Anda di halaman 1dari 7

Deteksi dan pencegahan kanker

Perawat juga dokter lazimnya telah terlibat dengan pancegahan tertier, perawatan dan rehabilitasi
pasien setelah kanker didiagnosa dan diobati. Pada tahun-tahu terakhir ini, AmericanCancer society,
national cancer instituty. Praktisi dan peneliti telah memberikan penekanan yang lebih besar pada
pencegahan kanker primer dan sekunder. Pecegahan primer berkenaan dengan penurunan risiko atau
mencegah terjadinya kanker pada orang-orang yanng sehat. Pecegahan sekunder mencakup upaya-
upaya pedeteksian da skrining untuk mencapai diagnosa dini dan intervensi segera untuk menghambat
proses kanker.
Perawat pada semua tatanan mempunyai peran yang penting dalam pencegahan kanker,
dengan medapat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menndidik masyarakat
mengenai prilaku yang berhubungan dengan kesehatan, faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan
terjadinya kanker, dan metode-metode skrining dan deteksi. Studi tentang epidemiologi dan
laboratorium menunjukan bahwa kebiasaan diet, pajanan terhadap sinar matahari, penggunaan
tembakau, dan konsumsi alkohol dapat sangat mempengaruhi resiko terjadinya kanker. Perawat juga
membutuhkan keterampilan mengajar dan membimbing untuk memfasilitasi partisipasi klien dalam
program-program pencegahan kanker dan untuk meningkatkan gaya hidup yang sehat.
Beberapa penelitian menunjukka bahwa faktor-faktor seperti ras, pengaruh-pengaruh
kebudayaan, tingkat pengetahuan yang dimiliki seorang mengenai faktor-faktor risiko kanker dan tipe
prilaku peningkatan kesehatan yang dilakukan. Sebagai contoh, underwood((1991) menguji persepsi-
persepsi dari pria afrika-amerika dengan memperhatikan prilaku pemeliharaan kesehatan, skrining
kanker, faktor-faktor risiko kanker, dan pencegahan kanker. Penemuan tersebut menyebutkan bahwa
sikap-sikap yang fatalisme,pesimisme, dan takut akan kanker mempengaruhi derajat pengharapan
pada pria-pria tersebut untuk medapat informasi kesehatan ataqu mengikuti prilaku yang
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan risiko kanker
Dalam perencanaan program-program pencegahan dan skrining, perawat menggunakan
informasi megenai populasi tertentu untuk meningkatkan keberhasilan program. Sebagai contoh,
coleman dkk (1991) menemukan bahwa banyak manfaat dari metode pengajaran pemeriksaan
payudara mandiri pada wanita lansia yang dikombinasi dengan dikombinasikan dengan penggunaan
instruksi individual, model peran, dan model payudara.
Kesadaran masyarakat tentang promosi kesehatan dapat ditingkatkan dalam berbagai cara.
Program penyuluhan kesehatan da pemeliharaan kesehatan didanai oleh organisasi masyarakat seperti
gereja, kelompok-kelompok warga negara yang berpengaruh, dan persatuan orangtua-guru. Program-
program pencegahan primer dan berfokus pada bahaya bahaya pengunaan tembakau atau pentingnya
nutrisi. Program-program pencegahan sekunder dapat menggalakkan pemeriksaan payudara dan testis
mandiri dan tes papanicolaou. Amerika cancer society telah mengembangkan program penyuluhan,
taking control, yang memadukan tip-tip diet, olahraga, dan kesehatan umum yang dapat diikuti oleh
orang-orang untuk mengurangi risiko mereka mengalami kanker
(bagan 16-2). Perawat yang bekerja dalam tatanan akut dapat mengidentifikasi risiko-risiko pada
pasien dan keluarga dan memadukan pengajaran serta konseling dalam perencanaan pemulangan.
Perawat juga mengembangkan program-program edukasi dan konseling yang ditargetkan
pada pasien dan keluarga dengan insiden tinggi kanker. Melanoma maligna dan kanker payudara
adalah contoh malignasi yang sering terjadi pada lebih satu orang dalam keluarga.
Upaya skrining untuk mendetaksi kejadian dini kaker biasanya berfokus pada kanker dengan
angka insiden tertinggi atau mereka yang mempunyai angka bertahan hidup yang lebih jika
didiagnosa lebih dini. Contoh-contoh dari tipe kanker ini termasuk kanker payudara, kolorektal,
servikal, endometrial, testikular, orofaringeal. Perawat dan dokter dapat memberikan dorongan pada
individu untuk menyelesaikan upaya-upaya pendeteksian seperti yang disarankan yang disarankan
oleh american cancer society (tabel 16-3)

