BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan asuhan keperawatan hiperbarik pada pasien
dengan diagnosa medis Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mendapatkan ilmu tentang asuhan keperawatan hiperbarik pada pasien
dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
2. Pasien mendapatkan asuhan keperawatan hiperbarik selama mengikuti terapi HBO
dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Servikal (7)
2. Torakal (12)
3. Lumbal (5)
4. Sakral (5, menyatu membentuk sacrum)
5. Koksigeal (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)
2.1.2 Definisi
Herniasi nukleus pulposus (HNP) adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh
penonjolan nukleus pulposus dari diskus kedalam anulus (cincin fibrosa disekitar diskus),
6
yang disertai dekompresi dari akar syaraf. Herniasi dapat terjadi di lumbal, lumbosakral,
regioskapula, regio servikal, dan dua kolumna vertebralis. (Fransisca, 2008)
Diskus vertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan
diantara vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul.
Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddart,2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra atas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis (piguna Sidharta, 1996). Herniasi diskus intervetrebralis,
merupakan penyakit dimana bagian nukleus yang terbuat dari material berbentuk gel dalam
spinal cord keluar dari anulus atau bagian yang melindunginya sehingga terjadi penekanan
atau penyempitan pada syaraf spinal dan mengakibatkan nyeri (Nettina & Mills, 2006). Nama
lain dari HNP yaitu Herniated Nucleus Pulposus (HNP), herniated Intervertebral Disk (HID)
dan Degenerative discdiseasedan penyakit ini merupakan nyeri punggung yang paling sering
(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2007)
HNP adalah pembengkakan atau penonjolan dari anulus atau mungkin herniasi melalui
anulus ke tulang belakang. Hal ini biasanya terjadi dilokasi posterolateral dari disk
invertebralis dan antara ruang C5-C6 dan C6-C7.(Smeltzer&Suzanne, 2002)
2.1.4 Klasifikasi
Macnabs Classification membagi HNP berdasarkan pemeriksaan MRI menjadi :
1. Bulging Disc, suatu penonjolan atau konveksitas dari diskus melewati batas diskus tetapi
anulus tetap intak.
2. Proalapsed Disc, suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus yang mengalami
robekan yang tidak komplit.
3. Extruded Disc, suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus yang mengalami
robekan komplit, dan nucleus pulposus mendesak ligamentum longitudinalis posterior.
4. Sequesteres Disc, sebagian dari nucleus pulposus keluar melalui annulus fibrosus yang
telah robek, kehilangan kontinuitas dengan nucleuos pulposus yang berada didalam
diskus dan telah berada dalam kanal.
posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan atau
dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan
tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya atau
jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus
menonjol keluar sampai anulus atau menjadi extruded dan melintang sebagai potongan
bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol
sampai pada celah anulus, biasanya terjadi pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang
ditengah), dimana mereka mengenai sebuah serabut atau beberapa serabut saraf.
Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma
vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-
otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang. Hernia
ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau
C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada
pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali dengan
beberapa gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu beradadigaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri
dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan
melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese, kadang-kadang
serangannya mendadak dengan paraparese.
2.1.5 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut
1. Degenerasi diskus intervertebralis
2. Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
3. Trauma berat atau terjatuh
4. Mengangkat atau menarik benda berat
2.1.6 Patofisiologi
Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya atau
merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang merenggang,
sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang.
Prolapsus discus intervertebralis, hanya yang terdorong ke belakang yang
menimbulkan nyeri, sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf spinal serta
akarnya, dan apabila tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis akan menyebabkan nyeri
9
yang hebat pada bagian pinggang, bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan anggota bagian
bawah
Herniasi atau ruptur dari discus intervertebra adalah protrusi nucleus pulposus bersama
beberapa bagian anulus ke dalam kanalis spinalis atau foramen intervertebralis. Karena
ligamentum longitudinalis anterior jauh lebih kuat daripada ligamentum longitudinalis
posterior, maka herniasi diskus hampir selalu terjadi ke arah posterior atau posterolateral.
