Anda di halaman 1dari 22

47

BAB V

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

5.1.1 Profil Kabupaten Magetan

Kabupaten Magetan merupakan suatu daerah yang perbatasannya di

sebelah barat Gunung Lawu, menuju ke barat daya merupakan deretan gunung-

gunung Sidoramping, gunung Jobolarangan dan Gunung Kukusan, berbatasan

dengan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.

Bagian Utara merupakan dataran yang bergelombang naik, mengarah

dari arah timur ke barat sampai ke kaki gunung Lawu berbatasan dengan

Kabupaten Ngawi. Bagian sebelah selatan merupakan dataran rendah

berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah.

Bagian sebelah Timur dataran rendah melandai berbatasan dengan Kabupaten

Madiun.

Sungai yang memotong daerah Magetan menjadi dua bagian mulai dari

pangkal sumber dibawah Cemorosewu, gunung Kendil dan gunung Sidoramping

adalah sungai Gandong yang merupakan jalur bersejarah, penuh dengan misteri

serta ditaburi dengan makam-makam peninggalan kuno.

Kabupaten Magetan merupakan Kabupaten terkecil kedua di Propinsi

Jawa Timur setelah Kabupaten Sidoarjo. Dengan luas wilayah kurang lebih

668.850 Km2. Dengan jumlah penduduknya adalah 692.208 jiwa. Terbagi menjadi

menjadi 18 Kecamatan dan 235 Desa.

Produk unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten Magetan diantaranya

adalah kerajinan kulit yang berada di jalan sawo Kelurahan Selosari, disitu
48

terdapat perkampungan pengrajin kulit yang sudah terkenal. Selain itu Magetan

juga memiliki kerajinan bambu dan batik juga. Di sektor pertanian Magetan juga

terkenal dengan jeruk pamelonya, daerah penghasil jeruk tersebut di singkat

BETA SOKA (Bendo, Takeran dan Sukomoro), selain jeruk juga ada durian

taring. Karena letak geografisnya, Magetan mengalami 2 masalah yaitu

keterisolasian daerah dan ketersediaan air yang terbatas di musim kemarau

(magetan bagian selatan). Untuk mengatasi 2 masalah tersebut, Pemerintahan

Magetan melakukan pembangunan jalan tembus Magetan-Karanganyar dan juga

membangun Waduk Gondang di daerah Poncol.

Dilihat dari sejarah, Kabupaten Magetan dahulu merupakan daerah

Mancanegoro Mataram yaitu daerah taklukan kerajaan Mataram. Di daerah

Magetan juga banyak terdapat peristiwa dan peninggalan-peninggalan sejarah,

hal ini bisa dilihat dari adanya petilasan-petilasan yang diperkirakan sebelum

jaman majapahit. Yaitu peninggalan-peninggalan purbakala, antara lain di

Sonokeling Desa Kepolorejo Kecamatan Kota Magetan, terdapat makam

membujur kearah utara selatan dengan batu nisan terbuat dari batu andesit

berukuran 34 cm, tebal 26 cm dan tinggi 66 cm. Pada satu bidangnya terdapat

tulisan jawa kuno dengan huruf kwadran (masa abad XI Masehi), tepatnya pada

masa Kediri. Kemudian peninggalan purbakala di Dukuh Sadon Desa Cepoko

Kecamatan Panekan berupa reruntuhan candi, di Sendang Kamal Desa Kraton

Kecamatan Maospati terdapar sebuah kolam pemandian kuno dan tiga buah

prasasti berbentuk maejan, prasasti di Desa Bulugledeg Kecamatan Bendo dan

Desa Bulu Kecamatan Sukomoro. Di Desa Simbatan Wetan Kecamatan Takeran

terdapat petirtaan dan arca pancuran (penduduk setempat mengatakan sendang


49

beji) dan masih banyak lagi cerita sejarah di Magetan dan juga sejarah

terbentuknya Kabupaten Magetan.

