Eval Fisika
Eval Fisika
DISUSUN OLEH :
Wysda Ferdian (01.P.2752)
GROUP : K4
DOSEN : Rifaida
ASISTEN : Tjiptodi
Nani M
Ecep
TANGGAL : 18 Juni 2004
III.PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Pada pengujian kekuatan tarik cara pita potong terhadap kain tenun ini, menggunakan
peralatan sebagai berikut:
20 cm
2,5 cm
III.2 JALANNYA PERCOBAAN
-
Kondisikan contoh uji hingga mencapai keseimbangan lembab.
-
Gunting contoh uji dengan ukuran (2,5 x 20)cm
-
Aturlah jarak jepit sehingga 7,5 cm. Pasangkan beban sesuai dengan contoh uji.
-
Skala mulur harus dinolkan.
-
Aturlah jarum skala kekuatan pada titik nol.
-
Pasangkanlah kain contoh uji pada penjepit. Pada saat pemasangan contoh uji, pada
penjepit atas seluruh contoh uji boleh dipasangkan semuanya. Hal ini agar tidak terlalu
berulangnya bongkar-pasang contoh uji pada penjepit. Pemasangan contoh uji yang
sekaligus mengakibatkan mengecilnya kemungkinan contoh uji untuk slip dari penjepit
atas. Namun demikian bila pemasangannya kurang teliti, yang terjadi malah sebaliknya.
-
Pasangkanlah contoh uji bagian bawah, pada penjepit bawah. Namun, pemberian tegangan
awal hendaknya tidak melebihi batas toleransi. Adapun batas toleransinya yaitu sebesar 6
ons atau kira kira 3 kg.
-
Jalankan motor dengan menekan tombol penggerak motor ke atas.
-
Putar tombol penarik penjepit bawah ke bawah. Injak pedal motor, maka penjepit bergerak
ke bawah. Ketika mulur tepat pada saat putus, pedal motor dilepas.
-
Amati skala kekuatan dan mulur yang dihasilkan dari hasil pengujian. Pada saat putus
kedudukan ayunan terletak diantara 9 45o terhadap garis tegak lurus.
-
Skala yang dibaca, yaitu skala bagian tengah, karena digunakan bebannya 100 kg.
-
Untuk mengembalikan penjepit bawah ke posisi semula, dengan cara memutar tombol
penjepit bawah ke atas, dan pedal motor diinjak.
-
Lakukan pengujian untuk 3 contoh uji. Masing masing untuk arah lusi dan pakan.
III.3 DATA PENGAMATAN
-
Kondisi ruangan
Awal akhir Satuan
o
Suhu 25 25 C
RH 55 55 %
-
Beban = 50 kg dan jarak jepit = 7,5 cm
-
Kekuatan tarik dan mulur
Lusi Pakan
Kekuatan Mulur Kekuatan Mulur
n
Cm % (m-m)2 cm % (m-m)
(Kg) (Kg)
1 22 2,0 26,7 7,84 12,5 2,2 29,3 0
2 25 2,2 29,3 1,44 12 2,0 26,7 6,76
3 23 2,1 28 0,04 10 2,4 32 7,29
-
% mulur = (mulur dalam cm / jarak jepit dalam cm) x 100
-
Lusi
-
Kekuatan tarik rata rata = K / n
= 23,3 kg
-
Mulur dalam persen rata rata = M / n
= 28 %
-
Pakan
-
Kekuatan tarik rata rata = K / n
= 11,5 kg
-
Mulur dalam persen rata rata = M / n
= 30,6 %
-
Perhitungan Sd dan Cv
No LusI Pakan
K (K-K)2 M (M-M)2 K (K-K)2 M (M-M)2
1 22 1,69 2,0 0,01 12,5 1 2,2 0
2 25 2,89 2,2 0,01 12 0,25 2,0 0,04
3 23 0,09 2,1 0 10 2,25 2,4 0,04
70 4,67 2,1 0,02 11,5 3,5 2,2 0,08
a. L u s i
-
Kekuatan
1. Standar deviasi (Sd)
K K
2
Sd = 1,5
n 1
2. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 6,4 %
K
-
Mulur
1. Standar deviasi (Sd)
M M
2
Sd = 0,1
n 1
2. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 4,8 %
M
b. Pakan
-
Kekuatan
1. Standar deviasi (Sd)
K K
2
Sd
n 1
= 1,3
2. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100%
M
= 11,3 %
-
Mulur
1. Standar deviasi (Sd)
M M
2
Sd
n 1
=0,2
2. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100%
M
= 9,1 %
c. % mulur rata rata
lusi = 2,1 / 7,5 x 100 % = 28 %
pakan = 2,2 / 7,5 x 100 % = 29,3 %
d. Mulur dari % mulur
lusi
1. Standar deviasi (Sd)
M M
2
Sd = 2,2
n 1
Pakan
3. Standar deviasi (Sd)
M M
2
Sd = 2,7
n 1
4. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 9,2 %
M
IV. DISKUSI :
Dalam pengujian kekuatan tarik, yang harus diperhatikan adalah pemberian tegangan
awal. Bila tegangan awal yang digunakan melebihi dari 3 kg, hal ini akan menyebabkan hasil
pengujian yang dihasilkan menjadi bertambah lebih besar. Sebab kain uji belum ditarik oleh alat
uji, namun skala penunjuk telah bergerak melewati angka nol. Skala penunjuk hasil pengujian,
seharusnya membentuk sudut antara (9-45)0 terhadap garis tegak lurus. Hal ini harus dibatasi guna
menghasilkan koefisien variasi yang tidak terlalu besar. Serta untuk keakuratan hasil pengukuran
untuk masing-masing beban tertentu. Faktor kondisi ruangan serta human eror berepengaruh pada
hasil pengujian suatu percobaan dengan menggunakan suatu metode tertentu.
