Anda di halaman 1dari 65

Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

POKOK BAHASAN

Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan


Pada Jamaah Haji di Kloter

A. HIPERTENSI
1. Pelayanan Medik
Keadaan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau diastolik
90 mmHg pada seseorang yang tidak mengkonsumsi obat
antihipertensi.
a. Diagnosis
Klasifikasi Tekanan Darah berdasarkan : Joint National
Committee VII

Klasifikasi
TD sistolik TD diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-hipertensi 120 - 139 atau 80-89
Hipertensi stage 1 140 - 159 atau 90-99
Hipertensi stage 2 160 atau 100

b. Anamnesis
Riwayat hipertensi dan Tata Laksananya, kepatuhan minum
obat pasien, tekanan darah rata-rata, riwayat pemakaian
obat-obat simpatomimetik dan steroid, kelainan hormonal,
riwayat penyakit kronik lain, gejala-gejala serebral, jantung,
dan gangguan penglihatan

c. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah pada kedua ekstremitas, perabaan denyut
nadi perifer, bunyi jantung, bruit pada abdomen, adanya

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 16


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

edema atau tanda penumpukan cairan, funduskopi, dan


status neurologis.

Hipertensi akan menyebabkan kerusakan pada beberapa


organ, diantaranya adalah : jantung (hipertrofi ventrikel
kiri,angina, atau riwayat infark miokard, riwayat
revaskularisasikoroner, gagal jantung), otak (strok, TIA),
penyakit ginjalkronik, penyakit arteri perifer,retinopati.

Penyebab hipertensi yang telah didentifikasi : sleep apnea,


akibat obat atau berkaitan dengan obat, penyakit ginjal
kronik, aldosteronisme primer, penyakit renovaskular, terapi
steroid kronik dan sindrom cushing, fekromositoma,
koarkotasio aorta, penyakit tiroid atau paratiroid.

d. Diagnosis banding
Peningkatan tekanan darah akibat white coat hypertension,
rasa nyeri, peningkatan tekanan intraserebral, ensefalitis,
obat, dll.

e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di kloter
sesuai dengan ketersediaan alat antara lain: Urinalisis
dengan menggunakan stik gula darah.Bila dicurigai terdapat
penyakit penyerta dapat dilakukan pemeriksaan: asam urat.
Apabila kondisi jamaah haji semakin memburuk dapat
dirujuk ke institusi pelayanan kesehatan lain. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan rujukan adalah :
1. Aktivitas renin plasma
2. Aldosteron
3. Katekolamin urin
4. Tes fungsi ginjal
5. Elektrolit
6. Profil lipid
7. USG pembuluh darah besar
8. USG ginjal

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 17


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

9. Ekokardiografi
10. foto toraks, dan
11. Elektrokardiografi

f. Pemeriksaan laboratorium

Dilakukan sesuai dengan penyakit dasar, penyakit penyerta,


dan kerusakan organ target

g. Medikasi:

Obat- obat antihipertensi :

Hipertensi tanpa compelling indication :


hipertensi stage 1 (diuretik, penghambat ACE, penyekat
reseptor , penghambat kalsium, kombinasi); hipertensi
stage 2 (kombinasi 2 obat; diuretik tiazid dan
penghambat ACE atau antagonis AII atau penyekat
reseptor atau penghambat kalsium)
Hipertensi dengan compelling indication.
- Gagal jantung : diuretik, penyekat reseptor ,
penghambat ACE, antagonis reseptor AII, antagonis
aldosteron.
- Pasca infark miokard : penyekat reseptor ,
penghambat ACE, antagonis aldosteron.
- Risiko tinggi PJK : diuretik, penyekat reseptor ,
penghambat ACE, penghambat kalsium.
- DM : diuretik, penyekat reseptor , penghambat
ACE, antagonis reseptor AII, penghambat kalsium
- Penyakit ginjal kronik : penghambat ACE, antagonis
reseptor AII.
- Pencegahan strok berulang : diuretik, penghambat
ACE

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 18


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

h. Komplikasi

Hipertrofi ventrikel kiri, proteinuria dan gangguan fungsi


ginjal, aterosklerosis pembuluh darah, retinopati, strok atau
TIA, infark miokard, angina pektoris, gagal jantung.

Keadaan yang perlu diwaspadai pada pasien hipertensi adalah


KRISIS HIPERTENSI yaitu suatu keadaanyang membutuhkan
penanganan segera karena akan mempengaruhi keadaan
pasien selanjutnya. Tingginya tekanan darah bervariasi, yang
terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Krisis Hipertensi dapat dibagi menjadi dua :
1. Hipertensi emergency: situasi dimana diperlukan
penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif
2. Hipertensi urgency: situasi dimana terdapat peningkatan
tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang
berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan
darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.

a. Diagnosis Banding
Penyebab hipertensi emergency:
Hipertensi maligna terakselerasi dan papiledema
Kondisi serebrovaskular: ensefalopati hipertensi, infark
otak aterotrombotik dengan hipertensi berat,
perdarahan intraserebral, perdarahan subarahnoid,
dan trauma kepala
Kondisi jantung: diseksi aorta akut, gagal jantung kiri
akut, infark miokard akut, pasca operasi bypass
koroner
Kondisi ginjal: GN akut, hipertensi renovaskular, krisis
renal karena penyakit kolagen-vaskular, hipertensi
berat pasca transplantasi ginjal
Akibat katekolamin di sirkulasi: krisis feokromositoma,
interaksi makanan atau obat dengan MAO inhibitor,

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 19


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

penggunaan obat simpatomimetik, mekanisme


rebound akibat penghentian mendadak obat
antihipertensi, hiperrefleksi otomatis pasca cedera
korda spinalis
Eklamsia
Kondisi bedah: hipertensi berat pada pasien yang
memerlukan operasi segera, hipertensi pasca operasi,
perdarahan pasca operasi dari garis jahitan vaskular
Luka bakar berat
Epistaksis berat
Thrombotic thrombocytopenic purpura

b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap, ureum, kreatinin, gula
darah, elektrolit. EKG. Pemeriksaan khusus sesuai
indikasi: foto toraks, ekokardiografi, aktivitas renin,
plasma, aldosteron, metanefrin /katekolamin, USG
abdomen, CT scan, dan MRI

c. Tata Laksana
Target Tata Laksana hipertensi emergency adalah
penurunan tekanan darah sampai tekanan diastolik
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial
blood pressure 25% (pada stroke penurunan hanya boleh
20% dan khusus pada stroke iskemik, tekanan darah
baru diturunkan secara bertahap bila sangat tinggi
>220/130 mmHg) dalam waktu 2 jam.

Setelah diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ,


penurunan dapat dilanjutkan dalam 12-16 jam
selanjutnya sampai mendekati normal.

Penurunan tekanan darah pada hipertensi urgency


dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 20


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Hipertensi urgency:
Lama
Obat Dosis Awitan
Kerja

Kaptopril 6,25-50 mg per oral 15 menit 4-6 jam


atau sublingual bila tidak
dapat menelan
Klonidin Dosis awal per oral 0,15 0,5-2 6-8 jam
mg, selanjutnya 0,15 mg jam
tiap jam dapat diberikan
sampai dengan dosis
Labetalol total 0,9 mg 8-12
100-200 mg per oral 0,5-2 jam
Furosemid jam
20-40 mg per oral 6-8 jam
0,5-1
jam

Hipertensi emergency:
Lama
Obat Dosis Awitan
Kerja
Diuretik:
Furosemid 20-40 mg, dapat 5-15 2-3 jam
diulang. Hanya menit
diberikan bila
terdapat retensi
cairan

Vasodilator: Infus 5-100 2-5 5-10


- Nitrogliserin mcg/menit. Dosis menit menit
awal 5 mcg/menit,
dapat ditingkatkan 5
mcg/menit tiap 3-5
menit

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 21


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

- Diltiazem Bolus IV 10 mg (0,25


mg/kgBB),dilanjutkan
infus 5-10 mg/jam

- Klonidin 6 ampul dalam 250


ml cairan infus,dosis
diberikan dengan
titrasi segera 1-2 menit

- Nitroprusid Infus 0,25-10


mcg/kgBB/mnt,
(maksimum 10
menit)

Komplikasi
Kerusakan organ target.

2. Asuhan Keperawatan Pada Klien Hipertensi


a. Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner, penyakit serebro vaskuler
Tanda: kenaikan TD, hipotensi postural, takikardi,
perubahan warna kulit, suhu dingin.
3) Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, factor stress multiple
Tanda: suasana hati, gelisah, tangisan yang meledak,
otot maka tegang, pernapasan menghela, peningkatan
pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 22


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

5) Makanan/ cairan
Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi lemak dan kolesterol
Tanda: BB normal atau obesitas, adanya edema.
6) Neurosensori
Gejala: keluhan pusing/ pening, sakit kepala, berdenyut
sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode
epistaksis
Tanda: perubahan orientasi, penurunan kekuatan
genggaman, perubahan retinal optic.
7) Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit
kepala oksipital berat, nyeri abdomen.
8) Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas,
takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda: distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris
pernapasan, bunyi napas tambahan, dan sianosis
9) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : hipotensi postural
10) Pembelajaran/ penyuluhan pada individu dan keluarga
(termasuk lima tugas keluarga)
Gejala: faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM , penyakit ginjal
Faktor resiko: etnik dan pengguna pil KB

b. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka diagnosis


keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan
hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Risiko penurunan curah jantung


2. Nyeri: sakit kepala

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 23


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi kesehatan,


exercise, diet dan rencana pengobatan

c. Rencana Keperawatan

1. Risiko penurunan curah jantung


a) Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan penurunan
curah jantung tidak terjadi
b) Kriteria hasil:
Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas menurunkan
TD, mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi
jantung stabil dalam rentang normal.
c) Rencana tindakan:
Pantau tekanan darah secara teratur dan anjurkan
keluarga untuk memantau tekanan darah secara
teratur
Anjurkan pada klien dan keluarga untuk
menciptakan lingkungan tenang, nyaman
Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan
pembatasan aktivitas berat sesuai kemampuan
klien
Anjurkan keluarga untuk melakukan tindakan-
tindakan yang nyaman seperti: pijatan punggung
dan leher, meninggikan kepala tempat tidur
Anjurkan dan ajarkan teknik relaksasi, panduan
imajinasi, aktivitas pengalihan
Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan
antihipertensi
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol
tekanan darah

