Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persaingan di dunia globalisasi terlebih dalam tantangan masa depan dengan
adanya masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang menuntut manusia agar terus berkembang dan memiliki berbagai
kompetensi untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar dapat
bersaing di masa depan.
Dalam menghadapi tantangan masa depan dibutuhkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Selain berkulitas, sumber daya manusia juga harus terampil dan
berkompeten.. Pengembangan kemampuan sumber daya manusia dapat dilakukan
salah satunya melalui pendidikan. Upaya konkrit dan perbaikan operasional sangat
dibutuhkan dalam membentuk pendidikan yang bermutu. Untuk mewujudkan itu
semua, salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan mengembangkan
kurikulum, karena perkembangan pendidikan di Indonesia tidak pernah lepas dari
kurikulum yang digunakan. Maka, terkait dengan diberlakukannya Kurikulum 2013
adalah dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Diakui
atau tidak, kurikulumlah yang berperan penting dalam menentukan arah pendidikan.
Dengan demikian, harapannya kualitas pendidikan yang ada saat ini semakin baik
sehingga mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan sikap,
keterampilan, pengetahuan serta teknologi yang memadai.
Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual
(ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan dan toleransi dalam beribadah) yang terkait dengan pembentukan siswa yang
beriman dan bertakwa, dan sikap social (jujur, disiplin, tanggung jawab santun,
peduli, dan percaya diri) dan bertanggung jawab. Teknik penilaian sikap yang
digunakan meliputi penilaian diri, penilaian antar teman, observasi dan jurnal.
Penilaian diri dan penilaian antar teman dapat dilakukan dalam rangka pembinaan
dan pembentukan karakter siswa, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu
alat konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik.
Selain itu, kurikulum 2013 juga menekankan pada dimensi pedagogik yang
menggunakan pendekatan saintifik meliputi kegiatan 5M ( mengamati, menanya,
menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan) dalam setiap mata pelajaran. Dengan
proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik serta penilaian autentik, yaitu
pengukuran langsung keterampilan siswa yang berhubungan dengan hasil jangka
panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja, penilaian atas tugas-tugas
yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks serta analisis
proses yang digunakan untuk menghasilkan respon siswa atas perolehan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang ada (Kemendikbud, 2013).

Pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum 2013 diarahkan pada


pengembangan tiga ranah, yaitu ranah sikap, ranah pengetahuan, dan ranah
keterampilan yang mana ketiga ranah tersebut saling keterkaitan sehingga ranah yang
satu tidak dapat dipishkan dengan ranah yang lainnya. Ketiga aspek tersebut dinilai
dengan kriteria yang sudah ditentukan. Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, atau penilaian
jurnal. Penilaian kompetensi pengetahuan dinilai dengan instrumen tes tertulis,
penugasan, observasi terhadap diskusi, tanya jawab dan percakapan serta penilaian
keterampilan berdasarkan praktik, proyek, dan produk (Permendikbud No.104 Tahun
2014).
Mata pelajaran Fisika adalah salah satu pelajaran yang mengandung konsep-
konsep serta fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Fisika sebagai ilmu alam yang
mendasari ilmu-ilmu lainnya bukan hanya sekedar kumpulan fakta dan prinsip, tetapi
lebih dari itu fisika juga mengandung cara-cara termasuk bagaimana cara memperoleh
fakta dan prinsip tersebut (Koes, 2003). Dalam kegiatan pembelajaran perlu ditunjang
dengan kegiatan laboratorium. Terdapat beberapa alasan dalam pembelajaran dengan
kegiatan laboratorium yakni siswa akan lebih mempercayai kebenaran suatu teori
berdasarkan percobaan, mampu menafsirkan hasil percobaan, dan terampil dalam
penggunaan alat-alat percobaan (Decaprio, 2013). Oleh karena itu pembelajaran fisika
yang efektif harus diarahkan pada proses penemuan bukan pada teoritis saja. Selain
konseptual (pengetahuan), juga diperlukan kontekstual sehingga diperlukan
keterampilan proses melalui aktivitas yang sering dilakukan fisikawan (penyelidikan
atau percobaan).
Berdasarkan hasil pengamatan di SMAN 1 Cerme, siswa masih kurang
berperan aktif yakni saat kegiatan pembelajaran siswa masih belum berani
menyampaikan pendapat, siswa masih belum berani untuk menanyakan teori atau
konsep yang belum dipahami atau dimengerti kepada guru. Selain itu sebelum
pembelajaran siswa tidak mencari informasi tentang materi yang akan diajarkan dan
siswa hanya menerima penjelasan materi dari guru. Guru belum memaksimalkan
kegiatan pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman yang dilakukan siswa
secara langsung yaitu kegiatan percobaan yang dilakukan siswa di luar atau di dalam
kelas baik secara terbimbing dengan guru maupun secara mandiri. Hal ini
menyebabkan siswa-siswi belum terbiasa untuk melakukan sikap ilmiah seperti
merumuskan hipotesis, menentukan variabel, menganalisis data, membuat grafik dan
kesimpulan.
Berdasarkan pengamatan, kegiatan laboratorium di SMA Negeri 1 Cerme
masih belum terlaksana secara terstruktur. Hal ini nampak bahwa siswa hanya
melakukan percobaan fisika hanya pada materi tertentu saja meskipun di sekolah telah
tersedia alat-alat percobaan. Selain itu, lembar kerja siswa yang tersedia belum
memenuhi syarat kelayakan aturan Permendikbud No.65 2014 juga merupakan suatu
kendala peserta didik dalam melaksanakan kegiatan percobaan. Menurut Belawati
(2003), Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-
lembar kertas yang berisi materi, ringkasan , dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai.

Pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan bekal bagi siswa untuk


dapat memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar fisika serta menunjang
peningkatan berpikir kritis adalah model pembelajaran inkuiri. Menurut Trianto
(2007), model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangakaian belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri. Pembelajaran inkuiri
terbimbing, menuntut siswa untuk lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya,
aktif dalam kegiatan laboratorium, dan aktif dalam memecahkan masalah serta
menggali informasi untuk menyelesaikan permasalahan fisika. Guru bertindak sebagai
fasilitator, yang memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi pengetahuannya.
Untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna, maka peserta didik
dituntut dapat memahami dan menerapkan pengetahuan, sehingga aktivitas
pembelajaran tidak hanya meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa pada
materi pelajaran tetapi juga melibatkan kemampuan berpikir (Hamalik, 2003).
Berpikir kritis merupakan bagian dari pola berpikir kompleks atau tingkat tinggi yang
bersifat konvergen. Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah, terencana,
mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui, tidak terjebak pada
pemikiran yang subjektif (Amri, 2010). Keterampilan berpikir dapat dilatihkan
melalui kegiatan laboratorium dengan menggunakan Lembar kegiatan yang
menunjang peserta didik untuk menggali informasi dan menganalisis data yang ada
dalam percobaan secara mandiri.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang menggunakan pembelajaran inkuiri
dengan pendekatan saintifik juga mendapatkan hasil positif. Penelitian Indah (2014)
tentang penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan
saintifik menyatakan pembelajaran Inkuiri terbimbing dengan pendekatan saintifik
memperoleh hasil belajar klasikal yang tuntas dengan persentase 85,3% dan 94,1%
untuk setiap pertemuannya.
Berdasarkan permasalahan yang ada dan penelitian sebelumnya yang relevan
dan mendapatkan respons yang positif tentang pembelajaran inkuiri dan pelatihan
kemampuan berpikir kritis, peneliti melakukan penelitian dengan judul,
Pengembangan Lembar kerja siswa (LKS) berbasis model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dengan melatihkan Keterampilan berpikir Kritis pada Materi Getaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diperoleh permasalahan,
Bagaimanakah kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing dengan melatihkan Keterampilan berpikir Kritis pada Materi
Perpindahan Kalor?
Permasalahan umum tersebut dijabarkan menjadi tiga pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah validitas Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing menurut aturan Kurikulum 2013?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang telah dikembangkan?
3. Bagaimanakah respons siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dikembangkan?
4. Bagaimana capaian hasil belajar (kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan) setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang telah dikembangkan?
5. Bagaimana hasil dari keterampilan berpikir kritis yang dilatihkan?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan validitas Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing menurut aturan Kurikulum 2013.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menggunakan Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang telah dikembangkan.
3. Mendeskripsikan respons siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dikembangkan.
4. Mendeskripsikan capaian hasil belajar (kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan) setelah mengikuti pembelajaran menggunakan Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang telah dikembangkan
5. Mendeskripsikan hasil dari keterampilan berpikir kritis yang dilatihkan.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan


Hasil penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan melatihkan Keterampilan berpikir Kritis
pada Materi Getaran. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini diharapkan memiliki kategori
sangat layak atau persentase nilai validitas 81%-100% pada setiap komponennya,
mendapatkan respons positif sebesar 81%-100%, dan mampu melatihkan
keterampilan berpikir kritis pada setiap aspek dengan nilai 70-100.
E. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang
pendidikan yaitu :
1. Terwujudnya Lembar Kerja Siswa (LKS) inkuiri terbimbing berorientasi
Kurikulum 2013 pada materi getaran.
2. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
tentang penerapan pendekatan saintifik dengan model inkuiri terbimbing yang
melatihkan keterampilan berpikir kritis dalam satu kegiatan pembelajaran utuh.
3. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang baru dalam belajar fisika
melalui kegiatan penyelidikan.
4. Bagi guru, membantu memberikan alternatif strategi pembelajaran dalam
implementasi Kurikulum 2013.
5. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai referensi dalam mengoptimalkan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
6. Bagi Peneliti, menambah pengalaman dan pengetahuan dalam penelitian
pengembangan.

F. Penjelasan Istilah, Asumsi, Batasan Masalah


1. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka istilah yang ada dalam
penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :
a. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan panduan yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyidikan atau pemecahan masalah (Trianto, 2007).
b. Inkuiri terbimbing merupakan proses yang bergerak dari langkah observasi
sampai langkah pemahaman. inkuiri terbimbing dimulai dengan observasi yang
menjadi dasar pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa (Nurhadi
dan Senduk, 2003).
c. Keterampilan berpikir Kritis adalah sebuah proses yang menekankan sebuah
basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan
serangkaian standar dan prosedur untuk menganalisis, menguji, dan
mengevaluasi. (Rudinow dan Barry (1994) dalam (Filsaime, K. Dennis, 2008:
57)).
d. Penilaian hasil belajar dalam Kurikulum 2013 adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan
setelah proses pembelajaran (Permendikbud No.104 Tahun 2014),
2. Asumsi

Dalam penelitian ini, ditetapkan asumsi bahwa dosen fisika dan siswa
merespons isi instrumen peneliti secara objektif.

3. Batasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang meluas, maka peneliti membatasi


permasalahan yang diteliti yaitu:
a. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan adalah pada materi pokok
Getaran untuk siswa kelas XI semester 2.
b. Uji coba terbatas terhadap kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam
penelitian ini dilakukan hanya pada 20 siswa kelas X SMA Negeri 1 Cerme.

Anda mungkin juga menyukai