan, profesional dengan harga bersaing,sehingga
strategi dan kinerja apotek pun harus berorientasi pada
keinginan customer tersebut. Diterapkannya pengukuran kinerja
dengan menggunakanperspektif keuangan dan customer
diharapkan mampu menjawab tuntutan dantantangan zaman.
Evaluasi kinerja apotek dengan menggunakan perspektif
customer dankeuangan merupakan suatu kerangka kinerja baru
yang mewakili penilaian non keuangan dan keuangan. Ukuran
financial untuk melihat kinerjaperusahaan dimasa lalu sedangkan
untuk mendorong kinerja dimasa depansalah satunya digunakan
ukuran customer. Ukuran financial tradisional hanyamenjelaskan
berbagai peristiwa masa lalu dan tidak memadai untuk
menuntundan mengevaluasi perjalanan yang harus dilalui
perusahaan informasi dalammenciptakan nilai masa depan
melalui investasi yang ditanamkan padacustomer.
BAB II
ISI
2.1.2 Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi terhadap data hasil penelitian di lapangan,
dapat dilakukan dengan cara:
1. Memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh, yang terdiri dari:
a. Data lingkungan disekitar lokasi (faktor eksternal): apakah hasil analisis
terhadap data eksternal yang ada saat ini perspektif yang baik atau tidak bagi
perusahaan di masa mendatang?, seperti:
Tipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran)
Tingkat keuntungan yang akan diperoleh
Peraturan tentang pengembangan tata kota (pelebaran jalan) di lokasi
yang ditetapkan
Kondisi keamanan di sekitar lokasi yang ditetapkan
Contoh: Lokasi apotek dekat kantor polisi setempat
b. Data kemampuan sumber daya yang dimiliki (faktor internal): apakah sumber
daya yang ada saat ini mempunyai kemampuan untuk merealisasi gagasan pada
lokasi yang ditetapkan?, seperti:
Kemampuan keuangan
Ketersediaan tenaga kerja
Ketersediaan produk
Kemampuan pengelolaan (manajemen)
Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai dari rencana pelaksanaan suatu
gagasan tersebut
b. Analisis teknis, mengenai:
Peta lokasi dan lingkungan sekitarnya:
Lokasi-lokasi yang menjadi target pendirian apotek baru
Situasi lingkungan yang ada di sekitar lokasi yang menjadi target seperti:
situasi fasilitas transportasi, jenis konsumen, jumlah praktik dokter, apotek
pesaing
Disain interior dan eksterior:
Warna, bentuk gedung, dan billboard harus dapat memberikan identitas
tersendiri yang dapat membedakannya dengan apotek pesaing dan dapat menarik
perhatian konsumen.
Lingkungan fisik suatu apotek merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kesuksesan. Rancangan dan suasana apotek, jasa yang diberikan,
dan pajangan barang-barangnya dan pembagian tempat untuk golongan barang
semuanya perlu agar apotek mendapat laba dalam operasionalnya. Karakteristik
fisik apotek yang digunakan untuk mengembangkan image dan menarik
konsumen terdiri dari beberapa elemen mencangkup: desain bagian luar, desain
bagian dalam, rancangan apotek berantai (istilah mudahnya terutama untuk apotek
umum/besar), penyajian barang dagangan.
Dalam tingkat yang beragam, semua apotek bergantung pada konsumen
yang berkunjung dan keputusan untuk memasuki apotek bergantung sebagian
pada kesan konsumen akan bagian luar apotek. Keunikan bagian depan apotek
dan penggunaan kreatif dari pintu masuk, jendela pajangan, tanda-tanda khusus
bagian luar, dapat membantu menciptakan kesan apotek yang menyenangkan.