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 24


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

2. Nyeri, sakit kepala


a) Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri: sakit
kepala akan teratasi
b) Kriteria:
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol,
mengungkapkan metode yang memberikan
pengurangan nyeri, mengikuti penatalaksanaan
farmakologi yang diresepkan
c) Rencanaan tindakan:
Anjurkan klien unuk mempertahankan tirah baring
pada fase akut
Berikan tindakan mengurangi gejala sakit kepala
seperti: pijat punggung dan leher,lingkungan
tenang, redupkan lampu kamar
Anjurkan pada klien untuk melakukan aktivitas
dengan perlahan dan bertahap
Anjurkan keluarga untuk memberikan bantuan
sesuai kebutuhan
Ajarkan teknik relaksasi
Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi
yang dapat meningkatkan sakit kepala seperti:
mengejan, batuk panjang dan membungkuk
Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam
ambulasi sesuai kebutuhan (apabila klien
membutuhkan)

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi kesehatan,


exercise, diet dan rencana pengobatan
a) Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan
klien mengenai kondisi, rencana pengobatan akan
meningkat
b) Kriteria hasil:
Klien mampu menyatakan pemahaman tentang
proses penyakit dan regimen pengobatan,

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 25


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan


komplikasi, mempertahankan tekanan darah dalam
parameter normal
c) Rencana tindakan:
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
termasuk orang terdekat
Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah
normal
Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada
jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak
Hindari mengatakan tekanan darah normal dan
gunakan istilah terkontrol dengan baik saat
menggambarkan Tekanan darah klien dalam batas
yang diinginkan
Bantu pasien dalam mengidentifikasi pentingnya
menghentikan merokok dan bantu pasien dalam
membuat rencana untuk berhenti merokok
Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan TD
mandiri
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang obat
yang diresepkan
Hindari atau batasi pemasukan alkohol dan kafein
seperti kopi, teh, cola dan coklat
Sarankan untuk sering mengubah posisi, olahraga
kaki saat berbaring
Dorong klien untuk membuat program olahraga
sendiri seperti olahraga aerobik (berjalan,berenang)
yang klien mampu lakukan
Berikan informasi tentang sumber-sumber
dimasyarakat pada klien dan keluarga agar
memberi dukungan pada klien dalam membuat
perubahan pola hidup

d) Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
dan libatkan anggota keluarga di dalam setiap
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 26
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

melakukan tindakan keperawatan agar klien dan


keluarga memiliki kemampuan kognitif, afektif serta
psikomotor dalam mengatasi masalah hipertensi.
Disamping itu, perawat dapat memanfaatkan sumber-
sumber yang tersedia dalam keluarga dalam rangka
meningkatkan perilaku hidup sehat keluarga.
e) Evaluasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian
(evaluasi) terhadap respon verbal dan non verbal klien
selama melakukan tindakan keperawatan untuk
melihat keberhasilan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan.

Evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang


diberikan adalah:
1. Tekanan darah normal
2. Sakit kepala teratasi
3. Pengetahuan keluarga tentang kondisi, rencana
pengobatan hipertensi meningkat

Tindakan keperawatan lain yang perlu dilakukan pada


jamaah haji hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Edukasi
Lakukan edukasi kepada jamaah haji yang memiliki
riwayat atau yang menderita hipertensi untuk:
1) Dapat mengenali tanda dan gejala yang timbul seperti:
Sakit kepala
Mudah marah
Telinga berdengung
Mata terasa berat atau pandangan kabur
Mudah lelah
Susah tidur
Terasa sakit di tengkuk
Tekanan darah lebih dari normal

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 27


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

2) Bila jamaah haji mengalami tanda dan gejala seperti di


atas, anjurkan agar meminta bantuan untuk segera
diantar ke petugas kesehatan kloter
3) Anjurkan agar dapat melakukan pencegahan
terjadinya hipertensi dengan cara:
Tetap menjaga berat badan ideal
Makan makanan yang bergizi, perbanyak makan
buah, kurangi makanan yang berlemak tinggi dan
tinggi garam
Sempatkan untuk berolahraga
Mengubah kebiasaan hidup dengan mengurangi,
minum kopi, dan merokok
Kontrol teratur ke fasilitas kesehatan kloter
Hindari stress
Dekatkan diri kepada Allah

b. Tindakan keperawatan lain yang perlu dilakukan


1) Berkoordinasi dengan dokter kloter untuk melakukan
visitasi kepada jamaah haji secara berkala dengan
melakukan pemeriksaan tekanan darah
2) Berkoordinasi dengan dokter kloter dalam pemeberian
terapi hipertensi, dengan menganjurkan agar
meminum obat secara teratur sesuai dosis yang telah
ditetapkan dokter
3) Berkoordinasi dengan karu dan karom untuk
memantau keadaan pasien dan melapor melaporkan
kepada petugas TKHI.
4) Menganjurkan agar jamaah haji mengatur waktur
istirahatnya ditengah-tengah pelaksanaan prosesi
ibadah haji.
5) Bila kondisi jamaah haji tidak ada perbaikan dan
memerlukan pertolongan lebih lanjut, segera dirujuk ke
sektor atau BPHI

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 28


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

B. GANGGUAN FAAL PADA GERIATRIK

1. Malnutrisi Pada Geriatri

Keadaan yang disebabkan ketidakseimbangan antara


asupan kalori dan protein dengan kebutuhan tubuh. Pada
geriatrik malnutrisi sulit dikenali karena terjadi berbagai
perubahan fisiologis seiring peningkatan usia, termasuk
perubahan akan kebutuhan zat gizi, serta adanya berbagai
penyakit kronik.

Diagnosis
a. Anamnesis :
asupan gizi, penurunan BB, gangguan mengunyah,
gangguan menelan, status fungsional, penyakit kronis,
depresi, demensia, obat-obatan.
b. Pemeriksaan fisik :
higiene rongga mulut, status gigi-geligi, status neurologis,
kulit kering/bersisik, rambut kemerahan, massa otot,
edema tungkai
c. Antropometrik :
LLA, lingkar betis, tebal lipatan kulit triseps, indeks massa
tubuh.

d. Pemeriksaan penunjang
Darah perifer lengkap dengan hitung jenis leukosit,
albumin, prealbumin, kadar kolesterol, kadar
vitamin/mineral, elektrolit, bioelectrical impedance
analysis.
e. Tata Laksana
Evaluasi penyebab dab faktor risiko
Evaluasi status fungsional
Menentukan jumlah energi dan komposisi zat gizi
Dukungan nutrisi enteral atau parenteral.
f. Komplikasi
Status imunitas menurun, pemulihan dari penyakit
menjadi lambat
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 29
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

2. Penyakit Ginjal Kronik Pada Geriatrik

1. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih,


berupa kelainan struktur atau fungsi ginjal dengan atau
tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)
berdasarkan kelainan patologik atau petanda kerusakan
ginjal (komposisi darah, urin atau pencitraan)
2. LFG < 60 ml/menit/1,73 m2 yang terjadi selama 3 bulan
atau lebih, dengan atau tanpa kerusakan ginjal

Diagnosis

a. Anamnesis :
Lemas, mual, muntah, sesak napas, pucat, BAK
berkurang
b. Pemeriksaan Fisik :
Dengan atau tanpa hipertensi, anemis, kulit kering,
edema tungkai atau palpebra, tanda bendungan paru.
c. Laboratorium :
Gangguan fungsi ginjal
d. Diagnosis banding
Gagal ginjal akut
e. Pemeriksaan penunjang
Darah perifer lengkap, tes fungsi ginjal, tes klirens
kreatinin (TTK) ukur, elektrolit, gula darah, analisa gas
darah, profil lipid, asam urat serum, SI, TIBC, ferritin,
serum, hormon PTH, albumin, globulin, USG ginjal,
pemeriksaan imunologi, hemostasis lengkap, foto polos
abdomen, renogram, foto toraks, EKG, ekokardiografi,
biopsy ginjal, HBsAg, anti HCV, anti HIV.
f. Tata Laksana
Pengaturan asupan protein (non dialysis 0,6-0,75
gr/kgBB ideal/hari, dialysis 1-1,2 gr/kgBB ideal/hari.
Pengaturan asupan air : jumlah urin 24 jam + 500 ml
(IWL)
Kontrol tekanan darah (penghambat ACE, antagonis
reseptor angiotensin II, penghambat kalsium, diuretik).
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 30
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Kontrol gula darah pada pasien DM, hindari metformin


dan sulfonilurea dengan masa kerja panjang.
Koreksi anemia, target Hb 10-12 gr/dL
Koreksi hiperfosfatemi : kalsium karbonat/kalsium
asetat
Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20-22
mEq/L
Koreksi hiperkalemia
Kontrol osteodistrofi renal : kalsitriol
Kontrol dislipidemia
Terapi pengganti ginjal : transplantasi, hemodialisa,
CAPD.
g. Komplikasi
Kardiovaskular, gangguan keseimbangan asam basa,
cairan dan elektrolit, osteodistrofi renal, anemia.

