Lap SH
Lap SH
BAB I
PENDAHULUAN
penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang
dirawat. Di negara-negara maju seperti Inggris Raya dan Amerika Serikat, jumlah
kematian akibat SH meningkat setiap tahunnya. 12,27
Secara klinis atau fungsional SH dibagi atas : 1. Sirosis hati kompensata
dan 2. Sirosis hati dekompensata disertai dengan tanda-tanda kegagalan
hepatoseluler dan hipertensi portal.
Sirosis hati juga dapat menyebabkan anemia dikarenakan adanya
hipertensi portal atau kegagalan hepatoseluler. Jenis anemia yang disebabkan oleh
SH bermacam-macam tergantung klinis dan hasil pemeriksaan penunjang yang
mendukung.
1.2 Tujuan
A. Mengetahui definisi, klasifikasi, dan etiologi SH .
B. Mengetahui definisi, penyebab dan klasifikasi anemia def. besi .
C. Mengetahui gejala, pemeriksaan penunjang dan terapi untuk anemia def.
besi.
D. Mengetahui manifestasi klinis dan pemeriksaan untuk mendiagnosis SH..
E. Mengetahui penatalaksanaan, prognosis, dan komplikasi SH.
F. Mengetahui hubungan SH dengan anemia def. besi.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN:
Nama : Ny. NM
Umur : 52 tahun
No. RM : 464523
ANAMNESIS (autoanamnesis) :
d. Riwayat Pengobatan :
Pernah kedokter dan diberi obat, namun gejala masih tetap.
f. Riwayat Sosial :
Minum-minuman beralkohol disangkal,
g. Riwayat Alergi :
Tidak ada alergi.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum:
Pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, GCS 456
2. Tanda-Tanda Vital:
TD 109/54 mmHg; Nadi 100 x/menit; RR 24 x/menit; Suhu 36,5 oC
3. Keadaan Tubuh:
Kepala : dalam batas normal
5
4. Thoraks:
Paru
Depan Belakang
Pemeriksaan
Kanan Kiri Kanan Kiri
INSPEKSI
Bentuk Simetris + + + +
pergerakan Simetris + + + +
PALPASI
Pergerakan Simetris + + + +
ICS Simetris + + + +
PERKUSI
Suara ketok Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
AUSKULTASI
Suara nafas Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
6
Ronkhi - - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Wheezing - - - -
- - - -
- - - -
- - - -
Jantung
Inspeksi Iktus cordis: tidak tampak
Palpasi Iktus: tidak teraba
Thrill: tidak didapat
Perkusi Batas kanan: ICS II-IV parasternal line dextra
Batas kiri: ICS V, 1 cm lateral mid clavicula line
Sinistra
Auskultasi S1/S2: Tunggal
Suara tambahan: murmur (-), gallop (-)
5. Abdomen
Inspeksi bentuk cembung
Massa (-) Scar (-)
Auskultasi Bising usus normal
Palpasi Supel
Hepar : teraba 3 jari dibawah arcus costae
Lien : teraba 2 jari dibawah arcus costae
Titik schufner : 1-2
Ginjal : tidak teraba
Nyeri tekan (-)
Perkusi Suara timpani dan redup
7
6. Ekstremitas
Atas Bawah Akral : hangat kering merah
CRT > 2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 22-10-2016
Darah Lengkap
Hematokrit :15 (35-47)
Hemoglobin : 4,2 (12-16)
Leukosit : 2.500 (4000-11000)
Trombosit : 143.000 (15000-350000)
MCV : 65,1 (84,0-96)
MCH : 18,1 (28,0-34,0)
MCHC : 27,8 (32-36)
8
INITIAL ASSESMENT
Diagnosis I : Sirosis Hepatis dekompensata dd sirosis hepatis kompensata
Diagnosis II : Amemia hipokromik mikrositik, dd anemia pada penyakit kronis
PLANNING
1. Planning diagnosis : DL , Faal hati ,USG abdomen, Endoskopi
2. Planning terapi :
Diagnosis I : O2 nasal 4tpm
Inf. Asering 15 tpm
Inj. Omeprazole 40 mg (2x1)
Inj. Furosemid 20 mg (1x1)
Tab curcuma 20 mg (3x1)
Pro transfusi PRC
Abdomen: supel,
Bising usus (+) normal.
