Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kista

2.1.1. Definisi

Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh
abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan
lain. [13,14]

Sedangkan Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid
yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. [15]

2.1. . Etiologi

Belum diketahui secara pasti akan tetapi ada faktor yang menyebabkan tumor ovarium :

Faktor genetik
Riwayat masalah onkologi
Gangguan hormonal
Diet tinggi lemak
Merokok
Minum alcohol
Sosial ekonomi yang rendah

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab.Penyebab inilah nantinya yang akan
menentukan tipe dari kista.Diantara beberapa kista ovarium ,tipe folikuler merupakan tipe kista
yang paling banyak ditemukan.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang
keluar dari akibat perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa
kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.
2.1.2. Klasifikasi

Terdapat berbagai macam tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang neoplastik dan
nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak (noncancerous) dan tidak
pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas (cancerous) dan dapat
menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya.[16,17] Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat
jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik dan tumor solid. Pada umumnya, tumor ovarium dinamai
sesuai dengan asal macam sel tumor dan berdasarkan ganas tidaknya tumor. Terdapat tiga tipe
utama dari tumor ovarium yaitu tumor sel epitel permukaan ovarium (epithelial tumors), dimulai
dari sel yang melindungi permukaan luar ovarium; tumor sel benih (germ cell tumors), dimulai
dari sel yang menghasilkan ova dan tumor sel stroma (sex cord stromal tumors).[16,17,18.]

a. Tumor Nonneoplastik

kista Folikel

Berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi namun tumbuh terus menjadi kista
follikel atau dari beberapa follikel primer yang yang setelah tumbuh dibawah pengaruh
estrogen membesar menjadi kista dengan diameter 1-1,5 cm.Tidak jarang ruangan follikel
diisi cairan sehingga kista bertambah besar .Biasanya besarnya tidak melebihi sebesar jeruk /
lemon .Cairan pada kista dapat mengandung estrogen sehingga dapat meyebabkan gangguan
haid.Kista ini akan hilang spontan dalam 2 bulan.

Kista Korpus Luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albocans.Kadang kadang menjadi korpus persistens.Perdarahan didalamnya menyebabkan
kista.Kista lutein dapat menimbulkan kesulitan dalam diagnosis,menimbulkan gangguan haid
seperti amenorrea dan perdarahan tidak teratur berta pada bagian bawah perut dan
ruptur.Penanganannya menunggu sampai kista hilang sendiri .Kadang dilakukan
pengangkatan kista tanpa mengangkat ovarium.
Kista Lutein

Pada mola ,korio karsinoma dapat membesar dan menjadi kistik , kista bilateral dan bisa
menjadi sebesar tinju .Tumbuhnya kista disebabkan hormon korio gonadotropin meningkat
.Jika mola dan Ca hilang maka kista mengecil spontan

Kista Inklusi Germinal

Pada mola ,korio karsinoma dapat membesar dan menjadi kistik , kista bilateral dan bisa
menjadi sebesar tinju .Tumbuhnya kista disebabkan hormon korio gonadotropin meningkat
.Jika mola dan Ca hilang maka kista mengecil spontan

Kista Stein-Leventhal

Gejala: Infertilitas, amenorrhea,oligomenorrea sekunder dan gemuk hirsutisme tanpa


maskulinisasi,ke 2 ovarium membesra ,pucat polikistikn dengan permukaan licin
Etiologi:Gangguan hormonal sehingga terdapat gangguan ovulasi karena endometrium hanya
dipengaruhi oleh estrogen Diagnosis: berdasarkan gejala,laparaskopi.Terapi: Klomifen
Wedge Resction

b. Tumor Neoplastik Jinak

b.1. Kistik

Kistoma Ovarii Simpleks

Permukaan rata dan halus,bertangaki ,bilateral dan membesar mudah terjadi torsi.Terapi
dengan pengangkatan kista denagn reseksi ovarium

Kistadenoma Ovarii Serosum

Berasal dari teratoma.Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif sehingga timbul perlekatan kista denga omentum.Penatalaksanaan dengan
pengangkatan kista secara in toto ,pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa salpingo ooferektomi
tergantung besarnya kista.
Gambaran klinis: tumor lazimnya berbentuk multilokuler ,permukaan berbagala ,kira- kira 10 %
dapat mencapai ukuran yang amat besar bisa unilateral bisa bilateral.Pada pemeriksaan
mikroskopis tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada sel.