3. Pneumonia Pada Geriatri

Infeksi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai jenis


bakteri (gram positif/negative, tipikal/atipikal), virus, jamur
dan parasit. Pneumonia komunitas (CAP), pneumonia di
rumah sakit (HAP), pneumonia di ICU (VAP).

a. Diagnosis

Infiltrat baru atau perubahan infiltrat progresif pada foto


toraks, dengan disertai sekurang-kurangnya 1 gejala
mayor atau 2 gejala minor berikut :
Gejala mayor : batuk, sputum produktif, demam (suhu
>37,8C)
Gejala minor : sesak napas, nyeri dada, konsolidasi
paru pada pemeriksaan fisik, jumlah leukosit >
12.000/L.
Pneumonia pada usia lanjut seringkali memberikan
gejala yang tidak khas.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 31


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Selain batuk dan demam, pasien tidak jarang datang


dengan keluhan gangguan kesadaran (delirium), tidak
mau makan, jatuh dan inkontinensia urin.
b. Diagnosis banding
Emboli paru, gagal jantung, TB paru
c. Pemeriksaan penunjang
Darah perifer lengkap dengan hitung jenis, tes fungsi
ginjal, analisa gas darah, albumin, foto toraks, EKG,
kultur sputum mikroorganisme dan uji resistensi.
d. Tata Laksana
Suportif : oksigen, cairan, nutrisi, mukolitik-
ekspektoran, bronkodilator
Farmakologis :
- antibiotika empirik :
- CAP : laktam/ anti laktamase dan sefaloforin
generasi II atau III, dikombinasi dengan makrolid
atau doksisiklin, atau fluoroquinolon respirasi (
levofloksasin, gatifloksasin, moksisiklin) sebagai
obat tunggal
- HAP atau VAP : sefalosforin generasi III anti-
pseudomonas, sefalosforin generasi IV, piperacilin-
tazobaktam, kuinolon anti-pseudomonas
(ciprofloksasin) atau aminoglikosida
- antibiotika spesifik sesuai biakan kuman dan uji
resistensi
Program rehabilitasi medik (fisioterapi dada, dll)
e. Komplikasi
1. Empiema,
2. Efusi pleura,
3. Gagal napas,
4. Sepsis sampai syok sepsis

Tindakan Keperawatan pada Geriatri dengan penurunan


fungsi faal:
a. Upaya promotif dan preventif terhadap lansia :
1) Periksakan kesehatan secara berkala

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 32


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

2) Kurangi makanan gula, lemak dan garam


3) Perbanyak buah, sayur, susu tanpa lemak dan ikan
4) Minum air putih 6-8 gelas per hari atau sesuai anjuran
petugas kesehatan
5) Hindari merokok dan alkohol
6) Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan
7) Gunakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan
8) Menghindari timbulnya kecelakaan pada Lansia
b. Tindakan keperawatan pada kasus Geriatri
1) Berkoordinasi dengan dokter kloter untuk melakukan
visitasi dan pemeriksaan tanda-tanda vital kepada
jamaah haji lansia beresiko secara berkala.
2) Berkoordinasi dengan dokter kloter dalam pemberian
terapi terhadap lansia yang sakit, dengan
menganjurkan agar meminum obat secara teratur
sesuai dosis yang telah ditetapkan dokter.
3) Menganjurkan agar jamaah haji lansia mengatur waktu
istirahatnya ditengah-tengah pelaksanaan prosesi
ibadah haji.
4) Bila kondisi jamaah haji tidak ada perbaikan dan
memerlukan pertolongan lebih lanjut, segera dirujuk ke
sektor atau BPHI.

C. DIABETES MELLITUS

1. Pelayanan Medik
Merupakan penyakit metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat defek pada:
1) Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan
produksi glukosa hepatik) dan dijaringan perifer
(otot dan lemak)
2) Sekresi insulin oleh sel beta pankreas
3) Atau keduanya

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 33


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

2. Klasifikasi DM:
a. DM tipe 1
Destruksi sel b, umumnya diikuti defisiensi insulin
absolut:

Immune-mediated,
diopatik

b. DM tipe 2
Bervariasi mulai dari yang: predominan resistensi
insulin dengan defisiensi insulin relatif predominan
defek sekretorik dengan resistensi insulin

c. Tipe spesifik lain:


Defek genetik pada fungsi sel b
Defek genetik pada kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
Diinduksi obat atau zat kimia
Infeksi
Bentuk tidak lazim dari immune mediated DM
Sindrom genetik lain, yang kadang berkaitan
dengan DM

d. DM gestasional
1) Diagnosis
Anamnesis:
Keluhan khas DM: poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya.
Keluhan tidak khas DM:lemah, kesemutan,
gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria,
pruritus vulvae pada wanita.
Pemeriksaan fisik lengkap. :
TB, BB, TD, lingkar pinggang, tanda neuropati,
mata (visus, lensa mata dan retina), gigi mulut,

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 34


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

keadaan kaki (termasuk rabaan nadi kaki), kulit


dan kuku.
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi
glukosa:
a) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena)
> 200 mg/dL atau
b) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena)
> 126 mg/dl atau
c) Kadar glukosa plasma > 200 mg/dL pada 2
jam sesudah beban glukosa 75 gram pada
TTGO
2) Diagnosis banding
Hiperglikemia reaktif, Toleransi glukosa terganggu
(TGT=IGT), Glukosa darah puasa terganggu
(GDPT=IFG)
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, LED
Glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah
makan, A1C
Urinalisis rutin, proteinuria 24 jam, CCT ukur,
Kreatinin
SGPT, Albumin/Globulin
Kolesterol Total, kolesterol LDL, kolesterol
HDL, trigliserida
Albuminuri mikro
Pemeriksaan penunjang lain: EKG, Foto
thoraks, Funduskopi.
4) Tata Laksana
a) Edukasi
Perencanaan Makan :
Jumlah kalori basal per hari:
Laki-laki : 30 kal/kg BB idaman
Wanita : 25 kal/kg BB idaman
Penyesuaian (terhadap kalori basal / hari):
Status gizi:
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 35
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

BBgemuk - 20 %
BBlebih - 10 %
BB kurang + 20 %
Umur>40tahun: - 5%
Stres metabolik (infeksi, operasi,dll): + (10 s/d
30 %)
Aktifitas:
Ringan + 10 %
Sedang + 20 %
Berat + 30 %
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih
30 menit).
b) Obat Hipoglikemia Oral (OHO):
Pemicu sekresi insulin
(insulin secretagogue) : Sulfonilurea, Glinid
Penambah sensitivitas terhadap insulin :
Metformin, Tiazolidindion
Penghambat absorpsi glukosa : Penghambat
glukosidase alfa
Insulin indikasi:
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir
maksimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar,
IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM / diabetes melitus
gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 36


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

c) Tata Laksana Kombinasi


Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan
secara bertahap sesuai dengan respons kadar
glukosa darah. Kalau dengan OHO tunggal
sasaran kadar glukosa darah belum tercapai,
perlu kombinasi dua kelompok obat hipoglikemik
oral yang berbeda mekanisme kerjanya.
5) Komplikasi
a) Akut:ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non
ketotik, hipoglikemia
b) Kronik: Makroangiopati: pembuluh koroner,
vaskular perifer, vaskular otak. Mikroangiopati:
kapiler retina, kapiler renal.
c) Komplikasi lain : neuropati, kardiopati: PJK,
kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik,
disfungsi ereksi.
3. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan masa lalu
Usia, pola diet, riwayat obesitas, tingkat aktifitas,
merokok, adanya proses penyakit yang lain,
adanya lesi/luka yang tidak sembuh-sembuh
khususnya pada ekstremitas bawah, minum obat
hipoglikemia (jenis dan dosisnya), obat-obat
yang lain, teknik monitoring glukosa yang
digunakan.
b) Riwayat kesehataan saat ini
Keluhan haus berlebihan (polidipsia), banyak
makan (Poliphagia), banyak berkemih (poliuri),
luka kronis/ infeksi yang lama sembuh,
gangguan vaskularisasi perifer dengan atau
tanpa neuropathi (gangguan sensasi),
kelemahan dan kelelahan, penurunan berat
badan.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 37


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

c) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga diabetes mellitus, penyakit
jantung dan stroke
2) Pemeriksaan fisik
Tinggi badan dan berat badan, tugor kulit,tingkat
kesadaran, tanda-tanda vital, napas berbau aseton,
penurunan sensasi, penurunan reflex, penurunan
temperatur kulit, perubahan tekanan darah akibat
perubahan posisi, penurunan sirkulasi dan penurunan
kemampuan penglihatan.
3) Psikososial
Pekerjaan, hobi, stressor yang dialami, pola koping,
dukungan keluarga dan orang dekat/teman,
perubahan gaya hidup untuk mengontrol
penyakitnya, ungkapan verbal klien tentang
penyakit DM yang dialami.
4) Pengetahuan
Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
DM dan penanganannya, kemampuan membaca
dan belajar.
5) Pemeriksaan diagnostik meliputi:
a) Glukosa darah puasa (fasting blood glucose)
b) Glukosa darah sewaktu atau glukosa darah 2
jam postprandial (2 jam setelah makan)
c) Glycosylated hemoglobin (HbA1c)

b. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka
diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada
klien dengan DM adalah sebagai berikut:
1. Gangguan perfusi jaringan perifer
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang/ berlebihan dari
kebutuhan tubuh
3. Gangguan integeritas kulit
4. Risiko kekurangan volume cairan

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 38


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit DM dan


penatalaksanaannya

c. Rencana Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan perifer
a) Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali
klien akan memperlihatkan perfusi jaringan
adekuat
b) Kriteria hasil:
Sensitifitas jaringan perifer memadai ditandai
dengan: ektremitas tidak kebas/ kesemutan,
tidak terjadi kecelakaan /injuri
c) Rencana tindakan:
Lakukan pengecekan denyut nadi radial, pedal
dan posterior tibial secara periodik
Kaji tentang adanya keluhan nyeri, keram, hilang
rasa atau terasa terbakar pada ekstremitas
Libatkan keluarga untuk memonitor adanya
bengkak, perubahan temperatur dan warna pada
bagian tungkai klien dan segera untuk dilaporkan
bila terdapat tanda-tanda tersebut kepada
petugas kesehatan
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan
yang dapat ditoleransi: tinggikan bagian kaki saat
istirahat atau batasi pergerakan
Anjurkan kepada klien untuk melakukan
penghangatan dengan merendam ektremitas
dalam air hangat
Ajarkan senam kaki dan senam DM untuk
meningkatkan vaskularisasi
Ajarkan klien cara perawatan kaki untuk
mencegah terjadinya luka dan injuri
Libatkan keluarga untuk memotivasi klien untuk
melakukan senam kaki, senam DM dan
perawatan kaki.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 39


