Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini mutu pelayanan kesehatan merupakan fokus utama bagi masyarakat. Istilah mutu
memiliki banyak penafsiran yang berbeda-beda, ketika ia digunakan untuk menggambarkan
sebuah produk atau pelayanan tertentu (Mukti, 2007). Rumah sakit sebagai salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sehingga memiliki peran
yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta dituntut agar
dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(Depkes RI, 2008). Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat, sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Sejumlah orang
tersebut secara serempak dapat berinteraksi langsung maupun tidak langsung mempunyai
kepentingan dengan penderita atau menjenguk orang yang sedang dirawat di rumah sakit
(Darmadi, 2008)

Penularan penyakit yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya mikroba patogen yang
berada di lingkungan rumah sakit seperti udara, air, lantai, makanan dan bendabenda medis
maupun non medis. Keberadaan mikroba pathogen dimungkinkan karena rumah sakit
merupakan tempat perawatan segala macam jenis penyakit dan umumnya mikroba tersebut
kebal terhadap antibiotik. Transmisi mikroba tersebut dapat menyebabkan suatu infeksi yang
disebut denganinfeksi nosokomial yang sebelumnya dikenal dengan istilah Hospital
AquiredInfections, akan tetapi saat ini telah diganti dengan istilah baru yaitu
Healthcareassociated infections (HAIs)

Di negara berkembang, kegagalan dalam pelaksanaan hand hygiene sering dipicu oleh
keterbatasan dana untuk mengadakan fasilitas cuci tangan. Namun setelah ada dana, kendala
berikutnya yang memprihatinkan adalah kurangnya kepatuhan untuk menaati prosedur (Saragih
& Rumapea, 2012). Pada tahun 2009, World Health Organization(WHO) mencetuskan global
patient safety challenge dengan Clean is safer care, yaitu pada pemberian pelayanan atau
perawatan secara bersih untuk mewujudkan keselamatan pasien (patient safety). Salah satunya
yaitu dengan cara merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk dokter dengan
my five moments for hand hygiene (WHO, 2009). Menurut pendapat Perry & Potter (2005),
salah satu kewajiban dari tenaga kesehatan yaitu dengan mencuci tangan merupakan teknik
dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial (INOS) adalah infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit.

Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia cukup
tinggi. Kasus infeksi nosokomial menunjukkan angka yang cukup tinggi. Tingginya angka
kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan.
Infeksi nosokomial dapat terjadi mengingat rumah sakit merupakan gudang mikroba
pathogen menular yang bersumber terutama dari penderita penyakit menular. Di sisi lain,
dokter dapat pula sebagai sumber, disamping keluarga pasien yang lalu lalang, peralatan medis,
dan lingkungan rumah sakit itu sendiri. Kejadian infeksi nosocomial belum diimbangi dengan
pemahaman tentang bagaimana mencegah dan implementasisecara baik. Karena itu perlu
pemahaman yang baik tentang cara penyebaran infeksi yang mungkin terjadi di rumah sakit.
Penyebaran infeksi nosokomial di rumah sakit umumnya terjadi melalui tiga cara yaitu melalui
udara, percikan dan kontak langsung dengan pasien. Karena 3 itu seluruh dokter yang bekerja di
rumah sakit seharusnya mengetahui pentingnya pencegahan infeksi silang (nosokomial)
BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Saat ini mutu pelayanan kesehatan merupakan fokus utama bagi masyarakat. Istilah mutu
memiliki banyak penafsiran yang berbeda-beda, ketika ia digunakan untuk menggambarkan
sebuah produk atau pelayanan tertentu (Mukti, 2007). Rumah sakit sebagai salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sehingga memiliki peran
yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta dituntut agar
dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(Depkes RI, 2008). Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat, sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Sejumlah orang
tersebut secara serempak dapat berinteraksi langsung maupun tidak langsung mempunyai
kepentingan dengan penderita atau menjenguk orang yang sedang dirawat di rumah sakit
(Darmadi, 2008)

Penularan penyakit yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya mikroba patogen yang
berada di lingkungan rumah sakit seperti udara, air, lantai, makanan dan bendabenda medis
maupun non medis. Keberadaan mikroba pathogen dimungkinkan karena rumah sakit
merupakan tempat perawatan segala macam jenis penyakit dan umumnya mikroba tersebut
kebal terhadap antibiotik. Transmisi mikroba tersebut dapat menyebabkan suatu infeksi yang
disebut denganinfeksi nosokomial yang sebelumnya dikenal dengan istilah Hospital
AquiredInfections, akan tetapi saat ini telah diganti dengan istilah baru yaitu
Healthcareassociated infections (HAIs)

Di negara berkembang, kegagalan dalam pelaksanaan hand hygiene sering dipicu oleh
keterbatasan dana untuk mengadakan fasilitas cuci tangan. Namun setelah ada dana, kendala
berikutnya yang memprihatinkan adalah kurangnya kepatuhan untuk menaati prosedur (Saragih
& Rumapea, 2012). Pada tahun 2009, World Health Organization(WHO) mencetuskan global
patient safety challenge dengan Clean is safer care, yaitu pada pemberian pelayanan atau
perawatan secara bersih untuk mewujudkan keselamatan pasien (patient safety). Salah satunya
yaitu dengan cara merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk dokter dengan
my five moments for hand hygiene (WHO, 2009). Menurut pendapat Perry & Potter (2005),
salah satu kewajiban dari tenaga kesehatan yaitu dengan mencuci tangan merupakan teknik
dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial (INOS) adalah infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit.

Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia cukup
tinggi. Kasus infeksi nosokomial menunjukkan angka yang cukup tinggi. Tingginya angka
kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan.
Infeksi nosokomial dapat terjadi mengingat rumah sakit merupakan gudang mikroba
pathogen menular yang bersumber terutama dari penderita penyakit menular. Di sisi lain,
dokter dapat pula sebagai sumber, disamping keluarga pasien yang lalu lalang, peralatan medis,
dan lingkungan rumah sakit itu sendiri. Kejadian infeksi nosocomial belum diimbangi dengan
pemahaman tentang bagaimana mencegah dan implementasisecara baik. Karena itu perlu
pemahaman yang baik tentang cara penyebaran infeksi yang mungkin terjadi di rumah sakit.
Penyebaran infeksi nosokomial di rumah sakit umumnya terjadi melalui tiga cara yaitu melalui
udara, percikan dan kontak langsung dengan pasien. Karena 3 itu seluruh dokter yang bekerja di
rumah sakit seharusnya mengetahui pentingnya pencegahan infeksi silang (nosokomial)

Dalam pelaksanaanya di RSU KMC, dibentuk Tim PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
yang akan mengawasi seluruh dokter dalam hal melakukan kebersihan tangan. Tim PPI
melakukan survey setiap hari dengan cara melihat langsung ke setiap ruangan-ruangan yang ada
di RSUD wangaya. Melihat dokter maupun perawat apakah mereka sudah melakukanhand
hygiene, jika belum maka akan diingatkan untuk mencuci tangan dengan memperhatikan 5
momen tersebut. Sampel yang diambil oleh tim PPI sebesar 10%, jadi dokter, perawat,
fisioterapi , radiologi, lab, gizi hingga cleaning service semua diambil 10% masingmasing dari
jumlah untuk mewakili survey cuci tangan tersebut. Hal tersebut dapat menunjukkan berapa
persen yang sudah melakukan kepatuhan cuci tangan dan berapa persen yang tidak melakukan
kepatuhan cuci tangan. Tim PPI berencana untuk menaikkan sampel survey kepatuhan cuci
tangan dari 10% menjadi 15%.

Tabel 1.1 Persentase Kepatuhan Dokter dalam Melakukan Hand Hygiene Dengan Metode Enam
langkah dan 5 momen

Bulan Target Hasil Keterangan


Januari 80% 83% Melebihi target
Februari 80% 69,4% Kurang dari target
Maret 80% 70,7% Kurang dari target
April 80% 73% Kurang dari target
Mei 80% 83% Melebihi target
Juni 80% 72% Kurang dari target
Juli 80% 75,3% Kurang dari target
Agustus 80% 85% Melebihi target
September 80% 83,75% Melebihi target
Oktober 80% 90% Melebihi target
November 80% 91,25% Melebihi target
Desember 80% 87,5% Melebihi target
Sumber: Unit Penjaminan Mutu RSUD wangaya

Hand hygiene merupakan kegiatan yang penting bagi lingkungan tempat klien dirawat,
termasuk rumah sakit (Rikayanti, 2014). Hand hygienemerupakan rutinitas yang murah dan
penting dalam pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi
mikroorganisme. Tindakan hand hygienetelah terbukti secara signifikan menurunkan infeksi
(James, Baker, dan Swain 2008, h.117). Melakukan cuci tangan menjadi salah satu langkah yang
efektif untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga insidensi nosokomial dapat
berkurang. Pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh perawat, dokter
dan seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien. Salah satu komponen standar
kewaspadaan dan usaha menurunkan infeksi nosokomial adalah menggunakan panduan
kebersihan tangan yang benar dan mengimplementasikan secara efektif. Dari survey
pendahuluan yang sudah dilakukan, masih kurangnya kepatuhan tenaga kesehatan dalam
melakukan kebersihan tangan dengan metode enam langkah dan lima momen.
Tabel 1.2 Persentase Hand Hygiene Setiap Petugas RSU KMC Tahun 2015

Profesi Tepat Luput

Perawat 90,9% 9,1%

Mahasiswa 80,8% 19,2%

Dokter 65,9% 34%

CS 85,7% 14,3%

Dokter lainnya 90% 10%


Sumber : Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSU KMC

Penyebab infeksi nosocomial salah satunya disebabkan oleh hand hygiene yang masih rendah.
Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini bagi rawat inap adalah lamanya pasien dirawat yang
tentunya membutuhkan biaya yang lebih banyak daripada perawatan normal bila tidak terkena
infeksi. Bila pasien menggunakan BPJS, rumah sakit yang mengalami kerugian karena harus
menanggung biaya karena kesalahan dari tenaga kesehatan pasien jadi terinfeksi. Dari sisi rawat
jalan, jika pasien terkena infeksi nosocomial berakibat perawatannya lama, yang sebenarnya
sudah sehat jadi semakin lama sembuh. Contohnya selesai operasi, yang seharusnya 7 hari luka
sudah sembuh, tetapi karena terkena infeksi membuat pasien harus kontrol lagi.

Dari wawancara yang dilakukan kepada bagian komite pengendalian dan pencegahan infeksi,
hand hygienebelum menjadi budaya bagi tenaga kesehatan di RSU KMC, terutama bagi dokter.
Masih banyak dokter yang tidak mau melakukan cuci tangan setelah mengambil pasien,
sehingga dapat berakibat terjadinya infeksi yang tidak diinginkan yang ditularkan oleh dokter ke
pasien. Dimana dokter pasti pengetahuannya sangat tinggi mengenai pentingnya melakukan
hand hygiene, tetapi nyatanya disini tingkat kepatuhan dokter melakukan hand hygiene masih
rendah. Seharusnya lebih taat dan patuh melakukan hand hygiene 6 dibandingkan dengan
petugas rumah sakit lainnya yang tidak begitu memahami infeksi apa saja yang dapat
disebabkan oleh tidap patuhnya melakukan hand hygiene. Atas dasar inilah penulis ingin
melihat bagaimana pengetahuan dan prilaku hand hygienedokter di RSU KMC.

1.3 Rumusan Masalah

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu dan keselamatan pelayanan
kesehatan, maka fungsi rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan secara bertahap
terus ditingkatkan agar menjadi efektif, efisien dan safety. Salah satu penyebab terjadinya
penurunan kualitas mutu dan keselamatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, ialah kejadian
infeksi nosocomial di rumah sakit. Di RSU KMC dalam tahun 2015 masih banyak kejadian
nosocomial yang terjadi. Menurut data yang di dapat, dokter merupakan tenaga kesehatan yang
masih rendah dalam melakukan hand hygiene. Dimana sebagai dokter, seharusnya tau betapa
pentingnya melakukan hand hygiene untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi
nosocomial. Untuk itu perlu dilihat bagaimana pengetahuan dan perilaku dokter dalam
melakukan hand hygiene di RSU KMC.
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, bagaimana pengetahuan dan perilaku hand hygiene dokter di RSUD Wangaya?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Untuk
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dokter mengenai hand hygiene di RSUD Wangaya
b. Untuk mengetahui tingkat perilaku hand hygiene dokter yang meliputi 6 langkah 5 momen di
RSUD Wangaya.
c. Untuk mengetahui ketersediaan fasilitas pendukung untuk menerapkan hand hygiene di
RSUD Wangaya.
d. Untuk mengetahui perilaku hand hygiene berdasarkan pengetahuan

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
seluruh dokter, pasien, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya hand hygiene agar dapat
mengurangi risiko terkena infeksi nosokomial.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Pihak RSUD Wangaya
Pihak rumah sakit dapat lebih baik lagi dalam melakukan hand hygiene untuk melindungi pasien
dari kejadian infeksi nosocomial.
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai acuan untuk menambah wawasan dalam
peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
c. Bagi Masyarakat

Penelitian mengenai mutu pelayanan dan keselamatan pasien khususnya hand hygiene ini
dapat berguna bagi seluruh masyarakat agar tidak mudah terinfeksi berbagai penyakit yang
disebabkan oleh perilaku hand hygiene yang kurang baik.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengarah pada mutu pelayanan dan keselamatan
pasien dan pembahasannya mengenai pengetahuan dan perilaku hand hygiene dokter di RSUD
Wangaya. Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Wangaya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Airborne
    Airborne
    Dokumen12 halaman
    Airborne
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat
  • Benda Tajam Panduan
    Benda Tajam Panduan
    Dokumen2 halaman
    Benda Tajam Panduan
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat
  • Acak Acak Sampah
    Acak Acak Sampah
    Dokumen10 halaman
    Acak Acak Sampah
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat
  • Airborne
    Airborne
    Dokumen12 halaman
    Airborne
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat
  • Benda Tajam Panduan
    Benda Tajam Panduan
    Dokumen2 halaman
    Benda Tajam Panduan
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat
  • Airborne
    Airborne
    Dokumen12 halaman
    Airborne
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat
  • Benda Tajam 1
    Benda Tajam 1
    Dokumen2 halaman
    Benda Tajam 1
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat
  • Airborne
    Airborne
    Dokumen12 halaman
    Airborne
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    apriliantika rahayu
    Belum ada peringkat