A. PEMILU
1. Pengertian Pemilu
Dari berbagai sudut pandang, banyak pengertian mengenai
pemilihan umum. Tetapi intinya adalah pemilihan umum
merupakan sarana untuk mewujudkan asas kedaulatan di tangan
rakyat sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu hubungan
kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dan, ini
adalah inti kehidupan demokrasi. Pemilu adalah suatu proses di
mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-
ragam, mulai dari Presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat
pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas,
Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti
ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan'
lebih sering digunakan. Sistem pemilu digunakan adalah asas luber
dan jurdil. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut
konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan
janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye.
Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan,
menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara
dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu
ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang
sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan
disosialisasikan ke para pemilih.
Pemilu dapat dipahami juga sebagai berikut:
3. Asas Pemilu
Pemilu diselenggarakan secara demokratis dan transparan,
jujur dan adil dengan mengadakan pemberian dan pemungutan
suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia. Jadi
berdasarkan Undang-undang tersebut Pemilu menggunakan azas
sebagai berikut :
a. Langsung : Yaitu rakyat pemilih mempunyai hak untuk
secara langsung memberikan suaranya, sesuai dengan
kehendak hati nuraninya tanpa perantara dan tanpa tingkatan.
b. Umum : Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi
persyaratan minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17
tahun atau telah pernah kawin, berhak ikut memilih dalam
Pemilu. Warga negara yang sudah berumur 21 tahun berhak
dipilih.
c. Bebas : Setiap warga negara yang memilih menentukan
pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Dalam
melaksanakan haknya setiap warga negara dijamin
keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan
kehendak hati nurani dan kepentingannya.
d. Rahasia : Yang berarti dalam memberikan suaranya, pemilih
dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak
manapun dan dengan jalan apapun. Azas rahasia ini tidak
berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat
pemungutan suara yang secara suka rela bersedia
mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun.
e. Jujur : Yang berarti bahwa penyelenggara/pelaksana,
pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas, dan
pemantau Pemilu, termasuk pemilih serta semua pihak yang
terlibat secara tidak langsung harus bersikap dan bertindak
jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
f. Adil : Berarti dalam penyelenggaraan Pemilu setiap pemilih
dan Parpol peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama
serta bebas dari kecurangan pihak manapun.
4. Landasan Pemilihan Umum
Pelaksanaan Pemilu di Indonesia didasarkan pada landasan
berikut :
a. landasan Ideal, yaitu Pancasila, terutama sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
b. landasan Konstitusional; yaitu UUD 1945 yang termuat di
dalam :
1). Pembukaan Alinea ke empat
2).Batang Tubuh pasal 1 ayat 2
3). Penjelasan umum tentang sistem pemerintahan Negara
landasan operasional; yaitu GBHN yang berupa ketetapan-
ketetapan MPR serta peraturan perundangan-undangan
lainnya.
5. Sistem Pemilu
Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam Pemilihan
Umum, akan tetapi umumnya berkisar ada dua prinsip pokok,
yaitu :
a. single-member constituency (satu daerah pemilihan memiliki
satu wakil ; biasanya disebut system distrik); dan
b. multy-member constituency (satu daerah pemilihan memilih
beberapa wakil; biasanya dinamakan/ proportional
representation atau system perwakilan berimbang.
Dibawah ini akan lebih dijelaskan mengenai kedua sistem
tersebut :
a. Sistem Distrik
Sistem Distrik merupakan sistem Pemilihan Umum yang
paling tua dan didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap
kesatuan geografis mempunyai satu wakil dalam Dewan
Perwakilan Rakyat. Untuk keperluan itu Negara dibagi dalam
sejumlah besar distrik yang jumlah wakil rakyat dalam
Dewan Perwakilan Rakyat ditentukan oleh jumlah distrik.
Calon yang dalam satu distrik memperoleh suara terbanyak
adalah yang menang, sedangkan suara-suara yang ditujukan
kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan
tidak diperhitungkan lagi, bagaimana pun kecilnya selisih
kekalahannya.
Kelemahan sistem distrik ini antara lain:
1). Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai
kecil dan golongan minoritas, apalagi jika golongan ini
terpancar dalam beberapa distrik;
2). Sistem ini kurang respresentatif dalam arti bahwa calon
yang kalah dalam suatu distrik, kehilangan suara-suara
yang telah mendukungnya.
Disamping kelamahan-kelemahan diatas, Pemilihan
Umum bersistem distrik memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya adalah:
1). Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat
dikenal oleh penduduk distrik, sehingga hubungannya
dengan penduduk lebih erat;
2). Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai
politik, karena kursi yang diperebutkan dalam setiap
distrik pemilihan hanya satu;
3). Berkurangnya partai dan meningkanya kerjasama antara
partai-partai mempermudah terbentuknya pemerintahan
yang stabil dan meningkatkan stabilitas nasional;
4). Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.