Begitu konsumen berada dalam apotek, ada banyak elemen yang mempengaruhi
persepsinya akan apotek tersebut. Elemen umum bagian dalam bertindak sebagai
pemikat. Hal-hal yang menarik konsumen ke sebuah apotek mencakup
perlengkapan tetap, tata cahaya, bahan untuk lantai, tata warna, bau, suara, suhu
lebarnya lorong, kebersihan, moderinasi, bermacam-bermacam barang dagangan,
pajangan harga dan pegawai.
c. Analisis pasar
d. Analisis manajemen
e. Analisis keuangan
2.1.4 Pelaksanaan
Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan dibuat suatu format yang
isinya mengenai:
Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan
Mencatat setiap penyimpanan yang terjadi
Membuat evaluasi dan solusi penyelesaiannya
1. Strategi manajemen
Dalam menetapkan bentuk dan tata letak bangunan, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan yaitu:
a. Bentuk
bangunan sebaiknya dapat menggambarkan:
1) Identitas perusahaan untuk membentuk opini konsumen
2) Nuansanya (physical evident) baik interior ataupun eksterior sesuai
dengan target konsumen yang akan dilayani
3) Kemudahan untuk dikembangkan
b. Sistem tata
letak (lay out) dapat memberi:
1) Kemudahan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian mutasi
barang.
2) Kemudahan bagi konsumen untuk memperolehnya (untuk produk OTC).
c. Estetika, rapi ,teratur dan tersusun dengan baik.
d. Kesesuaian dengan peraturan yang berlaku dan sifat barang, karena
dalam pengelolaan sediaan farmasi di apotek telah diatur oleh
undang-undang dan adanya sifat obat yang mudah terpengaruh oleh
berbagai macam keadaan.
Bentuk dan desain interior maupun eksterior apotek yang akan dibangun
disesuaikan dengan target konsumen. Bentuk apotek dapat dibuat minimalis dan
fasilitas tambahan tidak perlu jika tidak dibutuhkan. Untuk konsumen yang
banyak membeli produk OTC dapat ditempatkan produk OTC lebih banyak dan
mudah dilihat sehingga menunjukkan banyak variasi yang tersedia.
Q=nxP
PP yang diperoleh waktunya lebih lama dari maksimum PP yang ditetapkan maka
proyek dinilai tidak layak dilaksanakan.
PP yang diperoleh waktunya sama dengan maksimum PP ditetapkan, maka
proyek tersebut boleh dilaksanakan, boleh tidak.
Indikator ROI :
Bila ROI yang diperoleh lebih besar daripada bunga pinjaman, maka proyek
layak dilaksanakan.
Bila ROI yang diperoleh lebih kecil daripada bunga pinjaman, maka proyek
dinilai tidak layak dilaksanakan.
Bila ROI yang diperoleh sama dengan bunga pinjaman, maka proyek boleh
dilaksanakan, boleh tidak.
Jika nilai ROI lebih kecil atau sama dengan bunga pinjaman, maka perlu dilakukan
pengecekan kembali apakah ada modal yang terlalu besar atau investasi yang kurang
tepat.
Bila menggunakan df yang sama dengan bunga pinjaman diperoleh hasil nya
negatif, maka usaha dinilai tidak layak dilaksanakan
Bila menggunakan df yang sama dengan bunga pinjaman diperoleh hasil nya =
0 , maka usaha dinilai boleh dilaksanakan, boleh tidak
IRR= ( df 1 ) +
[ ( 1)
( 1+ 2)
(df 2df 1)
]
Untuk penerapan pada studi kelayakan apotek metode analisis yang sering
digunakan ialah Payback period (PP) dan Return on Investment (ROI).
2. Biaya tetap (FC Fix Cost) adalah jenis biaya yang secara total akan tetap,
walaupun terjadi perubahan pada volume penjualan atau jumlah produksi.
Contoh biaya tetap adalah biaya gaji pegawai, biaya tak langsung (listik,
telepon, air) dan biaya bunga pinjaman bank.
TC = VC + FC (3.3)
Laba = TR TC (3.4)
2.3.2 Fungsi
Analisis Break Even Point merupakan alat analisis untuk mengetahui
hubungan antara variable penjualan, biaya pembelian barang barang (variable
cost) dan biaya tetap (fix cost) dan keuntungan (profit) yang dihasilkan perusahaan
pada suatu periode tertentu. Fungsi analisis BEP antara lain adalah untuk
merencanakan:
1. Jumlah penjualan. Pada tingkat penjualan berapa labanya dapat menutup
biaya variable dan biaya tetap yang dikeluarkan apotek?
2. Jumlah laba atau rugi. Berapa jumlah laba atau rugi yang akan diperoleh
ketika jumlah penjualan dan jumlah biaya tercapai pada tingkat tertentu?