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang/ berlebihan dari


kebutuhan tubuh
a) Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali klien
akan memperlihatkan peningkatan status nutrisi
b) Kriteria hasil:
Berat badan dalam batas normal/ ideal, kadar
gukosa darah dalam batas normal
c) Rencana tindakan:
Kaji pola pemasukan diet dan status nutrisi klien
Anjurkan klien untuk makan dan makan snack
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
dalam program diet DM
Libatkan keluarga untuk memonitor pemasukan
nutrisi setiap hari; bantu klien saat waktu makan
bila kelelahan; berikan makanan pengganti bila
tidak mau makan saat waktu makan
Anjurkan keluarga untuk memberikan lingkungan
yang rileks dan berikan waktu yang cukup untuk
makan
Berikan klien dan keluarga konsultasi diet DM
yang dibutuhkan untuk menghitung jumlah kalori
yang dibutuhkan dan dinstruksikan melalui
kolaborasi dengan ahli gizi
Anjurkan klien dan keluarga untuk memonitor
kadar glukosa darah sebelum makan, berikan
makanan yang dibutuhkan atau insulin/ obat
hipoglikemia oral sebagai mana program terapi
Monitor efektivitas pemberian insulin/ obat oral
hipoglikemia sebagaimana program terapi
Libatkan keluarga untuk memonitor tanda dan
gejala hipoglikemia dan hiperglikemia dan
lakukan tindakan/lapor ke petugas kesehatan
sesuai prosedur yang telah dijelaskan
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang
dapat ditoleransi, khususnya pada klien yang
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 40
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

memiliki intake nutrisi berlebih dari yang


dibutuhkan tubuh dan anjurkan klien istirahat
untuk klien intake nutrisi yang kurang
Anjurkan klien untuk timbang berat badan setiap
hari dengan waktu dan alat yang sama
3) Gangguan integritas kulit
a) Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali
klien akan memperlihatkan integeritas kulit yang
utuh
b) Kriteria hasil:
Integeritas kulit utuh, sirkulasi daerah luka
kembali normal, tidak ada tanda-tanda infeksi
c) Rencana tindakan:
Kaji faktor penyebab gangguan integeritas kulit
Kaji kondisi kulit yang mengalami kemerahan,
lesi, blister, bengkak dan cairan luka
Lakukan perawatan luka sesuai dengan kondisi
luka dan program terapi luka dengan
memperhatikan teknik aseptik selama
melakukan perawatan luka
Anjurkan klien menjaga keutuhan kulit disekitar
luka
Anjurkan keluarga untuk mempertahankan intake
diet klien secara adekuat untuk membantu
proses penyembuhan luka
Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda
luka yang mengalami infeksi atau perlu
dilaporkan kepada perawat/ medis.
4) Risiko kekurangan volume cairan
a) Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali
klien tidak akan mengalami kekurangan volume
cairan.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 41


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

b) Kriteria hasil:
Tanda-tanda vital dalam batas normal, input dan
ouput cairan seimbang, tugor kulit elastis dan
mukosa lembab
c) Rencana tindakan:
Pantau tanda-tanda vital dengan melibatkan
keluarga
Anjurkan klien dan keluarga untuk pertahankan
intake dan output yang akurat
Kaji tugor kulit, kelembaban dan kondisi
membran mukosa
Anjurkan klien menimbang BB setiap hari
Anjurkan keluarga untuk memberikan lingkungan
yang nyaman
Monitor kadar gula darah dengan melibatkan
klien dan keluarga (bila tersedia di rumah
tangga)
Anjurkan minum air putih sesuai yang dianjurkan,
lebih kurang 2500 cc/hari (bila tidak ada kontra
indikasi)
5) Kurang pengetahuan mengenai penyakit DM dan
penatalaksanaannya
a) Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali
klien dan keluarga akan memperlihatkan
peningkatan pengetahuan tentang penyakit DM
b) Kriteria hasil:
Klien dan keluarga dapat menjelaskan tentang
pengertian, penyebab tanda gejala, akibat
akibat lanjut, cara perawatan klien, cara
menciptakan lingkungan yang aman untuk klien
DM, serta sumber/ fasilitas kesehatan yang
dapat dimanfaatkan dalam penanganan DM.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 42


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

c) Rencana tindakan:
Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang
penyakit DM (pengertian, penyebab, tanda dan
gejala dan akibat lanjut)
Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang
pencegahan DM
Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang cara
perawatan klien DM di rumah meliputi: diet,
latihan, obat-obatan dan kebersihan diri, senam
kaki, perawatan kaki/ luka DM serta cara
memantau kadar glukosa darah
Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang
tanda-tanda hipoglikemia dan hiperglikemia serta
penanganan awalnya
Jelaskan tentang pentingnya menjaga
kebersihan dan penataan lingkungan yang
dapat mencegah cidera pada klien DM
Jelaskan tentang fasilitas kesehatan (Puskesmas
dan RS) yang dapat dimanfaatkan untuk
penanganan masalah DM
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai rencana
dengan melibatkan anggota keluarga di dalam setiap
tindakan keperawatan agar klien dan keluarga
memiliki kemampuan kognitif, afektif serta psikomotor
dalam mengatasi masalah DM. Disamping itu,
perawat dapat memanfaatkan sumber-sumber yang
tersedia dalam keluarga dalam rangka meningkatkan
perilaku hidup sehat keluarga.

e. Evaluasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian
(evaluasi) terhadap respon verbal dan non verbal klien
selama melakukan tindakan keperawatan untuk
melihat keberhasilan dari tindakan keperawatan yang

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 43


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

dilakukan. Adapun yang perlu dievaluasi terkait


dengan permasalahan keperawatan klien DM adalah :
1) Perfusi jaringan klien tetap adekuat
2) Status nutrisi klien dalam batas normal
3) Integeritas kulit tetap utuh
4) Volume cairan klien adekuat
5) Pengetahuan klien dan keluarga meningkat

Tindakan Keperawatan Diabetes Melitus pada Jamaah Haji


1. Hiperglikemi
a. Edukasi
Lakukan edukasi kepada jamaah haji yang memiliki riwayat
atau yang menderita diabetes mellitus dengan hiperglikemi:
1) Agar dapat mengenali tanda dan gejala yang timbul
seperti:
Polyphagia (sering merasa kelaparan tapi berat badan
menurun)
Polidipsi
Poliuria (sering buang air kecil)
Sering merasa haus
Penglihatan kabur
Bila ada luka, sulit untuk disembuhkan
Kelemahan dan kelelahan
Kesemutan atau hilangnya rasa di tangan atau kaki
Iritabilitas dan perubahan mood
Mual dan muntah
Gula darah lebih dari normal
2) Bila jamaah haji mengalami tanda dan gejala seperti di
atas, anjurkan agar meminta bantuan untuk segera diantar
ke petugas kesehatan kloter
3) Anjurkan agar dapat melakukan pencegahan terjadinya
peningkatan dengan cara:
Tetap menjaga berat badan ideal
Sempatkan untuk melakukan senam ringan
Kontrol teratur ke fasilitas kesehatan kloter, untuk
melakukan pemeriksaan gula darah
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 44
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Hindari stress
Dekatkan diri kepada Allah
b. Tindakan keperawatan Hiperglikemi
1) Berkoordinasi dengan dokter kloter untuk melakukan
visitasi kepada jamaah haji secara berkala dengan
melakukan pemeriksaan tekanan darah
2) Pada jamaah haji yang menggunakan terapi insulin,
ajarkan cara melakukan penyuntikan dengan baik dan
benar
3) Bila jamaah haji mengalami luka, lakukan perawatan luka
secara berkala sesuai dengan kondisi lukanya. Apabila
luka terdapat pada daerah kaki, anjurkan pada jamaah haji
agar tidak menggunakan alas kaki yang sempit
4) Bila kondisi jamaah haji memerlukan pertolongan lebih
lanjut, segera dirujuk ke sektor atau BPHI
2. Hipoglikemi
a. Edukasi
Lakukan edukasi kepada jamaah haji yang memiliki riwayat
atau yang menderita diabetes mellitus dengan hipoklikemi:
1) Agar dapat mengenali tanda dan gejala yang timbul
seperti:
limbung
pusing
berkeringat
kelaparan
sakit kepala
iritabilitas
Warna kulit pucat
Mendadak kemurungan atau perubahan perilaku,
seperti menangis tanpa alasan yang jelas
Kesulitan kebingungan
Sensasi kesemutan di sekitar mulut
2) Bila jamaah haji mengalami tanda dan gejala seperti di
atas, anjurkan agar meminta bantuan untuk segera diantar
ke petugas kesehatan kloter

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 45


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

3) Lakukan edukasi bila jamaah haji mengalami tanda dan


gejala seperti tersebut diatas agar segera minum sesuatu
yang mengandung gula di dalamnya, seperti jus jeruk,
susu, atau permen
b. Tindakan Keperawatan Hipoglikemi
1) Berkoordinasi dengan dokter kloter untuk melakukan
visitasi kepada jamaah haji secara berkala dengan
melakukan pemeriksaan gula darah
2) Bila jamaah haji sudah dalam kondisi hipoglikemi segera
berikan dextrose 40% intra vena.
3) Bila kondisi jamaah haji memerlukan pertolongan lebih
lanjut, segera dirujuk ke sektor atau BPHI

D. DEMENSIA
Pengertian demensia adalah : suatu bentuk Gangguan
mental organik akibat adanya gangguan patologi yang jelas
dari suatu organ yang dimanifestasikan dengan gejala
utamanya adalah gangguan fungsi kognitif tanpa adanya
gangguan kesadaran.

Diagnosis :

1. Gangguan fungsi kognisif, khususnya daya ingat segea


dan menengah.
2. Gangguan orientasi, dan persepsi.
3. Dapat dijumpai adanya waham dan/atau halusinasi
4. Emosi tidak stabil sehingga mudah marah.
5. Adanya reaksi kebingungan.

Diagnosis Banding :Intoksikasi Obat, Trauma Kapitis.

Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium klinik (Darah rutin,


Fungsi Hati, Fungsi Ginjal, Urinalisa), Radiologik (Foto
Toraks), EKG (terutama bila terdapat riwayat gangguan
kardiovaskuler)

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 46


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Tata Laksana :

1. Terapi sesuai etiologi organik yang ditemukan, antaral


lain : (pilih salah satu) :
Mengatasi dehidrasi
Koreksi keseimbangan elektrolit
Koreksi gangguan uremia
Koreksi adanya sumber infeksi
2. Apabila kondisi sudah tenang maka dilakukan
Psikoterapi dalam bentuk antara lain: supportif,
kognitif/perilaku (CBT), Psikoedukasi pada penderita
dan keluarga.Bila telah dijumpai perbaikan klinis maka
pasien dinyatakan masuk Fase Stabilisasi alih rawat
ke ruang Intermediate/rehabilitasi.

Komplikasi :

Gangguan Organik sesuai dengan gejala yang menyertai.

E. PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)


Keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinis
perasaan tidak enak di dada atau gejala-gejala lain
sebagai akibat iskemia miokard.
1. Diagnosis
a. Nyeri dada khas (angina).
b. Elektrokardiogram :angina pektoris tidak stabil -
infark miokard ST elevasI - infark miokard non ST
elevasi
c. Enzim jantung meningkat.
2. Diagnosis banding
Angina pektoris stabil, diseksi aorta, perikarditis akut,
emboli paru akut, penyakit dinding dada, Sindrom
Tietze, gangguan gastrointestinal (hiatus hernia,
refluks esofagitis, spasme/ruptur esophagus,
kolesistitis akut, tukak lambung dan pankreatitis akut).
3. Pemeriksaan penunjang
Elektrokardiogram.
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 47
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Foto roentgen dada.


Biokimia : darah rutin, CK, CKMB, Troponin T,
Troponin I ,profil lipid, gula darah, ureum, kreatinin.
Echokardiografi.
Tes treadmill.
Angiografi koroner.
4. Tata Laksana
Tirah baring di ruang rawat intensif jantung (ICCU)
Pasang infus intravena dengan Nacl 0,9% atau
dekstrosa 5% Oksigenisasi dimulai dengan 2 liter
/menit 2-3 jam, dilanjutkan bila sarutasi oksigen
arteri rendah (< 90%)

Diet : puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet cair.


Selanjutnya diet jantung.
Pasang monitor EKG secara kontinu
Atasi nyeri dengan :
Nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin intravena
titrasi (kontraindikasi bila TD sistolik < 90 mmHg),
bradikardia (< 50 kali/menit), takikardia.Atau Morfin
2,5 mg (2-4 mg)intravena, dapat diulang tiap 5
menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50
mg intravena atau tramadol 25-50 mg intravena.

Antitrombotik :
Aspirin (160-345 mg), bila alergi atau intoleransi/ tidak
responsif diganti dengan tiklopidin atau klopidogrel.
Trombolitik dengan streptokinase 1,5 juta U dalam 1
jam atau aktivator plasminogen jaringan (t-PA) bolus
15 mg, dilanjutkan dengan 0,75 mg/kgBB (maksimal 50
mg) dalam jam pertama dan 0,5 mg/kgBB (maksimal
35 mg) dalam 60 menit jika Elevasi segmen ST >
0,1 mv pada dua atau lebih sadapan ekstremitas
berdampingan atau > 0,2 mv pada dua atau lebih
sadapan prekordial berdampingan, waktu mulai nyeri
dada sampai Tata Laksana < 12 jam, usia < 75 tahun,

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 48


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Blok cabang (BBB) dan anamnesis dicurigai


infark miokard akut.

Antikoagulan :
Heparin direkomendasikan untuk pasien yang
menjalani revaskularisasi perkutan atau bedah,
pasien dengan risiko tinggi terjadi emboli sistemik
seperti infark miokard anterior atau luas, fibrilasi
atrial, riwayat emboli, atau diketahui ada trombus
ventrikel kiri yang tidak ada kontraindikasi heparin.
Heparin diberikan dengan target aPTT 1,5 2 kali
kontrol.Pada angina pektoris tak stabil heparin 5000
unit bolus intravena, dilanjutkan dengan drip 1000
unit/jam sampai angina terkontrol dengan
menyesuaikan aPTT 1,5-2 kali nilai kontrol.
Pada infark miokard akut yang ST elevasi > 12
jam diberikan heparin bolus intravena 5000 unit
dilanjutkan dengan infus selama rata-rata 5 hari
dengan menyesuaikan aPTT 1,5-2 kali nilai kontrol.
Pada infark miokard anterior transmural luas
antikoagulan diberikan sampai saat pulang rawat. Pada
penderita dengan trombus ventrikular atau dengan
diskinesi yang luas di daerah apeks ventrikel kiri
antikoagulan oral diberikan secara tumpang tindih
dengan heparin sejak beberapa hari sebelum heparin
dihentikan. Antikoagulan oral diberikan sekurang-
kurangnya 3 bulan dengan menyesuaikan nilai INR
(2-3) Atasi rasa takut atau cemas
Diazepam 3 X 2-5 mg oral atau IV
Pelunak tinja : laktulosa (laksadin) 2 X 15 ml
Beta bloker diberikan bila tidak ada
kontraindikasiACE inhibitor diberikan bila keadaan
menizinkan terutama pada infark miokard akut
yang luas, atau anterior, gagal jantung tanpa hipotensi,
riwayat infark miokard .

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 49


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Antagonis kalsium : verapamil untuk infark miokard non


ST elevasi atau angina pektoris tak stabil bila nyeri tidak
teratasi.

5. Komplikasi
a. Angina pektoris tak stabil : payah jantung, syok
kardiogenik, aritmia, infark miokard akut
b. Infark miokard akut (dengan atau tanpa ST elevasi) :
gagal jantung, syok kardiogenik, ruptur korda, ruptur
septum, rumtur dinding bebas, aritmia gangguan
hantaran, aritmia gangguan pembentukan rangsang,
perikarditis, sindrom dresler, emboli paru.

Tindakan Keperawatan pada Penyakit Jantung Koroner (PJK)


1. Upaya promotif dan preventif pada penyakit jantung
koroner :
a) Berhenti merokok, sebab rokok dapat menurunkan kadar
HDL
b) Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya.
Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan
mengurangi kadar LDL
c) Menambah porsi olah raga. Olah raga bisa membantu
mengurangi kadar LDL-kolesterol dan menambah kadar
HDL-kolesterol
d) Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan)

2. Potensi diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan


:
a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia
jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria :
1) Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri
2) Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi,
kesadaran)
3) Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi
nyeri dada
4) Ciptakan suasana lingkungan yangtenang dan nyaman

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 50


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

5) Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik


relaksasi
6) Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan Obat-obatan
(beta blocker, anti angina, analgesic)

b) Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik
dan iskemi pada miokard :
1) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum,
selama dan sesudah melakukan
2) Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat
terlebih dahulu
3) Anjurkan pada pasien agar tidak ngeden pada saat
buang air besar
4) Jelaskan pada pasien tentang tahap-tahap aktivitas yang
boleh dilakukan oleh pasien

c) Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan


dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung,
menurunnya preload, miocardial infark :
1) Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua
lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika
memungkinkan)
2) Catat warna kulit dan kaji kualitas nadi
3) Auskultasi suara nafas dan Catat perkembangan dari
adanya S3 dan S4
4) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax,
pemberian obat-obatan anti disritmia

d) Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan


dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia :
1) Kaji adanya perubahan kesadaran
2) Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan
penurunan kualitas nadi perifer
3) Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion),
erythema, edema
4) Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan)

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 51


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

5) Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi,


constipasi)
6) Monitor intake dan out put
7) Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum
ceratinin dan elektrolit

e) Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan berhubungan


dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi
natrium, penurunan plasma protein :
1) Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya
edema
2) Ukur intake dan output (balance cairan)
3) Kaji berat badan setiap hari
4) Sajikan makanan dengan diet rendah garam
5) Kolaborasi dalam pemberian deuritika

F. PARU (ASMA BRONCHIALE, PPOK)


1. Asma Bronchiale
Penyakit infamasi kronik saluran napas yang ditandai
dengan obstruksi jalan napas yang dapat hilang dengan
atau tanpa pengobatan akibat hipereaktivitas bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan sel-sel
dan elemen selular terutama mastosit, eosinofil, limfosit
T, makrofag neutrofil dan epitel.

Diagnosis
Episode berulang sesak napas, dengan atau tanpa
mengi dan rsa berat di dada akibat faktor pencetus.
Asma intermiten : gejala < 1x/minggu, asimptomatik,
APE diantara serangan normal, asma malam < 2x/bulan,
APE > 80%, variabilitas <20%
Asma persisten ringan : gejala > 1x/minggu, < 1x/hari,
asma malam > 2x/bulan, APE>80%, variabilitas 20-30 %.
Asma persisten sedang : gejala tiap hari, tiap hari
menggunakan -2 agonis kerja singkat, aktifitas

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 52


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

terganggu saat serangan, asma malam > 1x/minggu,


APE > 60% dan < 80% prediksi atau variabilitas > 30%.
Asma persisten berat : gejala terus menerus, asma
malam sering, aktifitas terbatas, APE < 60% prediksi
atau variabilitas > 30%.
Asma eksaserbasi akut dapat terjadi pada semua
tingkatan derajat asma.

Diagnosis banding
PPOK, gagal jantung

Pemeriksaan penunjang
Jumlah eosinofil darah dan sputum, foto toraks,
spirometri, uji tusuk kulit,uji bronkodilator atas indikasi, uji
provokasi bronkus atas indikasi, analisa gas darah.

Tata Laksana
Asma intermiten : tidak memerlukan obat pengendali,
Asma persisten ringan : kortikosteroid inhalasi atau
teofilin lepas lambat, kromolin, antileukotrien.
Asma persisten sedang : kortikosteroid inhalasi ditambah
-2 agonis aksi lama (LABA) atau ditambah teofilin lepas
lambat, atau ditambah LABA oral atau ditambah
antileukotrien.
Asma persisten berat : kortikosteroid inhalasi ditambah
LABA inhalasi ditambah teofilin lepas lambat atau
antileukotrien atau LABA oral.
Pada eksaserbasi akut : oksigenasi, inhalasi -2
agonis/20 mnt sampai 3 kali, inhalasi ipapromium
bromide per 4-6 jam, kortikosteroid oral atau parenteral
40-60 mg/hari setara prednison, aminofilin tidak
dianjurkan (bila diberikan mulai 5-6 mg/kgBB dilanjutkan
0,5-0,6 mg/kgBB/jam, antibiotik bila ada infeksi
sekunder.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 53


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Komplikasi
PPOK, gagal jantung, gagal napas, pneumotoraks

2. Asthma Akut (Serangan Asthma)


Peradangan kronik bronkus yang mengalami spasme
dan obstruksi.

Tanda & gejala


- Sesak napas (+), perlahan-lahan s/d mendadak
- Suara napas mengi (+) / (-)
- Nyeri dada (+) / (-)
- Riwayat asthma (+)

Tata Laksana
- O2 > 3 lt / menit
- Inhalasi salbutamol / brikasma / prokaterol
- Aminophilin drip
- Deksametason 10 mg
- Photo toraks, DL, PFR
- Rujuk BPHI, RSAS

3. PPOK Eksaserbasi Akut


Terdiri dari bronchitis kronik dan emfisema atau
campuran

Tujuan
Mengobati serangan sesak Jamaah Haji dan mencegah
timbulnya serangan ulang.