V. KESIMPULAN :
Kekuatan tarik suatu kain adalah kemampuan minimum kain dalam menahan tarikan
dari suatu beban yang maksimum.
Mulur pada saat putus yaitu pertambahan panjang pada kain saat putus dibandingkan dengan
panjang kain semula, yang dinyatakan dalam persen. Mulur tidak berarti putus, sebelum mencapai
mulur maksimum, maka tidak akan terjadi putus. Mulur seperti ini dapat didefinisikan sebagai
suatu perubahan panjang kain setelah mendapat tarikan.
Dalam pengujian yang harus diperhatikan yaitu:
-
kondisi bahan, dalam hal ini kaitannya dengan regain serta RH.
-
Jarak jepit, makin panjang harakjepit yang digunakan, maka bagian bagian lemah dari kain
makin banyak. Sehingga rata rata kekuatannya akan makin rendah.
-
Jumlah pengujian, hal ini harus diperhatikan karena adaanya variasi pada contoh uji itu sendiri.
III.PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Pada pengujian kekuatan tarik cara pita tiras terhadap kain tenun ini, menggunakan peralatan
sebagai berikut:
3 cm 2,5 cm
III.2 JALANNYA PERCOBAAN
-
Gunting contoh uji dengan ukuran (3 x 20) cm, lalu tiras arah panjang kain, hingga lebar
kain 2,5 cm. Besarnya tirasan di kedua pinggir hendaknya sama. Hasil tirasan tidak
digunting.
-
Kondisikan contoh uji, hingga mencapai keseimbangan lembab.
-
Aturlah jarak jepit sehingga 7,5 cm. Pasangkan beban sesuai dengan contoh uji.
-
Skala mulur harus dinolkan.
-
Aturlah jarum skala kekuatan pada titik nol.
-
Pasangkanlah kain contoh uji pada penjepit. Pada saat pemasangan contoh uji, pada
penjepit atas seluruh contoh uji boleh dipasangkan semuanya. Hal ini agar tidak terlalu
berulangnya bongkar-pasang contoh uji pada penjepit. Pemasangan contoh uji yang
sekaligus mengakibatkan mengecilnya kemungkinan contoh uji untuk slip dari penjepit
atas. Namun demikian bila pemasangannya kurang teliti, yang terjadi malah sebaliknya.
-
Pasangkanlah contoh uji bagian bawah, pada penjepit bawah. Namun, pemberian tegangan
awal hendaknya tidak melebihi batas toleransi. Adapun batas toleransinya yaitu sebesar 6
ons atau kira kira 3 kg.
-
Jalankan motor dengan menekan tombol penggerak motor ke atas.
-
Putar tombol penarik penjepit bawah ke bawah. Injak pedal motor, maka penjepit bergerak
ke bawah. Ketika mulur tepat pada saat putus, pedal motor dilepas.
-
Amati skala kekuatan dan mulur yang dihasilkan dari hasil pengujian. Pada saat putus
kedudukan ayunan terletak diantara 9 45o terhadap garis tegak lurus.
-
Skala yang dibaca, yaitu skala bagian tengah, karena digunakan bebannya 100 kg.
-
Untuk mengembalikan penjepit bawah ke posisi semula, dengan cara memutar tombol
penjepit bawah ke atas, dan pedal motor diinjak.
-
Lakukan pengujian untuk 3 contoh uji. Masing masing untuk arah lusi dan pakan.