2.3.3 Cara Menghitung BEP
Untuk memudahkan dalam menghitung BEP akan diberikan sebuat contoh
soal dan penyelesaiannya. Contoh soal :
Setelah memperoleh rekomendasi mengenai analisis keuangannya,
kemudian Pak Wayan mengajukan proposal lagi dengan kebutuhan dana tetap
yaitu : untuk bangunan dan sarana sebesar Rp 300.000.000,- nilai residu
diperkirakan Rp 50.000.000,- untuk modal kerja (kas, bank, dan persediaan) Rp
50.000.000,- dengan proyeksi laporan L/R pada tahun I sebagai berikut :
Penjualan : Rp 800.000.000,-
Harga pokok penjualan (HPP) : Rp 600.000.000,-
Biaya usaha : Rp 60.000.000,-
Laba sebelum pajak (EBT) : Rp 140.000.000,-
Pajak penghasilan : Rp 7.000.000,-
Laba sesudah pajak (EAT) : Rp 133.000.000,-
Dengan catatan bahwa harga rata-rata obat yang dibeli konsumen Rp
100.000,- dan variable costnya 75%. Setelah dianalisis, pihak Bank meminta
kepada Pak Wayan untuk melengkapi berkas studi kelayakannya disertai dengan
analisis BEPnya. Bantulah Pak Wayan untuk dibuatkan analisis BEPnya tersebut.
Pada jumlah penjualan berapakah apotek Pak Wayan mencapai BEP dan buatlah
grafiknya serta pada jumlah penjualan berapakah apotek Pak Wayan mulai
memperoleh keuntungan ?
Jawabannya :
Dalam membuat analisis BEP tahapannya adalah sebagai berikut :
(1) Mencari persamaan TR dan TC nya
TR = P x Q
= 100.000 Q
TC = FC + (VC setiap konsumen x Q)
= 60.000.000 + (75% x 100.000 x Q)
= 60.000.000 + 75.000 Q
(2) Menghitung BEP nya
Syarat TR = TC
100.000 Q = 60.000.000 + 75.000 Q
Q = (60.000.000) / (100.000 75.000)
= 2400 konsumen per tahun
Jadi BEP terjadi pada jumlah 2400 konsumen dengan nilai penjuala : 2400 x
100.000 = Rp 240.000.000,-
TR = 100.000 Q
TC = 60.000.000 +75.000 Q
Logarithmic (TC = 60.000.000 +75.000 Q)
FC = 60.000.000
B. Lokasi
Lokasi berada di Jl. Raya Akses UI No 9 Tugu Cimanggis Depok.
Lokasi apotekstragis dan akan menentukan keberhasilan apotek dan erat
hubungannyadengan aspek pasar.Apotek ini berada pada darah berpenduduk
cukup padat, dan dilalui dengan akses jalan dua arah tanpa pembatas jalan
yang padat. Lokasi ini berada pada arah orang pulang krja. Di sekitar lokasi
ini terdapat 2 Rumah Sakit yaitu RS Bhayangkara Korps Brimob KelapaDua
dan RS Tugu Ibu, 1 Puskesmas, dan 6 Poliklinik.
