Anda di halaman 1dari 9

KABINET KERJA

Kinerja Satu Tahun


Kementerian Pertanian
Oktober 2014 - Oktober 2015

Kabinet Kerja dalam satu tahun telah menghasilkan capaian kinerja di


sektor pertanian meliputi: (1) tingginya peningkatan produksi pangan
strategis, (2) tidak ada impor beras dan penghematan devisa Rp52 triliun
melalui kebijakan pengendalian rekomendasi impor dan mendorong
ekspor, (3) mulai modernisasi pertanian, dan (4) mulai bangkitnya investasi
di sektor pertanian.

Sesuai dengan target Nawacita 2015-2019, saat ini telah direalisasikan pembangunan/
rehabilitasi jaringan irigasi tersier 1,56 juta ha atau 52% dari target 3,0 juta ha;
pembangunan 1.000 Desa Mandiri Benih sudah 100% dan pada tahun 2016 dimantapkan,
penyiapan 1.000 Desa Organik, serta cetak sawah 23.000 ha.

1
1. Produksi pangan strategis meningkat tinggi
Sejak Oktober 2014 hingga kini Pemerintah fokus mewujudkan kedaulatan pangan Kinerja luas tambah tanam padi Januari-Agustus 2015 sebesar 645.210 ha
dengan mengembangkan pangan strategis, yaitu: padi, jagung, kedelai, cabai, dibandingkan 2014. Provinsi dengan luas tambah tanam padi tertinggi berturut-turut
bawang merah, daging sapi, dan gula. Capaian kinerja produksi pangan 2015 JawaTimur 127.683 ha, Sulawesi Selatan 107.308 ha, Sumatera Selatan 85.293 ha,
meningkat signifikan. Produksi padi, jagung, dan kedelai meningkat sekaligus dalam Jawa Tengah 78.409 ha, dan Lampung 73.727 ha.
waktu bersamaan yang belum pernah terjadi selama ini dan berkontribusi terhadap
nilai tambah ekonomi Rp29,94 triliun. Produksi padi ini setara dengan beras 43,3 juta ton dan bila dihitung kebutuhan
konsumsi beras 33,3 juta ton, maka neraca beras mencapai surplus 9,96 juta ton yang
Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai tersebar di pedagang, gudang penggilingan, dan di masyarakat.

Tahun 2014-2015 Peningkatan produksi terjadi juga pada komoditi jagung. Produksi jagung yang tinggi
terjadi karena produktivitas 51,70 ku/ha atau naik 2,16 ku/ha (4,36%) dan luas panen
No. Komoditas Produksi (000 ton) meningkat 160 ribu ha (4,18%), dibandingkan 2014. Peningkatan produksi jagung 1,66
ATAP 2014 ARAM 2015 juta ton ini memberi nilai tambah ekonomi Rp5,31 triliun merupakan produksi tertinggi
selama lima tahun.
1 Padi 70.846 75.551
2 Jagung 19.008 20.667 Neraca jagung menunjukkan surplus 817 ribu ton setelah dikurangi untuk memenuhi
kebutuhan industri pakan ternak 8,25 juta ton, pakan ternak lokal 6,34 juta ton, industri
3 Kedelai 955 999 pangan 3,92 juta ton, rumah tangga 0,39 juta ton, benih dan lainnya.
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
Kinerja produksi kedelai meningkat melalui peningkatan produktivitas 15,60 ku/
ha atau naik 0,9 ku/ha (0,58%) dan luas panen yang meningkat 25 ribu ha (4,01%).
Data Angka Ramalan-I (ARAM-I) BPS menunjukkan produksi padi tahun 2015 Peningkatan produksi kedelai 43,8 ribu ton (4,59%) berkontribusi terhadap ekonomi
sebesar 75,55 juta ton GKG atau naik 4,70 juta ton (6,64%) dibandingkan Angka Rp0,35 triliun. Hal ini merupakan peningkatan tertinggi dari rerata lima tahun terakhir.
Tetap (ATAP) tahun 2014. Produksi jagung 20,67 juta ton pipilan kering atau naik
1,66 juta ton (8,72%) dan kedelai 998,87 ribu ton biji kering atau naik 43,87 ribu ton Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan industri, produksi
biji kering (4,59%). kedelai 2015 harus ditingkatkan lagi fokus dikembangkan pada lokasi yang mempunyai
keunggulan komparatif untuk mencukupi kebutuhan domestik.
Peningkatan produksi padi 4,70 juta ton GKG mampu memberikan kontribusi
ekonomi sekitar Rp24,28 triliun. Produksi padi ini merupakan produksi tertinggi Prognosa produksi gula tahun 2015 sebesar 2,72 juta ton atau meningkat 3,65%
selama sepuluh tahun terakhir. Peningkatan produksi bersumber dari peningkatan dibandingkan tahun 2014 sebesar 2,63 juta ton. Guna memenuhi kebutuhan gula
produktivitas 52,80 ku/ha atau naik 1,45 ku/ha (2,82%) dan luas panen 512 ribu ha konsumsi langsung, industri rumah tangga dan kebutuhan khusus produksi gula
(3,71%). didorong melalui perluasan lahan pada 15 Pabrik Gula (PG) eksisting dan membangun
19 PG baru.