III.3 DATA PENGAMATAN
-
Kondisi ruangan
Awal akhir Satuan
o
Suhu 25 25 C
RH 65 65 %
-
Beban = 50 kg
-
Jarak jepit = 7,5 cm
-
Kekuatan tarik dan mulur
Lusi Pakan
Kekuatan Mulur Kekuatan Mulur
n
Cm % (m-m)2 cm % (m-m)
(Kg) (Kg)
1 23,5 3,3 44 7,84 18 2,5 33 1,21
2 24 3 40 1,44 19 2,4 32 0,01
3 24,5 3,1 41 0,04 17,5 2,3 30,7 1,44
-
mulur = (mulur dalam cm / jarak jepit dalam cm) x 100 %
-
Lusi
-
Kekuatan tarik rata rata = K / n
= 24,00 kg
-
Mulur dalam persen rata rata = M / n
= 41,7 %
-
Pakan
-
Kekuatan tarik rata rata = K / n
= 18,2 kg
-
Mulur dalam persen rata rata = M / n
= 31,9 %
-
Perhitungan Sd dan Cv
N LusI Pakan
2 2
K (K-K) M (M-M) K (K-K)2 M (M-M)2
o
1 23,5 0,25 3,3 0,03 18 0,04 2,5 1
2 24 0 3 0,02 19 0,64 2,4 0
3 24,5 0,25 3,1 0,0009 17,5 0,49 2,3 1
K : 24 : 0,5 M : 3,13 : 0,05 K : 18,2 : 1,17 M : 2,4 :2
c. L u s i
-
Kekuatan
3. Standar deviasi (Sd)
K K
2
Sd = 0,5
n 1
M M
2
Sd = 0,2
n 1
4. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 6,4 %
M
d. Pakan
-
Kekuatan
3. Standar deviasi (Sd)
K K
2
Sd = 0,8
n 1
4. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 4,4 %
K
-
Mulur
3. Standar deviasi (Sd)
K K
2
Sd =1
n 1
4. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 41,7 %
K
e. % mulur rata rata
lusi = 3,13 / 7,5 x 100 % = 41,7 %
pakan = 2,4 / 7,5 x 100 % = 32 %
M M
2
Sd = 2,2
n 1
6. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 5,3 %
M
Pakan
7. Standar deviasi (Sd)
M M
2
Sd = 1,2
n 1
8. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 3,8 %
M
IV. DISKUSI :
a. Pemberian tegangan awal pada kain yang akan diuji harus dalam toleransi. Hal ini harus
dilakukan, karena kekuatan kain yang diuji akan turut dipengaruhi oleh tegangan awal.
Semakin besar tegangan awal, maka kekuatan tarik kain tersebut akan mengecil. Begitu juga
sebaliknya
b. Penjepitan contoh uji harus benar benar kuat, sebab bila hal ini diabaikan akan menimbulkan
slip pada contoh uji yang sedang diuji. Bila terjadi slip, maka kekuatan tarik dari kain tersebut
akan bertambah besar.
c. Pembacaan skala dan peletakan skala awal, akan menentukan hasil pengujian.
d. Kelembaban kain uji akan menentukan kekuatan kain tersebut. Sehingga ketahanan tarik kain
tersebut pun akan ikut berpengaruh.
e. Ketahanan tarik adalah kemampuan minimum dari kain, terhadap suatu beban maksimum.
f. Dalam melakukan pengujian kekuatan tarik ini, maka seharusnya untuk jenis kain yang
gampang terurai menggunakan metoda pita tiras. Sedangkan untuk kain kain yang yang tidak
dapat ditiras mengggunakan metoda pita potong.
g. Metoda pita potong dan pita tiras merupakan bagian dari metoda lajur. Pengujian kekuatan tarik
ini dapat dilakukan juga dengan cara cekau.Bila dibandingkan dengan cara lajur, cara cekau
menghasilkan data pengujian yang cepat, prosedurnya lebih mudah. Namun cara lajur
menghasilkan data yang cermat dan tidak boros contoh uji.
V. KESIMPULAN :
III.PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Alat alat yang digunakan :
Stiffness Shirley Tester
Gunting
Penggaris
Alat tulis.
Bahan yang dipakai adalah contoh kain uji yang ditentukan.
K = 0,10 x B x P3 mg.cm
K = kekakuan lentur dalam mg.cm
B = Berat kain dalam g/m2
P = Panjang lengkung dalam cm.
Untuk pakan :
n P (x - x)2
1 1.5 0,0004
2 1.55 0,0009
3 1.5 0,0004
4 1,5 0,0004
5 1,55 0,0009
6 1,5 0,0004
X = 1,52 =0,0034
K = 0,10 x B x P3
= 0,10 x 1,27 x (1,52)2 x 10
= 5 kg/m2
(x - x)2 0,0034
SD = = = 0.04
n-1 2
SD 0.03
CV = x 100 % = x 100 % = 2,6 %
X 1.52
Untuk lusi
no P (x - x)2
1 1,4 0,0025
2 1,3 0.0025
3 1,35 0
4 1,35 0
5 1,3 0.0025
6 1,4 0.0025
X = 1,35 = 0.01
K = 0,10 x B x P3
= 0,10 x 120x (1,35)3 x 10
= 3 Kg/m2
(x - x)2 0,01
SD = = = 0,07
n-1 2
SD 0,07
CV = x 100 % = x 100 % = 5,2 %
X 1,35
IV. DISKUSI :
Kekakuan adalah merupakan salah satu faktor untuk menentukan pegangan dan drape pada
kain. Pegangan kain berhubungan dengan rasa bahan dan kenyamanan dipakai. Karena itu istilah
halus memiliki beberapa arti seperti misalnya kehalusan pakakian wol yang bermutu tinggi akan
berbeda dengan pakaian dari satin kapas. Kekakuan yang baik ditunjukkan apabila kekakuannya
lebih relatif kecil. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh penyusun seratnya serta konstruksi kain yang
digunakan. Drape adalah kemampuan kain memberikan kenampakan indah waktu dipakai, tetapi
tidak semua kain memerlukan drape yang baik, hal ini tergantung fungsi kain tersebut.