Tanda & gejala


Sesak napas (+)
Batuk(+)dahak berulang berwarna kuning kehijauan
Demam (+) / (-)
Riwayat rokok (+) baik aktif / pasif

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 54


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Tata Laksana
O2 max 2 lt / 1
Inhalasi atroven 1 cc + salbutamol 1 cc tiap 6 jam
Dexametason : 3 x 10 mg
Aminofilin drip 0,5 mg/kg BB/jam
Ekspektoran
Photo toraks, DL, PFR
Antibiotik bila ada infeksi
Rujuk ke BPHI, RSAS

G. EMERGING DISEASES (CONTOH : MERS-COV)


Penyakit-penyakit yang mencuat yaitu penyakit yang angka
kejadiannya meningkat dalam dua dekade terakhir ini, atau
mempunyai kecenderungan untuk meningkat dalam waktu
dekat, penyakit yang area geografis penyebarannya
meluas, dan penyakit yang tadinya mudah dikontrol dengan
obat-obatan namun kini menjadi resisten .

Emerging disease termasuk wabah penyakit menular yang


tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru
yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade
terakhir.
Re-emerging disease atau yang biasa disebutresurging
disease adalah wabah penyakit menular yang muncul
kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden
dimasa lampau.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua


permasalahan ini selalu muncul hampir disetiap tahunnya,
yaitu :
1. Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik,
rekombinasi, mutasi dan adaptasi
2. Hubungan microbial agent dengan hewan perantara
(zoonotic encounter)
3. Perubahan iklim dan lingkungan

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 55


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

4. Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan


pestisida, penggunaan obat antimikrobial yang bisa
menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan
vaksin.
5. Perkembangan industri dan ekonomi
6. Perpindahan secara massal yang membawa serta
wabah penyakit tertentu (travel diseases)

WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara


dengan sebuah sistem peringatan dini (early warning
system) untuk wabah penyakit menular dan sistem
surveillance untuk emerging dan re-emerging disease
khususnya untuk wabah penyakit pandemik.

Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis


dan intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan
digunakan sebagai rencana penatalaksaan (pandemic
preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan
masyakarat dalam rangka menurunkan angka morbiditas
dan meningkatkan kualitas kesehatan(Center for Disease
Control and Prevention/CDC).

Contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe


acute respiratory syndrome (SARS).

Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus


(MERS-CoV)
1. Upaya promotif dan preventif pada penyakit MRES-CoV :
a) Pencegahan standar :
1) Kebersihan tangan dan penggunaan alat
pelindung diri (APD) untuk menghindari kontak
langsung dengan darah pasien, cairan tubuh,
sekret, dan kulit lecet/luka.
2) kontak dengan pasien yang mengalami gejala
pernapasan (batuk/bersin) pada saat memberikan

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 56


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

pelayanan, gunakan pelindung mata karena


semprotan sekresi dapat mengenai mata.
3) Pencegahan jarum suntik atau cedera benda
tajam
4) Pengelolaan limbah yang aman, pembersihan dan
desinfeksi peralatan serta pembersihan
lingkungan.
b) Pencegahan droplet :
1) Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius
1 meter dari pasien
2) Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau
berkelompok dengan diagnosis penyakit sama
3) Jika diagnosis penyakit tidak mungkin diketahui,
kelompokkan pasien dengan diagnosis klinis yang
sama dan berbasis factor risiko epidemiologi yang
sama dengan pemisahan minimal 1 meter
4) Batasi pergerakan pasien dan pastikan bahwa
pasien masker medis saat berada di luar kantor.
c) Pencegahan airborne :
1) Pastikan bahwa petugas kesehatan menggunakan
APD (sarung tangan, baju lengan panjang,
pelindung mata, dan respirator partikulat) ketika
melakukan prosedur tindakan yang dapat
menimbulkan aerosol
2) Bila mungkin, gunakan satu kamar berventilasi
adekuat ketika melakukan prosedur yang
menimbulkan aerosol.

H. PENYAKIT AKIBAT KONDISI MATRA


1. Dehidrasi
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat
berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi
hipertonik) atau hilangnya air dan natrium dalam
jumlah yang sama (dehirasi isotonic) atau hilangnya natrium
lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik).

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 57


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Diagnosis
Gejala dan tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut tak jelas,
bahkan bisa tidak ada sama sekali.
Penurunan berat badan akut > 3%.
Hipotensi ortostatik
Aksila lembab/basah
suhu tubuh meningkat dari suhu basal,
diuresis berkurang, BJ urin 1.019 (tanpa glukosuria dan
proteinuria) BUN/kreatinin 16,9 (tanpa perdarahan aktif
saluran cerna)

Pemeriksaan penunjang
Kadar natrium plasma darah,
osmolaritas serum,
ureum dan kreatinin darah, BJ urin,
tekanan vena sentral

Tata Laksana
Lakukan pengukuran keseimbangan (balan) cairan
masuk-keluar secara berkala sesuai kebutuhan.
Pada dehidrasi ringan : terapi cairan oral 1500-2500
ml/24 jam (30 ml/kgBB/24 jam) untuk kebutuhan dasar
ditambah penggantian defisit cairan dan kehilangan
cairan yang masih berlangsung.
Pada dehidrasi sedang sampai berat dan tidak bisa
minum peroral, selain pemberian cairan enteral dapat
parenteral.
Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9%
atau dekstrosa 5%, pada dehidrasi hipertonik
ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang
mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu
pemberian cairan hipertonik.

Komplikasi
Gagal ginjal, sindrom delirium akut

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 58


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Asuhan Keperawatan pada jamaah haji yang


mengalami dehidrasi di kloter
Pengkajian
Selaput lendir kering
Nadi
Status mental
Tekanan darah
In-take out put cairan

Diagnosa Keperawatan
Volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan

Tindakan Keperawatan
a. Mandiri
Posisi pasien

Pemberian cairan per oral


Monitoring hemodinamik: nadi, pernapasan, saturasi
oksigen, tekanan darah, jumlah intake out put cairan

b. Kolaborasi
Bila di kloter tersedia peralatan dan cairan infus, lakukan:
Pemasangan IV line
Pemberian cairan dan elektrolit perinfus sesuai
program dokter

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 59


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 60


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Cara Penghitungan Tetesan Infus


Jumlah tetesan infus :
Jumlah cairan (ml) yang dibutuhkan x faktor tetesan =
........ tts/mt
Lama pemberian (jam) x 60 menit

2. Jetlag
Masalah yang timbul pada penerbangan jarak jauh adalah
gangguan psikofisiologik yang dikenal JET LAG, yang
merupakan pertanda bahwa irama sirkadian memerlukan
sinkronisasi siklus malam dan siang di tempat yang baru.

Gejala yang paling menonjol adalah :


a. kelelahan fisik dan mental,
b. dehidrasi,
c. penurunan energi, performance dan motivasi
d. gangguan pola tidur.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 61


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Faktor faktor yang dapat memperberat Jet Lag adalah


:
a. kondisi kesehatan (sedang sakit),
b. stress mental dan fisik,
c. jumlah zona waktu yang dilewati atau lama penerbangan,
d. keadaan kabin penumpang (pengap, tekanan yang
berubah-ubah, udara yang terlalu kering, minuman yang
mengandung alkohol, terlalu lama duduk selama
penerbangan).

Upaya yang dapat meringankan Jet Lag antara lain:


a. Diet anti Jet Lag:
Rumusan jadwal makan 4 hari menjelang
keberangkatan:
Hari I : Makan pagi dan siang tinggi protein (telur, steak,
buncis) Makan malam tinggi karbohidrat (kentang,
spageti, dll)
Hari II : Puasa dalam arti makan ringan (salad, sop
ringan,
juice)
Hari III : Menu makanan seperti hari I

Hari keberangkatan susunan makanan seperti hari ke II


Sesampai ditempat tujuan makan pagi, siang dan malam
seperti biasa dengan jadwal waktu makan sesuai dengan
waktu setempat pengaturan tugas terbang, ditetapkan
rumusan status awak pesawat dengan jumlah jam
terbang dan waktu istirahat.

Waktu istirahat, sebagai berikut:


- istirahat 12 jam, jika penerbangan lebih dari 11 jam
- istirahat 14 jam, jika penerbangan lebih dari 12 jam
- istirahat 14 jam, jika melintasi 4 zona waktu atau lebih
- istirahat 32 - 96 jam setelah melintasi 4 zona waktu
atau lebih dan kembali ke tempat asal

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 62


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Beberapa kiat untuk megurangi kemungkinan terkena Jet


Lag:
1) Sebelum melakukan perjalanan
Pastikan berangkat dalam keadaan rileks, bebas dari
beban fisik, dan psikis dan tidak dalam keadaan sakit.
Persiapkan segala keperluan jauh-jauh hari. Usahakan
meminimalkan transit, tidur lebih awal, agar tetap
bugar ketika berangkat.
2) Selama dalam perialanan
Begitu naik pesawat, ubah waktu jam tangan anda
sesuai dengan waktu negara tujuan, perbanyak minum
air putih dan sari buah, tidur selama perjalanan
dilakukan hanya waktu di tempat tujuan menyatakan
demikian (malam), lakukan gerakan peregangan dan
relaksasi otot-otot tubuh baik di tempat duduk maupun
pada saat transit, lakukan sesekali jalan-jalan didalam
kabin, hindari minum kopi, alkohol & orange.
3) Di Tempat Tujuan
Yang paling penting pertama kali anda lakukan adalah
melakukan aktifitas seperti yang biasa dilakukan di
rumah dengan menyesuaikan jam di tempat yang
baru, termasuk waktu makan dan tidur.

3. Heatstroke (Sengatan Panas)


Sengatan Panas adalah suatu kelainan pada tubuh yang
disebabkan karena terpaparnya dengan udara panas yang
tinggi yang menyebabkan meningkatnya suhu tubuh
(hipertermi) bisa mencapai 106oF (41.1oC) disertai dengan
kelainan fisik dan neurologis.

