Disusun Oleh :
AIS MARWAH
P.1337420916003
2017
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013)
World Health Organization (WHO) mendifinisikan bayi berat badan lahir rendah
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gastasi berat lahir yaitu bayi yang di timbang dalam 1 jam setelah bayi lahir
(Hanifah, 2010)
2. Klasifikasi
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir
rendah dibedakan dalam (Abdul Bari Saifuddin, 2001) :
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1.500 gram - 2.500 gram
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir kurang dari1.500 gra
c. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER),berat lahir kurang dari 1.000gram
Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas, bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) dapat dikelompokkan menjadi prematuritas murni dan dismaturitas :
a. Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (berat badan
terletak antara persentil ke-10 sampai persenti ke-90 pada intrauterine growth
curve Lubchenko).
b. Dismaturitas
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1999) IUGR dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu.
2) Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR
pada dismatur adalah :
a) Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)
b) Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali
pusat).
c) Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan)
d) Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah
3. Etiologi
a. Faktor Ibu
1) Penyakit :
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya :perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,toksemia gravidarum, dan nefritis
akut.
2) Usia ibu :
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi
gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah ialah pada usia
antara 26 35 tahun
3) Keadaan sosial ekonomi :
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasanantenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada
bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.ternyata lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
4) Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
b. Faktor janin
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
c. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
4. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
a. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan
seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
b. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan
BBLC.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 34 minggu.
Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada
bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan
lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga
menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu)
juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori
yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan
sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan
kebutuhan akan kalori.
5. Pathways
Terlampir
6. Manifestasi Klinis
a. Berat badan kurang dari 2500gram, panjang badan kurang 46 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan.
d. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
e. Ubun-ubun dan sutura melebar.
f. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
g. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-
olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
h. Genitalia belum sempurna, testis belum turun ke dalam skrotum dan untuk bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
i. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
j. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflex isap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak aktif, dan tangisan lemah
7. Pentalaksanaan Medis
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan, perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar
maka yang perlu diperhatikan :
a. Mempertahankan suhu dengan ketat; BBLR mudah mengalami hipotermia,
oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat; BBLR sangat rentan
terhadap infeksi, perhatikan prinsif prinsif pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi; refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
d. Penimbangan ketat, perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh bayi, oleh sebab itu penimbangan berat
badan dilakukan secara ketat.
8. Komplikasi
a. Hipotermi
Dalam kandungan , bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil
yaitu 360 sampai dengan 370C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu
lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu, hipotermi dapat terjadi karena
kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi
panas sangat terbatas akibat pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai,
lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya system saraf pengetur suhu tubuh,
luas permukaan tubuh relative lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga
mudah kehilangan panas.
b. Sindrom Gawat Napas
Kesukaran pernapasan pada bayi premature dapat disebabkan belum sempurnanya
pembentukan membrane hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang
dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru.
Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi
sehingga untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks
yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
c. Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemi dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan
sumber utama energy selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin
tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan
janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam pertama,
sedangkan bayi BBLR dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini disebabkan glikogen yang
belum mencukupi. Hipoglikemi bila kadar gula darah sama dengan atau kurang
dri 20 mg/dL.
d. Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir
masa kehamilan. Bayi premature mudah menderita infeksi karena imunitas
humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain
itu, karena kulit dan selaput lendir membrane tidak memiliki perlindungan seperti
bayi cukup bulan.
e. Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzim
glukorinil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubun direk
belum sempurna, dan kadar album darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringn ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada bayi
premature 10mg/dl.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BBLR
1. PENGKAJIAN
a. Identitas bayi
b. Identitas ibu
c. Identitas ayah
d. Riwayat kelahir yang lalu
e. Status Gravida
1) Gravida, Partus, Aborsi
2) Usia kehamilan
3) Pemeriksaan Antenatal
4) Komplikasi Antenatal
f. Riwayat persalinan sekarang
g. Keadaan bayi saat lahir
h. Keluhan utama bayi atau riwayat keluhan utama
i. Pengkajian Fisik
1) Kardiovaskular
Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 per menit pada bagian apical dengan
ritme yang teratur, pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke
kiri karena hipertensi atau atelektasis paru.
2) Gatrointestinal
Penonjolan abdomen ; pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu
12 jm; reflex menelan dan menghisap yang lemah ; ada atau tidak ada anus;
ketidaknormalan congenital lain.
3) Integumen
Kulit yang berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan, sianosis,
atau campuran bermacam warna, dengan rambut lanugo di sekujur tubuh,
kurus, kulit tampak transparan, halus dan mengkilap; edema yang menyeluruh
atau bagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran; kuku oendek belum
melewati ujung jari.
4) Muskuloskeletal
Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak;
tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak; gerakan lemah dan tidak aktif atau
letargik.
5) Neurologis
Reflex dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak reflex
hanay berkembang sebagian; menelan , mengisap, dan batuk sangat lemah atau
tidak efektif; tidak ada atau menurunnya tanda neurologis; mata mungkin
tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 25 sampai 26
minggu; suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermia; gemetar, kejang, dan
mata berpuar-putar, biasanya bersifat sementara, tetapi mungkin juga ini
mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
6) Paru
Jumlah pernapasan rata-rata antara 40-60 kali per menit diselingi dengan
periode apnea; pernapasan yang tidak teratur, dengan faring nasal (nasal
melebar), dengkuran, terdengar suara gemerisik.
7) Ginjal
Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran; ketidakmampuan untuk melarutkan
ekskresi ke dalam urine.
8) Reproduksi
Bayi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labia mayora yang belum
berkembang, bayi lak-laki : skrotum yang belum berkembang sempurna
dengan ruga yang kecil, testis tidak turun ke dalam skrotum.
9) Temuan sikap
Tangis yang lemah , tidak aktif , dan tremor.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko tinggi gawat pernapasan yang berhubungan dengan ketidakmampuan
paru karena kurang produksi surfaktan.
b. Risiko tinggi hipotermia atau hipertermia yang berhubungan dengan
prematuritas atau perubahan suhu lingkungan.
c. Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
simpanan glikogen, zat besi, dan kalsium yang tidak cukup, dan penipisan
persendian karena metabolic yang tinggi, tingginya kebutuhan, asupan kalori
yang tidak mencukupi, dan hilangnya kalori.
d. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan pengeluaran yang
disebabkan oleh imaturitas, pemanasan radian atau pengeluaran melalui kulit
atau paru.
e. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kurang kekebalan tubuh dan
kemungkinan infeksi silang dari ibu atau staf perawatan.
f. Potensial cedera (asfiksia, aspirasi mekonikum, hipoglikemi, suhu tubuh tidak
stabil, polisitemia) yang berhubungan dengan retardasi pertumbuhan
intrauterine.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi
5. EVALUASI
Evaluasi adalah bagian akhir dari proses keperawatan untuk mengevakuasi semua
tahapan keperawatan seperti diagnosis, yaitu baik actual maupun potensial apakah
tujuan sudah tercapai atau belum dan menggambarkan focus spesifik untuk masalah
yang ada dan apakah sesuai serta dapat diterima oleh klien.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimun. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk pendidikan
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children. (8th Edition)
St. Louis : Mosby Elsevier.
Nanda-International, (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification. First Edition,
United Kingdom.
Rahayu, E., 2010, Koping Ibu terhadap Bayi BBLR (berat badan lahir rendah) yang
Menjalani Perawatan Intensif di Ruang Nicu (neonatal intensive care unit),
http://eprints.undip.ac.id/15039/1/SKRIPSI_ENY_RAHAYU_D._P_G2B006018.pdf
Wong, D.L., Hockenberry, E.M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P (2009). Buku
Ajar : Keperawatan Pediatrik. Edisi 2 ( Alih bahasa : Hartono. A., Kurnianingsuh. S., &
Setiawan). Jakarta : EGC.
. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. (2008). Alih bahasa:
Monica Ester. Edisi 4. Jakarta: EGC