Anda di halaman 1dari 3

Musikalisasi puisi adalah sebuah genre dalam dunia seni.

Merupakan jenis mutakhir dari satu


kesatuan seni yang ada. Ia lahir dari akumulasi sekaligus sebagai hasil perkawinan dari beberapa
bidang seni yang telah lebih dulu lahir dan menemukan jati dirinya. Bidang seni ini merupakan
perpaduan dari beberapa jenis seni lainnya yang telah berkembang pesat dalam jagad ekspresi
manusia. Ia hadir sebagai bentuk seni baru merangkap fakta, bahwa evolusi kesenian berjalan
sebagaimana manusia juga terus mengevolusikan cita berkesenian dengan nilai keindahan yang
lebih pariatif.

Awalnya, musikalisasi puisi ditafsirkan sebagai teknik pembacaan puisi dengan iringan
orkestrasi musik belaka. Baik musik yang sederhana maupun orkes ansambel. Sebagai seni
altenatif diantara sejumlah aliran dan jenis seni musik yang mendominasi, musikalisasi puisi
muncul dengan penawaran kesederhanaan instrumen namun kaya dalam pemaknaan, tempat
bermuaranya aliran tradisi-modren, awal transformasi dan dramatisasi puisi melalui media
musik.

Kreativitas tidak bisa dinilai dari satu sudut atau dengan tanpa memperhatikan dimensi lainnya.
Tetapi harus berimbang antara proses penciptaan dengan kebaharuan dan daya penciptaan.
Meskipun antara praktis dan teori terkadang tidak menemukan sudut ukur yang sama.

Karenanya secara teoretik art actionaly in art pengertian musik dan puisi tidak dengan
memisahkan antara dua kata dari penggabungan dua kata berbeda menjadi musikalisasi puisi.
Melainkan lebih menitik beratkannya pada satu kesatuan dari dua unsur yang berbeda yang
saling melengkapi dalam rangka penciptaan harmonisasi keseluruhan komposisi, syair dan
musik.

Pengertian lain menerjemahkannya sebagai bentuk seni kosmopolitan yang memainkan sejumlah
benda yang dapat melahirkan bunyi dengan penekanan pada tangga nada, seni olah vokal dengan
tempo dan ritme tertentu, seni sastra yang lebih mementingkan pada aktualisasi verbalitas vokal
dan vibra suara dengan syair-syair pilihan sebagai bahan baku utama.

Sederhananya, musikalisasi puisi adalah perpaduan yang harmonis antara tiga bidang seni yang
diformulasikan menjadi sebuah jenis kesenian baru. Diantara unsur seni tersebut adalah seni
suara, seni musik dan seni sastra berupa syair puisi. Atas kreativitas senimannyalah menjadi
sebuah tampilan yang membedakannya dengan seni musik pada umumnya. Sebab pada tahap ini,
pola penampilan musikalisasi puisi tidak lagi sebatas mengiringi pembacaan puisi dengan
beberapa alat musik melalui rumus (musik puisi=puisi yang disajikan secara musikal, lagu
puisi=puisi yang dilagukan, pembacaan puisi dengan iringan musik).

Keterlibatan unsur-unsur dalam musikalisasi puisi diantaranya adalah puisi itu sendiri. Kekuatan
puisi yang bertumpu pada kata-kata dan makna tidak selamanya dapat terselami jika ia tetap
berdiri sebagai sebuah seni yang terdepak dalam tekstual. Kekuatan dan asupan makna yang
dimiliki layaknya dapat dikonsumsi oleh lebih banyak apresian dengan tingkat pengekangan nilai
estetika yang lebih homogen, sehingga kadar kemanfaatannya sesuai dengan esensi dari
tujuannya sebagai sebuah seni.
Unsur berikutnya adalah musik. Melalui permainan alat musik dengan tonasi yang tertata
sedemikian rupa sehingga menciptakan warna tersendiri, baik pada musiknya sendiri maupun
pada puisinya. Perpaduan dua aliran seni tersebut dapat memunculkan suatu pemaknaan yang
lebih mendalam dan pariatif. Meskipun genre seni ini secara khusu tidak menciptakan syair
puisi, tetapi memilih dan mengolah puisi-puisi yang ada dari karya sejumlah penyair untuk
dimodifikasi sedemikian rupa menjadi sebuah lagu, syair, lirik dan musik yang utuh dalam
sebuah peforment musikal.

Keterjalinan antara seni musik dan puisi dari unsur sastra kerap dihadapkan pada persoalan
pengertian musik itu sendiri. Musik yang dipuisikan atau puisi yang dimusikkan. Antara kedua
unsur utama ini kerap juga melahirkan pertanyaan tentang mana yang lebih dulu diawalkan, lagu
atau syair puisinya. Realita teknis pengapresiasian dari beberapa kelompok musikalisasi puisi
mengaku lagu yang diadaptasikan dengan isi syair puisi. Meski demikian tidak jarang juga teknik
ini justru berlaku sebaliknya, isi syair diadaptasikan dengan tone-tone komposisi yang tepat
untuk dimusikalisasikan.