Sel epitel yang terdapat dalanm satu lapisan mempunyai potensi untuk menjadi
multilokuler.Jika terjadi robekan pada dinding kista maka sel epitel dapat menyebar pad
peritoneum rongg perut sehingga dapat menyebabkan psedomiksosa peritonei.

Penanganan: Pengangkatan tumor .Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak
tampak banyak sisa ovarium yang normal biasanya dilakukan salpingo ooferektomi.Pada waktu
mengangkatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi dahulu setelah itu
lakukan pemeriksaan histologik .Ovarium yang lain perlu diperiksa

Kistadenoma Ovarii Musinosum

Menurut meyer asal tumor ini adalah dari teratoma dimana dalam pertumbuhannya elemem
yang satu mengalahkan elemen yang lain..Angka kejadian Terbanyak ditemukan dengan tumor
ovarium musinosum yang keduanya kira kira 60 % dari tumor ovarium Dan kistadenoma
ovarium kira kira 40 % dari dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.Tumor ini paling sering
ditemukan pada usia antara 20-50 tahu dan jarang terjadi pada masa pubertas.

Gambaran klinik .Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler dengan permukaan


berbagala.Kira kira 10 % dapat mencapai ukuran yang besar dan tidak ditemukan lagi ovarium
yang normal.Biasanya unilateral dapat juga dijumpai bilateral.Kista menerima darah dari tangkai
kadang kadan dapat terjadi torsi. yang dapat mengakibatkan perdarahan dan perubahan
degeneratif didaam kista yang memudahkan perlekatan kista dengan omentum ,usus-usus dan
peritonium parietale.Pada pembukaan dinding kista agak tebal pada pembukaan terdapat cairan
yang berwarna kuning coklat terdapat dalam satu apisan mempunyai potensi untuk tumbuh eperti
stuktur kelenjer dan menjadi kista baru sehingga kista menjadi multilokuler.Jika terdapat robekan
pada dinding kista maka jaringan kista dapat tersebar di permukaan peritoneum ronga perut dan
pseudomiksosa peritoneum

Penanganan : Pengangkatan tumor .Jika pada operasi tumor sudah cukup besar dan sehingga
tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal biasanay dilkukan pengangkatan ovarium beserta
saluran tuba ( salpingo ooferektomi ).Pad waktu pengangkatan sedapatnya dilakukan secara in
toto tanpa pungsi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya psedomiksosa peritonei.Jikapaun
harus melakukan pungsi mak tutup lubang pada tumor dengan rapi baru setelah itu tumor
dikeluarkan Setelah itu perlu dilakukan pemeriksaan histologik dan ovarium yang lain perlu
diperiksa.

Kista Endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada dinding dalam terdapat satu
lapisan sel yang menyerupai epitel endometrium

Kista Dermoid

Merupakan kista jinak yang struktur ektodermal denagn diferensiasi sempurnaeperti epitel
kulit ,gigi,dan produk glandula sebasea.Angka kejadian 10 5 dari seluruh neoplasma kistik dan
sering terjadi pada wanita mudadan dapat menjadi besar.Gambaran klinik : dinding kisat
kelihatan putih keabuabuan dan agak tipis.Kalu dibelah biasanya nampak sat kista besar dengan
ruangan kecil didalamnya.Tumor mengandung elemen ektodermal mesoderma dan ento dermal
mak dapat ditemukan kulit rambut kelenjer sebasea ,gigi dll.Pada kista dermoid tedapat torsi
bertangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah.Ada pula kemungkinan
terjadinya sobekan pada dinding kista Perubahan keganasan agak jarang dan yang tersering
adalah karsinoma epidermoid.

b.2 Solid

Fibroma, Leimioma, Fibroadenoma, Papiloma, Angioma, Limfangioma.