C. Aspek Pemasaran
1. Observasi Lokasi
a. Jumlah Penduduk Kel.Tugu menurut jenis kelamin pada lingkup RW di
sekitar apotek
RW Laki-Laki Perempuan Total
RW 6 2381 1575 3956
RW 7 2467 2324 4791
RW 8 5749 5499 11248
RW 10 3114 3150 6264
Total 13711 12548 26259
e. Jumlah Puskesmas
NO Nama Alamat Jumlah Jarak dari
Pasien/h Apotek
ari Tugu
(m)
1 Puskesmas Tugu Jl. Raya Akses UI 200 700
f. Jumlah Poliklinik
NO Nama Alamat Jumlah Jarak dari
Pasien/ Apotek
hari Tugu
(m)
1 Klinik Terpadu Puri Jl. Akses UI 42 1200
Medica
2 Klinik Melati Media Jl. Nusantara No. 40 1000
1A, Hankam
3 Rumah Bersalin dan Jl. RTM No 11 33 1600
klinik Spesialis
Nurul Fikri
4 Klinik Fajar Harapan Jl. Raya Akses UI, 36 75
No 2
5 Klinik Palsigunung Jl. Raya Akses UI 39 1000
6 Klinik Al Abror Jl. Raya Tugu 30 800
g. Apotek Kompetitor
NO Nama Apotek Alamat Jarak Praktek Jumlah
dari Dokter Resep/
Apote hari
k
Tugu
(m)
1 Apotek Teratai Jl. Raya Akses UI 50 Tidak Ada 80
(Apotek
RS)
2 Apotek Kasih Jl. Raya Akses UI 50 Ada (Bidan dan 25
Dokter
Umum)
3 Apotek Kelapa Dua Jl. Raya Akses UI 500 Ada (Klinik 28
Kecantikan)
4 Apotek Pratama II Jl. Raya Akss UI 700 Ada (Dokter 25
No. 10 Kulit dan
okter Gigi)
5 Apotek Nusantara Jl. Nusantara 800 Ada (Dokter 30
Raya, Gigi)
Hankam
6 Apotek Sanabil Jl. RTM 1600 Ada (Dokter 26
Umum)
7 Apotek Damai Jl. Menpor 1000 Tidak Ada 35
8 Apotek Sasanti Jl. Raya Bogor 1400 Ada (Klinik 50
Dokter)
9 Apotek Rizqi Jl. Raya Tugu 1000 Tidak Ada 20
Farma
Sarana penunjang
Rak kaca etalase kecil : Rp 3.000.000,-
Rak kaca etalase besar : Rp 4.000.000,
Meja kerja : Rp 500.000,-
Meja racik : Rp 300.000,-
Lemari narkotik : Rp 500.000,-
Wastafel : Rp 150.000,-
Komputer 1 unit : Rp 3.000.000,-
Mesin kasir : Rp 1.000.000,-
Peralatan administrasi : Rp 500.000,-
Televisi 14 inch : Rp 1.000.000,-
Telepon : Rp 500.000,-
Peralatan meracik : Rp 2.500.000,-
Kulkas : Rp 1.500.000,-
Dispenser : Rp 250.000,-
Kipas angin : Rp 200.000,-
Plang nama apotek +
buku wajib farmasi : Rp 500.000,-
TOTAL : Rp20.000.000,-
Modal kerja
Barang dagangan : Rp 40.000.000,
Rekening di bank : Rp 10.000.000,-
TOTAL : Rp 50.000.000,-
Jumlah 1 1 1
Biaya tetap
Pengeluaran gaji pegawai : Rp
74.800.000,-
Biaya pengelolaan pertahun : Rp
7.200.000,-
TOTAL BIAYA TETAP : Rp
82.000.000,-
3. TOTAL MODAL INVESTASI
Total Modal Investasi =modal tetap+sarana penunjang+modal kerja+fixed
cost
= 150.000.000 + 20.000.000 + 50.000.000+82.000.000
= Rp 302.000.000,-
Obat OTC
Harga penjulan /hari : Rp.
1.000.000,-
Harga penjulan /bulan : Rp.
26.000.000,-
Harga penjulan /tahun : Rp.
312.000.000,-
8. Perhitungan BEP
Perhitungan BEP (TR=TC)
Dilihat dari penjualan resep
Harga rata-rata obat yang dibeli pasien = Rp. 60.000,-
Keuntungan penjualan resep = 30%, maka biaya variabel resep = 70%
HPP = biaya variabel resep x Rp. 60.000,-
= 70 % x Rp 60.000,-
= Rp 42.000,-
TR= PxQ
= 60.000 xQ
= 60.000Q
TC = FC + (HPP per pasien x Q)
= 94.000.000 + 42.000Q
TR=TC
60.000Q = 94.000.000 + 42.000Q
Q = 5222 pasien/tahun
= 435 resep / bulan
= 16,73 ~ 17 resep/hari dengan nilai Rp 1.020.000,-
Ket :
TR(Total Revenue) = Total Pendapatan
TC (Total Cost) = Total Biaya
FC (Fix Cost) = Biaya Tetap
VC (Variable Cost) = Biaya Variabel
HPP = Harga Pokok Penjualan
P (Price) = Harga
Q (Quantity) = jumlah unit barang atau jumlah konsumen
Jadi, BEP terjadi pada jumlah penjualan sebanyak 13 resep per hari
DAFTAR ACUAN
Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. Jakarta : Wira Putra Kencana. Hal :
196-199