PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2002). Selain itu masalah yang sering muncul adalah nyeri (akut) berhubungan
dengan peregangan dari terminal syaraf, disuria, resistensi otot prostat, efek
mengejan saat miksi, efek sekunder dari obstruksi uretra, nyeri pascabedah.
tanggal 7 Januari 2013 di Ruang Bougenvile RSUD Nganjuk pada lima pasien
BPH ditemukan tiga mengalami gangguan eliminasi urine dan dua mengalami
eliminasi urine.
Menurut WHO pada tahun 2010 terdapat 600 juta penderita BPH di
1
2
menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih, biasanya terjadi
pada usia lanjut. Jika dilihat secara umumnya diperkirakan hampir pria di
Indonesia yang berusia di 60 tahun angka terjadinya sekitar 50%, pria usia 80
tahun sekitar 80% (Purnomo, 2011). Angka kejadian BPH yang pasti belum
hospital di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2010, BPH merupakan
tahun, 75% dengan retensi urine (Amalia, 2011). Dan berdasarkan data hasil
rekam medik yang didapat dari RSUD Nganjuk pada tahun 2009 jumlah
penderita BPH sebanyak 8 orang, paada tahun 2010 jumlah penderita BPH
sebanyak 60 orang, pada tahun 2011 jumlah penderita BPH sebanyak 45 orang
Pada BPH terjadi pembesaran prostat, jika prostat membesar akan meluas
berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya
urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir yang masih akut
menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan
(Muttaqien, 2011). Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria akan
(Sjamsuhidajat, 2005).
pada pasien BPH dapat dilakukan dengan cara mengajarkan tekhnik bladder
diatas maka penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn.
X (65 Tahun) dengan Ganggun Eliminasi Urine pada BPH (Benigna Prostat
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Pengumpulan Data
1. Interview
2. Studi dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan melihat data yang sudah ada dalam
3. Studi Kepustakaan
4. Observasi
melihat, dan mencatat jumlah data taraf aktifitas tertentu yang ada
5. Pemeriksaan Fisik
maupun sedikit tekanan pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan
D. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini disusun secara sistematis menjadi lima bab dengan
BAB I : PENDAHULUAN
evaluasi keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
BAB II
KONSEP TEORI
1. Definisi
dari kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ritriksi pada
2. Etiologi
kelenjar prostat.
mati.
3. Klasifikasi
a. Stadium I
b. Stadium II
walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa
c. Stadium III
d. Stadium IV
4. Patofisiologi
oleh kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher
keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor menjadi lebih
prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala
10
miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum
puas setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak
Karena produksi urine terus terjadi, maka satu saat vesika urinaria
vesiko ureter dan dilatasi ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak dan
terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari
hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media
5. Gambaran Klinis
iritasi.
prostatika.
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa
belum puas.
1) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Sedimen urin
saluran kemih.
2) Kultur urin
diujikan.
b. Pencitraan
3) Ultrasonografi
tumor.
4) Systocopy
8. Penatalaksanaan Medis
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan keluhan
(1) jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, (2)
b. Terapi medikamentosa
urine.
denyut jantung.
3) Fitoterapi
c. Operasi
1) Prostatektomi terbuka
2) Endourologi
energi Laser.
logam super alloy, nikel, atau titanium. Dalam jangka waktu lama
bahan ini akan diliputi oleh urotelium sehingga jika suatu saat
daerah penis.
setiap tahun.
9. Komplikasi
ginjal.
20
PATHWAY BPH
Hiperplasia prostat
Prod. Testosteron
Pe
Kelemahan otot Detrusor Nyeri pe
Hidronefrosis
B. Manajemen Asuhan Keperawatan
a. Definisi
b. Fisiologi
uretra.
a) Ginjal
1
22
23
b) Ureter
yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit. Pada pertemuan antara
d) Uretra
c. Proses Berkemih
dikeluarkan (berkemih).
26
c) Baunya tajam.
adalah :
27
1) Usia
2) Diet
keteraturan defekasi.
organ perkemihan.
3) Cairan
4) Latihan fisik
tonus otot. Tonus otot yang baik dari otot-otot abdominal, otot
5) Stres Psikologis
6) Temperatur
7) Nyeri
berada dalam keadaan nyeri sulit untuk makan, diet yang seimbang
8) Obat-obatan
retensi urine.
1) Retensi Urine
normal dalam vesika urinaria sebesar 250 - 450 ml, dan sampai
ml)
asupannya
Penyebab
lemah
2) Inkontinensia Urine
3) Enuresis
4) Ureterotomi
penyakit.
obat tertentu.
transparan. pus.
33
dapat disaring
melalui ginjal.
bawah.
hanya bersifat
sementara, misalnya
pada seseorang
banyak.
h. Pelaksanaan Keperawatan
1) Melakukan Kateterisasi
Indikasi :
Tipe intermiten
Tipe Indwelling
c) Obstruksi uretra
c) Duk steril
d) Minyak pelumas/jeli
g) Pinset anatomi.
h) Bengkok.
i) Urinal bag.
j) Sampiran.
Prosedur Kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur
atau saflon.
h) Beri minyak pelumas atau jeli pada ujung kateter (kurang lebih
atau abdomen.
l) Rapikan alat.
m) Cuci tangan.
2) Bladder Training
Pengertian :
kandung kemih.
Prosedur kerja :
direnggangkan.
(3) Ulangi latihan tersebut 5-6 kali pada tahap awal dengan
tiap hari.
Hiperplasia)
a. Pengkajian
lingkungan.
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
seksual.
atau berulang.
pembedahan terdahulu.
perlu dikaji .
a) Pola Nutrisi
b) Pola eliminasi
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
disfungsi seksual.
b) Tanda-tanda Vital
(1) Kepala
(2) Mata
lainya.
(3) Hidung
pada tenggorok.
(5) Leher
(6) Thorak
Paru-paru :
43
stridor).
(7) Jantung
teraba.
(8) Abdomen
(9) Genetalia
(10) Ekstremitas
b. Diagnosa Keperawatan
Muttaqien (2011).
uretra.
45
invasif diagnostik.
uretra.
Kriteria hasil :
a) Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan.
kandung kemih.
pancaran urine.
intervensi.
46
substansi.
suprapubik.
pertumbuhan bakteri.
indikasi.
Kriteria hasil :
mengalami infeksi.
reguler.
perineal)
drainase purulen.
invasif diagnostik.
Kriteria hasil :
membantu.
dilakukan.
atau perasaan.
sebelumnya.
pemberian informasi.
51