Semua tumor pada adalah neoplasma.Potensi menjadi ganas berbeda pada masing masing
jenis.Fibroma ovarium berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau dari beberapa sel
masenkim yang multipoten. Frekwensi : 5 % dari neoplasma ovarium.Gambaran klinik :tumor
ini dapat mencapai 2-30 cm dan berat mencapai 20 kg.dengan 90 % unilateral.Neoplasma ini
terdiri dari jaringan ikat dengan sel ditengah jaringan kolagen . Terapi: ooferektomi
Tumor Brenner

Satu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan biasanya pada wanita dekat atau
sesudah menopause.Angka kejadian 0,5 % dari tumor ovarium.Gambaran klinik: besar tumor
beraneka ragam.Lazimnya tumor unilateral yang pada pembelahan berwarna kunin muda
menyerupai fibroma.denagn kista kecil.Mikroskopik gambaran tmor sangat khas terdiri dari 2
elemen yakni sarang yang terdiri adri sel sel epitel yang dikelilingi ole jaringan ikat.

Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)

Tumor ini sangat jarang terjadi tumor ini unilateral dan besranya bervariasi dari 0,5-16 cm.
Adapun pemeriksaan yang dapat dilkukan untuk menegakkan diagnosis adalah : Berdasarkan
keluhan, menanyakan gejala yang dirasakan oleh lien seperti rasa tidaka nyaman pada perut
bagian bawah. Pemeriksaan teraba tumor diluar uterus : Terpisah dengan uterus diluar uterus
atau masih melekat.Konsistensi kistik atau solid,permukaan dapat rata atau berbenjol
benjol.,masih dapat digeraakan atau sudah terfiksir. Dengan pemeriksaan tambahan :
USG,laparaskopi ,parasintesis cairan asites,pemeriksaan rontgen [16,17,18.]

Ada beberapa macam jenis kista ovarium, yaitu kista fungsional, adalah kista ovarium yang
paling banyak dijumpai. Jenisnya kista folikel dan kista lutein, keduanya dapat hilang dengan
sendirinya. Kista dermoid, adalah jenis kista ovarium yang dapat berasal dari jaringan ektoderm,
mesoderm, bahkan endoderm, sehingga dapat berisi jaringan lemak, rambut, gigi, tulang, dan
kulit. Endometrioma disebut juga kista coklat, termasuk endometriosis eksterna, yaitu adanya
jaringan endometrium yang tumbuh pada ovarium. Adanya kista ini sangat mempengaruhi
fertilitas seseorang. Kista multipel, biasanya terdapat pada wanita yang menstruasinya bersifat
an-ovulasi, yang paling sering adalah sindroma ovarium polikistik. [5,7,8]
2.1.3. Patofisiologi

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan. [19]

Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin
yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma)
dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang
disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom
hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. [19]

Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam
ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua
jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat
terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ
cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari
3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. [19]

Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm,
seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi
tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini. [19]
2.1.4. Gejala dan tandanya

Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian gejala dan tanda adalah
akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi tumor tersebut. Pada stadium awal
dapat berupa gangguan haid. Jika tumor sudah menekan rektum atau kandung kemih mungkin
terjadi konstipasi atau sering berkemih. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah
panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama. [20]

Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites (penimbunan
cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), dan organ-organ di dalam
rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan
nafsu makan, gangguan buang air besar dan buang air kecil. Penumpukan cairan bisa juga terjadi
pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita
sangat merasa sesak napas. [20]

2.1.5. Diagnosa

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di
rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi,
apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor
ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak
di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu
dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis
perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. [20]

Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi
besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk
menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi dengan
pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi. [20]

Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu
diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat
peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah peradangan genital,
dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat digerakkan karena
perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu
waktu biasanya menghilang sendiri. [20]

2.1.6. Pemeriksaan Penunjang

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian sebelum
dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-
gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan differensial diagnosis. [20]

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah :

1.Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

2.Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula
dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

3.Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

4.Parasintesis

Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk. [20]
2.1.7. Penanganan

Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik
tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan
yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista
folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan, jika
selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat
dipertimbangkan untuk pengobatan operatif. [20]

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan
tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi
jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya
disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi
yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita
muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah,
dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak
seberapa radikal. [20]

2.1.8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya [19] :

Torsi
Ruptur
Perdarahan
Menjadi Keganansan : Potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas sudah
dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah menjadi ganas,
akan tetapi dalam persentase yang relative sedikit.
2.1.9. Prognosis

William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan :

Prognisis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa
ovarium atau di ovarium kontralateral.

Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat
terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam
stadium akhir.

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk
stadium FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV.

Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel
skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.
Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang
sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik
dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma.

Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat
yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara
keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%. [19]
2.1.10. Pembahasan Prevalensi

Kista ovarium biasanya berukuran kecil (<5 cm), berkapsul dengan isi cairan. Beberapa
kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala, dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada
yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas,
dengan risiko terjadinya karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause. [5,7,8]

Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab


kematian oleh karena keganasan ginekologi. Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan
ovarium, rerata tertinggi terdapat di Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi). [9]

Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua ras adalah 12,5 kasus per 100.000
populasi pada tahun 1988 sampai 1991. [10]

Penanganan terhadap kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Jadi tidak semua
kista ovarium dioperasi, apalagi ternyata kista tersebut dapat resolusi spontan. Tindakan operatif
selain sangat invasif, dapat berdampak terhadap fertilitas seseorang. Sehingga untuk menentukan
apakah kista tersebut harus diangkat atau tidak, diagnosisnya harus benar-benar jelas. [5,6,11]

Untuk menegakkan diagnosis kista terutama jenis kista, ada 2 cara yang selama ini sudah
dilaksanakan dan dikembangkan, yaitu dengan pungsi kista dengan panduan ultrasonografi
vaginal dilanjutkan pemeriksaan sitologi cairannya, cara ini invasif, memakan waktu lama dan
biaya yang mahal, sedangkan yang kedua, dengan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal, lebih
murah , cepat, dan tidak invasif. [5,11]

Untuk mencapai prognosis yang baik bagi penderita, tindakan pembedahan pengangkatan
massa tumor yang adekuat sangatlah penting. Oleh karena itu diagnosis banding yang akurat
antara tumor ovarium yang jinak atau ganas sangat penting, dalam manajemen intraoperasi
maupun pasca operasi pada setiap kasus. [12]
2.2. Dismenore

2.2.1. Definisi

Menstruasi atau haid sama tuanya dengan sejarah umat manusia, namun sampai sekarang
masih merupakan topik yang banyak menarik minat sebagian besar kalangan wanita karena
setiap bulan wanita mengalami menstruasi sering mengalami nyeri haid. Nyeri haid ini timbul
bersamaan dengan menstruasi, sebelum menstruasi atau bisa juga segera setelah menstruasi
(Marsden et al, 2004).
Nyeri haid atau dismenore adalah gangguan ditandai dengan nyeri perut bagian bawah
yang terjadi selama menstruasi, tetapi rasa sakit mungkin mulai hari ke-2 atau lebih sebelum
menstruasi.Hal ini kadang-kadang dikaitkan dengan sakit kepala, mual, muntah, sakit perut yang
difus, sakit punggung, malaise umum, kelemahan, dan gejala gastrointestinal lainnya.Dismenore
dibagi menjadi primer dan sekunder.Dismenore primer terjadi segera setelah menarche biasanya
pada 6 sampai 12 bulan pertama dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi sedangkan
dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan kelainan patologis
panggul.Dismenore sering terabaikan karena dokter tidak sepenuhnya menyadari prevalensi dan
morbiditasnya yang tinggi (Marsden et al, 2004).

2.2.2. Pembahasan

Wanita usia reproduktif banyak memiliki masalah menstruasi atau haid yang
abnormal,seperti sindrom menstruasi dan menstruasi yang tidak teratur (Johnson,2004). Wanita-
wanita usia reproduktif zaman modern seperti sekarang ini sering dihadapkan pada berbagai
masalah-masalah psikososial, medis dan ekonomi, sehingga dapat menimbulkan stres bagi
wanita yang tidak mampu beradaptasi dengan tekanan eksternal dan internal. Sehingga stres
dapat dikatakan sebagai faktor etiologi dari gangguan menstruasi.(Kaplan and Manuck, 2004;
Wang dkk, 2004).Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis manusia yang mencoba
untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (Pinel, 2009).

Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis manusia yang mencoba untuk
mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (Pinel, 2009).Menurut Hawari
(2001) mengatakan bahwa stres menurut Hans Selye merupakan respon tubuh yang sifatnya
nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.Stresor psikososial adalah setiap
keadaan/peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga
seseorang itu terpaksa mengadakan adaptasi/penyesuaian diri untuk menanggulanginya.Namun,
tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresortersebut, sehingga timbulah
keluhan-keluhan antara lain stres (Sunaryo, 2004).Respon sistem stres yang lain, sistem
hypothalamus pituitary-adrenocortical (HPA), memerlukan waktu beberapa menit.Neuropeptida
pada otak merangsang nukleus paraventrikular pada hipotalamus melepaskan faktor
kortikotrophin (CRF) dan neuromodulator dari hipotalamus.CRF merangsang kelenjar pituitari
anterior melepaskan hormone adrenocorticotropin (ACTH) untuk merangsang kelenjar adrenal
melepaskan hormon kortisol.Kortisol memiliki pola penting dalam menurunkan aktivasi
simpatetik dan menekan HPA aksis melalui mekanisme negative feedback pada pitutari,
hipokampus, hipotalamus dan amigdala. Mekanisme negative feedback membantu
mengembalikan kadar basal hormon. Keadaan ini akan mengembalikan keseimbangan tubuh
(Ollf dkk, 2004). Pengaruh stres terhadap siklus menstruasi yang tidak teratur melibatkan sistem
neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita. Gangguan
pada pola menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi integratif yang mempengaruhi proses
biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi
hormonal terjadi melalui jalur hipotalamus-hipofisis-ovarium yang meliputi multiefek dan
mekanisme kontrol umpan balik (Breen dan Karsch, 2004).

2.2.3. Patofisiologi

Dismenore adalah kekakuan atau kejang di bagian bawah perut akibat menstruasi dan
produksi zat prostaglandin yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi
(Dianawati, 2003; Ehrenthal, Hilard, & Hoffman, 2005). Saat menstruasi, di dalam tubuh setiap
wanita terjadi peningkatan kadar prostaglandin (suatu zat yang berkaitan antara lain dengan
rangsangan nyeri pada tubuh manusia), kejang pada otot uterus menyebabkan sakit terutama
terjadi pada perut bagian bawah dan kram pada punggung (Kristina, 2010). Nyeri mulai
dirasakan pada beberapa jam sebelum keluarnya darah dari vagina, atau dapat juga dirasakan
pada saat terjadinya menstruasi dan memuncak seiring dengan banyaknya aliran darah
menstruasi selama hari pertama sampai kedua periode menstruasi (Hockenberry, 2003).
2.2.4. Klasifikasi

Dismenore dibedakan menjadi dua yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder
(Dawood, 2006). Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat
genital yang nyata. Nyeri ini timbul sejak menstruasi pertama biasanya terjadi dalam 6-12 bulan
pertama setelah menarche dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya saat
hormon tubuh lebih stabil atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan anak.
Hampir 50% dari wanita muda atau yang baru mendapatkan menstruasi mengalami keluhan
dismenore primer, gejalanya lebih parah setelah lima tahun setelah menarche (Kristina, 2010).

2.2.5. Epidemiologi
Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50%
perempuan disetiap negara mengalami nyeri mentruasi. Sebuah studi epidemiologi pada populasi
remaja (berusia 12-16 tahun) di Amerika Serikat, melaporkan prevalensi nyeri menstruasi 59,7%.
Dari mereka yang mengeluh nyeri, 12% berat, 37% sedang, dan 49% ringan. Kejadian ini
menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah (Anurogo, 2008). Hampir 2/3 remaja post
menarche di Amerika Serikat mengalami nyeri haid, 10 % dari mereka begitu menderita
sehingga tidak bisa masuk sekolah, nyeri menstruasi merupakan penyebab utama absensi pada
remaja wanita. Studi epidemiologi di Swedia juga melaporkan angka prevalensi nyeri menstruasi
sebesar 80% remaja usia 19-21 tahun mengalami nyeri menstruasi, 15% membatasi aktivitas
harian ketika menstruasi dan membutuhkan obat-obatan penangkal nyeri, 8-10% tidak mengikuti
atau masuk sekolah dan hampir 40% memerlukan pengobatan medis. Keadaan ini disisi
pendidikan maupun finansial dan kualitas hidup perempuan tidak baik (Widjanarko, 2007).
Angka kejadian nyeri menstruasi primer di Indonesia mencapai 54,89%, sedangkan
sisanya adalah penderita tipe sekunder, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan
kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing
(Proverawati & Misaroh, 2009). Hendrik (2006) menjelaskan 60-70% penderita dismenore
adalah perempuan muda atau remaja. Dampak dari dismenore tersebut bagi remaja yaitu
terganggunya aktivitas seharihari, akademis, sosial dan olahraga dan akhirnya berdampak pada
kualitas hidup remaja (Antao, dkk, 2005.; Sharma et al, 2008). Penelitian menunjukan bahwa
dismenore mempengaruhi aktivitas siswi SMK Batik 1 Surakarta. Dari 85 siswi yang menjadi
responden penelitian 61,7% diantaranya mengalami penurunan aktivitas sedangkan sisanya
sebanyak 38,3%tidak mengalami penurunan aktivitas (Kurniawati, 2008).

