Anda di halaman 1dari 60

Upload

Login
Signup

Home
Technology
Education
More Topics

For Uploaders
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit endemis di Indonesia

dan sampai saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam

Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas

mendadak selama 2 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan,

seperti petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan

syock (Soegijanto, 2006).

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes

Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di

tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Merebaknya kasus

DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi

karena kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap

karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini

(http;//www.litbang.depkes.go.id, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

1. Penyebab dan ciri-ciri Nyamuk DBD

2. Gejala DBD

3. Pencegahan DBD

4. Cara pengobatan DBD

1.3 Tujuan

Mengetahui penyebab dan ciri-ciri nyamuk DBD, gejala DBD, serta cara pengobatan

DBD.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyebab dan Ciri-Ciri DBD

Penyebab DBD :

Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang menyebabkan gangguan pada pembuluh

darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-

perdarahan.

Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan

Aedes albopictus.

Ciri-Ciri Nyamuk DBD

Hidup di dalam ruangan, tempat genangan air dan kumuh

Sulit untuk ditangkap karena mereka bergerak sangat cepat, melesat maju mundur.

Mereka menggigit pada pagi atau siang hari

Bersembunyi di bawah perabot dan sering menggigit orang di sekitar kaki atau

pergelangan kaki

Gigitan relatif tidak sakit, sehingga orang mungkin tidak melihat mereka sedang tergigit.

Nyamuk demam berdarah dewasa lebih memilih untuk beristirahat di daerah gelap.

Tempat beristirahat favorit berada di bawah tempat tidur, meja dan kursi, di lemari pakaian atau

lemari, di tumpukan cucian kotor dan sepatu; dalam wadah terbuka, di ruang yang gelap dan

tenang, dan bahkan pada objek gelap seperti pakaian atau perabot.
Nyamuk demam berdarah lebih suka menggigit manusia pada siang hari. Sebuah cara

yang efektif untuk membunuh nyamuk dewasa adalah untuk menerapkan sisa insektisida ke

daerah di mana mereka lebih suka untuk beristirahat.

Nyamuk demam berdarah terkadang dijuluki kecoa nyamuk karena benar-benar

dijinakkan dan lebih memilih untuk tinggal di sekitar rumah-rumah penduduk. Mereka

berkembang biak bukan di rawa-rawa atau saluran, dan sangat jarang menggigit pada malam

hari.

2.2 Gejala DBD

Masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,

Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai

berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).

2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.

3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis),

Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-

lainnya.

4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).

5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah

100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai

normal (Hemokonsentrasi).

7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan

(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.

8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.

10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
2.3 Pencegahan DBD

Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor

nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna

(misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan

nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat

mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit

demam berdarah, sebagai berikut:

1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat

yang cukup.

2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan

melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air,

dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-

jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena

dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut

didaur-ulang.

3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk

abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan

rantai perkembangbiakan nyamuk;

4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam

atau panas tinggi.

2.4 Cara Pengobatan DBD

Demam berdarah biasanya merupakan penyakit yang hanya perawatan suportif jika tepat

sasaran dapat disembuhkan. Acetaminophen dapat digunakan untuk pengobatan demam

berdarah. Untuk beberapa jenis obat seperti aspirin, obat anti-inflammatory drugs (NSAID), dan

kortikosteroid harus dihindari sebagai antisipasi pengobatan demam berdarah.


Pasien dengan demam berdarah diketahui atau dicurigai harus memiliki jumlah trombosit

dan hematokrit diukur setiap hari dari hari ketiga penyakit sampai 1-2 hari setelah penurunan

suhu badan normal. Pasien dengan tingkat hematokrit yang meningkat atau jumlah trombosit

menurun harus memiliki penggantian defisit volume intravaskular.

Untuk pengobatan demam berdarah lebih lanjut, pasien yang memiliki tanda-tanda

dehidrasi, seperti takikardia, kapiler terisi semakin lama, dingin atau kulit berbintik-bintik, status

mental berubah, penurunan output urine, kenaikan tingkat hematokrit, tekanan nadi menyempit,

atau hipotensi, memerlukan cairan infus.