Visi Kabupaten Magetan adalah Terwujudnya kesejahteraan Magetan

yang adil dan bermartabat, sedangkan misinya adalah:

1. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

2. Mewujudkan kepemerintahan yang baik dan peningkatan sumberdaya

manusia yang profesional dilandasi semangat pelaksanaan otonomi daerah

yang desentralistik

3. Mengembangkan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan

lingkungan secara optimal dan berkelanjutan

4. Meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan, kesehatan dan kehidupan

sumberdaya manusia yang memadai

5. Meningkatkan kinerja ekonomi daerah melalui pengembangan sektor

pertanian, perdagangan, industri dan pariwisata yang berwawasan

lingkungan dan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat

6. Mewujudkan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai dalam

menunjang pertumbuhan perekonomian daerah

7. Mewujudkan suasana aman dan damai melalui kepastian, penegakan dan

perlindungan hukum secara konsekuen.

Untuk mendukung pencapaian misi-misi di atas, pemerintah Kabupaten

Magetan menerapkan konsep 6 W, yaitu:

1. Wareg : cukup pangan, sandang, papan

2. Waras : sehat jasmani dan rohani

3. Wasis : memiliki pendidikan yang cukup dan layak


50

4. Wutuh : pembangunan yang komprehensif, merata dan mempunyai

dimensi keseimbangan jasmani dan rohani

5. Widodo : selamat dunia dan akhirat

6. Waskita : mempunyai pandangan jauh kedepan atau visioner

Program prioritas pembangunan Kabupaten Magetan diuraikan dalam

beberapa sektor sebagai berikut:

1. Pendidikan

2. Pertanian

3. Pariwisata

4. Industri

5. Perdagangan

6. Kesehatan

Berikut ini adalah peta wilayah Kabupaten Magetan dengan beberapa

kabupaten di sekitarnya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Magetan.

Sumber: http://www.magetankab.go.id.

Gambar 5.1

Peta Wilayah Kabupaten Magetan


51

5.1.2 Profil SMK Yosonegoro Magetan

SMK Yosonegoro berlokasi diJalan Tripandita, No. 3 Magetan. SMK

Yosonegoro berdiri sejak tahun 1991 tepatnya pada tanggal 27 Mei 1991 dengan

nomor Surat Keputusan pendirian nomor1253/32.B/1991 dan berada dibawah

naungan Yayasan Dharma Wanita Kabupaten Magetan. Pada awal berdirinya

SMK Yosonegoro menempati gedung yang digunakan untuk perguruan tinggi

AKIMA (Akademi Administrasi Magetan) yang didirikan pada tahun 1985 dan

dibangun diatas tanah seluas 18.000 m2 berada di jalan Tripandita No. 04

Rt.01/Rw.07 Kelurahan Sukowinangun Kec. Magetan Kab. Magetan.

Seiring dengan perkembangan waktu keberadaan AKIMA kurang

mendapatkan apresiasi dari masyarakat, sehingga oleh yayasan Dharma Wanita

Kab. Magetan digunakan juga untuk membuka sekolah baru yaitu SMA (Sekolah

Menengah Atas) Dharma Wanita Magetan pada tahun 1987. Dalam

perkembangannya keberlangsungan SMA Dharma Wanita Magetan juga kurang

mendapat respon dari masyarakat yang akhirnya digunakan untuk membuka

sekolah kejuruan yaitu STM (Sekolah Tehnik Mesin ) Yosonegoro dan sampai

sekarang masih mendapatkan kepercayan dari masyarakat yang dibuktikan

semakin banyaknya orang tua murid menyekolahkan anaknya di SMK

Yosonegoro. Dalam rentang waktu sejak berdirinya SMK Yosonegoro sampai

sekarang telah mengalami pergantian Kepala Sekolah sebanyak 6 kali, yaitu:

1. Bpk. Ir. Budi Priyono (tahun 1991 1992)

2. Bpk. Drs. Bambang Hery Winarno (tahun 1992 1993)

3. Bpk. Suratno Tohir, SH, M.Si. (tahun 1993 2001)

4. Bpk. Soejadi, DM (tahun 2001 2006)

5. Bpk. Drs. S. Eko Soeprajitno, M.Pd (tahun 2006 2009)


52

6. Bpk. Drs. H. Nahari Surur (tahun 2009 sekarang).

Visi SMK Yosonegoro adalah mewujudkan lembaga pendidikan kejuruan

dengan lulusan siap kerja yang berwawasan lingkungan dan kewirausahaan,

sedangkan misinya adalah:

1. Menerapkan manajemen pengelolaan dan pelayanan yang berbasis ISO

9001:2001.