Herniasi tersebut biasanya menggelembung berupa massa padat dan tetap menyatu dengan
badan diskus, walaupun fragmen-fragmennya kadang dapat menekan keluar menembus
ligamentum longitudinalis posterior dan masuk lalu berada bebas ke dalam kanalis spinalis.
Perubahan morfologik pertama yang terjadi pada diskus adalah memisahnya lempeng tulang
rawan dari korpus vertebra di dekatnya.
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Karena
adanya gaya traurnatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan
radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan bisa terjadi
pada trauma berikutnya. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika
hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nukleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang
di atas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis.Sobekan
sirkumferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan
terbentuknya nodus Schmorl atau merupakan kelainan yang mendasari low back pain
subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal
sebagai iskhialgia atau siatika. Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti
bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang
berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral. Tidak akan
ada radiks yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2, dan terus
ke bawah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah tidak
akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskus
intervertebral ini mengalami lisis, sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa
ganjalan.
10
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan
bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai dengan
penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus
sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastis.
Sela intervertebra lumbal L4-L5 dan L5-S1 adalah yang paling sering terkena, terutama
L5-S1. Sedangkan L3-L4 merupakan urutan berikutnya. Ruptur diskus lumbal yang lebih
11
tinggi jarang dan hampir selalu akibat trauma masif. Karena hubungan anatomis pada
vertebra lumbal, protrusi diskus biasanya menekan radiks saraf yang muncul satu vertebra di
bawahnya. Jika terdapat fragmen diskus bebas, biasanya mengenai radiks yang muncul di
atas diskus yang mengalami herniasi.
Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan
yang mengakibatkan herniasi nucleus pulpolus melalui anulus dengan menekan akarakar
saraf spinal. Pada umumnya herniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma
yang lebih banyak bergerak (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai
S1. Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah
lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi
discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar
protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal
meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil (Partono Muki,
2009; Sylvia,1991).
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak
langsung pada diskus intervertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan herniasi
nucleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan
melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal maka terjadilah
herniasi.
Protrusi atau ruptur nucleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif
yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan
kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus
melemahkan pertahanan pada herniasi nucleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress
minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cidera.
12
2.1.8 Komplikasi
1. Infeksi
2. Kerusakan penampang tulang
5. Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau
memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata dan
pembentukan osteofit.
2.1.10 Penatalaksanaan
Menurut Baticaca (2008), penatalaksanaan pada pasien dengan HNP yaitu:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untukmengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama
yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot
melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa. Posisi tirah
baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut, dan punggung
bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang
2. Terapi fisik
a. Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak
terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi
dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan
penyembuhan.
b. Diatermi atau kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot.
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema.Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
c. Korset lumbal
15
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan
untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai
penyangga korsetdapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
d. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung
seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa
kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara
fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.
Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga
aliran darah semakin meningkat.
e. Proper Body Mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk menegah
terjadinya cedera maupun nyeri.beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung
adalah sebagai berikut:
1) Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung
tegak danlurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
2) Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat
tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke
posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk
membantu posisi berdiri.
3) Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser
posisipanggul.
4) Saat duduk, lengan membantu menyangga dada badan. Saat berdiri badan
diangkat dengan bantuan tangan.
5) Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok,punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut.
Dengan punggung lurus, badan diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban
yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
6) Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan
kakiharus berubah posisi secara bersamaan.
7) Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc
duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat
bangkit.
3. Terapi farmakologis
a. Obat anti inflamasi seperti ibu profen atau prednisolon
b. Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzaprine
c. Obat analgesik dan narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut
4. Pembedahan
16
a. Dilakukan jika terjadi defisit neurologis atau kegagalan perbaikan dengan terapi
konservatif
b. Pembedahan
- Disektomi: Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intervertebral
- Laminektomi: Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada
kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis,
mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi
medula dan radiks.
-
-
mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh tubuh belakang diluar.
5. Mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
6. Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk gerakan dan
perimbangan.
7. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat
gravitasi tubuh.