2 3
Solusi permanen guna mengatasi gejolak harga pangan, di samping ditetapkan
kebijakan Harga Pembelian pemerintah (HPP), juga dibangun Pasar Tani Indonesia
(TTI). Pada tahun 2015 sudah terealisasi 38 TTI dan tahun 2016 akan dibangun minimal
1.000 TTI.

Berbagai capaian kinerja peningkatan produksi pangan strategis merupakan hasil


dari terobosan kebijakan/regulasi yang ditempuh, meliputi: (1) merevisi prosedur
pengadaan dari Lelang menjadi Penunjukan Langsung untuk pengadaan benih dan
pupuk (Perpres 172/2014) dan e-catalogue untuk pengadaan alat dan mesin pertanian
(Alsintan), sehingga penyediaan benih, pupuk dan alsintan menjadi tepat waktu, sesuai
musim tanam; (2) refocusing anggaran Rp 4,1 triliun dari pos perjalanan dinas, rapat/
seminar menjadi perbaikan irigasi dan penyediaan alsintan, sehingga setiap rupiah
APBN berdampak terhadap output dan outcome; (3) bantuan saprodi/benih tidak
Produksi daging karkas sapi/kerbau 2015 diperkirakan 409 ribu ton, meningkat 5,23% di lokasi existing, sehingga menambah luas tanam; (4) kebijakan tidak dialokasikan
dibandingkan 2014. Untuk memenuhi kebutuhan komsumsi daging domestik akan anggaran pada tahun berikutnya bagi daerah yang produksi padi, jagung dan kedelai
dikembangkan sentra pembibitan dan penggemukan sapi pada lahan 1,0 juta ha oleh menurun; (5) bekerja secara sinergis dan melepaskan ego-sektoral, sehingga terpadu
9 investor. mulai aspek hulu sampai hilir; (6) melakukan pengawalan dan pendampingan Upsus
secara masif, melibatkan 51.000TNI-AD, 8.610 Mahasiswa, 25.437 penyuluh PNS, 19.503
Produksi sayuran juga mengalami peningkatan, untuk aneka cabai (cabai merah THL-TBPP, dan 10 ribu KTNA, (7) mengevaluasi serapan secara harian/mingguan dan
dan rawit) diperkirakan 2,01 juta ton atau naik 7,41% dibandingkan 2014, sementara (8) melakukan antisipasi dini terhadap dampak perubahan iklim melalui penanganan
kebutuhan konsumsi cabai 1,96 juta ton, yang berarti neraca cabai surplus 52,2 ribu banjir, kekeringan serta serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) secara
ton. Kondisi surplus menyebabkan pemerintah tidak melakukan impor. Lokasi sentra terpadu.
cabai besar: Garut, Cianjur, Karo, Batubara, Solok, Magelang, Malang dan cabai rawit
di: Garut, Boyolali, Kediri, Blitar, Lombok Timur dan lainnya. Implikasi kebijakan dan realisasi fisik kegiatan turut memberi kontribusi pada produksi
pangan. Realisasi kegiatan tahun 2015 meliputi: (1) membangun/rehab jaringan irigasi
Produksi bawang merah 1,26 juta ton atau naik 2,51%. Sedangkan kebutuhan tersier; optimasi lahan dan jalan usaha tani realisasi 2,08 juta ha (57,1%) dari target; (2)
konsumsi domestik 947 ribu ton yang berarti ketersediaan surplus 313 ribu ton. Kondisi menyalurkan subsidi pupuk 6,38 juta ton (66,8 %); (3) menyalurkan benih padi, jagung
surplus bawang merah ini sebagian (1.500 ton) telah diekspor ke luar negeri. Sentra
bawang merah ada di Brebes, Demak, Nganjuk, Probolinggo, Cirebon, Enrekang,
dan Bima.