2. Mengembangkan sistem pembelajaran yang berwawasan industri dan

kewirausahaan.

3. Mengembangkan iklim pembelajaran atas nama budi pekerti.

4. Meningkatkan mutu pembelajaran dan optimalisasi sumber daya.

Program keahlian yang ada di SMK Yosonegoro hingga saat ini terdiri dari

lima Program Keahlian, yaitu:

1. Teknik Kendaraan Ringan (TKR), dibuka tahun 1991, terakreditasi Type

2. Teknik Pemesinan (TP), dibuka tahun 1991, terakreditasi Type A

3. Teknik Audio dan Video (AV), dibuka tahun 1991, Terakreditasi Type B

4. Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), dibuka tahun 2005, terakreditasi A"

5. Teknik Sepeda Motor (TSM), dibuka tahun 2009, belum terakreditasi.

5.1.3 Profil SMKN Takeran

SMKN1 Takeran merupakan sekolah menengah kejuruan yang terletak di

Desa Kuwonharjo Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan, Jawa Timur. telp.

0351 439094. Memiliki Program Studi Keahlian Teknik Komputer dan Informatika.

Sedangkan Kompetensi Keahlian yang dimiliki adalah Teknik Komputer Jaringan

(TKJ), Multi Media (MM) dan rencana kedepan membuka Kompetensi Keahlian

Rekayasa Perangkat Lunak (RPL).


53

VISi Sekolah: Menjadi lembaga pendidikan kejuruan yang berkembang

dan berkwalitas untuk menghasilkan tenaga tingkat menengah dan yang beriman

dan bertaqwa. Mampu mengembangkan sikap professional, mandiri, dan

berkompetensi ditingkat nasional maupun internasional. MISI Sekolah:

1. Melaksanakan pembelajaran yang berwawasan keunggulan.

2. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepa Tuhan Yang

Maha Esa.

3. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga negarayang

berakhlak mulia, sehat, berilmu, Cakap, kreatif, trampil, sesuai dengan

program keahlian yang dipilih, mandiri demokratis dan bertanggung

jawab.

4. Mengembangkan unit produksi sebagai dunia usaha dan dunia industri

tempat praktek kerja industri bagi peserta didik sebagai perwujudan

pendidikan sistem ganda.

5.2 Data Penelitian

5.2.1 Deskripsi Responden

Responden dari penelitian ini adalah siswa dari dua sekolah, yaitu siswa

SMK Yosonegoro dan SMKN Takeran. Dari seluruh jawaban angket yang

dikembalikan responden, dapat dideskripsikan karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin. Adapun responden dalam penelitian ini meliputi siswa

laki-laki sebanyak 40 orang dan siswa perempuan sebanyak 47 orang, sehingga

jumlah responden seluruhnya adalah sebanyak 87 orang.


54

5.2.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas

5.2.1.1 Analisis Validitas

Menurut Ghozali (2006: 45), uji validitas digunakan untuk mengukur sah

atau valid tidaknya suatu kuesioner atau digunakan untuk mengetahui kelayakan

butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan atau pernyataan dalam mendefinisikan

suatu variabel. Uji ini dilakukan dengan bantuan SPSS, yaitu dengan melihat nilai

dari output SPSS. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r

hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom (df) = n-k. Dalam hal ini n

adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah item pertanyaan. Jika r hitung (untuk r

tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation) lebih besar

dari r tabel dan nilai r positif, maka butir atau pertanyaan/pernyataan atau

indikator tersebut dikatakan valid. Taraf signifikansi () yang digunakan adalah

0,05 atau 5%.

