Anda di halaman 1dari 12

BAB I

LAPORAN KASUS

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KANKER REKTUM


Kanker yang berada didalam rectum yang awalnya berasal dari adenokarsinoma .

adenokarsinoma adalah neoplasma ganas epithelial dengan sel-sel penyusun identik

structural, bahkan kadang-kadang fungsional, dengan sel-sel epitel kelenjar normal

pasangannya apokrin, endokrin dan kelenjar parenkim.


Klasifikasi berdasarkan sistem Tumor- Node-Metastase (TNM).

berdasarkan klasifikasi duke


1. Stadium 0 / carcinoma in-situ
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rectum

yaitu bagian mukosa saja.


2. Stadium I / dukes A rectal cancer
Pada stadium I, kanker telah menembus mukosa sampai lapisan muskularis dan

melibatkan bagian dalam dinding rectum tapi tidak menyebar kebagian terluar

dinding rectum ataupum keluar dari rectum.


3. Stadium II / dukes B rectal cancer
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rectum kejaringan terdekat

namun tidak menyebar ke limfonodi.


2
4. Stadium III/ dukes C rectal cancer
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak

menyebar kebagian tubuh lainnya.


5. Stadium IV / dukes D rectal cance
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati paru

atau ovarium.

B. ETIOLOGI
a. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon

atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip

bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan

peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama

bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar


c. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat

terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker

di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih

tinggi untuk terkena kanker colorectal.


d. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker

colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar,

khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.


e. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak

dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena

kanker colorectal.
f. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih

dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke

atas.
C. PATOFISIOLOGI CA REKTUM
Mukosa rektum yang normal sel-sel epitelnya beregenerasi setiap 6 hari. Pada

adenoma terjadi perubahan genetik yang mengganggu proses diferensiasi dan maturasi

3
sel-sel tersebut, yang dimulai dengan inaktivasi gen adenomatous polyposis coli (APC)

yang menyebabkan replikasi yang tidak terkontrol. Dengan peningkatan jumlah sel

tersebut menyebabkan terjadi mutasi yang mengaktivasi K-ras onkogen dan mutasi gen

p53, hal ini akan mencegah apoptosis dan memperpanjang hidup sel.

D. KOMPLIKASI

Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (1991) adalah:


a) obstruksi usus parsial
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang
menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
b) Perforasi atau perlobangan
c) perdarahan
d) Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat gangguan
peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.

E. PEMERIKSAAN
a) Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan colok dubur dapat
diketahui :
Keadaan tumor : extensi lesi pada dinding rectum serta letak bagian terendah

terhadap cincin anoreksi, cervik uteri, bagian atas kelenjar prostat.

4
Mobilitas tumor : hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek pembedahan.

Lesi yang sangat dini biasanya masi dapat digerakkan pada lapisan otot dinding

rectum. Pada lesi yang sudah mengalami laserasi lebih dalam umumnya terjadi

perlekatan dan fiksasi.


Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan karakteristik

pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas dan fiksasi lesi
Adanya tumor rektum
Lokasi dan jarak dari anus
Posisi tumor, melingkar / menyumbat lumen
Perlengketan dgn jar.sekitar
Dapat dilakukan biopsi cubit
b). Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker rektum, antara lain:
1. Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika

ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan. Secara

patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu sekitar 90

sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa,

carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors.


2. Pemeriksaan Tumor marker
CEA (Carcinoma Embryonic Antigen), uji FOBT (Faecal Occult Blood Test)

untuk melihat perdarahan di jaringan.


3. Digital rectal examination atau biasa disebut rectal touche (colok dubur)
Sekitar 75% karsinoma rekti dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal.

Pemeriksaan dengan rektal touche akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari

rektum, massa akan teraba keras dan menggaung.


4. Foto rontgen dengan barium enema yaitu cairan yang mengandung barium,

dimasukkan melalui rektum untuk kemudian dilakukan foro rontgen.