Diagnosis Kanker
Diagnosis kanker didasarkan pada pengkajian fisiologis dan perubahan fungsi juga hasil dari evaluasi
pasien yang diduga kanker menjalani pemeriksaan diagnostik luas untuk (1) menentukan adanya
tumor dan keluasan penyakit (2) mengidentifikasi kemungkinan penyebaran (metastasis) atau invasi
ke jaringan tubuh lainnya (3) mengevaluasi fungsi baik sistem dan organ tubuh yang sakit dan tidak
sakit ; dan (4) mendapatkan jaringan dan sel-sel untuk analisis kanker, termasuk tahap dan derajatnya.
Pemeriksaan yang luas paling sering mencakup riwayat kesehatan yang lengkap dan pemeriksaan
fisik serta radiologi, serologi dan diagnostik lainnya serta prosedur bedah
Pertimbangan keperawatan. Pasien yang menjalani pemeriksaan yang luas biasanya takut
akan prosedur-prosedur tersebut dan cemas tentang kemugkinan hasil dari pemeriksaan tersebut.
Pasien dan keluarga membutuhkan informasi tentang pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan,
sensasi yang mungkin akan dialami, dan peran pasien dalam prosedur pemeriksaan. Perawat
memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan ketakutann mereka
mengenai hasil-hasil pemeriksaan, berikan dukungan pada pasien dan keluarga sepanjang periode
pemeriksaan diagostik, dan pertegas serta klarifikasi informasi yang disampaikan pada mereka oleh
dokter. Perawat juga mendorong pasien dan anggota keluarga untuk mengkomunikasikan dan
menceritakan kekhawatiran mereka dan untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan mereka satu
sama lain.

Penetapan dan Penderajatan


Suatu evaluasi diagnostik yang lengkap termasuk mengidentifikasi tahap dan derajat
malignansi. Proses ini harus diselesaikan sebelum diberikan pengobatan untuk memberikan da
mempertahankan pendekatan yang sistematik dan sesuai untuk mendiagnosa, mengobati, dan
mengevaluasi hasil akhirnya. Pilihan pengobatan dan prognosa ditentukan dengan dasar pentahapan
dan penderajatan. Pentahapan meentukan ukuran tumor dan keberadaan metastasis. Ada beberapa
sistem untuk mengklasifikasikan keluasan anatomis dari penyakit. Sistem TNNM dikembangkan dari
usaha international union against cancer (IUCC) dan american joint committee for cancer staging and
end stage reporting (AJCCS), sering digunakan dalam menggambarkan malignansi seperti kanker
payudara, paru, atau kepala dan leher. Dalam sistem ini, T mengacu pada keluasan tumor primer N
mengacu pada keterlibatan nodus limfe, dan M mengacu pada keluasan metastasis . berbagai sistem
pentahapan lain tersedia untuk kanker yang tidak menggunakan sistem TNM
Penderajatan mengacu pada klasifikasi sel-sel tumor. Sistem penderajatan digunakan untuk
menentukan jenis jaringan yang menjadi asal dari tumor dan tingkat sel-sel mempertahankan fungsi
dan karakteristik histologis dari jaringan asal.
Informasi ini membantu dalam memprediksi perilaku dan prognosa dari berbagai tumor.
Penderajatan dituliskan dengan nilai numerik dengan rentang I sampai IV. Tumor derajat I , juga
dikenal sebagai tumor yang berdiferensiasi dengan baik, struktur dan fungsinya hampir menyerupai
jaringan asal. Tumor yang tidak menyerupai dengan jelas jaringan asal dalam struktur atau fungsinya
disebut sebagai tumor berdiferensiasi buruk atau tumor tidak dapat berdiferensiasi dan disebut sebagai
tumor derajat IV. Tumor tumor ini cenderung menjadi lebih agresif dan kurang responsif terhadap
pengobatan dibanding tumor-tumor yang berdiferesiasi dengan baik.

Penatalaksanaan Kanker
Pilihan pengobatan yang ditawarkan kepada pasien kanker harus berdasarkan pada tujuan yang
realistik dan yang dapat dicapai untuk setiap tipe kanker yang spesifik. Rentang mengenai tujuan
pengobatan yang mungkin meliputi eradikasi menyeluruh dari penyakit malignansi(penyembuhan),
memperpanjang survival dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker (kontrol), atau menghilangkan
gejala yang berhubungan dengan proses penyakit kanker(paliatif)
Sangat penting artinya dimana tim perawatann kesehatan, pasien dan keluarga pasien
mempunyai pemahaman yang jelas tentang pilihan pengobatan dan tujuannya, komunikasi terbuka
dan dukungan adalah penting saat pasien dan keliuarga secara pariodik menjadi ulang rencana dan
tujuan pengobatan ketika komplikasi terapi atau penyakit berkembang .
Berbagai modalitas sering diterapkan pada;pengobatan kanker. Beragam tapi, termasuk
pembedahan, tetapi radiasi, kemoterapi dan terapi pengubah respon biologis berbagai waktu selama
perjalana pengobatan. Suatu pemahaman hal-hal perinsip dari setiap pengobatan tersebut saling
berhubungan adalah penting dalam memahami rasional dan tujuan pengobatan.

Pembedahan.
Pengangkatan kanker secara menyeluruh melalui tindakan pembedahan melalui tindakan
pembedahan masuih merupakan modalitas pengobatan yang terbaik sering digunakan. Namun
demikian pendekatan pembedahan tertentu dipilih karena berbagai alasan. Pembedahan dipilih
mugkin sebagai cara pengobatan perimer atau mungkin sebagai metode diaknostik, paliatip, atau
rekonstruktif .

Pembedahan sebagai pengobatan primer.

Bila pembedahan digunakan sebagai pendekatan perimer dalam pengobatan kanker,


tujuan nya adalah untuk medgangkat seluruh tumor ( atau sebanyak mungkin yang bisa diangkat,
prosedur ini sering disebut debulking ) dan semua jaringan sekitarnya yang terkena, termasuk nodus
limfe ragional.
Dua pendekatan pembedahan yang umum digunakan untuk pengobatan tumor perimer adalah
eksisi lokal dan luas. EKSISI LOKAL dilakukan jika massa tumornya kecil .eksisi ini mencakup
pengangkatan masa tumor sebagai kecil margin normal yang dengan mudah dapat dicapai. EKSISI
LUAS atau RADIKAL meliputi pengangkatan perimer. Nodu slimfe, struktur yang berdekatan yang
terserang , dan struktur yang disekitarnya yang mungkin berisiko tinggi untuk menyebar tumor.
Metode pembedahan ini dapat mengakibatkan kerusakan bentuk tubuh dan gangguan fungsi. Namun
begitu eksisi yangluas dipertimbangkan untuk dilakukan jika tumor diangkat secara menyeluruh dan
peluang untuk sembuh atau pengendalian adalah optimal .
Bedah penyelamatan ( salvage ) adalah pilihan sebagai pengobatan tambahan yang menggunakan
pendekatan pembedahan yang luas untuk mengatasiu kekambuhan kanker setelah digunakan
pendekatan perimer yang kurang lua. Mestektomi untuk mengatasi kanker payudara kambuhan
setelah lumpektomi perimerdan radiasi adalah contoh dari bedah penyelamatan.

Selain menggunakan pisau bedah atau skalpel untuk mengaksisi masa dan jaringan sekitarnya,
berapa tive intervensi pembedahan lainnya juga tersedia. BEDAH ELEKTRO menggunakan arus
listrik untuk mencapai peng rusakan sel-sel tumor . BEDAH KRIO menggugunakan cairan netrogen
untuk membekukan jaringan agar menyebabkan kerusakan sel. BEDAH KIMIA menggunakan kemo
trapi torpikal gabungan dan bedah pengangkatan lapis demi lapis jaringan abnormal. BEDAH
LASER mencakup pengunaan ujung kontak atau skalpel laser untuk memutuskan bentuk energi
pada suatu lokasi yang tepat dan kedalaman jaringan untuk merusak sel-sel kanker.
Pendekatan multi disiplin adalah penting selama dan sesudah menjalani segala tipe pembedahan.
Efek pembedahan pada citra tubuh, harga diri, dan kemampuan pumgsi sebagai kemampuan fungsi
sebagai kemampuan. Bila perlu rencana rehabilitasi pasca operatif dibuat sebelum intervensi
pembedahan.
Bedah Diagnostik