1. Variabel minat siswa terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (X1)

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS maka

diperoleh hasil sebagai berikut:

TABEL 5.1.

HASIL UJI VALIDITAS PENGUKURAN MINAT SISWA TERHADAP SMK (X1)

Koef. Korelasi r-tabel df = 77,


Item Pertanyaan Kesimpulan
r-hitung = 5%
X1.1 0,746 0,227 Valid
X1.2 0,621 0,227 Valid
X1.3 0,762 0,227 Valid
X1.4 0,749 0,227 Valid
X1.5 0,680 0,227 Valid
X1.6 0,746 0,227 Valid
X1.7 0,700 0,227 Valid
X1.8 0,762 0,227 Valid
X1.9 0,681 0,227 Valid
X1.10 0,574 0,227 Valid
Sumber: Output SPSS, Lampiran
55

Hasil pengujian validitas pada variabel minat siswa terhadap SMK

diperoleh bahwa nilai t tabel dengan df : 87 10 = 0,227. Dari pengujian validitas

terhadap semua item pertanyaan variabel minat siswa terhadap SMK diketahui

bahwa nilai t hitung yang diperoleh adalah lebih besar dari nilai nilai t tabel.

Pertanyaan-pertanyaan pada variabel minat siswa terhadap SMK dinyatakan

valid karena r-hitung > r-tabel 0,227 dengan df=77 pada taraf signifikansi 5%.

2. Variabel motivasi siswa memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (X2)

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS maka

diperoleh hasil sebagai berikut:

TABEL 5.2.

HASIL UJI VALIDITAS PENGUKURAN MOTIVASI SISWA MEMILIH SMK

(X2)

Koef. Korelasi r-tabel df = 77,


Item Pertanyaan Kesimpulan
r-hitung = 5%
X2.1 0,680 0,227 Valid
X2.2 0,653 0,227 Valid
X2.3 0,764 0,227 Valid
X2.4 0,614 0,227 Valid
X2.5 0,281 0,227 Valid
X2.6 0,284 0,227 Valid
X2.7 0,384 0,227 Valid
X2.8 0,264 0,227 Valid
X2.9 0,764 0,227 Valid
X2.10 0,282 0,227 Valid
Sumber: Output SPSS, Lampiran

Hasil pengujian validitas pada variabel motivasi siswa dalam memilih

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diperoleh bahwa nilai t tabel dengan df : 87

10 = 0,227. Dari pengujian validitas terhadap semua item pertanyaan variabel

motivasi siswa dalam memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diketahui

bahwa nilai t hitung yang diperoleh adalah lebih besar dari nilai nilai t tabel.
56

Pertanyaan-pertanyaan pada variabel motivasi siswa dalam memilih Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) dinyatakan valid karena r-hitung > r-tabel 0,227

dengan df=77 pada taraf signifikansi 5%.

3. Variabel peningkatan mutu pendidikan SMK (Y)

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS maka

diperoleh hasil sebagai berikut:

TABEL 5.3.

HASIL UJI VALIDITAS PENGUKURAN PENINGKATAN MUTU


PENDIDIKAN SMK (Y)

Koef. Korelasi r-tabel df = 77,


Item Pertanyaan Kesimpulan
r-hitung = 5%
Y1 0,421 0,227 Valid
Y2 0,468 0,227 Valid
Y3 0,406 0,227 Valid
Y4 0,322 0,227 Valid
Y5 0,510 0,227 Valid
Y6 0,481 0,227 Valid
Y7 0,579 0,227 Valid
Y8 0,564 0,227 Valid
Y9 0,435 0,227 Valid
Y10 0,559 0,227 Valid
Sumber: Output SPSS, Lampiran

Hasil pengujian validitas pada variabel peningkatan mutu pendidikan SMK

diperoleh bahwa nilai t tabel dengan df : 87 10 = 0,227. Dari pengujian validitas

terhadap semua item pertanyaan variabel peningkatan mutu pendidikan SMK (Y)

diketahui bahwa nilai t hitung yang diperoleh adalah lebih besar dari nilai nilai t

tabel. Pertanyaan-pertanyaan pada variabel peningkatan mutu pendidikan SMK

dinyatakan valid karena r-hitung > r-tabel 0,227 dengan df=77 pada taraf

signifikansi 5%.
57

5.2.1.2 Analisis Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu

bentuk kuesioner.

Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh

butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel, namun sebaiknya uji reliabilitas

sebaliknya dilakukan pada masing-masing variabel yang berbeda sehingga dapat

diketahui konstruk variabel mana yang tidak reliabel. Reliabilitas suatu konstruk

variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > dari 0,60 (Nugroho

(2005).

TABEL 5.4.

HASIL UJI RELIABILITAS

Variabel Cronbachs Alpha Kesimpulan


Minat siswa pada SMK 0,905 Valid
Motivasi siswa memilih SMK 0,734 Valid
Peningkatan mutu SMK 0,684 Valid
Sumber: Output SPSS, Lampiran

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa instrumen variabel minat siswa

pada SMK (X1), motivasi siswa dalam memilih SMK (X2), dan peningkatan mutu

SMK (Y) terletak pada reliabilitas, maka dapat digunakan sebagai data penelitian.

5.2.2 Analisis Uji Normalitas


58

Tujuan dari uji normalitas data adalah untuk mengetahui distribusi data

dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak

digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal.

Berdasarkan penghitungan dengan program SPSS, diketahui hasil uji

normalitas data sebagai berikut:

TABEL 5.5.

HASIL UJI NORMALITAS

Kolmogorov-
Variabel (P-Value) Kesimpulan
Smirnov
Minat siswa pada SMK 0,841 0,05 Normal
Motivasi siswa memilih SMK 0,910 0,05 Normal
Peningkatan mutu SMK 1,211 0,05 Normal
Sumber: Output SPSS, Lampiran

Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang disampaikan pada tabel 5.5.

di atas, diperoleh harga Kolmogorov-Smirnov untuk ketiga variabel lebih besar

dari 0,05. Dengan demikian, data untuk variabel minat siswa pada SMK, motivasi

siswa dalam memilih SMK, serta peningkatan mutu pendidikan SMK berdistribusi

normal. Dengan demikian, data untuk ketiga variabel berdistribusi normal.

5.2.3 Analisis Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasikdilakukan untuk mendeteksi ada tidak penyimpangan

terhadap asumsi klasik atas persamaan regresi berganda yang digunakan.

Proses pengujian asumsi klasik dilakukan bersama-sama dengan proses uji

regresi sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik

menggunakan media kotak kerja yang sama dengan uji regresi.

1. Uji Multikolineritas
59

Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu

model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan

menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel

independen dengan variabel independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap

multikolineritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses

pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Deteksi multikolineritas dapat

dilihat jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai

Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari

multikolineritas (Nugroho, 2005).

Hasil uji melalui Variance Inflation Factor (VIF) pada hasil output SPSS

table Coefficients dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

TABEL 5.6.

HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS

Variabel VIF Tolerance Kesimpulan


Minat siswa pada SMK 2,695 0,371 Terbebas
Motivasi siswa dalam memilih SMK 2,695 0,371 Terbebas
Sumber: Output SPSS, Lampiran

Berdasarkan nilai VIF dan tolerance yang ada pada tabel di atas,

menunjukkan bahwa masing-masing variabel independent memiliki Variance

Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1.

Maka dikatakan model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik uji

multikolineritas dan dapat digunakan dalam penelitian.

2. Uji Heteroskesdastisitas
60

Heteroskesdastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual

suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran

hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai

tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan

variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang

lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized

Delete Residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut

homokesdastisitas (Nugroho, 2005).

