Bayangkan sebuah gelas yang diisi penuh oleh pasir. Kemudian tuangkan air ke dalamnya.
Maka, walaupun kelihatannya gelas tersebut sudah penuh terisi oleh pasir, kenyataannya air
masih tetap dapat dituangkan dan ditampung oleh gelas tadi karena air tersebut masuk ke
dalam rongga antara butiran-butiran pasir. Agar suatu reservoir dapat menampung minyak
yang dapat diproduksikan secara ekonomis nantinya, maka ukuran formasi batuan tersebut
harus cukup besar dan mempunyai rongga yang cukup besar pula. Di samping itu, harus
dapat mengalirkan fluida karena minyak dan/atau gas tidak bernilai ekonomis jika tidak dapat
dialirkan ke lubang sumur untuk kemudian diangkat ke permukaan.
Suatu reservoir minyak biasanya mempunyai tiga unsur utama yaitu adanya batuan reservoir,
lapisan penutup dan perangkap.
Sebagian besar minyak dan/atau gas ditemukan pada reservoir yang terbentuk dari batuan
sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari endapan organik seperti sisa-sisa tumbuhan dan
hewan serta endapan anorganik seperti pasir dan lempung, yang diendapkan oleh sungai-
sungai dan danau-danau purba, yang kemudian ditimbun oleh berbagai jenis batuan dan
mengalami penekanan serta pemanasan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun.
Supaya dapat menjebak (menampung) fluida, suatu reservoir haruslah tertutup pada bagian
atas dan pinggirnya oleh suatu lapisan penutup (closure). Dengan kata lain, bentuk wadah
ini tidaklah terbuka ke atas tetapi terbuka ke bawah sehingga minyak yang mengalir ke
arahnya dapat terperangkap. Mengalirnya minyak dari tempat dimana minyak tersebut
terbentuk (source rock) diakibatkan oleh proses alami karena pada saat pembentukannya
minyak mengalami tekanan yang sangat besar. Sehingga setelah terbentuk minyak tersebut
terperas (squeezed) ke luar dari bantuan tempatnya terbentuk dan mengalir ke tempat yang
mempunyai tekanan yang lebih rendah, yaitu ke permukaan bumi. Jika ada sesuatu yang
menghentikan pergerakan minyak tersebut, maka minyak akan terakumulasi di tempat ia
terhalang tersebut.
Kekompakan
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi
batuan sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu
dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300 oC dan tekanan 1 2 kilobar,
berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan
tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam
diagenesa, yaitu :
1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.
2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami
penguburan semakin dalam.
3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap
kembali di permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.
Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan
sedimen juga sangat bervariasi, yakni :
1. Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)
2. Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering,
tetapi akan terurai bila dimasukkan ke dalam air.
3. Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat
dilepas dengan tangan atau kuku.
4. Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
5. Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).
Permeabilitas (Kelulusan)
1. Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a. Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih kasar.
c. Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau
lebih kasar.
Napaladalah terminologi untuk batuan sedimen berbutir lanau dan lempung, tersusun
oleh bahan silisiklastika dan karbonat.