Bedah diagnostik biasanya dilakukan untuk mendapatkan biopsi (eksisi sepotong jaringan
dari pertumbuhan yang dicurigai) untuk menganalisa jaringan dan sel-sel yang diduga ganas. Tiga
metode biopsi yang utama yaitu metode eksisi, insisi, dan biopsi jarum. Metode eksisi untuk
memperoleh biopsi sering kali digunakan untuk tumor-tumor kulit, payudara, saluran cernah atas dan
bawah, saluran pernapasan atas yang mudah untuk dijangkau. Seringnya, pengangkatan seluruh tumor
juga margin jaringan normal disekitarnya dapat dilakukan. Pengangkatan jaringan normal diluar area
tumor mengurangi kemungkinan penyakit mikroskopik residual yang dapat mengarah pada
kekambuan tumor. Pendekatan ini hanya menyediakan ahli patologi seluruhnya spesimen tetapi juga
mengurangi peluang tertanamnya sel tumor.
Penting sekali artinya bahwa biopsi harus menggambarkan massa tumor sehingga ahli
patologi dapat menegakkan diagnosis yang akurat. Hasil biopsi yang negatif tidak menjamin tidak ada
malignansi. Pendekatan eksisi dan insisi sering dilakukan melalui endoskopi. Bagaimanapun insisi
mungkin diperlukan untuk menentukan keluasan anatomis ayau tahapan tumor tersebut. Sebagai
contoh, laparotomi diagosis mencakup bedah membukak abdomen untuk mengkaji malignansi
abdomen seperti kanker lambung.
Biopi jarum digunakan untuk mendapatkan sampel massa yang dicurigai yang mudah
dijangkau, seperti pertumbuhan dalam payudara, tiroid, paru, hati, dan ginjal. Prosedurnya cepat,
relatif tidak mahal, mudah dilakukan, da umumnya hanya memerlukan bius lokal. Secara umum, pasie
hanya mengalami ketidaknyamanan fisik minimal da bersifat semetara. Selain itu, tigkat jaringan
sekitarnya yang terganggu dipertahankan agar minimal., dengan demikian menurunkan kemungkinan
penyebaran sel-sel kanker. Itulah karenanya, peluang dokter yang ahli sekalipu untuk mendapat
spesimen biopsi yang kecil yang dengan baik menggambarkan tipe selular tidaklah memungkinkan.
Metode biopsi dipilih didasarkan pada banyak faktor. Paling pentig adalah tipe pengobatan
yang direncanakan jika didiagnosis kanker ditegakkan. Pendekatan bedah definitif meliputi biopsi
sumber asal sehingga segala sel yang dikeluarka selama biopsi dieksisi saat pembedahan. Nutrisi, dan
fungsi hematologis, perapasan, ginjal dan hati harus dipertimbangkan dalam menentukan metode
pengobatan. Jika biopsi membutuhkan anastesi umum, dan mungkin pembedahazn berikutnya, efek
anastesi yang berkepanjangan pada pasien juga harus dipertimbangkan.
Pasien dan keluarga diberikan kesempatan untuk mendiskusikan pilihan-pilihan yang tersedia
sebelum rencana-rencana definitif dibuat. Perawat, sebagai advokat pasien berperan sebagai
penghubung antara pasien dan dokter untuk melancarkan proses ini. Waktu harus ditetapkan dengan
baik untuk meminimalkan gangguan-gangguan. Berikan waktu untuk bertanya dan untuk memikirkan
semua hal yang telah didiskusikan.
Bedah Profilaktik
Bedah profilaksis melbatkan pengangkatan jaringan atau organ nonvital yang mungkin untuk
terjadinya kanker. Kolektomi dan mastektomi adalah dua prosedur bedah yang paling umum dilakuka
secara profilaksis pada organ-organ yang secara sigitifikan beresiko tinggi karena riwayat pribadi dan
keluarga. Namun demikian, ada beberapaperbedaan mengenai justifikasi yang adekuat untuk prosedur
bedah profilaktik. Sebagai contoh, suatu riwayat keluarga yang kuat aka kangker payudara, temukan
fisik abnormal pada pemeriksaan payudarabseperti mudularitas progresif dan penyakit kistik, terbukti
riwayat kanker payudara yang sebelahnya, temuan mamogram abnormal, dan hasil biopsi abnormal
mungkin perlu dilakukan mastektomi profilaksis.
Karena efek fisiologis dan psikologis jangka panjang tidak diketahui, bedah profilaktik ditawarkan
secaraa selektif kepada pasien dan didiskusikan secara menyeluruh dengan pasien dan keluargan.
Informasi praoperasi dan konseling, juga tidak lanjut jangka panjang, harus diberikan.

Bedah Paliatif
Jika kanker idak mungkin disembuhkan tujuan pengobatan adalah membuat pasien seyaman
mungkin dan meningkatkan hidup yang memuaska dan produktif untuk waktu yang selama mungkin.
Apakah priode tersebut sangat singkat atau panjang, tujuan umumnya adalah kualitas hidup yang
mungkin dengan kualitas yang didefinisikan oleh pasien dan keluarga mengenai tujuan dari
pembedahan adalah penting untuk mencegah harapan yang tidak nyatah dan kekecewaan.
Bedah paliatif dilakukan sebagai usaha untuk menghilangkan komplikasi dari kanker seperti
ulserasi, obstuktif, hemoragi nyeri atau infeksi, tipe pembedahan ini meliputi blok nervus dan
kondotomi yang dirancang untuk meredakan nyeri yang berat. Reseksi tumor untuk mengilangkan
obtruksi yang mungkin terjadi jika satu segmen usus tersumbat (reseksi ini dapat mengakibat kan di
buatnya suatu ostomi, tergantung pada luasnyha invasi) dan mestektomi sederhana untuk penyakit
payudara ulseratif.
Akhirnya mungkin dilakukan operasi pengangkatan kelenjar penghasilan hormon yang dapat
meningkatkan pertumbuhan tumor. Kelenjar-kelejar termasuk pituuiteri, adrenal, ovarium ,dan stres.

Bedah Rekonstruktif

Bedah rekonstruktif dapat dilakukan seterlah bedah kuratif atau redikal dilakukan dalam
upaya untuk memperbaiki pungsi atau memperoleh suatu efek kosmetik yang dikehendaki. Bedah
rekonstruktif dilakukan dalam suatu kali operasi atau dalam beberapa tahap operasi. Konsultasi dan
evaluasi prabedah oleh dokter bedah yang akan dilakukan bedah rekonstruktif dapat dilakukan
sebelum operasi.
Sebagai contoh, wanita yang harus menjalani rekonstrukri payu dara
mungkin dikunjungioleh dokter bedah sebelum rawat inip untuk mastek tomi .
pendekatan ini memberikan pasien tersebut suatu yang positif untuk difokuskan
ketika pikiran pikiran tentanng perubahan bentuk tubuh dan kematian yag
mungkin begitu kuat. Dokter yang melakukan bedah rekon truksitif juga
mendapat manfaat karena melihat langsung bagaimana peampilan normal
payudara pasien dan karena membina komunikasi dengan pasien tersebut.
Perawat harus menyadari kebutuhan seksual pasien dan dampak dari perubahan
citra tubuh yang mungkin di akibatkan pada seksualitasnya. Memberikan
kesempatan bagi pasien dan keluarganya untuk mendiskusikan isu -isu ini adalah
hal yang penting. Kebutuhan-kebutuhan individu harus dikaji secara akurat dan
divalidasi dalam setiap situasi untuk segala tipe pembedah an rekonstruksif

Pertimbangan-pertimbangan keperawatan
Pasien yang menjalani pembedahan untuk kanker memerlukan asuhan
keperawatan perioperatif umum seperti yang dijelaskan pada unit 5, seiring
denga perawatan khusus yang mungkin berhubungan dengan kerusa kan organ,
kekurangan nutrisi, gangguan koagulasi, dan gangguan imun yang dapat
meningkatkan risiko komplikasi pascaoperasi. Penggunaan metode pengobatan
kombinasi seperti radiasi dan kemoterapi juga menunjang komplikasi

Anda mungkin juga menyukai