Hepar teraba 3 jari dibawah arcus costae
Lien teraba 2 jari dibawah arcus costae,
titik schufner 1-2
Shifting dullness (+) , asites minimal,
3 jari dibawah umbilicus (miring)
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), CRT < 2 detik, oedem (-)
Pemeriksaan penunjang:
Hematokrit :15 (35-47)
Hemoglobin : 4,2 (12-16)
Leukosit : 2.500 (4000-11000)
Trombosit : 143.000 (15000-350000)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.3 Epidemiologi SH
Sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke 3 pada penderita
yang berusia 45-46 tahun (setelah penyakit cardiovaskuler dan kanker). Diseluruh
dunia SH menempati urutan ke 7 penyebab kematian. Penderita SH lebih banyak
laki-laki , dibandingkan wanita rasionya sekitar 1,6 : 1. Umur rata-rata
penderitanya terbanyak golongan umur 30-59 tahun dengan puncaknya dengan
umur 40-49 tahun. Insiden SH di Amerika diperkirakan 360 per-100.000
penduduk. Penyebab SH sebagaian besar adalah penyakit hati alkoholik dan non
19
3.1.4 Patofisiologi
Sirosis hepatis terjadi akibat adanya cidera kronik-ireversibel pada parenkim
hati disertai timbulnya jaringan ikat difus akbiat adanya cidera fibrosis),
oembentukan nodul degenerative ukuran mikronodul sampai makronodul. Hal ini
sebagai akibat adanya nekrosis hepatosit , koplapsnya jaringan penunjang
retikulin, disertai dengan deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskuler berakibat
pembentukan vaskuler intra hepatic antra pembuluh darah hati aferen (vena porta
dan arteri hepatica) dan eferen (vena hepatica), dan regenerasi nodular parenkim
hati sisanya. 15,18
Terjadi fibrosis hati disebabkan adanya aktifasi dari sel stellate hati. Aktivasi
ini dipicu oleh pelepasan yang dihasilkan sel hepatosit dan sel Kupffer. Sel stellate
merupakan sel penghasil utama matrix ekstracelluar (ECM) setelah terjadi cedera
pada hepar. Pembentukan ECM disebabkan adanya pembentukan jaringan mirip
fibroblast yang dihasilkan sel stellate yang dipengaruhi oleh beberapa sitokin
seperti transforming growth factor (TGF-) dan tumor necrosis factors (TNF ).
18
dan menghambat material yang diproduksi hati masuk kedarah . Proses ini akan
menimbulkan hipertensi portal dan penurunan fungsi hepatoseluler. 18
1. Edema
2. Ikterus
3. Koma
4. spider nevi
5. alopesia pectoralis
6. ginekomastia
7. kerusakan hati
8. asites
9. rambut pubis rontok
10. eritema Palmaris
11. atropi testis
12. kelainan darah (anemia,hematon/mudah terjadi perdaarahan)
b. Hipertensi portal
1. varises oesophagus
2. splenomegali
3. perubahan sum-sum tulang
4. caput medusa
5. asites
6. ollateral veinhemorrhoid
7. kelainan sel darah tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)
3.1.6 Diagnosis SH
Pada stadium kompensata sempurna kadang-kadang sangat sulit
menegakkan diagnosis SH. Pada proses lebih lanjut stadium kompensata dapat
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan klinis yang cermat, laboratorium kimia
serologi dan pemeriksaan lainnya. Pada stadium dekompensata diagnosis tidak
terlalu sulit karena gejala dan tanda klinis biasanya sudah tampak dengan adanya
komplikasi.5,26
Baku emas unutk diagnosis SH adalah biposi hati melalui percutan atau
transjugular, laparoskopi atau dengan biopsi jarum halus. Biopsi tidak perlu
22
2. USG
USG untuk mendeteksi SH kurang sensitive namun cukup spesifik
bila penyebabnya jelas. Gambaran USG menunjukkan ekodensitas hati
meningkat dengan ekostruktur kasar homogen atau heterogen pada sisi
superficial, sedang pada sisi profunda ekodensitas menurun. Dapat
dijumpai pula pembesaran lobus caudatus, splenomegali, dan vena
23
3.1.8 Komplikasi SH
Komplikasi yang terjadi menurut Dimitriou D., 2012 pada SH antara lain:
22
1. Ketika hati cedera parah , darah tidak bisa melalui hati pada kecepatan
normal karena terhalang oleh jaringan parut, sehingga menyebabkan
tekanan normal lebih tinggi dari pada vena portal-vena utama yang
memvaskularisasi hati (hipertensi portal ).
2. Pada hipertensi portal sering menyebabkan asites, yang merupakan
akumulasi cairan dirongga perut. Jika asites menjadi tegang, dapat
menyebabkan hernia umbilikalis. Selain itu, apabila flora normal tubuh
masuk kedalam cairan asites, maka dapat menyebabkan bacterial
peritonitis (SBP).