Adanya fluktuasi harga cabai dan bawang merah di tingkat konsumen diperlukan
intervensi pasar oleh Pemerintah melalui Bulog dengan cara membeli langsung ke
petani dan dijual ke sentra konsumen, sehingga rantai tata niaga diperpendek dari 7-8
rantai menjadi 3-4 rantai dan disparitas harga konsumen dengan produsen diperkecil.

Distribusi 300 pompa air sungai Bengawan Solo di Bojonegoro untuk 10.128 ha.

4 5
Tahun
dan kedelai total 1,56 juta ton (43,4 %); serta (4) menyalurkan 48.102 unit alat dan No. Komoditas (ton) 2014 2015
mesin pertanian (77,3 %). Seluruh kegiatan diselesaikan 100 persen sebelum akhir Ekspor Impor Ekspor Impor
tahun 2015. 1 Beras 3.026 815.307 1.215 -
2 Jagung 44.843 3.296.106 400.000 1.600.000
Kondisi kekeringan tahun 2015 lebih kuat dari tahun 1997. Pada tahun 1998 Indonesia
3 Kedelai 51.184 5.786.446 6.938 3.642.471
melakukan impor beras sebanyak 7,1 juta ton. Berkat antisipasi dini dan penanganan
kekeringan secara masif, maka selama setahun kabinet kerja 2014-2015 tidak ada 4 Bawang Merah 4.439 74.903 1.500 -
impor beras. 5 Cabe 12.125 26.162 7.181 -
6 Kacang Tanah 6.291 254.323 5.284 129.475
Antisipasi dini dan penanganan kekeringan/El-Nino dilakukan sejak Oktober 7 Kacang Hijau 34.928 82.957 6.181 32.991
tahun 2014 dengan mendistribusikan 21.953 unit pompa air, rehabilitasi irigasi 8 Sapi Hidup - 246.509 - 113.732
tersier, membangun 2.000 sumur dangkal di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan 9 Daging Sapi 3 76.858 2 24.199
Kabupaten Grobogan, membangun 100 unit embung dan dam-parit, bekerjasama
10 Gula Putih 85 213.501 2 -
dengan BNPB melakukan hujan buatan, memberikan asuransi usaha tani untuk
11 Gula Tebu 939.898 2.965.624 74.008 1.847.541
1,0 juta ha. Hasilnya adalah penyelamatan dari ancaman puso sejak Oktober 2014
hingga September 2015 sebesar 114.707 ha dan telah disiapkan bantuan benih Keterangan: *) data 2015 kumulatif s.d Agustus
Sumber: Badan Pusat Statistik (2014-2015)
dan pupuk 105 ribu ha sebagai kompensasi bagi petani terkena puso. Dalam - Data impor di atas (beras, jagung, bawang merah, gula putih) tidak termasuk industri dan pembibitan
rangka melindungi petani dari risiko usaha tani akibat banjir, kekeringan, serangan - Menurut data BPS ekspor jagung sebesar +198.000 dan sedangkan menurut data lapangan ekspor
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), maka telah diluncurkan asuransi pertanian jagung sebesar 400.000 ton.
khususnya padi dengan target 2015 seluas 1,0 juta ha, sehingga bila terjadi kegagalan
panen, petani mendapat klaim ganti rugi Rp6 juta/ha. Nilai devisa yang bisa dihemat dari pengendalian impor dan peningkatan ekspor
pangan sejak Januari hingga Agustus 2015 senilai US$4,03 miliar. Hemat devisa ini
setara Rp52 triliun bila menggunakan kurs Rp13.000/US$. Di samping menghemat
devisa, kebijakan ini berdampak pada harga yang dinikmati petani. Pengendalian
2. Pengendalian impor pangan dan menghemat devisa impor jagung telah berdampak pada harga di petani naik dari Rp1.500/kg menjadi
Rp52 triliun Rp3.200/kg setara dengan nilai Rp34,0 triliun. Demikian pula tidak ada impor
beras sehingga harga gabah di petani meningkat dan petani menikmati surplus
Rp43,3 triliun. Secara keseluruhan dampak kebijakan ini berkontribusi terhadap
Kebijakan pengendalian rekomendasi impor dan mendorong ekspor pada tahun perekonomian nasional Rp215 triliun yang dinikmati petani dan pelaku usaha
2015 telah menunjukkan hasil. Pada tahun 2014 terdapat impor beras medium, lainnya.
berkat pengendalian impor, maka sejak Januari 2015 tidak ada impor beras medium
sehingga telah menghemat devisa US$ 374 juta. Produksi jagung tahun 2015 yang
naik 8,72% diikuti dengan peningkatan ekspor Jagung terutama dari pelabuhan di 3. Tahun mulai bangkitnya modernisasi pertanian
Sumbawa dan Gorontalo sehingga memperoleh devisa US$102 juta dan pada sisi
lain juga mengendalikan impor jagung,sehingga menghemat devisa US$483 juta. Modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi yang efisien untuk
menggantikan pola usaha tani manual dan mengatasi keterbatasan jumlah tenaga
kerja. Minat generasi muda pada pertanian meningkat seiring pemanfaatan alat
Demikian pula pengendalian terhadap dan mesin pertanian (alsintan). Mekanisasi ini sudah lama dilakukan, namun dalam
impor cabai, bawang merah, dan gula jumlah terbatas. Pada 2014 hanya mampu menyediakan alsintan kurang dari 10
putih serta terobosan ekspor kacang hijau ribu unit. Mulai tahun 2015 dilakukan mekanisasi besar-besaran dengan alsintan
dari Gresik ke Filipina, bawang merah dari 62.221 unit dan tahun 2016 akan disediakan lebih banyak lagi. Alsintan meliputi: Rice
Bima, dan telur tetas ke Myanmar telah Transplanter, Combine Harvester, Dryer, Power Thresher, Corn Sheller, Rice Milling Unit
meningkatkan devisa. (RMU), traktor, dan pompa air. Mekanisasi ini menghemat biaya produksi 30% dan
menurunkan susut panen 10%. Mekanisasi mampu menghemat biaya olah tanah,
biaya tanam, dan biaya panen sebesar Rp2,2 juta/ha dari pola manual Rp7,3 juta/ha.
Dengan demikian total biaya produksi menjadi Rp5,1 juta/ha.