2.2.6. Faktor Risiko

Faktor resiko timbulnya dismenore primer bermacam-macam yaitu diantaranya


menstruasi pertama pada usia yang amat dini, merokok, , ada riwayat nyeri haid pada keluarga,
kegemukan dan belum pernah melahirkan anak (Laurel, 2006; Anugroho, 2008; Dudung, 2009).
Adapun menurut Medicastore (2004), wanita yang beresiko mengalami dismenore adalah
mengkonsumsi alkohol, perokok, tidak berolahraga dan stres.
Salah satu faktor resiko yang dapat menimbulkan dismenore primer adalah kegemukan
atau istilah lainnya overweight. Kegemukan atau overweight berhubungan dengan status gizi
seseorang. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2001). Sedangkan
menurut Gibson (1990) status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.Status gizi seseorang
tersebut dapat diukur dan diasses (dinilai). Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai indikator yang
baik untuk menentukan status gizi remaja (Permaisih, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu tingkat pendidikan, ekonomi,


pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, ekonomi, pengetahuan dan
keterampilan keluarga maka makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga. Ketahanan pangan
keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli kelurga, serta
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan (Iva, 2011).
Menurut Daftary dan Patky (2008) dalam Shartika (2012) ditulis bahwa overweight
merupakan faktor resiko dari disminore primer. Namun disisi lain seseorang dengan underweight
juga dapat mengalami disminore primer (Tangchai, et al, 2004). Menurut Jeffcoat (2001) orang
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih dari normal menunjukan terdapat peningkatan
prostaglandin yang berlebih sehingga memicu terjadinya spasme myometrium yang dipicu oleh
zat dalam darah haid.
Stres juga merupakan faktor resiko terjadinya dismenore primer. Stres menimbulkan
penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan
dismenore (Medicastore, 2004). Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap
tuntutan bebanyang merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang
mencobauntuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (stresor).
Stresordapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stresmental,
perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan
fisik lain (Banjari, 2009; Selye, 1950 dikutip dari Hawari, 2008; Sriati, 2008). Stres dapat
didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara
tuntutantuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya (Terry &Gregson, 2005).

Gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tida dapat
penerangan yang baik tentang proses haid akan mudah timbul dismenore (Hanifa, 2005).
Menurut Stone (1969) resiko untuk mengalami dismenore ini meningkat hingga sepuluh kali
lipat pada wanita yang mempunyai riwayatdismenore dan stres tinggi sebelumnya dibandingkan
dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat tersebut sebelumnya.
2.3. Penelitian Patogenesis Kista Ovarium
Penelitian epidemiologi telah gagal untuk mencapai suatu konsesnsus mengenai
kontribusi dari karsinogen dari karsinogen terhadap etiologi dari kanker ovarium. Sebenarnya
masih belum dapat diketahui secara pasti perkembangan kanker ovarium. Saat ini ada beberapa
hipotesis yang dikemukakan dalam proses terjadinya kanker ovarium, yaitu :

2.3.1. Teori Incessant Ovulation

Hipotesis ini pertama kali diajukan oleh Fathalla pada tahun 1971 dan kemudian dianjutkan
oleh peneliti lainnya, mengatakan bahwa trauma berulang selama ovulasi mengakibatkan
pajanan epithelial permukaan ovarium terhadap abnormalitas genetic dan factor risiko lainnya.
Dalam hal ini, usia menstruasi dini, menopause pada usia lanjut, dan nullipara, semuanya
merupakan hal yang mengakibatkan ovulasi lebih banyak. Sebaliknya kondisi yang menekan
ovulasi, seperti kehamilan dan menyusui telah dilaporkan menurunkan risiko terjadi nya kanker
ovarium.