Kurs
No. Partai/Nama Daftar Suara %
i
1. Partai Nasional Indonesia (PNI) 9.070.218 23,97 119
2. Masyumi 7.789.619 20,59 112
3. Nahdlatul Ulama (NU) 6.989.333 18,47 91
4. Partai Komunis Indonesia (PKI) 6.232.512 16,47 80
Partai Syarikat Islam Indonesia
5. 1.059.922 2,80 16
(PSII)
6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 988.810 2,61 16
7. Partai Katolik 748.591 1,99 10
8. Partai Sosialis Indonesia (PSI) 695.932 1,84 10
Ikatan Pendukung Kemerdekaan
9. 544.803 1,44 8
Indonesia (IPKI)
Pergerakan Tarbiyah Islamiyah
10. 465.359 1,23 7
(Perti)
11. Partai Rakyat Nasional (PRN) 220.652 0,58 3
12. Partai Buruh 332.047 0,88 5
Gerakan Pembela Panca Sila
13. 152.892 0,40 2
(GPPS)
14. Partai Rakyat Indonesia (PRI) 134.011 0,35 2
15. Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI) 179.346 0,47 3
16. Murba 248.633 0,66 4
17. Baperki 160.456 0,42 2
Persatuan Indoenesia Raya (PIR)
18. 162.420 0,43 2
Wongsonegoro
19. Grinda 157.976 0,42 2
Persatuan Rakyat Marhaen
20. 164.386 0,43 2
Indonesia (Permai)
21. Persatuan Daya (PD) 169.222 0,45 3
22. PIR Hazairin 101.509 0,27 2
23. Partai Politik Tarikat Islam (PPTI) 74.913 0,20 1
24. AKUI 84.862 0,22 1
25. Persatuan Rakyat Desa (PRD) 39.278 0,10 1
Partai Republik Indonesis Merdeka
26. 143.907 0,38 2
(PRIM)
27. Angkatan Comunis Muda (Acoma) 55.844 0,15 1
28. R.Soedjono Prawirisoedarso 38.356 0,10 1
29. Gerakan Pilihan Sunda 35.035 0,09 1
30. Partai Tani Indonesia 30.060 0,08 1
31. Radja Keprabonan 33.660 0,09 1
Gerakan Banteng Republik
32. 39.874 0,11
Indonesis (GBRI)
33. PIR NTB 33.823 0,09 1
34. L.M.Idrus Effendi 31.988 0,08 1
lain-lain 426.856 1,13
Jumlah 37.837.105 514
Pemilu 1971
Jumlah
Jumlah Sisa Peroleha
Sisa Kursi
Jumlah Kursi Suara n pada
Suara Atas Juml
N Suara Pada Setelah Pembagi
Partai Setelah Suara ah
o. Secara Pembagi Pembagi an Kursi
Pembagi Terbes Kursi
Nasional an an Sisa
an Kursi ar
Pertama Pertama Pertama
Sisa
34.339.7 1.342.08 81.770
1 Golkar 214 11 1 226
08 4 (III)
10.201.6 1..323.2
2 NU 48 11 62.931 - 59
59 45
3.793.26 106.043
3 PNI 16 908.061 7 1 24
6 (II)
Parmu 2.930.91 1.389.43
4 10 12 14.547 22
si 9 5
1.257.05 1.039.28
5 PSII 1 9 8.000 - 10
6 0
Parkin
6 697.618 1 628.752 5 53.882 - 6
do
Katoli 68.706
7 603.740 2 412.428 3 1 6
k (IV)
65.666
8 Perti 380.403 2 180.240 1 1 4
(V)
109.228
9 IPKI 338.376 - 338.376 2 1 3
(I)
10 Murba 47.800 - 47.800 - 47.800 - -
54.669.5 7.561.90
294 61 5 360
09 1
Catatan:
Pemilu 1999
Catatan:
B. DEMOKRASI
1. Pengertian Demokrasi
2. Jenis-Jenis Demokrasi
Demokrasi Formal
Demokrasi Material
Demokrasi Campuran
3. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Macam-macam demokrasi:
1) Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat:
a) Demokrasi langsung
c) Demokrasi Gabungan
Demokrasi ini mengambil kebaikan dan membuang
keburukan demokrasi formal dan material. Persamaan derajat
dan hak setiap orang tetap diakui, tetapi diperlukan
pembatasan untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat.
Pelaksanaan demokrasi ini bergantung pada ideologi negara
masing-masing sejauh tidak secara jelas kecenderungannya
kepada demokrasi liberal atau demokrasi rakyat
.
3) Demokrasi ditinjau dari hubungan antaralat perlengkapan
negara:
5. Sejarah Demokrasi
Dalam sejarah awal perkembangannya demokrasi juga
memakan korban. Socrates, filsuf terkemuka negara Yunani
kuno, sangat kritis membela pemikiran-pemikirannya, yaitu
agar kaum muda tidak mempercayai para dewa dan
mengajari mereka untuk mencapai kebijaksanaan sejati
dengan berani bersikap mencintai kebenaran sehingga
terhindar dari kedangkalan berpikir.
Ada kisah empat orang buta yang belum pernah tahu bentuk
gajah. Datanglah kepada mereka seorang kawan yang
menunjukkan kepada mereka rupa gajah itu. Si buta pertama
disuruh maju dia meraba dan mendapat belalainya. Dia
berkata, Oh ternyata gajah itu seperti ular besar yang bisa
dibengkokkan. Si buta kedua mendapat ekor gajah. Dia
berkata, Oh gajah itu seperti cambuk. Si buta ketiga
mendapat kakinya. Dia berkata, Oh rupanya gajah itu seperti
pohon kelapa. Si buta ke empat karena cebol ia tidak bisa
memegang apa-apa. Dia pun berkata, Oh ternyata gajah itu
seperti hawa.
Hakikat Demokrasi
Pemilihan Umum
Masalah Kontemporer