Diagnosis
a. Heat Exhaustion (Lelah Panas)
Gejalanya sama dengan gejala dehidrasi (kekurangan
cairan):
- Kulit panas dan kering,
- lemas,

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 63


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

- haus,
- pusing,
- lelah,
- mual,
- pucat
- nafsu makan menurun,
- disorientasi
b. Heat Cramp (Kejang Panas)
- Tingkat lebih lanjut dari Heat Exhaustion
- Suhu badan naik (sampai 38-39oC)
- Kejang otot (otot kaku tangan terutama otot betis)
c. Heat Stroke
Stadium ketiga dari sengatan panas, merupakan
keadaan gawat namun reversible, dengan gejala :
- Hyperpirexia (suhu > 39oC)
- Kulit kering, tidak berkeringat
- Takhikardi, sulit bernafas
- Halusinasi, confusion, disorientasi
- Tekanan darah meningkat atau menurun
- Berbicara tidak menentu (mengigau)
- Kesadaran dapat menurun sampai koma

Tatalaksana
- Hindari organ/ bagian badan dari kerusakan permanen
- Yang utama dinginkan pasien
- Pindahkan pasien ke ruang yang sejuk atau ruang
terbuka yang terlindung dari panas matahari dan
longgarkan pakaian
- Berikan air suam-suam kuku atau dingin pada kulit
(semprotkan air dingin melalui semprotan air)
- Kipasi pasien dengan fan atau koran dan lainnya untuk
mempercepat penguapan dan berikan kantong es di
ketiak
- Berikan cairan infus garam fisiologis (NaCL 0,9%)

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 64


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

- Monitor suhu badan dengan termometer dan lanjutkan


pendinginan sampai suhu badan mencapai 101-102oF
(38.3-38.8oC)

Komplikasi
- Dehidrasi
- ARF
- Syok hypovolemik
- Koma
Pencegahan
Cara menghindari Sengatan Panas :
a. Aklimatisasi atau menyesuaikan dengan suhu panas
sebelum keberangkatan haji
b. Tidak berada diterik matahari langsung, antara pukul
10.00 s/d 16.00
c. Keluar kemah/rumah terutama pada siang hari, harus
memakai payung dan berbekal minuman dan semprotan
air
d. Minum setiap hari paling sedikit 5-6 liter atau 1 gelas
setiap jam, jangan menunggu sampai haus
e. Pada saat di luar pondokan dianjurkan sering
menyemprotkan air ke muka dan bagian tubuh lainnya
f. Hindari minum kopi, karena akan mempercepat dehidrasi
g. Tidak melakukan aktivitas berlebihan pada saat terik
panas matahari
h. Usahakan kondisi badan tetap segar, cukup istirahat dan
tidur 6-8 jam sehari semalam
i. Pakailah pakaian yang agak longgar agar memudahkan
penguapan dan sedapat mungkin berwarna putih
j. Makanlah buah-buahan segar, seperti jeruk, apel, pier
dsb
k. Gunakan sunscreen untuk mencegah kulit terbakar
matahari
l. Gunakan topi untuk menutup kepala gar terlindung dari
terik matahari

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 65


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

m. Jika terasa letih, stop aktivitas dan usahakan ketempat


yang sejuk

4. Frostbite (Sengatan Dingin)


Sengatan dingin merupakan kerusakan kulit dan jaringan
lainnya yang disebabkan karena terpapar udara dingin
dalam waktu yang lama.

Sengatan dingin ini mempengaruhi intrasel dan ekstrasel


dan mempengaruhi fungsi jaringan dan sirkulasi

Diagnosis
Mati rasa (baal)
Rasa kaku atau beku terutama daerah yang terpajan
langsung dengan udara dingin
Pucat, dingin, kram, kaku otot
Diagnosis Banding
Immersion foot
Frosbite

Tatalaksana
Dapat dilakukan pengobatan di kloter
Bawa pasien kedalam ruangan (bila mungkin ruang
dengan penghangat)
Lepaskan baju yang basah dan ganti dengan yang kering
Rendam dengan air hangat (37-40oC / 100-105oF)
Berselimut dan pakaian hangat, makan dan minum
hangat, kamar bersuhu hangat
Analgetik topikal atau sistemik (bila perlu)
Penghangatan lokal/setempat
Rewarming bertahap : Rendam dengan air hangat 37oC-
40oC, selama 25-40 menit, atau kompres dengan air
hangat 10-30 menit sampai pencairan lesi komplit
Bila tidak ada air hangat, selimuti badan dengan selimut
hangat
Infus cairan Nacl 0,9% yang sudah dihangatkan
Berikan Oksigen
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 66
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Lanjutkan tirah baring total, berikan tetanus toxoid


Irigasi Ulkus secara aseptik, berikan antibiotik
Berikan heparin (bila ada tanda-tanda trombus)
Drainage bula secara steril dan dicuci dengan
desinfektan
Fisioterapi, hentikan rokok secara total
Bila perlu amputasi / rekontruksi
(Tatalaksana disesuaikan dengan kondisi pasien, Rujuk
segara ke RSAS bila kondisi tidak memungkinkan
ditangani di BPHI)

Komplikasi
Ulkus
Gangren
Shock septik

Pencegahan
Pertahankan kondisi tubuh dalam keadaan baik
Makanan yang baik dan hangat, minuman hangat setiap
jam 1 gelas (tidak menunggu haus)
Memakai pakaian sehari-hari dan pakaian ihram yang
tebal dan hangat agar dapat menghindari paparan udara
dingin
Hindari udara dingin, dengan tidak melakukan kegiatan
yang tidak perlu diruang terbuka
Hindari merokok dan minum kopi
Sebaiknya mandi melalui shower dengan air hangat,
jangan banyat gerakan menggosok waktu mandi
Jangan menggosok kulit daerah lesi, karena dapat
merusak jaringan
Jangan gunakan penghangat langsung (seperti botol air
panas, dll)
Jangan mencairkan daerah lesi jika mungkin akan terjadi
belum lagi, karena dapat merusak jaringan
Lindungi kulit dengan krim.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 67


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

POKOK BAHASAN

Penanganan Kegawatdaruratan Sesuai


Kondisi dan Peralatan Di Kloter

1. Definisi
Kegawatan merupakan : suatu keadaan yang menimpa
seseorang yang dapatmenyebabkan sesuatu yang
mengancam jiwanya dalam arti memerlukan pertolongan
tepat, cermat dan cepat bila tidak maka seseorang tersebut
dapat mati atau menderita cacat.
2. Prioritas utama penyebab kegawatan
Banyak sebab dapat berakibat kematian atau cacat dalam
waktu singkat dapat berupa sebab-sebab bidang medik
ataupun trauma.
Yang mengakibatkan kegawatan menyangkut :
a. Jalan nafas dan fungsi nafas
b. Fungsi sirkulasi
c. Fungsi otak dan kesadaran
3. Penyebab Medik Antara Lain
a. Penyakit
Infeksi otak : Gangguan kesadaran
Gangguan pusat-pusat vital
Diabetes : Koma diabetikum
Hepar : Koma hepatikum
Ginjal : Koma uremikum
Jantung : Serangan jantung
Tek. Darah tinggi : Serangan otak
Kelemahan otot : Tidak dapat bernafas

b. Obat-Obatan
Narkotika : tidak dapat bernafas (henti nafas)

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 68


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Anafilaksis : shock berat (henti jantung)

c. Penyebab Trauma
Trauma kepala : Gangguan kesadaran
Trauma muka : Gangguan jalan nafas
Trauma dada : Perdarahan Shock
Pneumothorak : Sesak
Patah tulang dada atau iga : sesak, nyeri
Trauma perut : Perdarahan Shock
Trauma anggota gerak : Perdarahan/nyeri Shock
Trauma pada kehamilan : Bahaya untuk ibu dan bayi
Terbakar : sesak, shock

PRIMARY SURVEY
1. Definisi
Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa
2. Cara Pelaksanaan
a. Jalan Nafas
Lihat, Dengar, Raba (Look, Listen, Feel). Buka jalan
nafas, yakinkan adekuat. Atasi segera, bebaskan jalan
nafas.(Head Tilt, Chin Lift, Jaw Thrust; hati-hati pada
korban trauma) Penghisapan (Suctioning)
b. Pernafasan
Apakah pertukaran hawa panas adekuat ?
Tidak ada, lakukan resusitasi
Frekuensi
Kualitas
Teratur / tidak
Capillary Refill Time
c. Perdarahan
1) Eksternal
Hentikan segera : Dengan bebat tekan pada luka
Elevasi
Kompres es
Tourniquet (hanya pada luka / trauma khusus)

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 69


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

2) Internal
segera kirim (lihat protokol khusus)
d. Tulang Belakang
Apakah sadar ? (lihat protokol khusus), Adakah trauma
kepala? (lihat protokol khusus), Stabilisasi leher dan
tulang belakang sebelum dikirim
e. Shock
Tanda-tanda shock (lihat protokol khusus), Stabilitas
segera dikirim

Catatan :
Primary survey harus selalu dilaksanakan pada tiap pasien /
korban saat itu.

Ingat !
Hindari hal-hal yang dapat mengancam jiwa
penolong setiap akan memberikan pertolongan

SECONDARY SURVEY
1. Definisi
Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang
menjadi lebih gawat dan dapat mengancam jiwa apabila
tidak segera diatasi.
2. Peralatan : Stetoscope, tensi meter, jam, lampu
pemeriksaan, gunting, thermometer, catatan, alat tulis
3. Cara pelaksanaan:
a. Periksa kondisi umum menyeluruh
Posisi saat ditemukan
Tingkat kesadaran
Sikap umum, keluhan
Ruda paksa, kelainan
Keadaan kulit
b. Periksa kepala dan leher
Rambut dan kulit kepala
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 70
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan


cedera tulang belakang
Telinga
Perlukaan, darah, cairan
Mata
Perlukaan pembengkaan, perdarahan,
Refleks pupil, kondisi kelopak mata, kemerahan
perdarahan sclera/alrian antrum anterior, benda asing,
pergerakan abnormal
Hidung
Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung kelainan
anatomi karena ruda paksa
Mulut
Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau,
dapat buka mulut / tidak
Bibir
Perlukaan, perdarahan, cyanosis, kering
Rahang
Perlukaan, stabilitas, krepitasi
Kulit
Perlukaan, basah / kering, darah, warna goresan-
goresan, suhu
Leher
Perlukaan, bendungan vena, deviasi trachea, spasme
otot, stoma, tag, stabilitas tulang leher
c. Periksa Dada
Flailchest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar
iga, nyeri tekan, perlukaan, suara ketuk, suara nafas
d. Periksa Perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi
e. Periksa tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot
f. Periksa pelvic/genetalia
Perlukaan, nyeri, pembengkaan, krepitasi, priapismus,
inkontinensia
g. Periksa ekstermitas atas dan bawah

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 71


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan gangguan


rasa, bengkak, denyut nadi, warna luka

CATATAN :
Perhatikan tanda-tanda vital
Pada kasus trauma, pemeriksaan setiap tahap selalu
dimulai dengan pertanyaan adakah : D-E-C-A-P-B-L-S
D : Deformitas
E : Ekskoriasi
C : Contusi
A : Abrasi
P : Penetrasi
B : Bullae/Burn
L : Laserasi
S : Swelling/Sembab
Pada dugaan patah tulang, pemeriksaan setiap tahap
selalu dimulai dengan pertanyaan Adakah : P-I-C
P : Pain/nyeri
I : Instabilitas
C : Crepitasi

AIRWAY MANAGEMENT
( PENGELOLAAN JALAN NAFAS )
1. Tujuan
Membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran
udara secara normal.
2. Diagnosa
Cara melakukan diagnosis terhadap adanya gangguan
jalan nafas dapat diketahui dengan cara
L = Look
L = Listen yang dilakukan secara simultan, dengan satu
gerak.
F = Feel
L = melihat gerakan nafas/pengembangan dada dan
adanya

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 72


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

retraksi sela iga.