Di bawah ini adalah gambar scatterplot untuk mengetahui terbebas


. 4
3

3
0
. 6
3 0
. 8
0
-3
Re
r s
g e s
-2
io n
S ta
nd
-1
r d
a iz e
dPre d
0
ic te
dVa lu
1
e
2
u tu
M

.0
4
0
.2
4

.0
4
0
.6
4
0
.8
4

e p
D e n
det V
n a ria
b le :M u
t

Sc
a te
r p
lo t

tidaknya dari heterokedastisitas:

Sumber: Data Primer yang Diolah

Gambar 5.1
Scatterplot

Gambar Scatterplot menunjukkan penyebab titik-titik data sebagai berikut:


61

a. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

b. Diagram pencar tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak

mengalami gangguan heterokedastisitas.

Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas

dari asumsi klasik heterokedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.

3. Uji Autokorelasi

Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya korelasi variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel

pengganggu periode sebelumnya. Cara mudah mendeteksi autokorelasi dapat

dilakukan dengan uji Durbin Watson (Nugroho, 2005).

Uji Durbin Watson pada tabel Model Summary sebagai berikut:

TABEL 5.7.

HASIL UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
1 .808(a) .653 .644 .19017 1.703
a Predictors: (Constant), Motivasi, Minat
b Dependent Variable: Mutu

Sumber: Output SPSS, Lampiran

Model regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi jika Durbin

Watson hitung terletak di daerah No Autokorelasi. Penentuan tersebut dibantu

dengan tabel dl dan du, dibantu dengan k (jumlah variabel independen).

Dari tabel di atas hasil regresi dengan model summary diperoleh Durbin

Watson 1,703 dengan k = 2 dan n = 87 maka dl = 1,53 dan du = 1,63, karena DB

hitung terletak pada kriteria du < DW < 4 du, yaitu 1,63 < 1,703 < 2,37, maka

regresi terbebas dari autokorelasi.


62

5.3 Analisis Hasil Penelitian

5.3.1 Uji Regresi Linier Berganda

Hasil perhitungan regresi antara variabel minat siswa pada SMK (X1) dan

motivasi siswa dalam memilih SMK (X2) sebagai variabel independent terhadap

peningkatan mutu pendidikan SMK sebagai variabel dependent (Y) dapat dilihat

pada tabel berikut:

TABEL 5.8.

HASIL ANALISIS REGRESI

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) 1.155 .238 4.860 .000
Minat -.052 .059 -.093 -.881 .381 .605 -.096 -.057 .371 2.695
Motivasi .782 .094 .880 8.333 .000 .806 .673 .536 .371 2.695
a. Dependent Variable: Mutu

Sumber: Output SPSS, Lampiran

Dari hasil uji regresi pada tabel 5.8 dapat diformulasikan persamaan

regresi sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2X2
= 1,155 - 0,052X1 + 0,782X2

Keterangan:
Y : peningkatan mutu pendidikan SMK

a : konstanta

X1 : minat siswa pada SMK

X2 : motivasi siswa dalam memilih SMK

Dari persamaan tersebut, dapat diidentifikasikan beberapa hal sebagai

berikut:
63

a. Nilai konstanta sebesar 1,155; menunjukkan bahwa peningkatan mutu

pendidikan SMK akan bernilai konstan sebesar 1,155, apabila variabel minat

siswa pada SMK (X1) dan motivasi siswa dalam memilih SMK sama dengan

nol (tidak ada), dengan asumsi faktor-faktor lain tetap atau tidak berubah

nilainya.

b. Variabel minat siswa pada SMK (X1) yang bernilai sebesar -0,052

menunjukkan besarnya pengaruh citra perusahaan terhadap kepuasan

nasabah PT. BPR Buana Citra Sejahtera Magetan berkorelasi negatif

sehingga setiap kenaikan sebesar 1 satuan pada minat siswa pada SMK

menyebabkan turunnya peningkatan mutu pendidikan SMK sebesar 5,2

satuan.

c. Variabel motivasi siswa dalam memilih SMK (X2) yang bernilai sebesar 0,782

menunjukkan besarnya pengaruh motivasi siswa dalam memilih SMK

berkorelasi positif sehingga setiap kenaikan sebesar 1 satuan pada motivasi

siswa dalam memilih SMK menyebabkan naiknya peningkatan mutu

pendidikan SMK sebesar 78,2 satuan.