Keberhasilan pengobatan demam berdarah yang parah memerlukan perhatian khusus,

seperti cairan dan perawatan proaktif. Defisit volume Intravaskular harus diperbaiki dengan

cairan isotonik seperti larutan Ringer laktat. Bolus dari 10-20 kg mL / harus diberikan lebih dari

20 menit dan dapat diulang. Jika ini gagal untuk mengoreksi defisit, nilai hematokrit harus

ditentukan dan jika naik informasi klinis yang terbatas menunjukkan bahwa plasma expander

dapat diberikan. Dekstran 40, atau albumin 5% pada dosis 10-20 kg mL juga dapat digunakan.

Jika pasien tidak membaik setelah ini, kehilangan darah harus dipertimbangkan. Pasien dengan

perdarahan internal atau pencernaan mungkin memerlukan transfusi. Pasien dengan

koagulopati mungkin memerlukan plasma beku segar.

Setelah pasien dengan dehidrasi yang stabil, mereka biasanya membutuhkan cairan infus

tidak lebih dari 24-48 jam. cairan intravena harus dihentikan ketika tingkat hematokrit turun

dibawah 40% dan volume intravaskuler cukup.

Transfusi plasma platelet segar beku mungkin diperlukan untuk mengontrol pendarahan

parah. Sebuah laporan kasus baru-baru ini menunjukkan perkembangan yang baik setelah

pemberian globulin intravena anti-D di dua pasien. Sebelum mengakhiri, sebelum pengobatan

demam berdarah dilakukan, khendaknya pemeriksaan atau konsultasi kepada dokter adalah

jalan yang terbaik, pastikan penderita berada pada kondisi yang stabil karena jika dibiarkan

akan menjadi semakin parah sehingga menyebabkan kematian.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan

mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi

penduduk disekitarnya.

Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore,

karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di

lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.

Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan,

mencegah atau mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar

penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau

susu).

3.2 Saran

Beberapa ada cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode

pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah:

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat.

perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri

(Bt.H-14).

3. Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).

4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong

air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Notoadmijo.S.1999.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Edisi 1 Rineka Cipta :

Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes (Stegomyia). Selama dua dekade
terakhir, frekuensi kasus dan epidemi penyakit demam dengue (dengue fever, DF), demam berdarah
(dengue hemorragic fever, DHF), dan sindrom syok dengue (dengue syok syndrom, DSS) menunjukkan
peningkatan yang dramatis di seluruh dunia. The World Health Report 1996, menyatakan
bahwakemunculan kembali penyakit infeksisus merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang telah
diraih sampai sejauh ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan dan kemakmuran sia-sia belaka.
Laporan tersebut lebih jauh menyebutkan bahwa penyakit infeksius tersebut berkisar dari penyakit yang
terjadi di daerah tropis (seperti malaria dan DHF yang sering terjadi di negara berkembang) hingga
penyakit yang ditemukan di seluruh dunia (seperti hepatitis dan penyakit menular seksual [PMS],
termasuk HIV/AIDS) dan penyakit yang disebarkan melalui makanan yang mempengaruhi sejumlah besar
penduduk dunia baik di negara miskin maupun kaya.

Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 mengajukan suatu resolusi tentang
pengendalian dan pencegahan dengue yang menekankan bahwa pengokohan pencegahan dan
pengendalian DF, DHF, DSS baik di tingkat lokal maupun nasional harus menjadi salah satu prioritas dari
Negara Anggota WHO tempat endemiknya penyakit. Resolusi tersebut juga meminta: (1) strategi yang
dikembangkan untuk mengatasi penyebaran dan peningkatan insiden dengue harus dapat dilakukan oleh
negara terkait, (2) peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat, (3) mengencarkan promosi kesehatan,
(4) memperkuat riset, (5) memperluas surveilens dengue, (6) pemberian panduadalam hal pengendalian
vektor, dan (7) mobilisasi sumber daya eksternal untuk pencegahan penyakit harus menjadi prioritas.