5. Endoskopi
a. Sigmoidoskopi
Yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah

terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan melalui

rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
5
b. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon

dan rectum. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat

menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan

kolonoskopi sebesar 94%.


Sebuah kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol
perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat

aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya
muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat

berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory bowel disease, non

akut divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non toksik,


striktur kolon dan neoplasma.
c. Endoskopi UltraSound (EUS)
EUS secara signifikan menguatkan penilaian preoperatif dari kedalaman invasi

tumor, terlebih untuk tumor rektal. Keakurasian dari EUS sebesar 95%, 70% untuk CT

dan 60% untuk digital rektal examination. Pada kanker rektal, kombinasi pemakaian EUS

untuk melihat adanya tumor dan digital rektal examination untuk menilai mobilitas tumor

seharusnya dapat meningkatkan ketepatan rencana dalam terapi pembedahan dan

menentukan pasien yang telah mendapatkan keuntungan dari preoperatif kemoradiasi.

Transrektal biopsi dari kelenjar limfa perirektal bisa dilakukan di bawah bimbingan EUS.

F. PENATALAKSANAAN
1) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium I

dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan

pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium

kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan

kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant

chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada

6
stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun

sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih

membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang

tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
a. Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
b. Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis. Jiga dilakukan pengambilan limfonodi disekitan rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker
2). Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III lanjut, radiasi

dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain

radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor

lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis

jauh tertentu. Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi

yang digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko

kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada

penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis

tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif

pada pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable.


3) Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit
residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien
dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol
(Stadium II lanjut dan Stadium III).

7
Seorang dokter bernama Dr.Edo yang berumur 56 tahun, dengan latar belakang pendidikan
dokter spesialis penyakit dalam, berusia 56 tahun. Saat liburan dipantai bersama keluarganya,
dokter ini terjatuh dan mengeluhkan sakit pada bagian pantatnya. Saat berak keluar darah yang
menyertai fesesnya, dengan latar belakang pendidikannya dan statusnya sebagai dokter dia
memvonis itu adalah hemoroid yang bisa diatasi dengan obat-obatan tertentu. Setelah 6 bulan
kemudian, dokter itu dilarikan kerumah sakit karena merasakan ada sesuatu pada bagian dalam
duburnya, terasa sangat keras, awalnya dokter ini mengalami diare kurang dari 3 bulan dan 2
bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit mulai terasa berbutir-butir. Setelah dikaji, ternyata
dokter ini memiliki riwayat keluarga penyakit kanker. Selama dirumah sakit pasien nampak
lemas dan kurang nafsu makan. Dilakukanlah pemeriksaan laboratorium dan dari hasil
pemeriksaan perawat mengatakan bahwa diagnosa dari dokter adalah kanker rektum stadium 3.
Sehingga direkomendasikan dari dokter agar dilakukannya tindakan pembedahan,radioterapi,dan
kemoterapi pada pasien.

Prinsip Legal Etik :


PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS
Keputusan Etis adalah : keputusan tentang apa yang benar dan apa yang salah, keputusan
yang sering sulit dan rumit. Sementara sikap dan keputusan etis mau tidak mau harus di
lakukan, tidak bisa di hindari, karena ia bagian dari hidup manusia.
Teori dasar/prinsip etika, merupakan penentun untuk membuat keputusan etis praktik
profesional, teori etik di gunakan dalam pembuat keputusan bila terjadi konflik antara
prinsip dan aturan.

PRINSIP-PRINSIP ETIK KEPERAWATAN


Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk
melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tersebut
dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral.
Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan pada kasus yaitu :
1. Autonomy (penentuan pilihan)

8
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan
induvidu secara holistik.
Contoh : seperti pada kasus pasien memiliki hak untuk mengambil keputusan tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya, dimana pada kasus pasien direkomendasikan
untuk melakukan tindakan pembedahan, radiasi dan kemoterapi sehingga sebelum dilakukan
tindakan harus meminta persetujuan dari pasien terlebih dahulu.