3. Pada hipertensi portal dapat menyebabkan pembentukan varises, ketika
tekanan drah meningkat menyebabkan dilatasi pembuluh darah disekitar
esophagus atau sekitar anus, dalam kondisi tertentu ini verises dapat
ruptur, menyebabkan hematemeses, melena atau kehilangan darah.
4. Sirosis kadang-kadang dapat menyebabkan jaundice pada mata dan atau
kulit karena akumulasi bilirubin dalam darah. Jika bilirubin diekskresikan
dalam urin, urin dapat berubah menjadi gelap.
24
3.1.9 Penalatalaksaan SH
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa : 21
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang. Misalnya cukup
kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan
interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi
bagian pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah
mendapatkan pengobatan IFN seperti
a) kombinasi IFN dengan ribavirin
b) terapi induksi IFN,
c) terapi dosis IFN tiap hari
Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit
3 x seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat
25
3. Hepatorenal syndrome
Adapun criteria diagnostik dapat kita lihat sebagai berikut :
Criteria for diagnosis of hepato-renal syndrome
Major
Chronic liver disease with ascietes
Low glomerular fitration rate
Serum creatin > 1,5 mg/dl
Creatine clearance (24 hour) < 4,0 ml/minute
Absence of shock, severe infection,fluid losses and Nephrotoxic
drugs
Proteinuria < 500 mg/day
No improvement following plasma volume expansion
Minor
Urine volume < 1 liter / day
Urine Sodium < 10 mmol/litre
Urine osmolarity > plasma osmolarity
Serum Sodium concentration < 13 mmol / litre
5. Ensefalophaty hepatic
Suatu syndrome Neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita
penyakit hati menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan
kepribadian, gelisah sampai ke pre koma dan koma. Pada
umumnya enselopati Hepatik pada sirosis hati disebabkan adanya
factor pencetus, antara lain : infeksi, perdarahan gastro intestinal,
obat-obat yang hepatotoxic.
Prinsip penggunaan ada 3 sasaran :
1) Mengenali dan mengobati factor pencetus
2) Intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak
serta toxin-toxin yang berasal dari usus dengan jalan :
Diet rendah protein
Pemberian antibiotik (neomisin)
Pemberian lactulose/ lactikol
3) Obat-obat yang memodifikasi Balance Neutronsmiter
Secara langsung (Bromocriptin,Flumazemil)
Tak langsung (Pemberian AARS).
6. Sindrom hepatorenal
Sindom hepatorenal (SHR) merupakan gangguan fungsi
ginjal tanpa kelainan organic ginjal, yang ditemukan pada SH
tahap lanjut. Sindroma ini sering dijumpai pada penderuta SH
dengan asites refrakter . Sindroma hepatorenal tipe 1 ditandai
dengan gangguan progresif fungsi ginjal dan penurunan klirens
kreatinin secara bermakna dalam 1-2 minggu. Tipe 2 ditandai
dengan penurunan filtrasi glomerulus dengan peningkatan serum
kreatinin. Tipe 2 ini lebih baik prognosisnya daripada tipe 1. 1
Penanganan SHR yang terbaik adalah dengan transplantasi
hati . Belum banyak penelitian yang menguji efektifitas pemberian
preparat somatostatin, terlipressin. Untuk prevensi terjadinya SHR
30
3.1.10 Prognosis
Perjalanan alamiah SH tergantung pada sebab dan penanganan etiologi
yang mendasari penyakit. Beberapa system scoring dapat digunakan untuk
menilai keparahan SH dan menentukan prognosisnya.Sistem scoring ini
antara lain scor Child Turcotte Pugh (CTP) dan Model end stage liver Disease
(MELD), yang digunakan untuk evaluasi pasien dengan rencana transplantasi
hati. 17,4
Nilai
Parameter 1 2 3
Enselopati Tidak ada Terkontrol dengan Kurang terkontrol
terapi
Asites Tidak ada Terkontrol dengan Kurang terkontrol
terapi
Bilirubin <2 2-3 >3
(mg/dl)
Albumin >3,5 1,8-3,5 < 2,8
(gr/L)
INR <1,7 1,7-2.2 > 2,2
Klasifikasi Child Turcotte Pugh (Garcia-Tsao G & Bosch J, 2010)
Penderita SH dikelompokkan menjadi CTP-A (5-6 poin), CTP-B (7-9 poin) dan
CTP-C (10-15 poin). Penderita SH dengan CTP kelas A menunjukkan penyakit
hatinya terkompensasi dengan baik, dengan angka kesintesan berturut-turut 1
tahun dan 2 tahun sebesar 81% dan 60%. Kesintesan penderita SH dengan Child
Turcotte Pugh kelas C 1tahun an 2 tahun berturut-turut adalah 45% dan 35%.
31
3.2.4 Klasifikasi
Defisiensi besi dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu: 2
1. Deplesi besi (Iron depleted state).: keadaan dimana cadangan besinya
menurun, tetapi penyediaan besi untuk eritropoesis belum terganggu
2. Eritropoesis Defisiensi Besi (Iron Deficient Erytropoesis) : keadaan
dimana cadangan besinya kosong dan penyediaan besi untuk
eritropoesis sudah terganggu, tetapi belum tampak anemia secara
laboratorik.
3. Anemia defisiensi besi : keadaan dimana cadangan besinya kosong
dan sudah tampak gejala anemia defisiensi besi.
34
3.2.8 Pencegahan
Tindakan pencegahan yang terpadu sangat diperlukan mengingat
tingginya prevalensi defisiensi besi di masyarakat. Pencegahan dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat tentang
kebersihan lingkungan tempat tinggal dan higiene sanitasi masyarakat
yang tingkat pendidikan dan faktor sosial ekonominya yang rendah yaitu
dengan memberikan penyuluhan tentang pemakaian jamban terutama di
daerah pedesaan, atau daerah yang terpencil Menganjurkan supaya
memakai alas kaki terutama ketika keluar rumah, membiasakan cuci
tangan pakai sabun sebelum makan. Juga dilakukan penyuluhan gizi yaitu
penyuluhan yang ditujukan kepada masyarakat pedesaan mengenai gizi
keluarga, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang banyak zat besi
terutama yang berasal dari protein hewani,yaitu daging dan penjelasan
tentang bahan bahan makanan apa saja yang dapat membantu penyerapan
zat besi dan yang dapat menghambat penyerapan besi.
40
BAB IV
PEMBAHASAN dan KESIMPULAN
1. Cepat lelah
2. Berat badan turun.
3. 2 tahun yang lalu USG dengan diagnose sirosis hepatis
4. HBsAg (+)
5. Pasien pernah melena dan hematemeses
6. Keadaan umum : Lemah
7. Hepar teraba 3 jari dibawah arcus costae
8. Lien teraba 2 jari dibawah arcus costae (titik schufner 1-2)
9. Asites (+) 3 jari dibawah umbilicus (posisi miring)
10. Hb 4,2
11. Leukositopenia
12. Trombositopenia
13. Hematokrit menurun
14. MCV,MCH,MCHC menurun
Gejala diatas merupakan suatu gejala sirosis hati dekompensata. Sirosis
hati dekompensata dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini
biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya ; ascites, edema dan ikterus
dan hipertensi portal. Dibawah ini merupakan gejala klinis dari kegagalan
hati dan hipertensi portal (yang hurufnya ditebali)
esophagus atau sekitar anus, dalam kondisi tertentu ini verises dapat
ruptur, menyebabkan hematemeses, melena atau kehilangan darah
4. Pasien dengan sirosis seringkali mudah mengalami hematom karena hati
memproduksi faktor pembekuan yang jumlahnya berkurang. Selin itu,
tingkat trombosit dalam darah mungkin lebih rendah dari normal
(trombositopeni) apabila terjadi splenomegali.
Selain itu dari gejala sirosis hati dekompensata, pasien ini juga
menunjukkan gejala anemia seperti :
1. Pusing seperti nggeliyeng
2. Bangun tidur tiba-tiba gelap
3. Cepat lelah
4. Keadaan umum : Lemah
5. Anemis (+)
6. Hb 4,2
7. Hematokrit menurun
8. MCV,MCH,MCHC menurun
Dari data diatas dapat diperoleh kesimpulan kalau Ny. NM (52th) juga
mengalami anemia hikromik mikrositik , anemia ini juga disebut sebagai
anemia defiseinsi besi, Ini dilihat dari hasil pemeriksaan lab yang
menunjukkan adaya penurun dari MCV, MCH dan MCHC. Banyak
penyebab yang mendasari terjadinya anemia ini, tetapi perdarahan
merupakan penyebab terbanyak terjadinya anemia defisiensi besi ini.
Kesimpulan dari data-data diatas bahwa Ny.NM (52th) mengalami sirosis hati
dekompensata dengan anemia hipokromik mikrositik.
48
DAFTAR PUSTAKA