Ovulasi dan bertambahnya usaia menyebabkan terperangkapnya fragmen epitel permukaan


ovarium pada cleft ( invaginasi permukaan ) dan badan inklusi pada korteks ovarium. Beberapa
penelitian telah membuktikan hubungan langsung ferkuensi metaplasia dan neoplasma konversi
pada daerah invaginasi dan badan inklusi. Hal ini memungkinkan Karena pajanan berlebihan
terhadap hormone atau lingkungan stromal kayak akan factor pertumbuhan. Maka epitel
permukaan ovarium yang terjebak di korteks ovarium dapat dianggap sebagai proses neoplastic
tempat berkembangnya kanker epitel ovarium. Akan tetapi, bagaimana sel epitel permukaan atau
kista berkembang menjadi ganas belum diketahui sepenuhnya.

Ness dan Cottreau mealui penelitiannya mengungkapka, inflamasi di ingkungan ovarium


seperti kerusakan sel, pajanan oksidatif, dan peningkatan sitokin dan prostaglandin, daripada
terperangkapnya epitel permukaan ovarium pada stroma. Kehilangan berulang pada membrane
basal selama ovulasi, telah diimplikasikan sebagai kejadian awal dari kanker ovarium.
2.3.2. Teori Inflamasi

Teori ini berdasarkan peningkatan insiden kanker ovarium pada individu dengan penyakit
inflamasi pelvis. Teori ini menduga karsinogen dapat berkontak dengan ovarium setelah
melewati saluran genital. Walaupun adanya proteksi oleh ligase tuba dan histerektomi
mendukung teori ini, tapi peranan signifikan factor reproduksi lainnya tidak dijelaskan oleh teori
ini.

2.3.3. Teori Gonadotropin

Teori ini juga dapat dikemukakan sebagai dasar timbulnya kanker ovarium, Karena kadar
gonadotropim yang tinggi, berkatian dengan lonjakan yang terjadi selama proses ovulasi dan
hilangnya gonadal negative feedback pada menopause dan kegagalan ovarium premature, daapt
memegang peranan penting dalam perkambangan dan progresi kanker ovairu.

Cramer dan Welch, lebih lanjut menerangkan hubungan antara gonadotropin dan esterogen.
Sekresi gonadotropin dalam jumlah banyak, mengakibatkan peningkatan stimulasi estrogen
epitel permukaan ovarium, yang bertanggung jawab terhadap peningkatan risiko kanker ovarium.

2.4. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kista Ovarium


2.4.1. Usia

Risiko kanker ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Kanker ovarium
dapat menyerang pada umur yang lebih muda dibandingkan dengan kanker jenis lain, biasanya
mengenai wanita berumur sekitar 20-30 tahun, tapi 80% lebih diagnosis ditemukan pada wanita
yang berumur lebih dari 45 tahun. Median umur saat didiagnosis adalah 59 tahun.

Kanker ovarium dapat terjadi pada semua golongan umur, bahkan balita dan anak-anak,
tetapi jumlah temuan kasus baru paling besar terjadi pada rentang umur 60-74 tahun. Resiko
tumor ovarium untuk menjadi keganasan juga meningkat seiring bertambahnya usia, dengan
resiko 13% pada wanita premenopause dan 45% pada wanita postmenopause.
2.4.2. Kehamilan

Kehamilan adalah factor risiko yang penting. Wanita yang sudah pernah hamil
mempunyai risiko terkena factor ovarium sekitar 50% lebih rendah dibandingkan dengan wanita
nullipara. Wanita yang sudah pernah beberapa kali hamil memiliki resiko yang lebih rendah lagi.

2.4.3. Penggunaan obat kontrasepsi

Penelitian dari CDC ( Center for Disesase Control ) menunjukan bahwa penggunaan obat
kontrasepsi oral akan mengurangi risiko terkena kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia
20 sampai 54 tahu, dengan risiko relative 0,6. Penelitian lain melaporkan bahwa pemakaian pil
kontrasepsi selama 1 tahun menurunkan risiko sampai 11 persen, sedangkan pemakaian selama 5
tahun menurunkan risiko sampai 50 persen. Hormone yang berperan dalam penurunan risiko ini
adalah progesterone. Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada wanita
pascamenopause akan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium, sedangkan pemberian
kombinasi progesterone dan esterogen atau progesterone saja akan menurunkan risiko terjadinya
kanker ovarium.