2. Non Maleficence (do no harm)


Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi
kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya
dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak
disengaja.
Pada kasus Dr Edo terkena ca rekti sudah stadium 3 dan perlu mendapat penanganan
segera,sehingga perawat harus melakukan tindakan yang tidak merugikan pasien.

3. Beneficence (do good)


Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan
dengan baik yaitu mengimplementasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.
Dimana perawat harus memberikan yang terbaik terhadap perawatan pasien.

4. Veracity (kejujuran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran.
Pada kasus perawat berperan untuk mengatakan masalah yang terjadi pada pasien dan
mengatakan kebenaran yang sejujurnya tentang penyakit pasien.

NURSING ADVOCACY
Advokasi adalah kegiatan memberitahukan dan mendukung individu guna membuat keputusan
yang terbaik bagi. Sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan klien. Advokasi: Perawat
menggunakan skill sebagai pendidik, konselor dan leader guna melindungi dan mendukung hak
pasien.
9
a. Peran Advokasi
Coach (pelatih) Memberikan bimbingan dan dorongan
Advisor ( penasehat) Sumber utama yang memberikan saran bagaimana mencapai
yang terbaik, bgm mengantisipasi masalah
Referral Sources ( sumber rujukan ) Menggunakan sumber-sumber yang
tersedia dalam membantu menganalisa masalah dan menanganinya.
Mentor ( penasehat) sebagai model perilaku yang mendorong klien,
mempertahankan rasa percaya diri, menunjukkan kemampuan dalam menangani
masalah.

b. Prinsip-prinsip advokasi
Advokasi ditujukan pada kebutuhan klien, hak klien dan perhatiannya terhadap masalah.
Advokasi merupakan nilai-nilai yang didasarkan pada etika
Advokasi bertujuan mempertahankan prinsip keadilan

c. Menjadi advokat yang baik bagi klien


a. Percaya terhadapd diri sendiri. Yakin bahwa banyak yang dapat dilakukan
b. Mengatur
c. Identifikasi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi atau hak-hak klien. Apa masalahnya,
dengarkan dengan seksama masalahnya dan bantu.
d. Pahami aturan-aturan yang ada dan dampaknya terhadap klien
e. Pendekatan secara sistematis :
Kenali masalahnya
Identifikasi semua faktor yangg berhubungan.
Perjelas masalahnya
Buat rencana
Laksanakan
Dokumentasikan
Dengarkan klien secara hati-hati
Hasil yang akan dicapai (apa yang dicapai dan tdk dicapai)
Identifikasi kebutuhan pengembangan dan masalah yang dihadapi.
Ketahui sumber-sumber yangg tersedia, kaji faktor penghambat dan bgm
meminimalkan
Terbuka dan berkomunikasi dengan baik.
Lakukan feedback
Respect terhadap klien : budaya yang berbeda, keyakinan-keyakinan dan ide-ide.
Apabila tidak mampu menyelesaikan sendiri libatkan yang lain.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi FC et al. Schwartzs principles of surgery. 8th edition. United States America :
McGraw Hill, 2005.826-42.
2. Cuschieri, Alfred et.al. Clinical Surgery. Blackwell Publishing company. UK. Second edition:
2003
3. Doherty, Gerard M. Current Diagnosis and treatment: Surgery. McGraw-Hill Companies.
USA. 13th edition: 2010
4. Lesmana L. Batu Empedu dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000.380-4.
5. Naeem, muhammad., et.al., 2012. Assessment of Characteristics of Patient with
Cholelithiasis from Economically Deprived Rural Karachi, Pakistan. BMC Research Note 5:
334
6. Reshetnyak, Vasiliy Ivanovich. 2012. Concept of the Pathogenesis and Treatment of
Cholelithiasis. World J Hepatology 4(2): 18-34
7. Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.459-64.
8. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. 570-9.
9. Wang, Helen H. 2008. Effect of ezetimibe on the Prevention and Dissolution of Cholesterol
Gallstone. Gastroenterology 134 (7) 2101-2110.
10. Hanafiah, M.Jusuf dan Amri Amir. 1998. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Medan:
EGC

12

Anda mungkin juga menyukai