V. KESIMPULAN :
Kesimpulan yang dapat dicapai ialah sebagai berikut :
Untuk lusi :
a. K = 3 Kg/m2
b. SD = 0,07
c. CV = 5,2 %
Untuk pakan :
a. K = 5 Kg/m2
b. SD = 0,04
c. CV = 2,6 %
Standar
Jika sudut antara muka dan belakang < 15o maka data yang didapat disatukan dan jika sudut antara
muka dan belakang > 15o data yang didapat dipisahkan.
III.PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Alat
- Beban
- Waktu 3 menit
Bahan
- Setelah 3 menit ambil salah satu ujung contoh uji kemudian ujung yang lain dimasukkan
pada penjepit yang ada pada alat. Dengan posisi bagian lipatan menempel tepat pada ujung
penjepit dan ujung yang lainnya yang menjuntai segaris dengan garis penunjuk horizontal
diamkan selama 3 menit
- Setelah 3 menit contoh uji yang menjuntai diatur kembali posisinyaagar segaris dengan
garis penunjuk horizontal,baca sudut kembali sampai derajat terdekat dari busur derajat
- Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang kain pada uji yang berbeda.
Lusi Pakan
( - ) ( - )2 ( - ) ( - )2
86 2 82 1
94 100 75 64
77 49 90 49
79 25 85 4
= 176 = 118
Perhitungan
Untuk Lusi
SD
( )
(n 1)
176
SD
4 1
SD 7,7
SD
CV x100%
7,7
CV x100%
84
CV 9,2%
Untuk Pakan
SD
( )
(n 1)
118
SD
4 1
SD 6,3
SD
CV x100%
6,3
CV x100%
83
CV 7,6%
IV. DISKUSI :
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut :
- Posisi contoh uji harus benar-benar tepat bertemu antara ujung yang satu dengan yang lainnya
agar didapatkan hasil yang maksimal dalam melakukan percobaan
- Kain contoh uji harus benar-benar terimpit selama waktu yang ditentukan, hal ini dilakukan
agar mendapatkan hasil percobaan yang maksimal dan dengan sendirinya akan maksimal juga
pada perhitungan akhir percobaan
V. KESIMPULAN :
Untuk lusi
SD =7,7
CV =9,2 %
Untuk Pakan
SD = 6,3
CV = 7,6 %
PENGUJIAN KEKUATAN SOBEKAN KAIN CARA ELMENDORF
III.PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Peralatan yang digunakan dalam pengujian tahan sobek ini yaitu:
1,2 cm
1,2 cm
7,5 cm
10,2 cm
RH 60 60 %
- Data pengujian
Nomor Kekuatan Sobek Kain
Pengujian LusI Pakan
(n) % Gram % Gram
1 56 896 42 672
2 52 994 44 764
3 57 912 43 688
Dari semua hasil penyobekan diatas menghasilkan hasil sedikit kerutan pada
sisi kain yang telah disobek.
Sd
SL SL
n 1
= 52,57
= 5,6 %
Sd
SP SP
n 1
= 49,15
= 6,9 %
IV. DISKUSI :
1. Pengujian tahan sobek elmendorf ke arah lusi, walaupun mempunyai koefisien variasi yang
masih dalam batas toleransi ( 5%). Namun bila dilihat dari kekuatan sobek terbaca pada alat
elmendorf yakni diatas 90%, hal tersebut melebihi batas toleransi berdasarkan SII. 0248-79
yaitu 20 60 % dari skala maksimum alat. Hal ini menyebabkan data pengujian kain akan
menjadi kurang akurat, hal ini tercermin dari tidak sobek seluruhnya kain yang diuji. Jadi Cv
yang rendah menunjukan sudah cukup homogennya pengambilan contoh uji. Namun dilain
pihak kain tersebut sebenarnya mempunyai kekuatan sobek yang lebih tinggi dari hasil
pengujian tersebut di atas. Untuk dapat mengetahui kekuatan sobek lusi kain ini yang
sebenarnya harus digunakan elmendorf dengan kapasitas yang lebih besar, yakni 0 3200
gram.