2.5. Diagnosis Endometriosis

Hingga saat ini, diagnosis kanker ovarium lebih merupakan suatu kebetulan daripada
metode ilmiah. Karena keterbatasan kemampuan untuk mendeteksi, evaluasi yang seksama dan
ditambah dengan ketelitian merupakan hal yang penting, terutama pada orang-orang dengan
risiko tinggi. Insiden puncak terjadi pada wanita usia 40 sampai 65 tahun. Wanita dengan risiko
tinggi biasanya mempunyai riwayat panjang ketidakseimbangan ovarium atau malfungsi,
termasuk peningkatan tekanan pramestruasi, menstruasi berat dengan rasa nyeri pada payudara,
kecenderungan untuk aborsi spontan, infertilitas, dan muliparitas.

Onset yang tiba-tiba dari kanker ovarium menandakan tidak ada gejala awal kanker
ovarium. Gejala simtomatik meliputi rasa tidak nyaman pada abdomen, dyspepsia, dan gejala
gangguan ringan abdominal yang timbul beberapa bulan sebelum diagnosis. Akan tetapi,
beberapa keluhan diatas biasanya tidak dikenali sebagai kanker ovarium, tapi hanya dianggap
sebagai middle-age indigestion.
2.6. Kontrasepsi

Kontrasepsi berarti mengurangi kemungkinan atau mencegah konsepsi atau agen yang
mengurangi kemungkinan atau mencegah konsepsi. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu masalah kesehatan reproduksi yang cukup penting pada wanita saat ini. Dari perspektif
global, dunia saat ini menghadapi krisis perkembangan populasi yang sangat cepat yang mulai
mengancam kelangsungan hidup manusia. Dengan laju perkambangan populasi seperti saat ini,
populasi dunia akan bertambah dua kali lipat dalam 40 tahun, dan negara dengan sosioekonomi
yang kurang baik, populasinya akan bertambah menjadi dia kali lipat kurang dari 20 tahun.

Pada tahun 2005, mengacu kepada United Nation, lebih dari 600 juta wanita yang
menikah atau hidup bersama pada usia produktif ( 15-49 tahun ) menggunakan beberapa metode
kontrasepsi dan 450 juta orang menggunakan kontrasepsi ora, IUD atau sterilisasi tuba.
2.3. Kerangka Teori

Berdasarkan penjelasan teori dan penguraian nya yang mendalam telah dijelaskan diatas /
bagian sebelum nya, maka dapat digambar kerangka konsep dari penelitian ini sebagai berikut :

Faktor Predisposisi:

Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Status pernikahan
BB
TD

Kista Ovarium Ovarium Normal

Dismenore
Siklus haid
Amenore
Nyeri Senggama

Terdiagnosis oleh
Dokter.
2.4. Kerangka Konsep

Faktor Pendahulu (predisposisi) yang


mendasari diagnosis :

Umur Reproduktif
Status pernikahan
BB
TD

Kista Ovarium
Faktor Pemungkin (enabling) :

Status Pendidikan
Status Pekerjaan (aktivitas)

Faktor Penguat :

Keluhan Dismenorea
Keluhan Siklus Haid yang tidak
teratur
Keluhan Amenorea
Keluhan nyeri senggama
2.5. Hipotesis

2.5.1. - Ada hubungan antara kejadian dismenorea dengan diagnosis kista ovarium pada
pasien poli kandungan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih periode Januari
Juni 2016.
- Tidak ada hubungan antara kejadian dismenorea dengan diagnosis kista ovarium pada
pasien poli kandungan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih periode Januari
Juni 2016.
2.5.2. - Ada hubungan antara factor genetic familial dengan diagnosis kista ovarium pada
pasien poli kandungan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih periode Januari Juni
2016.
- Tidak ada hubungan antara factor genetic familial dengan diagnosis kista ovarium pada
pasien poli kandungan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih periode Januari Juni
2016.

2.5.3. - Ada hubungan antara UMR/IMT/PSIKOSOSIAL dengan diagnosis kista ovarium pada
pasien poli kandungan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih periode Januari Juni
2016

- Tidak ada hubungan antara UMR/IMT/PSIKOSOSIAL dengan diagnosis kista ovarium


pada pasien poli kandungan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih periode Januari
Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai