Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD

Siklus Keperawatan Medikal Bedah 1

Ol

OLEH:

Mita Sumita
(1641312032)

Pembimbing akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2017
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu peritoneum, suata

organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam

parietas muskuloaponeurotik dinding abdomen, yang normalnya tak dapat

dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia menurut

Sjamsuhidajat (1997: 700) hernia merupakan protusi atau tonjolan isi organ,

melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang, bersangkutan.

Hernia adalah merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia adalah

menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui

sebuah defek kongenital atau yang didapat. Hernia paling sering terjadi pada

rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular abdomen konginental

atau didapat (Monika Ester, 2004).

Hernia Inguinalis adalah visera menonjol ke dalam kanal inguinal pada

titik di mana tali spermatik muncul pada pria,dan di sekitar ligamen wanita.

Hernia Inguinalis Indirek disebut hernia Inguinalis Lateralis yaitu hernia yang

keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak

lateral dari pembuluh epigastrik inferior, kemudian masuk ke dalam kanalis

inguinalis(Monika E.2002.

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui saraf anulus

inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,

menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis

(Mansyoer, 2000: 314). Definisi lain dari hernia inguinalis lateralis adalah

penonjolan dari daerah perut pada daerah lateral pembuluh epigastrikal inferior
yang langsung melalui dua pintu yaitu anulus dan kanalis

inguinalis,(Syamsuhidayat, 1997- 707).

Menurut Long (1996: 246), macam-macam hernia adalah sebagai berikut:

1. Inguinal:

a) Indirek (HIL): Batang usus melewati cincin abdomen dan

mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis

inguinalis.

b) Direk (HIM): Batang usus melewati dinding inguinal

bagian posterior, umumnya sering terjadi pada orang tua.

2. Femoral: Batang usus melewati femoral ke bawah kedalam kanalis

femoralis

3. Umbilikal: Batang usus melewati cincin umbilikal.

4. Incisional: Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan

parut yang melemah

5. Skrotalis: Kantong hernia terletak berada di dakam, kromaster

terletak anteromedial terhadap vasdeferens dan struktur lain dalam

tali sperma.

B. Etiologi

1. Faktor faktor Penyebab Hernia

Penyebab terjadinya hernia antara lain

1. Kongenital / Herediter

Terjadi sejak lahir adanya defek pada suatu dinding rongga

(Mansjoer, 2000). Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis,

pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka,

sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis

belum tertutup. Tapi kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak usia
ini hanya beberapa persen. Umumnya disimpulkan bahwa adanya

prosesus vaginalis yang patent bukan merupakan penyebab tunggal

terjadinya hernia inguinalis lateralis, tetapi diperlukan faktor lain,

seperti anulus inguinalis yang cukup besar (Karnadihardja, 2005).

2. Didapat (akquisita)

Hernia ini didapat oleh suatu sebab yaitu umur, obesitas,

kelemahan umum, lansia, tekanan intra abdominal yang tinggi dan

dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis, gangguan proses

kencing, kehamilan, mengejan saat miksi, mengejan saat defekasi,

pekerjaan mengangkat benda berat (Mansjoer, 2000).

1) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam

penyelidikan penyelidikan epidemiologi. Angka angka

kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan

menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmojdo, 2003).

Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomaly

congenital atau sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat

di jumpai pada semua usia, lebih banyak pada pria dari pada

wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan

pintu masuk pada annulus internus yang cukup lebar sehingga

dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan

pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu

yang cukup lebar tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal


adalah, adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian

tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut

karena usia (Karnadihardja, 2005).

Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur, karena

meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan didalam rongga

perut, dan kelemahan otot dinding perut karena jaringan penunjang

berkurang kekuatannya (Jeffry, 2008).

2) Pekerjaan

Hernia dapat disebabkan oleh pekerjaan mengangkat benda

berat yang menyebabkan tekanan intra abdominal yang tinggi dan

dalam waktu yang lama (Mansjoer, 2000). Pekerjaan

memungkinkan keterpaparan individu terhadap suatu penyakit

tertentu dalam lingkungan pekerjaan yang mungkin tidak

didapatkan pada lingkungan pekerjaan lainnya.

Pekerjaan mengangkat benda berat dalam kurun waktu yang

lama dapat menyebabkan hernia (Mansjoer, 2000). Lama bekerja

adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja

disuatu tempat (Handoko, 2002).

3) Jenis Kelamin

Hernia lebih banyak ditemukan pada laki laki dari pada

wanita. Pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus

yang cukup melebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi

hernia (Ester, 2001).


4) Penyakit lain

Salah satu penyebab hernia adalah batuk kronik dan hipertropi

prostat dapat meningkatkan tekanan intra abdomen yang terus

menerus sehingga dapat menyebabkan terjadinya hernia (Mansjoer,

2002).

Batuk kronis adalah batuk yang tidak menghilang. Batuk

kronis bukan suatu penyakit tetapi gejala dari penyakit penyakit

lain. Batuk kronis yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen

sehingga secara kronis mendesak keluar organ dalam perut. Orang

yang mempunyai penyakit batuk kronis, pola makan, pola makan

kurang serat sehingga buang air besar tidak lancar (Jakartaspot,

2006).

Batuk kronis, hypertrophy prostat, ascites bisa meningkatkan

tekanan intra abdomen yang terus menerus sehingga dapat

menyebabkan terjadinya hernia (Zahra, 2009).

5) Mengejan

Mengejan saat miksi dan defekasi dapat meningkatkan tekanan

intra abdominal yang tinggi, sehingga bila terjadi terus menerus

dapat menyebabkan hernia (Mansjoer, 2000).

6) Obesitas

Obesitas/kegemukan adalah keadaan patologis dengan

terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari pada yang

diperlukan untuk fungsi tubuh (Manjoer, 2000). Kegemukan

merupakan salah satu penyebab terjadinya hernia, karena terjadi

peningkatan tekanan intra abdominal sehingga dapat mendorong isi

hernia masuk melalui pintu yang sudah terbuka (Manjoer, 2000).


C. Klasifikasi Hernia

Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:

1. Hernia eksterna yaitu jenis hernia dimana kantong hernia

menonjol secara keseluruhan (komplit) melewati dinding

abdomen seperti hernia inguinal (direk dan indirek), hernia

umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika.

2. Hernia intraparietal yaitu kantong hernia berada didalam dinding

abdomen.

3. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam

rongga abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital

maupun yang didapat.

4. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat

keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk

lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan

nyeri atau gejala obstruksi usus.

5. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak

dapat kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh

perlengkatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia

ini disebut hernia akreta, merupakan jenis hernia ireponibel yang

sudah mengalami obstruksi tetapi belum ada gangguan

vaskularisasi.

6. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan

vaskularisasi. (Stead, 2003)


D. Tipe-tipe Hernia

1. Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis adalah penonjolan dari organ atau sebagian

dari organ tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena

sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih

banyak pada lelaki ketimbang perempuan. Berbagai faktor penyebab

berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus

yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi

hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi

hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu (Mansjoer,

2000).

Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik,

hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites sering disertai hernia

inguinalis. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian- bagian

yang membatasi annulus internus turut kendur. Pada keadaan itu

tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan

lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis

inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup

sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.

Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan

milio inguinalis dan milioforalis setelah apendektomi (Ester, 2001).


2. Hernia Skrotalis

Hernia skrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis

dan turun ke kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian

anterior dan lateral, yang dapat mencapai skrotum, hernia ini disebut

juga hernia inguinalis indirect (Samsudin, 2006).

3. Hernia Femoralis

Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan

kantong di bawah ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare

di medial dan vena femoralis dilateral. Hernia ini sering ditemukan

pada wanita dibanding laki laki dengan perbandingan 2:1 dan pada

umumnya mengenai remaja dan sangat jarang pada anak anak. Pintu

masuk dari hernia inguinalis adalah anulus femoralis, selanjutnya isi

hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong

sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar

dari fosa ovalis di lipat paha.

Hernia femoralis disebabkan oleh peninggian tekanan intra

abdominal yang kemudian akan mendorong lemak preperitonial ke

dalam kanalis femoralis yang akanmenjadi pembuka jalan terjadinya

hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas

dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Penderita dengan

hernia femoralis sering mengeluhkan nyeri tanpa pembengkakan yang

dapat di palpasi dalam lipat paha. Nyerinya bersifat nyeri tumpul dan

jika telah terjadi obstruksi dapat menimbulkan muntah dan gangguan

konstipasi. Hernia femoralis sering terjadi inkaserata dan biasanya

terjadi dalam 3 bulan atau lebih. Apabila sudah terjadi inkaserata

maka penderita akan merasakan nyeri yang begitu hebat dan dapat

terjadi shok. Pembengkakan sering muncul di bawah ligamentum

inguinal (Schwart, 2000).


4. Hernia Umbilikalis

Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia

umblikalis lebih sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan

kehamilan berulang ulang merupakan prekusor umum. Asites sering

mengekserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum

terjadi. Ruptura sering terjadi pada sirosis asitik kronik, suatu kasus

dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas nevus

peritoneal secaradarurat.

Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara

spontan tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm

atau kurang. Perbaikan diindikasikan pada bayi dengan defek hernia

yang diameternya lebih besar dari 2,0 cm dan dalam semua anak

dengan hernia umbilikalis yang masih ada pada usia 3-4 tahun.

Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo.

Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis

superior dan inferior. Hernia umbilikalis lebih besar, lebih suka

ditangani dengan protesis (Schwart, 2000).

5. Hernia Paraumbilikalis

Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah

di garis tengahdi tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi

kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga

dibutuhkan operasi koreksi (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).


6. Hernia Sliding

Kondisi spingter kardia membesar, yang memungkinkan satu

bagian lambung melewati rongga torak. Pada hernia sliding lambung

atas dan pertemuan gastroesofagus berubah tempat kedalam torak.

Refluk tampak disebabkan oleh pemajanan sfingter esophagus bawah

(SEB) pada tekanan rendah di toraks. Masalah utama berkenaan

dengan hernia sliding adalah terjadinya refluk. Pada hernia sliding,

SEB tetap dibawah diafragma sehingga refluks tidak menjadi masalah

(Brunner & Suddarth, 2002).

7. Hernia Hiatal

Hernia hiatal adalah esophagus masuk abdomen melalui

lubang diafragma, dan mengosongkan diri pada ujung bawah keadaan

bagian atas lambung. Normalnya, lubang dalam diafragma

mengelilingi esofagus dengan kencang, dan lambung berada

separuhnya dalam abdomen. Pada kondisi yang disebut hernia hiatal

lubang diafragma yang melewati esofagus menjadi membesar dan

bagian atas lambung cenderung untuk menggerakkan ke atas bagian

bawah torak. Hernia hiatal lebih sering terjadi pada wanita daripada

pria. Regurgitasi dan disfungsi motorik menyebabkan manifestasi

mayor hernia hiatal. Komplikasi hernia hiatal meliputi obstruksi,

strangulasi, dan terjadinya volvulus (Brunner & Suddarth, 2002).


8. Hernia Richter

Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernia

yang pertama kali ditemukan pertama kali oleh Richter (1778) ini

jarang ditemukan, kebanyakan ditemukan pada hernia femoralis atau

obturatoria. Biasanya sebagian dinding usus antemesenterial

mengalami inkaserasi karena pintu hernia kecil dengan tepi keras dan

tajam. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan

hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosa pada waktu laparatomi.

Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi sehingga terjadi

perforasi usus yang pada hernia femoralis tampak seperti abses di

daerah inguinal (Brunner & Suddarth, 2002).

9. Hernia Omfalokel

Protrusi visera abdominal kedasar korda umbilical kantong

tertutup peritoneum tanpa kulit (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).

10. Hernia Usus

Hernia yang terjadi karena organ masuk dan jaringan subkutan,

lapisan otot atau aponeurosis. Peritoneum parietale dan jaringan

preperitoneal, kantong hernia dengan usus yang dibagi menjadi 4

yaitu:

7) Hernia reponibel tanpa inerserasi dan strangulasi

8) Hernia ireponibel atau hernia akreta karena perlekatan

9) Hernia interserata atau hernia akreata karena perlekatan

10) Hernia strangulate, ileus obstruksi, terjadi nekrosis sampai

gangrene karena peradaran darah terganggu (Sjamsuhidayat &

Jong, 1997).
E. Anatomi dan Fisiologis

1. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi hernia Inguinal

Sumber : www.google.hidroxygenplus.blogspot.com

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis

internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan

aponeurosis muskulo-tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas

tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,bagian

terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus. Atapnya adalah

aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya terdapat

ligamentum inguinal.

Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum

pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis

lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus

yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia


1
3
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut,

tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis

(Sjamsuhidayat, 2004).

2. Fisiologis

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada

bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.

Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum

sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus

vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami

obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut

namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena

testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih

sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga

terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup

pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).

F. Patofisiologi

Hernia inguinalis dan berbagai jenis hydrocele pada anak-anak diakibatkan

adanya patent processus vaginalis (PPV) yang tidak menutup setelah proses

penurunan testis 1
4
Gambar 1. Gambaran skematik anatomi normal dari funiculus spermatikus

dan kanalis inguinalis

Gambar 2. Hidrokel komunikan yang terjadi ketika terjadi patentprocessus

vaginalis sepanjang kanalis inguinalis

1
5
Gambar 3. Herniasi dari usus kedalam scrotum pada hernia inguinalis lateralis

Terjadinya hernia inguinalis pada anak-anak berhubungan secara langsung

dengan proses penurunan dari perkembangan gonad. Pada fetus , processus vaginalis

petama kali tampak sebagai penonjolan dari cavum peritoneum pada bulan ketiga

masa gestasi. Testis terbentuk pada rongga retroperitoneum embrio dekat dengan

ginjal dan menempati kanalis interna pada bulan ketujuh. Processus vaginalis

memanjang melewati canalis inguinalis kearah skrotum dan memberikan jalur untuk

dilewati testis ke skrotum. Setelah terjadi penurunan testis , pada beberapa bulan

awal kehidupan, processus meutup kecuali bagian terminal sekitar testis yang dikenal

sebagai tunicavaginalis.

Caliber dari patent processus menentukan apakah akan terjadi hernia atau

hidrokel. Caliber kecil hanya dapat dilalui oleh cairan peritoneum yang berkembang

menjadi hidrokel komunikan, dan caliber yang besar dapat dilalui oleh organ

intraabdomen sehingga terjadi hernia inguinalis. Penutupan spontan dari processus

terjadi bervariasi pada anak-anak. Pada beberapa didapatkan 40% patent processus

vaginalis menutup pada beberapa bulan pertama kehidupan, 20% terjadi pada usia 2
1
tahun. Karena testis yang kiri turun terlebih dahulu sebelum yang kanan, menjelaskan 6
mengapa hernia sebelah kanan memiliki angka insidens yang lebih tinggi

dibandingkan yang kiri.

Semua hernia inguinalis lateralis terjadi karena adanya patent processus

vaginalis, tapi tidak semua pasien dengan patent processus vaginalis berkembang

menjadi hernia. Pada beberapa penelitian hernia dewasa processus kontralateral

didapatkan pada 12-14 % dan dari kesemuanya hanya 12 14% yang berkembang

menjadi hernia. Karena incidens keseluruhan dari hernia 1 2% dan insidens patent

processus vaginalis 12 14%, secara klinis didapatkan hanay 8 12 % dari pasien

tersebut yang berkembang menjadi hernia. Dari data tersebut dapat disimpulkan

bahwa terbukanya kanalis interna tidak sertamerta menimbulkan hernia. Mungkin

terdapat beberapa factor lain yang mempengaruhi timbulnya hernia.

Beberapa faktor lain seperti aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan

mengejan pada saat defekasi dapat memacu meningkatnya tekanan intraabdominal yang

menyebabkan defek pada dinding otot ligament inguinal akan melemah sehingga akan

terjadi penonjolan isi perut pada daerah lateral pembuluh epigastrika inferior fenikulus

spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hernia. Mengangkat berat juga

menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera traumatik karena

tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan kelemahan otot, maka

individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia dapat dipindahkan ke rongga

abdomen dengan manipulasi, hernia disebut redusibel ( Doenges, 2000)

Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya

dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungandengan rongga perut.

Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan

konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung,
1
7
muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah

benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat 2004).

G. Manifestasi Klinik

Beberapa pasien mengatakan hernia adalah turun berok, burut, atau

klingsir, atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan.

Benjolan bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan jika menangis

sambil mengejan, atau mengangkat beban yang berat dan bila posisi pasien

berdiri dapat timbul kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat ditemukan

nyeri.

Keadaan umum pasien biasanya terlihat baik, saat benjolan tidak

Nampak dan saat pasien disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam

keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang

sudah tampak benjolan, harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat

dimasukkan kembali atau tidak. Pasien diminta berbaring bernapas dengan

mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu skrotum diangkat

perlahan-lahan.

Diagnosa pasti hernia pada umumnya sudah dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan cincin hernia juga perlu diperiksa.

Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum

pubikum. Ikuti fasikulus spermatikus sampai ke annulus inguinalis internus.

Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan

dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa

tersebut menyentuh ujung jari maka itu dinamakan hernia inguinalis lateralis,
1
8
sedangkan bila menyentuh sisi jari maka diagnosisnya adalah hernia
inguinalis medialis (Mansjoer, 2002).

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas

lateral dari tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke

anulus inguinalis internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat

masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia

inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah

hernia inguinalis medialis (Samsudin, 2006).

Selain itu, pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan dengan

cara:

1. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap

2. Pemeriksaan Rontgen spinal dan endoskopi

3. Test leseque (mengangkat kaki lurus keatas)

4. CT-Scan dan MRI

1
9
I. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medical

Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara

mekanis berkurang. Suatu penyokong dapat digunakan untuk

mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang

diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia

setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah

hernia dari kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit

di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan ( Ester, 2002).

2. Penatalaksanaan bedah

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomy,

hernioplastik, dan herniorafi. Pada herniotomy, dilakukan pembebasan

kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia

dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia

dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik, dilakukan

tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat

dinding belakang kanalis inguinalis ( Sjamsuhidayat, 2004).

Herniorafi dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara

langsung di atas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke

rongga perineal, kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang

di atas area tersebut. Laparoscopic Extraperitoneal (LEP) herniorafi 2


0
merupakan tehknik terbaru yang angka keberhasilannya lebih tinggi

dengan meminimalisasi kekambuhan, nyeri, dan periode recovery post

operasi lebih pendek (Black, 2006).


J. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat timbul adalah :

1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia

sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini

disebut hernia inguinalis ireponibel. pada keadaan ini belum ada

gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering

menyebabkan keadaan ireponibel adalah omentum, karena mudah

melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar

karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan

ireponibel daripada usus halus.

2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya

usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi

usus diikuti dengan gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan

ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata

akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan

obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan

kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi

gelisah.

Komplikasi lain :

a. Perlekatan/ hernia akreta

b. Hernia irreponibel

c. Jepitan vaskularisasi terganggu

iskhemi gangrene n

nekrosis 2
1
d. Infeksi

e. Obstipasi obstruksi / konstipasi

f. Hernia inkarserata illeus


g. Hematoma skrotalis

h. Hidrokel (Carpenito, 2001).

I. WOC (Terlampir)

2
2
2
3

Anda mungkin juga menyukai