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik itu setiap kegiatan mengangkat dan mengangkut
harus dilakukan sebagai berikut:
1. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi momentum yang terjadi
Hal yang patut diingat untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja, yaitu hindari
manusia sebagai alat utama untuk kegiatan mengangkat dan mengangkut.
Aspek fisiologi dari terapi HBO mencakup beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1) Fase Respirasi
Seperti diketahui, kekurangan oksigen pada tingkat sel menyebabkan terjadinya gangguan
kegiatan basal yang pokok untuk hidup suatu organisme. Untuk mengetahui kegunaan HBO
dalam mengatasi hipoksia seluler, perlu dipelajari fase-fase pertukaran gas.
2) Fase Ventilasi
Fase ini merupakan penghubung antara fase transportasi dan lingkungan
gas diluar. Fungsi dari saluran pernafasan adalah memberi O 2 dan membuang CO2 yang tidak
diperlukan dalam metabolisme. Gangguan yang terjadi dalam fase ini akan menyebabkan
hipoksia jaringan. Gangguan tersebut meliputi gangguan membran alveoli, atelektasis,
penambahan ruang rugi, ketidakseimbangan ventilasi alveolar dan perfusi kapiler paru
(Pennefather2002).
2) Fase Tranportasi
Fase ini merupakan penghubung antara lingkungan luar dengan organ-organ (sel dan
jaringan). Fungsinya adalah menyediakan gas yang dibutuhkan dan membuang gas yang
dihasilkan oleh proses metabolisme. Gangguan dapat terjadi pada aliran darah lokal atau
umum, hemoglobin,shunt anatomisatau fisiologis. Hal ini dapat diatasi dengan merubah
tekanan gas di saluran pernafasan (Kindwall& Whelan1999).
3) Fase Utilisasi
Pada fase utilisasi terjadi metabolisme seluler, fase ini dapat terganggu apabila terjadi
gangguan pada fase ventilasi maupun transportasi. Gangguan ini dapat diatasi dengan
hiperbarik oksigen, kecuali gangguan itu disebabkan oleh pengaruh biokimia, enzim, cacat
atau keracunan (Kindwall & Goldman1998).
4) Fase Difusi
Fase ini adalah fase pembatas fisik antara ketiga fase tersebut dandianggap pasif, namun
gangguan pada pembatas ini akan mempengaruhi pertukaran gas.
2) Haemoglobin (Hb)
1 gr Hb dapat mengikat 1,34 ml O 2, sedangkan konsentrasi normal dari Hb adalah 15 gr per
100 ml darah. Bila saturasi Hb 100 % maka 100 ml darah dapat mengangkut 20,1 ml O2 yang
terikat pada Hb (20,1 vol%). Pada tekanan normal setinggi permukaan laut, dimana PO 2
alveolar dan arteri 100 mmHg, maka saturasi Hb dengan O 2 97 % dimana kadar O2 dalam
darah adalah 19,5 vol %. Saturasi Hb akan mencapai 100 % pada PO 2 arteri antara 100-200
mmHg (Grim et al 2009)
3) Utilisasi O2
Utilisasi O2 rata-rata tubuh manusia dapat diketahui dengan mengukur perbedaan antara
jumlah O2 yang ada dalam darah arteri waktu meninggalkan paru dan jumlah O2 yang ada
dalam darah vena diarteri pulmonalis. Darah arteri mengandung 20% oksigen, sedangkan
darah vena mengandung 14 % vol oksigen sehingga 6 vol % oksigen dipakai oleh jaringan
(Lakesla2009).
4) Efek Kardiovaskuler
Pada manusia, oksigen hiperbarik menyebabkan penurunan curah jantung sebesar 10-20 %,
yang disebabkan oleh terjadinya bradikardia dan penurunan isi sekuncup. Tekanan darah
umumnya tidak mengalami perubahan selama pemberian hiperbarik oksigen. Pada jaringan
yang normal HBO dapat menyebabkan vasokontriksi sebagai akibat naiknya PO 2 arteri. Efek
vasokontriksi ini kelihatannya merugikan, namun perlu diingat bahwa pada PO 2 2000
mmHg, oksigen yang tersedia dalam tubuh adalah 2 kali lebih besar dari pada biasanya. Pada
keadaan dimana terjadi edema, efek vasokontriksi yang ditimbulkan oleh hiperbarik oksigen
justru dikehendaki, karena akan dapat mengurangi edema (Hanabe, 2004).