6 7
4. Tahun 2015 ditandai mulai bangkitnya investasi di
Bila mengolah tanah secara manual memerlukan 20 orang hari kerja/ha dan biaya sektor pertanian
Rp2,5 juta/ha, jika menggunakan traktor, satu orang mampu menyelesaikan 3 ha
per hari dengan biaya Rp1,8 juta/ha. Pada APBN tahun 2015 didistribusikan 26.100 Sektor pertanian memberikan peluang usaha dan nilai tambah yang tinggi bagi
traktor roda-2 dan roda-4 kepada kelompok tani. pelakunya. Komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi seperti: kelapa sawit,
karet, kakao, tebu, sapi, jagung dan lainnya sangat potensial dikembangkan di Luar
Mekanisasi tidak hanya dilakukan untuk mengolah tanah, namun juga untuk
Jawa. Usaha pro-aktif meningkatkan investasi telah menunjukkan hasil. Investasi
menanam padi dengan menggunakan rice transplanter. Alat ini mampu menghemat
yang sudah berjalan didominasi subsektor perkebunan terutama kelapa sawit,
tenaga dari pola manual 19 orang/ha menjadi 7 orang/ha dan biaya tanam menurun
karet, kopi, tebu, teh dan sebagian komoditas pada subsektor peternakan dan
dari Rp1,72 juta/ha menjadi Rp1,1 juta/ha. Pada APBN tahun 2015 didistribusikan
hortikultura.
5.563 unit rice transplanter kepada kelompok tani.
Pada tahun 2015 mulai bangkit investasi untuk tebu/gula, jagung, dan sapi. Terdapat
Mekanisasi untuk menyiang rumput (power weeder) mampu menghemat tenaga
kesiapan 15 Pabrik Gula (PG) existing untuk memperluas kebun tebu 200 ribu ha
kerja dari pola manual 15 orang/ha menjadi 2 orang/ha dan biaya menyiang turun dari
dan 19 PG baru akan mengembangkan lahan 500 ribu ha yang mampu membuka
Rp1,2 juta/ha menjadi Rp510 ribu/ha.
lapangan kerja baru bagi 3,87 juta jiwa. Investasi PG sudah mulai konstruksi dan
Alat mekanisasi untuk panen padi, yaitu combine harvester mampu menghemat berproduksi 2019.
tenaga kerja dari pola manual 40 orang/ha menjadi 7,5 orang/ha dan biaya panen
dapat ditekan dari Rp2,8 juta/ha menjadi Rp2,2 juta/ha. Dengan alat ini mampu
menekan kehilangan hasil (lossis) dari 10,2% menjadi 2%.