5.3.2 Uji Hipotesis

1. Uji Hipotesis 1: Minat siswa terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

secara parsial berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan SMK di

Kabupaten Magetan

Dari Tabel 5.8 diperoleh nilai t hitung = -0,881 pada nilai sig. = 0,381.

Untuk memperoleh ttabel menggunakan uji dua sisi (dengan level of significant ()

= 0,05 (5%) dan degrees of freedom (df) = n - k (Nugroho, 2005:40). Dari

ketentuan tersebut, diperoleh nilai df = 87 - 2 = 85. Nilai t tabel adalah sebesar

1,671. Berdasarkan kriteria, maka t hitung < t tabel, ini berarti H1 ditolak.
64

Dengan demikian minat siswa pada SMK terbukti tidak berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan SMK karena

peningkatan mutu pendidikan tidak dilakukan hanya berdasarkan adanya minat

dari siswa yang hanya diindikasikan dari adanya ketertarikan siswa saja.

2. Uji Hipotesis 2: Motivasi siswa dalam memilih Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) secara parsial berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan

SMK di Kabupaten Magetan

Dari Tabel 5.8 diperoleh nilai t hitung = 8,333 pada nilai sig. = 0,000.

Untuk memperoleh ttabel menggunakan uji dua sisi (dengan level of significant ()

= 0,05 (5%) dan degrees of freedom (df) = n - k (Nugroho, 2005:40). Dari

ketentuan tersebut, diperoleh nilai df = 87 - 2 = 85. Nilai t tabel adalah sebesar

1,671. Berdasarkan kriteria, maka t hitung > t tabel, ini berarti H1 diterima.

Dengan demikian motivasi siswa dalam memilih SMK terbukti berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan SMK.

Adanya indicator-indikator motivasi siswa dalam memilih SMK, terutama dalam

hal kegiatan-kegiatan dalam belajar di SMK yang dianggap siswa menarik serta

lingkungan belajar yang kondusif, maka pihak pengelola dituntut untuk mencapai

kondisi-kondisi tersebut.

3. Uji Hipotesis 3: Minat siswa terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

dan motivasi siswa dalam memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

secara simultan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan SMK di

Kabupaten Magetan.

Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh nilai F hitung seperti yang

disampaikan pada tabel berikut:

TABEL 5.9.
65

HASIL UJI F

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.709 2 2.855 78.935 .000a
Residual 3.038 84 .036
Total 8.747 86
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Minat
b. Dependent Variable: Mutu

Sumber: Output SPSS, Lampiran

Dari Tabel 5.9 diperoleh F hitung = 78,935 pada nilai sig. 0,000. Kriteria

pengujian yang digunakan adalah dengan menentukan nilai Ftabel terlebih dahulu.

Nilai Ftabel diperoleh melalui penentuan nilai level of significant () serta df.

pembilang (df1) dan df. penyebut (df2). Dalam penelitian ini, dipilih level of

significant () = 0,05 (5%). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian

adalah 87 responden dengan jumlah variabel bebas sebanyak 2 (dua) buah,

yaitu minat siswa pada SMK (X1) dan motivasi siswa dalam memilih SMK (X2).

Dengan demikian diperoleh nilai df. pembilang (df1) = k = 2 dan df. penyebut

(df2) = n - k - 1 = 87 - 2 - 1 = 84. Pada tabel F, dengan level of significant () =

0,05 (5%) diperoleh nilai Ftabel = 3,20. Berdasarkan nilai F hitung dan F table

tersebut, maka diperoleh kriteria F hitung > F table. Dengan demikian, hipotesis 3

diterima. Artinya, minat siswa terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan

motivasi siswa dalam memilih Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara

simultan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan SMK di Kabupaten

Magetan.

4. Uji Hipotesis 4: variabel minat siswa terhadap Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) berpengaruh dominan terhadap peningkatan mutu pendidikan SMK di

Kabupaten Magetan.
66

Berdasarkan hasil analisis korelasi partial seperti yang ditunjukkan pada

Tabel 5.8 di atas, diketahui bahwa variabel X2, yaitu motivasi siswa dalam

memilih SMK mempunyai nilai korelasi paling besar, yaitu 0,673 dibandingkan

variabel minat siswa pada SMK yang bernilai -0,096. Dengan demikian, hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa variabel motivasi siswa dalam memilih SMK

memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap peningkatan mutu pendidikan

SMK.

5.4 Pembahasan

Dalam dunia pendidikan sangat diperlukan perencanaan pendidikan. Hal

ini dimaksudkan agar dalam merencanakan pendidikan pada masa yang akan

datang adalah untuk meningkatkan kemampuan untuk bersaing dengan

mengandalkan kemampuan SDM yang dimiliki oleh para siswa.

Peran pendidikan dalam pengembangan sumberdaya manusia sangat

penting karena pendidikan dianggap sebagai investasi dimasa yang akan

datang. Dengan demikian, sangatlah penting pembangunan pendidikan bagi

masyarakat melalui pendidikan formal guna menciptakan manusia yang berguna

bagi dirinya, masyarakat dan lingkungan atau daerahnya. Dengan demikian

peran perencanaan pendidikan sangat diperlukan dalam proses membuat

kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan

mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang sosial ekonomi,

sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh.

Perencanaan pendidikan pada hakikatnya tidak lain merupakan proses

pemilihan yang sistematis, analisis yang rasional mengenai apa yang akan

dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya dan kapan suatu

kegiatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agar lebih


67

efektif dan efisien sehingga proses pendidikan itu dapat memenuhi

tuntutan/kebutuhan masyarakat. Dengan demikian peran perencanaan

pendidikan sangatlah penting dalam rangka mencapai tujuan pembangunan

pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada. Dengan

perencanaan yang baik, merupakan sebagian dari kesuksesan dalam

pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan terutama sejak otonomi daerah.

Perannya juga adalah untuk mampu mengangkat mutu pendidikan yang masih

rendah kearah yang lebih baik yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Adanya motivasi siswa memilih sekolah menengah kejuruan merupakan

upaya dalam meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia melalui

kompetensi yang ada. Menurut Sukmadinata (2006) bahwa kompetensi yang

dimiliki sekolah menengah kejuruan sudah lebih mengarah kepada kompetensi

teknis. Sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam pengembangan

wilayah. Hal ini dikarenakan sumberdaya manusia yang ada dalam

menggerakkan dan memanfaatkan sumberdaya yang ada serta kemampuannya

dalam memanfaatkan teknologi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan

hidupnya serta untuk memenuhi kebutuhannya.

Sebagai salah satu pilar yang cukup penting dalam pengembangan

wilayah maka sumberdaya manusia perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini

dikarenakan, sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan yang cukup akan

mampu menggerakkan seluruh sumberdaya yang ada di daerahnya ataupun di

lingkungannya. Keberhasilan suatu pengembangan wilayah dipengaruhi oleh

kualitas sumberdaya manusianya. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan

kualitas manusia adalah melalui pendidikan, pemerintah Kabupaten Magetan

perlu mengupayakan kondisi kegiatan pembelajaran di SMK sedemikian hingga


68

sehingga siswa tertarik untuk memilih SMK sebagai jenjang pendidikan

berikutnya. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan praktek kerja siswa

yang membuat siswa lebih mengerti tentang materi yang dipelajari. Selain

kegiatan yang menarik dalam belajar, pemerintah perlu menciptakan lingkungan

belajar yang kondusif. Berdasarkan sudut pandang siswa, lingkungan sekolah di

SMK yang tenang dan kondusif akan memotivasinya untuk memilih SMK

dibandingkan sekolah lain. Hal ini merupakan kesempatan baik bagi pengelola

SMK untuk menepis berbagai isu miring tentang siswa SMK yang cenderung

nakal dan sebagainya, sehingga kondisi lingkungan lebih baik dan memotivasi

siswa untuk memilih SMK.

Anda mungkin juga menyukai