Kompresi dan Ligamen longitudinal postolateral Respon beban Kadar protein dan
fraksinuklues menyempit berat air nucleus
pulposus
Annulus fibrosusrobek Pemisahan lempeng tulang rawan
24
Rupturpada annulus
Nukleuskeluar
Nuklues pecah
HNP
Lumbal
Mati rasa, hilang Energi dan merusak fungsi Radang syaraf kelumpuhan Gangguan
sensitivitas pompa kalsium fungsi
rectum dan
Kurang pengetahuan Hipoksia G3 mobilitas kandung
kalsium vasokontriksi kemih
fisik
pembuluh darah , otot
terhambat aliran darah
cemas Gangguan
pola
Nyeri eliminasi
Dilatasi
Menghambat akumulasi
Gangguanpol
anafas
MK:manuver
Tidak bisa Resiko valsava
Barotrauma Pasien masuk chamber
25
7) Pengkajian HBO
Prosedur penatalaksanaan hiperbarik oksigen adalah sebagai berikut (Lakesla, 2009):
a. Pra Hiperbarik Oksigen
Dokter jaga HBO dan perawat (tender) melaksanakan:
a) Anamnesis :
Identitas, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, kontra
indikasi absolut dan relatif untuk terapi HBO.
Indikasi HBO :
Beberapa indikasi penyakit yang bisa diterapi dengan HBO adalah penyakit
dekompresi, emboli udara, keracunan gas CO, HCN, H2S, infeksi seperti
gas gangren, osteomyelitis, lepra, mikosis, pada bedah plastik dan
rekonstruksi seperti luka yang sulit sembuh, luka bakar, operasi
reimplantasi dan operasi cangkok jaringan. Keadaan trauma seperti crush
injury, compartment syndrome dan cidera olahraga. Gangguan Pembuluh
26
darah tepi : berupa shock, MCI, ops, bypass jantung dan nyeri tungkai
iskemik, bedah ortopedi seperti fracture non union, cangkok tulang,
osteoradionekrosis. Keadaan neurologik seperti stroke, multiple sclerosis,
migrain, edema cerebri, multi infrak demensia, cedera medula spinalis,
abses otak dan neuropati perifer, penyakit diabetes, asfiksi seperti
tenggelam. inhalasi asap. hampir tercekik. Kondisi masa rehabilitasi seperti
hemiplegi spastik stroke, paraplegi, miokard insufisiensi kronik dan
penyakit pembuluh darah tepi.
Kontra indikasi absolut, yaitu penyakit pneumothorak yang belum
ditangani.
Kontra indikasi relatif yaitu meliputi keadaan umum lemah, tekanan darah
sistolik >170 mmHg atau <90 mmHg. Diastole >110 mmHg atau <60
mmHg. Demam tinggi >38 c, ISPA (infeksi saluran pernafasan atas),
sinusitis, Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup), penyakit asma,
emfisema dan retensi CO2, infeksi virus, infeksi aerob seperti TBC, lepra,
riwayat kejang, riwayat neuritis optic, riwayat operasi thorak dan telinga,
wanita hamil, penderita sedang kemoterapi seperti terapi adriamycin,
bleomycin.
b) Pemeriksaan fisik lengkap
c) X-foto thorak PA
d) Pemeriksaan tambahan bila dianggap perlu, yaitu:
EKG
Bubble detector untuk kasus penyelainan
Perfusi dan P02 transcutaneus
Laboratorium darah
Konsultasi dokter spesialis
e) Menerangkan manfaat, efek samping, proses dan program terapi HBO,
yaitu :
Terapi dilaksanakan di dalam Ruang Udara Benckanan tinggi
Cara adaptasi terhadap perubahan tekanan : manuver valsava / equalisasi
Bernafas mcnghirup O2 100%. melalui masker selama 3 x 30 menit
untuk tabel terapi Kindwall atau sesuai tabel terapi kasus penyelaman.