Apabila dihitung secara nasional dengan produksi 2014 sebesar 70,8 juta ton, berarti
potensi kehilangan hasil 7 juta ton atau setara Rp24,5 triliun. Dengan menggunakan
combine harvester, maka dapat menyelamatkan potensi kehilangan hasil Rp17
triliun rupiah. Pada tahun 2015, didistribusikan 2.790 unit combine harvester kepada
kelompok tani.

Penyiapan mekanisasi secara masif dan berkelanjutan ini telah dirasakan manfaatnya
bagi petani, sehingga pada saat Kunjungan Kerja Menteri Pertanian 21 April 2015 di
Kabupaten Tulangbawang, Bupati mengusulkan agar Menteri Pertanian dinobatkan
sebagai Bapak Modernisasi Pertanian. Dengan adanya mekanisasi secara besar-
besaran, maka dapat dikatakan tahun 2015 sebagai tahun dimulainya Modernisasi
Pertanian. Intinya modernisasi membuat usaha pertanian lebih efisien, produktif,
berdaya saing, pendapatan tinggi, dan meningkatkan nilai tambah.

8 9
Terdapat komitmen 9 investor siap mengembangkan pembibitan dan penggemukan
sapi dengan di lahan sawit dan membuka lahan hutan 1,0 juta ha dengan 650.000 sapi
indukan yang akan melibatkan 50 ribu tenaga kerja. Pada tahun 2015 ini beberapa
investor sudah tahap konstruksi dan sebagian beroperasi dengan target produksi
2019 sekitar 150 ribu ton.

Tahun 2015 terdapat empat investor siap mengembangkan jagung pakan ternak
pada lahan hutan 500 ribu ha dan lahan Perhutani 265 ribu ha, target nilai investasi
Rp4,1 triliun dan menyerap 817 ribu tenaga kerja. Target produksi 2019 sebesar 5 juta Terdapat 9 investor mengembangkan pembibitan dan penggemukan sapi dengan target
ton sehingga kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak dapat terpenuhi. produksi 2019 sebesar 150.000 ton daging.

Pada bulan Oktober-November 2015 ini terdapat empat investasi pertanian dalam
tahap konstruksi sudah siap untuk diresmikan, berupa: (1) PG Tambora Sugar Estate
saat ini konstruksi 62,9% dan giling pertama April 2016 dengan kapasitas 5,000-
10.000 TCD; (2) pembangunan sentra pembibitan dan penggemukan sapi potong
20.000 ha di Sumba Timur, (3) investasi terpadu sapi dan budidaya jagung untuk
pakan ternak 5,0 ribu ha di Maros; serta (4) pembangunan kebun tebu dan operasional
satu Pabrik Gula (PG) di Lamongan dan telah tes giling pada 28 September 2015
dengan target tebu rakyat mitra dan tebu rakyat bebas seluas 18,0 ribu ha di Jawa
Timur.

Investasi tidak terbatas pada tebu/gula, jagung dan sapi, tetapi juga didorong untuk
hilirisasi kelapa sawit dan bio-diesel berbahan baku CPO, industri kakao, industri
tepung tapioka maupun di bidang hortikultura. Dengan demikian boleh dikatakan
bahwa tahun 2015 merupakan tahun dimulainya investasi besar-besaran di sektor
pertanian.

Kebijakan dalam rangka akselerasi pertumbuhan ekonomi dan mendorong investasi


pertanian tersebut, antara lain: (1) deregulasi untuk penyediaan dan penyiapan
lahan 2,2 juta ha; (2) menyederhanakan persyaratan perijinan pendaftaran produk

Terdapat 4 investor mengembangkan jagung pakan ternak dengan target produksi 5 juta ton.

10 11
Pabrik Gula di Lamongan telah tes giling pada 28 September 2015 dengan target tebu
rakyat mitra dan tebu rakyat bebas seluas 18,0 ribu ha.

benih, pupuk, pestisida, dan menerapkan perijinan satu pintu; (3) debotlenecking dalam
rekomendasi perijinan investasi;(4) deregulasi bea-masuk sapi indukan dari 5% menjadi
nol persen dan biaya karantina Rp2,5 juta/ekor ditanggung Pemerintah; (5) menyiapkan
pulau karantina untuk sapi; (6) mengefektifkan penggunaan bio-diesel berbahan baku
CPO sehingga 2015 mencapai target 15%,selama ini penggunaannya baru mencapai
kurang dari 5%; (7) pembebasan PPN 10% pada industri Modified Cassava Flour
(MOCAF); dan (8) menerbitkan PP tentang Pembiayaan Pertanian dan PP tentang Usaha
Agrowisata sebagai tindak lanjut UU 23/2010 tentang Hortikultura.

12

Anda mungkin juga menyukai