L = mendengar aliran udara pernafasan.
F = merasakan adanya aliran udara pernafasan.
3. Tindakan :
a. Tanpa alat
1) Membuka jalan nafas
Dapat dilakukan :
a) head-tilt (dorong kepala ke belakang).
b) chin-lift manouver (tindakan mengangkat dagu).
c) jaw-thrust manouver (tindakan mengangkat sudut
rahang bawah).
Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leher dan
kepala, hanya dilakukan jaw-thrust dengan hati-hati
dan mencegah gerakan leher.

Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda


asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan
manual dengan sapuan jari.
Kegagalan membuka jalan nafas dengan cara ini
perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan
jalan nafas daerah faring atau adanya henti nafas
(apnea)
Bila hal itu terjadi dan pasien menjadi tidak sadar,
lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada
tidak tampak mengembang, maka kemungkinan
adanya sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan
Heimlich Manouver (perasat Heimlich).
2) Membersihkan jalan nafas
Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya
benda asing dalam rongga mulut belakang atau
hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing
lainnya) dan hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya
Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan
fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 73


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

jaw thrust dan tekan dagu kebawah. Bila otot


rahang lemas (emaresi manouver).
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang
bersih atau dibungkus dengan sarung
tangan/kassa untuk membersihkan
mengorek/mengait semua benda asing dalam
rongga mulut.
3) Mengatasi sumbatan nafas parsial
Dapat digunakan tehnik manual thrust
Abdominal thrust.
Chest thrust.
Back blow.
b. Dengan menggunakan alat :
Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidak
berhasil sempurna.
1) Pemasangan pipa (tube)
Dipasang jalan nafas buatan (pipa orofaring, pipa
nasofaring). Bila dengan pemasangan jalan nafas
tersebut pernafasan belum juga baik, dilakukan
pemasangan pipa endotrachea
Pemasangan pipa endotrachea akan menjamin
jalan nafas tetap terbuka, menghindari aspirasi
dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan.
2) Pengisapan benda cair (suctioning)
Bila terdapat sumbatan jalan nafas karena benda
cair, maka dilakukan pengisapan (suctioning).
Pengisapan digunakan dengan alat bantu pengisap
(pengisap manual portable, pengisap dengan sumber
listrik).
3) Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas
Bila pasien tidak sadar dan terdapat sumbatan benda
padat di daerah hipofaring yang tak mungkin
dilakukan dengan sapuan jari, maka digunakan alat
bantu berupa :
- laringoskop
- alat pengisap (suction)

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 74


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

- alat penjepit (forcep)


4) Mempertahankan jalan nafas agar tetap terbuka
Penggunaan pipa orofaring : yang digunakan untuk
mempertahankan jalan nafas tetap terbuka dan
menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang
yang dapat menutup jalan nafas terutama untuk
pasien-pasien tidak sadar.
5) Membuka jalan nafas dengan krikotirotom
Dapat dilakukan 2 jenis krikotirotomi
- Krikotirotomi dengan jarum.
- Krikotirotomi dengan pembedahan (dengan
pisau).
Cara ini dipilih bila pada kasus pemasangan pipa
endotracheal tidak mungkin dilakukan, dipilih
tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas
medis yang terlatih dan terampil dapat melakukan
krikotirotomi dengan pisau.

CIRCULATION
( PENGELOLAAN SIRKULASI )
1. Tujuan
Mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
2. Diagnosa
Gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa terutama bila terjadi
henti jantung dan shock.
a. Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya
denyut nadi karotis dalam 5 10 detik.
Henti jantung dapat disebabkan karena kelainan jantung
(primer) dan kelainan jantung di luar jantung (sekunder)
yang harus segera dikoreksi.
b. Diagnosis shock secara cepat dapat ditegakkan dengan
tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/nadi karotis,
pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas
mungkin teraba dingin, basah dan memanjangnya waktu
pengisian kapiler (capilary refill time > 2 detik).

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 75


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

3. Tindakan :
a. Pada henti jantung lakukan pijat jantung luar minimal
100 kali/menit.
b. Pada pasien shock, letakkan pasien dalam posisi
shock yaitu mengangkat kedua tungkai lebih tinggi dari
jantung.
Bila pasien shock karena perdarahan, lakukan
penghentian sumber perdarahan yang tampak dari
luar dengan melakukan penekanan, di atas sumber
perdarahan kemudian dilakukan pemasangan jalur
intra vena (iv access). Dan pemberian cairan infus
kristaloid berupa ringer lactat atau larutan garam faali
(NaCl 0,9 %).
Pada pasien dewasa pemasangan jalur vena
dilakukan dengan pilihan menggunakan jarum besar
( > 16 G) di daerah lengan atas - ante cubiti (lokasi
lebih proximal). Sebaiknya dipasang 2 jalur intra
vena bila terdapat perdarahan masif.

Catatan :
Pada pasien-pasien trauma dengan fraktur tulang extremitas,
maka pemasangan jalur intra vena tak dilakukan pada bagian
distal trauma tersebut.
Bagi petugas medis terlatih dan terampil dapat dilakukan
pemasangan jalur intravena pada vena subclavia / vena
jugularis untuk itu harus diketahui komplikasinya.
Pada pasien anak dengan kesulitan melakukan pemasangan
jalur intravena dapat dilakukan segera pemasangan jalur
intraosseus pada tuberositas tibia.
Catatan : perhatikan arah jarum tak menuju ke sendi lutut.
Pada pasien-pasien dengan shock terdapat beberapa hal
yang harus diketahui setelah dilakukan pemasangan jalur
intravena yaitu :
a. Karakteristik dari jenis-jenis shock.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 76


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

b. Pada shock hipovolemik terutama karena pedarahan


(terdapat klasifikasi berat-ringannya) dan karena dehidrasi
(muntah, diare).

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)


1. Tujuan
Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung.
2. Penyebab :
a. Henti nafas (Respiratory arrest) : henti nafas yang bukan
dikarenakan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi
karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia,
fibrilasi ventrikel).
b. Henti jantung (Cardiac arrest) dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain :
1) Hipoksemia karena berbagai sebab.
2) Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia,
hipomagnesia).
3) Gangguan irama jantung (aritmia).
4) Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung,
tension pneumotoraks).
3. Diagnosa :
a. Tidak terdapat adanya pernafasan (gunakan cara Look-
Listen-Feel).
b. Tidak teraba denyut nadi karotis.

Catatan :
Pada pasien yang telah terpasang monitoring EKG dan terdapat
gambaran asistole pada layar monitor, harus selalu dicek denyut
nadi karotis untuk memastikan adanya henti jantung

4. Tindakan :
a. Tanpa alat
1 (satu) orang penolong : memberikan pernafasan
buatan dan pijat jantung luar dengan perbandingan 2 :
30

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 77


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

2 (dua) orang penolong : memberikan pernafasan


buatan dan pijat jantung luar yang dilakukan oleh
masing-masing penolong secara bergantian dengan
perbandingan sama dengan 1 penolong 2 : 30.
b. Dengan alat
Untuk mencapai hasil RJP yang lebih baik, harus segera
diusahakan pemasangan intubasi endotracheal.
Korban ditemukan

Cek respon korban

Tidak ada respon (unresponsive)


Tidak bernapas atau tidak bernapas normal (hanya
gasping/terengah-engah)

Ada denyut
Cek nadi : nadi Beri 1 napas tiap 5 6
Pastikan nadi dalam detik
10 detik? Cek ulang tiap 2 menit
Tak ada denyut nadi

Mulai siklus 30 KOMPRESI dan 2 NAPAS

AED / defibrilator datang

Rekam irama jantung, apakah bisa


didefibrilasi atau tidak ?

Berikan 1 shock Segera lanjutkan RJP selama 2 menit


Segera lanjutkan RJP untuk 5 Cek irama setiap 2 menit, sampai tim dengan
siklus (2 menit) alat lebih lengkap datang.

Catatan : Kotak dengan garis putus-putus dilakukan oleh penolong profesional, bukan oleh penolong awam

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 78


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

REFERENSI

1. Ankner, M Gina (2011), Clinical Decision Making: Case


Studies in Medical-Surgical Nursing 2: Case Studies in
Medical-Surgical Nursing, Cengage Learning
2. Buku Panduan Pelayanan Medik PAPDI
3. Brunner & Suddarth.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal,
Vol.1.E/8EGC, Jakarta
4. Baradero,M dkk,(2009), Seri Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Endokrin, Jakarta: EGC.
5. Crisp, J. & Taylor, C (2001). Potter & Perrys Fundamental Of
Nursing. Harcourt : Mosby-Year Book Inc.
6. Doenges, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. (I Made Kariasa penerjemah). Jakarta:
EGC
7. Doenges, Marilynn E, at all, (2002), Nursing Care Plans:
guidelines forindividualizing patient care, by F.A. Davis
Company, USA.
8. Harrison's Principles of Internal Medicine, 17th Edition
9. http://www.hidupsehat.web.id/2014/05/penyakit-mers-cov-
penyebab-tanda-gejala.html
10. Modul pembekalan kesehatan penerbangan bagi Tim
Kesehatan Haji Indonesia, PERKESPRA, 2003.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 79


Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 80

Anda mungkin juga menyukai