Efek samping : barotrauma, intoksikasi oksigen
Selama terapi didampingi oleh seorang perawat
Menandatangani inform concern
b. Intra Hiperbarik Oksigen
1) Selarna proses kompresi, tender membantu adaptasi peserta terapi HBO
terhadap peningkatan tekanan lingkungan
2) Selama proses menghirup O2 100%
27
13. Resiko perubahan dalam kenyamanan, cairan, dan (ketidakseimbangan) elektrolit b/d
mual dan muntah
14. Ketidakefektifan Pemeliharaan kesehatan b/d defisit pengetahuan untuk : Manajemen
luka kronis, keterbatasan yang menyertai penyakit dekompresi, gejala yang
dilaporkan setelah keracunan gas karbon monoksida
3. Intervensi Keperawatan
1) Cemas b/d defisit pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik dan prosedur
perawatan
Kriteria hasil :Pasien dan klg mengungkapkan :
a. Alasan terapi HBO
b. Tujuan terapi HBO
c. Prosedur dalam terapi HBO
d. Resiko bahaya (efek samping) dari terapi HBO
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji dan dokumentasikan pemahaman pasien dan klg ttg alasan dan tujuan terapi
HBO dan prosedur dlm terapi serta efek samping terapi
b. Identifikasi hambatan dan kebutuhan belajarnya terkait dengan informasi ttg :
a) Tujuan dan hasil yang diharapkan dari terapi oksigen hiperbarik
b) Urutan prosedur perawatan dan apa yang diharapkan (yaitu, tekanan,
temperatur, suara, perawatan luka)
c) Sistem pengiriman oksigen
d) Tehnik mengosongkan telinga
2) Resiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber), ledakan peralatan,
kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis
Kriteria Hasil : pasien tidak akan mengalami cedera
Intervensi Keperawatan :
a. Bantu pasien masuk dan keluar dari ruang dengan tepat
b. Amankan peralatan di dalam ruang sesuai dengan kebijakan dan prosedur
c. Monitor peralatan dan supple untuk perubahan tekanan dan volume
d. Ikuti prosedur pencegahan kebakaran sesuai kebijakan yang ditentukan dan
prosedur
e. Monitor adanya udara di IV linedan tekanan tubing line invasif. udara semua
harus dikeluarkan dari tabung, jika ada.
f. Dokumentasikan bahwa semua lini invasif terbebas dari udara terutama saat
chamber di berikan tekanan dan setelah diberikan tekanan.
3) Resiko barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral
b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
Kriteria Hasil : tanda dan gejala dari barotrauma akan diakui, ditangani, dan segera
dilaporkan.
a. Kelola dekongestan, instruksi dokter, sebelum perawatan terapi oksigen hiperbarik
29
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 51 tahun
3. Status : laki laki
4. Agama : Islam
5. Suku/bangsa : Jawa/indonesia
6. Pendidikan : S1
30
7. Pekerjaan : TNI AL
8. Alamat : Mojokerto
9. No.RM :-
10. Diagnosa Medis : HNP Lumbal
11. Tanggal Pengkajian : 30 Maret 2016
12. Jam Pengkajian : 06.30IB
3.1.2 Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama:
Pasien mengeluh nyeri pinggang yang menjalar sampai ke tungkai kanan
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengatakan nyeri pinggang akibat jatuh dari tangga saat memperbaiki AC
Ramelan Surabaya. Karena nyeri tidak kunjung sembuh oleh dokter poli syaraf
Med. R. Rijadi S., Phys Surabaya. Tn S datang ke LAKESLA pada hari rabu (30
Maret 2016) pukul 06.30 WIB. Pasien baru pertama kali mengikuti terapi
hiperbarik oksigen. Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang seperti tertusuk
yang menjalar hingga tungkai kanan, pada kaki kanan terasa kesemutan hingga
tungkai dan terasa berat serta telapak kaki kanan terasa menebal. Pada saat
sedikit cemas karena merupakan terapi pertama kali, pasien bertanya tentang
prosedur HBO, teknik valsava, cara bernafas dan barang yang tidak boleh dibawa
kedalam chamber. Hasil observasi tanda-tanda vital pra terapi HBO, TD: 130/90
gelisah.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penumothoraks, sinusitis, flu, infeksi saluran napas
mellitus.
5. Riwayat pembedahan
Pasien belum pernah dilakukan tindakan pembedahan.
6. Riwayat alergi
31
adalah terapi HBO pertama kali. Pasien bertanya bagaimana tentang bagaimana
proses HBO dan mengatakan takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan saat
Perkusi:
Suara lapang paru sonor
Auskultasi:
Irama napas regular, suara napas vesikuler
3. B2 (Blood)
Inspeksi:
Ictus cordis tidak tampak, tidak terjadi sianosis, konjungtiva tidak anemis
Palpasi:
CRT <2 detik, akral teraba hangat, kering, merah, Nadi 88 kali/menit, ictus cordis
tungkai dan terasa berat serta telapak kaki kanan terasa menebal
R : Pinggang kanan menjalar sampai tungkai kanan
S : skala 5
T : nyeri hilang timbul
3.1.5 Pemeriksaan Penunjang
34
Data Obyektif:
Pasien tampak meringis
menahan sakit
TD : 130/90 mmHg,
N : 88x/menit,
RR : 20x/menit,
Data Obyektif:
Pasien terlihat bingung
Pasien belum mengetahui
tentang terapi HBO
Data Obyektif:
Terlihat sering menutup
hidung untuk mencoba
melakukan valsava
Data Obyektif:
Pemberian oksigen 100%,
pasien tampak menghirup
oksigen pada maskes yang
telah disediakan dan
menarik nafas dalam-dalam
ketika diberikan oksigen
36
Post HBO
1. Bantu pasien keluar dari chamber
2. Evaluasi tanda-tanda cidera pasien,
38
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Hernia Nukleus Purposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau
perubahan degenaratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-
S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan
berulang. Masalah yang ditemukan pada Tn. S antara lain nyeri kronikk, hambatan
mobilitas fisik, dan ansietas.
2. Diagnosa keperawatan yang disusun dari masalah keperawatan pada Tn.S dengan
diagnosa medis HNP Lumbal berdasarkan terapi HBO adalah nyeri kronik berhubungan
dengan neuritis, ansietas berhubungan dengan defisiit pengetahuan tentang terapi oksigen
hiperbarik dan prosedur perawatan, resiko barotrauma berhubungan dengan Terapi HBO
pemberian Oksigen 100% dengan tekanan tinggi (2,4 ATA), resiko keracunan oksigen
43
berhubungan dengan terapi HBO pemberian Oksigen 100%, resio cedera berhubungan
dengan pasien transfer in/out dari ruangan; ledakan; peralatan
3. Setelah dilakuakan tindakan keperawatan dan terapi HBO, masalah utama pasien yaitu
nyeri pada pinggang kanan mengalami penurunan tingkat nyeri dari 4 menjadi 3
4.2 Saran
Perawat, dokter dan tim medis lain bisa menjadikan terapi HBO sebagai pilihan terapi
alternatif pada pasien dengan diagnosa Hernia Nukleus Purposus (HNP).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. [on line] 2012 July 13 [cited 2014 Februari 5] available from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000442.htm. diunduh pada tanggal
31 maret 2014.
Battica, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gngguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
GillNavB.Sc,DC.2008.TheCausesofSevereNeckPainResultingfromCervicalRadiculopathy.w
ww.neckpainsupport.com
Harrison, Clinical Manifestations of Neurologc disease, Chapter 6, Back and Neck Pain,
page 69-84
Price SA, Wilson LM, Patofisiologi Klinik, Edisi 6, Bagian 9, Gangguan Sistem Neurologik,
EGC, 2003, hal 1098-9
Sidharta Priguna, Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : PT Dian Rakyat. 2005.
Smeltzer, S.C Bare B. G., Hinkle, J. L. & Cheever, K.H. 2007. Brunner&Suddarts Textbook
of Medical Surgical Nursing 11th Ed. Philippines: Lippincott Williams and Wilkinn
Smeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner&Suddart Vol 3.
Jakarta:EGC