LAPORAN KASUS
1
BAB II
PEMBAHASAN
melibatkan bagian dalam dinding rectum tapi tidak menyebar kebagian terluar
atau ovarium.
B. ETIOLOGI
a. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker
di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar,
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena
kanker colorectal.
f. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih
dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas.
C. PATOFISIOLOGI CA REKTUM
Mukosa rektum yang normal sel-sel epitelnya beregenerasi setiap 6 hari. Pada
adenoma terjadi perubahan genetik yang mengganggu proses diferensiasi dan maturasi
3
sel-sel tersebut, yang dimulai dengan inaktivasi gen adenomatous polyposis coli (APC)
yang menyebabkan replikasi yang tidak terkontrol. Dengan peningkatan jumlah sel
tersebut menyebabkan terjadi mutasi yang mengaktivasi K-ras onkogen dan mutasi gen
p53, hal ini akan mencegah apoptosis dan memperpanjang hidup sel.
D. KOMPLIKASI
E. PEMERIKSAAN
a) Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan colok dubur dapat
diketahui :
Keadaan tumor : extensi lesi pada dinding rectum serta letak bagian terendah
4
Mobilitas tumor : hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek pembedahan.
Lesi yang sangat dini biasanya masi dapat digerakkan pada lapisan otot dinding
rectum. Pada lesi yang sudah mengalami laserasi lebih dalam umumnya terjadi
pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas dan fiksasi lesi
Adanya tumor rektum
Lokasi dan jarak dari anus
Posisi tumor, melingkar / menyumbat lumen
Perlengketan dgn jar.sekitar
Dapat dilakukan biopsi cubit
b). Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker rektum, antara lain:
1. Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika
ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan. Secara
patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu sekitar 90
sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa,
Pemeriksaan dengan rektal touche akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari
terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan melalui
rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
5
b. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon
dan rectum. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat
menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan
aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya
muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat
berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory bowel disease, non
tumor, terlebih untuk tumor rektal. Keakurasian dari EUS sebesar 95%, 70% untuk CT
dan 60% untuk digital rektal examination. Pada kanker rektal, kombinasi pemakaian EUS
untuk melihat adanya tumor dan digital rektal examination untuk menilai mobilitas tumor
Transrektal biopsi dari kelenjar limfa perirektal bisa dilakukan di bawah bimbingan EUS.
F. PENATALAKSANAAN
1) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium I
dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan
pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium
kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan
chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada
6
stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun
sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih
membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang
tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
a. Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
b. Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis. Jiga dilakukan pengambilan limfonodi disekitan rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker
2). Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III lanjut, radiasi
radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor
lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis
jauh tertentu. Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi
kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada
penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis
tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif
7
Seorang dokter bernama Dr.Edo yang berumur 56 tahun, dengan latar belakang pendidikan
dokter spesialis penyakit dalam, berusia 56 tahun. Saat liburan dipantai bersama keluarganya,
dokter ini terjatuh dan mengeluhkan sakit pada bagian pantatnya. Saat berak keluar darah yang
menyertai fesesnya, dengan latar belakang pendidikannya dan statusnya sebagai dokter dia
memvonis itu adalah hemoroid yang bisa diatasi dengan obat-obatan tertentu. Setelah 6 bulan
kemudian, dokter itu dilarikan kerumah sakit karena merasakan ada sesuatu pada bagian dalam
duburnya, terasa sangat keras, awalnya dokter ini mengalami diare kurang dari 3 bulan dan 2
bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit mulai terasa berbutir-butir. Setelah dikaji, ternyata
dokter ini memiliki riwayat keluarga penyakit kanker. Selama dirumah sakit pasien nampak
lemas dan kurang nafsu makan. Dilakukanlah pemeriksaan laboratorium dan dari hasil
pemeriksaan perawat mengatakan bahwa diagnosa dari dokter adalah kanker rektum stadium 3.
Sehingga direkomendasikan dari dokter agar dilakukannya tindakan pembedahan,radioterapi,dan
kemoterapi pada pasien.
8
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan
induvidu secara holistik.
Contoh : seperti pada kasus pasien memiliki hak untuk mengambil keputusan tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya, dimana pada kasus pasien direkomendasikan
untuk melakukan tindakan pembedahan, radiasi dan kemoterapi sehingga sebelum dilakukan
tindakan harus meminta persetujuan dari pasien terlebih dahulu.
4. Veracity (kejujuran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran.
Pada kasus perawat berperan untuk mengatakan masalah yang terjadi pada pasien dan
mengatakan kebenaran yang sejujurnya tentang penyakit pasien.
NURSING ADVOCACY
Advokasi adalah kegiatan memberitahukan dan mendukung individu guna membuat keputusan
yang terbaik bagi. Sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan klien. Advokasi: Perawat
menggunakan skill sebagai pendidik, konselor dan leader guna melindungi dan mendukung hak
pasien.
9
a. Peran Advokasi
Coach (pelatih) Memberikan bimbingan dan dorongan
Advisor ( penasehat) Sumber utama yang memberikan saran bagaimana mencapai
yang terbaik, bgm mengantisipasi masalah
Referral Sources ( sumber rujukan ) Menggunakan sumber-sumber yang
tersedia dalam membantu menganalisa masalah dan menanganinya.
Mentor ( penasehat) sebagai model perilaku yang mendorong klien,
mempertahankan rasa percaya diri, menunjukkan kemampuan dalam menangani
masalah.
b. Prinsip-prinsip advokasi
Advokasi ditujukan pada kebutuhan klien, hak klien dan perhatiannya terhadap masalah.
Advokasi merupakan nilai-nilai yang didasarkan pada etika
Advokasi bertujuan mempertahankan prinsip keadilan
10
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi FC et al. Schwartzs principles of surgery. 8th edition. United States America :
McGraw Hill, 2005.826-42.
2. Cuschieri, Alfred et.al. Clinical Surgery. Blackwell Publishing company. UK. Second edition:
2003
3. Doherty, Gerard M. Current Diagnosis and treatment: Surgery. McGraw-Hill Companies.
USA. 13th edition: 2010
4. Lesmana L. Batu Empedu dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000.380-4.
5. Naeem, muhammad., et.al., 2012. Assessment of Characteristics of Patient with
Cholelithiasis from Economically Deprived Rural Karachi, Pakistan. BMC Research Note 5:
334
6. Reshetnyak, Vasiliy Ivanovich. 2012. Concept of the Pathogenesis and Treatment of
Cholelithiasis. World J Hepatology 4(2): 18-34
7. Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.459-64.
8. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. 570-9.
9. Wang, Helen H. 2008. Effect of ezetimibe on the Prevention and Dissolution of Cholesterol
Gallstone. Gastroenterology 134 (7) 2101-2110.
10. Hanafiah, M.Jusuf dan Amri Amir. 1998. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Medan:
EGC
12