2. Hasil pengujian sobek pakan sudah dalam toleransi kekuatan sobek standar. Namun
berdasarkan koefisien variasi yang diperoleh menunjukan relatif masih tingginya keheterogenan
perlakuan contoh uji bila dibandingkan dengan sobek lusi. Dari hasil pengujian menunjukan
bahwa kekuatan sobek pakan relatif lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan sobek lusi. Hal
ini merupakan suatu hal yang logis, sebab benang lusi dibuat lebih kuat dibandingkan benang
pakan, hal ini guna mengantisipasi pengaruh gesekan yang dialami oleh benang lusi selama
proses pertenunan.
3. Bahan tekstil merupakan bahan yang mempunyai sifat higroskopik, sehinggga pengaruh
ruangan berperan dalam menentukan hasil pengujian. Kondisi atmosfer standar yaitu RH 65
2 % dan suhu 27 2 C. Sedangkan pada waktu pengujian dilakukan kondisi
ruanganmempunyai RH dan suhu seperti pada tabel. Hal ini tentu akan megurangi atau
menambah kekuatan kain yang diuji.
4. Dalam memperoleh hasil pengujian faktor manusia merupakan hal yang penting, sebab faktor
manusia mempunyai kecendrungan untuk melakukan kesalahan yang relatif tinggi. Pada
pengujian tahan sobek elmendorf, sering terjadi kesalahan pada saat pemasangan contoh uji
pada elmendorf (penjepit kurang kencang kain yang diuji slip penyobekan kain kurang
sempurna).
5. Faktor kondisi alat juga menentukan hasil pengujian, makin baik kondisi alat, maka hasil
pengujiannya pun akan makin akurat.
III.PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Pada pengujian kekuatan sobek kain tenun, menggunakan peralatan sebagai berikut:
-
Instron / alat kekuatan tarik sistem laju tarik tetap yang dilengkapi:
a. Dengan diagram pencatat skala.
b. Penjepit atas dan penjepti bawah.
c. Beban
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kain terpal dengan ukuran (7,5 x 20) cm.
20 cm
7,5 cm
III.2 JALANNYA PERCOBAAN
a. Potonglah kain contoh uji dengan panjang 20 cm dan lebar 7,5 cm.
b. Potonglah ke arah memanjang sepanjang 7,5 cm mulai dari tengah tengah salah satu tepi
yang pendek pada kain contoh uji.
c. Buatlah 1 contoh uji ke arah lusi dan arah pakan.
d. Aturlah kedudukan jarak jepit.
e. Pilihlah beban yang sesuai dengan kekuatan kain yang akan diuji.
f. Alat alat pencatat pembbanan pada kertas grafik supaya pada kedudukan yang tepat.
g. Pasangkan contoh uji pada penjepit bawah dan atas.
h. Jalankan mesin. Serta baca garfik yang dihasilkan
III.3 DATA PENGAMATAN
-
Kondisi ruangan
Awal Akhir Satuan
o
Suhu 25 25 C
RH 65 65 %
-
Kekuatan sobek kain
N Arah lusi (Kg) (K K)2 Arah pakan (Kg) (K K)2
1 1,3 0,04 2,05 0,20
2 1,6 0,01 2,1 0,23
3 1,9 0,16 1,3 0,10
4 1,35 0,02 1,4 0,05
5 1,35 0,02 1,25 0,14
X = 1,5 = 0,25 X = 1,62 = 0,72
a. Lusi
1. Kekuatan sobek arah lusi rata rata :
K / n = 7,5/5 = 1,5 kg
2. Standar deviasi (Sd)
K K
2
Sd = 0,42 kg
n 1
3. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 26 %
K
b. Pakan
1. Kekuatan sobek arah pakan rata rata :
K / n = 8,1 / 5 =1,62 kg
K K
2
Sd = 0,25
n 1
3. Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% =16,7 %
K
IV. DISKUSI :
Yang dimaksud dengan kekuatan sobek cara lidah adalah kekutan tarik kain yang telah
digunting terlebih dahulu ke arah lusi ataupun pakan sehingga berbentuk seperti lidah dan ditarik
pada kedua ujung sobekan. Dalam pengguntingan contoh uji, harus dihindari adanya lusi dan
pakan yang sama teruji lebih dari satu kali dan dapat mewakili selembar kain. Penjepitan contoh
uji pada penjepit atas maupun bawah, harus benar-benar kuat. Sebab bila terjadi penarikan, bila
penjepitan kkurang kuat, akan menyebabkan kekuatan sobek contoh uji akan lebih besar dari yang
semestinya. Kedudukan alat pencatat, harus tepat pada grafik skalanya. Hal ini untuk menghindari
terbentuknya kesalahan grafik yang disebabkan oleh labilnya pencatat skala. Kelembaban contoh
uji, harus diperhatikan. Sebab hal ini akan mempengaruhi kekuatan dari kain terpal tersebut.
Untuk kain-kain tertentu, makin tinggi regainnya akan makin kuat atau sebaliknya. Tentunya hal
ini bila dilakukan penyobekan akan berpengaruh pada ketahanan sobek kainnya. Ketelitian skala
yang terbatas serta kesalahan dalam pembacaan skala ikut mempengaruhi hasil pengujian.
V. KESIMPULAN :
Dari hasil pengujian diperoleh :
a. Lusi
-
Kekuatan sobek rata-rata = 1,5 kg
-
Standar deviasi = 0,42
-
Koefisien variasi = 26 %
b. Pakan
-
Kekuatan sobek rata-rata = 1,62 kg
-
Standar deviasi = 0,25
-
Koefisien variasi = 16,7 %
III.PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Peralatan yang digunakan pada pengujian tarik kain cara trapesium adalah peralatan
jenis pembebanan tetap dengan kecepatan tarik 200 mm/menit. Alat penguji ini dilengkapi
dengan :
Penjepit atas.
Penjepit bawah yang bisa bergerak keatas atau kebawah.
Skala kekuatan ada yang terbagi atas 3 bagian, yaitu untuk pembebanan 50 kg yang
sebelah dalam; untuk pembebanan 100 kg yang di tengah- tengah dan untuk pembebanan
50 kg yang sebelah luar. Pembebanan yang di gunakan dalam praktikum adalah 20 kg.
Kertas grafik kekuatan dan mulur.
Penggerak motor atau tangan. Serta Jarak jepit 2,5 cm .
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kain terpal dengan ukuran 7,5 x 15 cm baik untuk arah
lusi maupun pakan
. 7,5 cm
10 cm 2,5 cm 15 cm
S S
2
Sd
n 1
= 0,8
S S
2
Sd
n 1
= 0,12
IV. DISKUSI :
- Pengujian kekuatan sobek kain baik kearah lusi maupun pakan diperlukan untuk kain kain
yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi.
- Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan beban maksimum
yang mengenai kain tersebut.
- Faktor alat yang mempengaruhi hasil pengujian yaitu diantaranya; ketika proses penarikan
berlangsung, kain slip dari penjepit yang disebabkan oleh kondisi penjepitnya yang sudah
aus.Tidak stabilnya posisi pencatat skala akan menyebabkan skala yang tergambar bukan
karena adanya sobekan kain saja, tetapi juga karena gerakan ujung pena yang kurang stabil.
- Dalam pengujian ini yang mempunyai andil cukkup besar yaitu faktor manusia. Dalam
pemasangan kain pada penjepit, bila kurang kencang akan mennyebabkan kain slip pada saat
penarikan. Pemasangan pencatat skala dan kertas grafik yang kurang tepat akan berpengaruh
pada grafik yang terbentuk. Pembacaan skala pada grafik dan pembuatan contoh uji merupakan
faktor yang mempengaruhi hasil pengujian.
- Selain faktor manusia dan alat, faktor bahan baku juga mempunyai andil yang besar dalam
menentukan hasil pengujian. Bila bahan baku yang akan diuji tidak dalam kondisi mencapai
keseimbangan lembab, akan mempengaruhi kekuatan kain tersebut, sehingga hasil kekuatan
sobeknya pun akan menyimpang.
- Bila dilihat dari Cv yang dihasilkan dalam pengujian, terlihat bahwa perlakuan terhadap contoh
uji masih relatif heterogen.
V. KESIMPULAN :
Dari hasil pengujian diperoleh data sebagai berikut:
Kekuatan sobek kain kearah lusi: Sd = 0,8
Cv = 13,9 %
Cv = 60 %
PENGUJIAN KETAHANAN GOSOKAN KAIN
a. Martindale abrasion tester, pemilihan alat uji ini harus disesuaikan dengan : karakteristik
pengujian, arah gerakan, pemilihan bahan penggosok, pelapis contoh, serta kebersihan alat.
b. Neraca analitik, jenis pengujian ini akan menyebabkan terjadinya perubahan berat. Oleh
karena itu, jenis timbangan / neraca yang digunakan harus mempunyai ketelitian yang
relatif tinggi.
c. Thickness gauge, alat pengukur ketebalan kain ini dilengkapi dengan peralatan:
- Landasan, tempat kain contoh uji yang akan diukur tebalnya.
- Dasar penekan, untuk menekan kain contoh uji.
- Skala (dial) untuk mengetahui tebal kain contoh uji.
- Jarum penunjuk skala.
- Beban.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kain dengan diameter 4 cm, pada saat pengujian
dilakukan, hal hal yang harus diperhatikan yaitu pemberian tegangan, kebersihan contoh uji
serta tekanan antara penggosok dan contoh uji. Selain itu juga kelembaban contoh uji, merupakan
hal penting.
V. KESIMPULAN :
Kesimpulan yang bisa diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Rata-rata hilangnya berat kain : 0,4 %
b. Rata-rata bertambah tabal kain : 4,25 %
PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA
III.PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Pada pengujian daya tembus udara ini menggunakan textile air permeability tester buatan
United State Testing Co. Peralatan ini dilengkapi dengan:
- Hasil pengujian
Skala manometer air = 3,4 mm
- = 40 + (3,4 2) x (113 40 )
(h arg a.rata rata.M .air ) 2
AP H arg a. min .orifice x(maks.or min .or )
15 2
15 -2
= 47,86 ft3/menit/ft2
IV. DISKUSI :
- Ada hubungan antara rapat tidaknya kain dengan udara yang dapat menembus kain tersebut,
makin terbuka struktur suatu kain akan makin besarlah daya tembus udaranya, hanya saja
dalam kenyataannya faktor faktor lainnya turut mempengaruhi. Sebagai contoh, pada suatu
kain jumlah benang lusi dan pakan per inci dapat divariasikan dan daya tembus udara akan
menuruti variasi daya penutup kain yang terjadi. Akan tetapi dengan benang yang berbeda
nomornya mungkin saja dapat diatur jarang rapatnya, sehingga sama daya penutupnya, dan
akan diperoleh daya tembus udara yang jauh berbeda. Jadi, selain daya penutup kain, maka
faktor nomor benang dan twist faktor benang yang dipakai,mempengaruhi daya tembus udara.
- Penambahan putaran fan sebelum minyak dalam manometer berhenti akan menyebabkan
skala yang dihasilkan menjadi kurang tepat. Sebab skala manometer air yang ditunjukan
bukan merupakan skala dimana manometer minyak berhenti.
- Pengencangan kain oleh cincin klem pemegang yang terlalu tegang menyebabkan kain
menjadi tertarik terlalu kuat, sehingga benang benang yang berada dalam kain menjadi
renggang. Sehingga aliran udara yang melewati kain tersebut menjadi besar.
- Kondisi kain yang diuji mempunyai lipatan-lipatan / kusut, sehingga besarnya udara yang
melewati kain tersebut menjadi kurang stabil.
- Dalam pembacaan skala, karena skala yang dibaca relatif terus bergerak, maka pembacaan
skala tersebut mempunyai kemungkinan tingkat kesalahan yang tinggi.
III.PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Peralatan yang digunakan pada pengujian kekuatan jebol kain rajut ini, yaitu alat uji
kekuatan jebol (bursting strength tester), yang dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut:
a. Penjepit berbentuk cincin untuk memegang kain contoh uji, dengan garis tengah dalam
30,5 cm.
b. Alat penekan kain contoh uji. Agar penekanannya kuat, maka alat ini mempunyai ulir,
yang bisa dilonggarkan dan dikencangkan.
c. Diafragma dari karet yang meyerupai bola yang mendapat tekanan dari cairan.
d. Pompa cairan.
e. Pengukur tekanan melalui jarum penunjuk.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kain rajut dengan ukuran minimal dapat dipegang oleh
penjepit cincin yang mempunyai diameter 30,5 cm, dan sekurang kurangnya bisa digunakan
untuk 5 kali pengujian.
RH 65 65 %
-
warna kain rajut : merah muda
-
Perhitungan ketahanan jebol kain rajut
1 7,5 0,0625
2 7,5 0,0625
3 7 0,0625
4 7 0,0625
K = 7,25 = 0,25
a. Ketahanan jebol kain rajut rata rata K = 29 / 4 = 7,25 kg / cm2
b. Sd
K - K 2
= 0,3
n -1
Sd
Cv x100% = 4,13 %
K
IV. DISKUSI :
Pemasangan kain rajut pada penjepit yang berbentuk cincin, dilakukan dengan
memberikan tegangan awal yang sama. Sebab hal ini akan menentukan daya tahan jebol kain
terhadap diafragma. Bila tegangan yang diberikan terlalu kecil, maka tahan jebol kain menjadi
lebih besar dari yang semestinya, begitu sebaliknya. Jadi penarikan kain ketika dipasang pada
cincin penjepit akan menentukan hasil pengujian dan koefisien variasi-nya. Diafragma yang
digunakan terus menerus akan mengakibatkan kondisinya akan makin mengendor. Bila hal ini
terjadi maka kemampuan menekan contoh uji pun akan makin melemah.Sehingga hasil pengujian
akan makin rendah. Kecepatan pemompaan glycerine, akan menetukan kecepatan memuainya
diafragma. Hal ini kan menentukan ketahanan jebol kain rajut tersebut. Sedangkan pemompaan
ini erta kaitannya dengan kecepatan motor. Ketelitian pembacaan skala serta pengaturan penunjuk
skala awal, akan menentukan hasil pengamatan. Selain itu juga faktor kondisi ruangan dan
manusia mempunyai peranan yang besar dalam menentukan hasil pengamatan.
V. KESIMPULAN :
Dari hasil pengujian diperoleh data sebagai beerikut:
-
Ketahanan jebol kain rajut rata rata = 7,25 kg / cm2
-
Standar deviasi = 0,3
-
Koefisien variasi =4%
PENGUJIAN KEKUATAN JAHITAN
- Bila ditarik, yang putusnya adalah kain tenun yang dikenakan jahitan. Maka hal tersebut dapat
dikaktagorikan sebagai kekuatan tarik kain. Dan hal tersebut menunjukan bahwa, kekuatan
minimum dari benang jahitan yang ada pada kain tersebut lebih besar dari kekuatan minimum
kain tersebut.
- Pada saat penarikan, benang jahitan yang ada pada kain tenun tersebut putus. Hal ini
adalah yang diharapkan pada pegujian kali ini. Bila hal ini terjadi, maka yang diujinya
merupakan kekuatan jahitan dari benang jahit pada kain tenun.
III.PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Pada pengujian kali ini, peralatan yang digunakan yaitu:
- Dinamometer yang merupakan sistem kecepatan penarikan tetap (constant rate of
traverse), yang dilengkapi dengan:
-
Penjepit atas
-
Penjepit bawah, yang dapat bergerak ke bawah atau ke atas.
-
Beban 100 Kg
-
Jarak jepit 7,5 cm
-
Skala mulur dalam centimeter dan skala kekuatan dalam kilogram.
-
Penggerak motor..
- Mesin jahit dengan nomor jarum 110 metrik serta stitch per inci = 12 0,5. Mesin jahit
yang merupakan mesin jahit lock-stich 1 jarum.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu :
- Benang jahit PE tex 60.
- Kain tenun dengan ukuran (50 x 175) mm.
12 mm 15 mm
1 75 mm 175 mm
50 mm
25 mm
50 mm
III.2 JALANNYA PERCOBAAN
a. Contoh uji dipotong (175 x 50) mm. Contoh uji tersebut dilipat, pada bagian 12 mm dari
ujung lipatan dijahit. Gunting contoh uji seperti huruf T dengan ukuran (25 x 15) mm.
b. Kondisikan contoh uji sampai mencapai keseimbangam lembab.
c. Buat contoh uji 2 buah untuk arah lusi dan pakan.
d. Contoh uji diambil sedemikian rupa, sehingga tidak mengandung benang pakan dan lusi
yang sama.
e. Jepit ujung contoh uji pada penjepit atas sedemikian rupa, sehingga jahitan sejajar dengan
tepi bawah penjepit dan jahian terletak di tengah tengah antara penjepit atas dan penjepit
bawah.
f. Atur kedudukan pencatat skala. Beban yang terpasang yaitu 50 kg.
g. Jalankan mesin sampai contoh uji putus
h. Amati dan catat penyebab putus yang disebabkan oleh kain putus, benang jahit putus,
benang benang tergelincir atau gabungan dua / tiga penyebab di atas.
III.3 DATA PENGAMATAN
1. Kondisi ruangan
Awal Akhir Satuan
o
Suhu 25 25 C
RH 65 65 %
K - K
2
Sd =1
n -1
- Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 7,14 %
K
K - K
2
Sd = 3,2
n -1
- Coefisien variasi (Cv)
Sd
Cv x100% = 54,3 %
K
IV. DISKUSI :
Untuk menghasilkan suatu hasil pengujian kekuatan jahitan baik arah lusi maupun pakan,
yang standar, maka jahitan yang dikenakan pada kain tersebut pun harus standar. Jahitan standar
ini adalah jahitan dengan jeratan kunci (lock stich), jumlah jeratan 14 per 25 mm (14 per inci),
diameter jarum 0,75 mm. Sedangkan dalam pengujian masalah jahitan ini kurang diperhatikan.
Kondisi ruangan dalam pengujian bahan tekstil akan sangat berpengaruh, karena sifat bahan
tekstil yang menyerap air. Untuk bahan tekstil tertentu, semakin lembab kondisi ruangan, maka
bahan tekstil tersebut makin kuat, atau sebaliknya. Pemasangan contoh uji pada penjepit
berpengaruh pada hasil pengujian. Hal ini disebabkan posisi penjepit sebagai penahan contoh uji
pada saat proses penarikan. Bila jepitan yang dihasilkan kurang baik, maka kemungkinan
terjadinya slip makin besar. Sehingga pengujian kekuatan jahitan yang dihasilkan pun menjadi
kurang tepat. Hal hal seperti ini lebih dominan disebabkan oleh faktor manusia. Hal hal lain
yang disebabkan oleh kesalahan faktor manusia seperti kesalahan pembacaan skala pada alat
dinamometer.
V. KESIMPULAN :
Dalam pengujian kekuatan jahitan ini faktor faktor yang harus diperhatikan diantaranya
yaitu :