Puisi yang ditulis oleh penyairnya yang kemudian dengan atau tanpa dipublikasikan lalu
difahami melalui pembacaan, ditafsirkan, dan dihayati kemudian dilakukan persilangan melalui
serangkaian pilihan kunci tone dan jenis tarikan ritme. Hal tersebut lebih didasarkan pada
pertimbangan bahwa puisi juga mempunyai ritme yang alami berdasarkan struktur. Puisi
memiliki dan mampu menghasilkan tata bunyi tersendiri, intonasi dan hentakan-hentakan dari
makna kata.

Otoritas puisi yang didramatisasi dengan alat musik sebagai salah satu karya seni idealnya harus
terjaga. Sehingga makna yang terkandung di dalamnya tetap utuh dan segi intrinsik dan otoritas
puisi sebagai karya sastra tidak mengandung samar tafsir. Pola dan teknik ini pada dasarnya
lebih menarik perhatian dan diminati dalam proses pengapresiasian puisi, dan tentu, selayaknya
menjadi alternatif dalam pembelajaran sastra.

Pemusikan puisi atau puisi yang dimusikkan, dianalisa lebih jauh dari sejumlah literatur jenis
seni ini sesungguhnya telah ada sejak berabad-abad silam. Bahkan jauh sebelum zaman
keemasan Islam musikal puisi sudah berkembang sebagai bagian dari kesenian tradisi
masyarakat Arab. Mereka menyanyikan syair-syair dengan alat musik dan aranger sederhana,
dimainkan dalam jamuan-jamuan, melepas dan menyambut para saudagar atau prajurit perang
atau dalam moment-moment tertentu. Kesenian ini berkembang secara perlahan dan meluas
(tanpa khilafiah) pada abad ke-sembilan Masehi. Qasidah dan rebana adalah bagian dari
perjalanan sejarah musikal tersebut dengan menyadur syair-syair Arab dan kutipan-kutipan dari
ayat Alquran, hadist dan kearifan lokal masyarakat.

Sementara itu di belahan dunia Barat jenis musik ini muncul beriringan dengan tumbuh dan
berkembangnya pengaruh agama yang disusul kemudian dengan lahirnya sejumlah pemahaman
yang berkaitan langsung dengan ritual keagamaan (Nasrani). Nyanyian dalam gereja dan
sejumlah kesenian tradisional lainnya yang mentransformasikan ajaran dengan menyadur ayat-
ayat Injil.
Dalam sejarah musik klasik, musikalisasi puisi juga sudah menjadi lahan bagi para komponis.
Sebut saja Franz Schubert (1797-1828), yang melahirkan komposisi musik dengan olah vokal
berdasarkan syair-syair gubahan pujangga-pujangga besar Eropa. Atau Maurice Ravel (1875-
1937), komponis yang berkarya lewat dentingan piano berjudul Gaspard de la Nuit, yang
diinspirasikan dari puisi karya pujangga Perancis, Aloysius Bertrand (1807-1841).

Di Indonesia jenis seni ini mulai muncul pada tahun enam puluhan dan baru mendapat tempat
pada tahun-tahun berikutnya. Awal kemunculannya kehadapan publik secara luas tidak terlepas
dari peran seniman Umbu Landu Paranggi yang berkebetulan tinggal di Yogyakarta. Umbu
Paranggi melalui sejumlah rekan-rekannya seperti Ebied G. Ade, Emha Ainun Najib, Ragil
Suwarna Pragolapati, Deded Er Moerad yang selalu membawa puisi-puisi Umbu dengan
memusikkannya.

Fase berikutnya lahir kelompok musik Bimbo, yang sangat ekspresif dan dalam menyanyikan
puisi-puisi Taufiq Ismail atau Wing Kardjo, Dengan Puisi Aku ciptaan Taufiq Ismail adalah
contoh dari keberhasilan senandung musikalisasi dengan tanpa mengubah makna puisi. Atau
puisi Salju karya Wing Kardjo dengan iringan petikan gitar dan sedikit orkestrasi gaya khas
Bimbo.

Dalam waktu yang hampir bersamaan muncul Ebiet G.Ade yang mengusung puisi-puisi
ciptaannya sendiri ke dalam bentuk-bentuk melodi baladis. Seniman lainnya yang memusikkan
puisinya seperti Yan Hartlan dan Rita Rubi Hartlan, juga Uli Sigar Rusady dengan tema-tema
lingkungan, Komponis Ananda Sukarlan dengan karya-karya musik vokal berdasarkan puisi-
puisi karya Goenawan Muhammad, WS Rendra dan lain-lain.

Di Surabaya muncul seniman lainnya dengan aliran yang nyaris sama seperti Leo Kristi, The
Gembel, Gombloh dan The Lemon Tree. Sementara di kota Bandung lahir penyanyi dengan pola
bertutur seperti Doel Sumbang, Harry Rusly dan lain-lain. Seniman pelaku lainnya yang
kemudian bermunculan adalah Franky Sahilatua disamping lahirnya beberapa group-group
musikalisasi profesional lainnya.

Anda mungkin juga menyukai