Untuk menanggapi resolusi WHA dalam pencegahan dan pengendalian dengue, strategi global
untuk operasionalitas kegiatan pengendalian vektor dikembangkan berdasarkan komponen utama seperti,
tindakan pengendalian nyamuk yang selektif terpadu dengan partisipasi masyarakat dan kerja sama
antarsektor, persiapan kedaruratan, dll. Salah satu penopang utama dalam strategi global adalah
peningkatan surveilans yang aktif dan didasarkan pada pemeriksaaan laboratorium yang akurat terhadap
DF/DHF dan vektornya. Agar berjalan lancar, setiap negara endemik harus memasukkan penyakit DHF
menjadi salah satu jenis penyakit yang harus dilaporkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep penyakit demam berdarah ?
2. Bagaimana model terjadinya penyakit demam berdarah ?
3. Bagaimana perjalanan penyakit demam bedarah ?
4. Bagaimana tahap-tahap penyakit demam berdarah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep penyakit demam berdarah
2. Mengetahu model terjadinya penyakit demam berdarah
3. Mengetahui perjalanan penyakit demam berdarah
4. Mengetahui tahap-tahap penyakit demam berdarah

BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian demam berdarah


DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (
arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty ). Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). DHF / DBD
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi : 2001). Demam dengue
adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus ( Arif Mansjur : 2001).

Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut:


DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus
yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

2. Penyebab penyakit demam berdarah


Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
a. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c. Penyedaiaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar rumah jaraknya berdekatan
yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes Aegypti 40-100 m. Aedes Aegypti betina
mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).

3. Cara penularan penyakit demam berdarah


Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty betina.
a. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah orang :
Yang sakit DBD atau
Yang tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan
terhadap virus dengue)
Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-mana dan menularkan virus
itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes Aegypti.
b. Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk
kelenjar liurnya.
c. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan bersama air liur
nyamuk.
d. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia akan segera menderita
DBD.
e. Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur hidupnya dapat menularkan
kepada orang lain.
f. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang 1 minggu.
g. Tanda-tanda Penyakit Demam Berdarah Dengue

4. Tahap penyakit demam berdarah


Tahap penyakit demam berdarah meliputi demam biasa, demam berdarah klasik, demam berdarah
dengue atau hemoragik dan sindrom syok dengue, yakni sebagai berikut :
1) Demam berdarah (klasik)
Gejala demam berdarah yang terjadi berbeda-beda tergantung pada usia pasien. Pada bayi dan anak-anak
ditandai dengan ruam yang muncul. Pada usia remaja dan dewasa, penyakit demam berdarah ditandai
dengan sakit kepala parah, demam tinggi dan nyeri dibelakang mata, nyeri pada tulang dan sendi, muntah
dan mual dan ruam pada kulit.
2) Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue atau sering disingkat menjadi DBD biasanya ditinjukkan dengan gejala seperti
penderita demam berdarah klasik dan empat gejala utama lainnya yakni demam tinggi, pendarahan hebat
dan diikuti pembesaran hati serta sistem sirkulasi udara yang memiliki kegagalan. Diagnosis lainnya pada
DBD adalah kerusakan pembuluh darah, kerusakan pembuluh limfa,pendarahan di bawah kulit seperti
memarkebiruan, trombositopenia dan jumlah sel darah merah merah yang meningkat.
3) Sindrom syok dengue
Sindrom syok dengue adalah tingkat yang paling tinggi dari infeksi virus dengue. Hal ini ditandai dengan
pasien akan mengalami seluruh gejla penyakit demam berdarah klasik dan demam berdarah dengue dan
kebocoran cairan yang terjadi dipembuluh darah, perdarahan dan syok yang menyebabkan tekanan darah
rendah dan berlangsung demam selama 2-7 hari. Awal terjadinya akan ditandai dengan tubuh dingin, sakit
perut dan sulit tidur.

5. Tanda dan gejala penyakit demam berdarahn


Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita
akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1) Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2) Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3) Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air
besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4) Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5) Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6) Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3
(Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7) Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8) Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9) Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10) Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

6. Cara pengobatan penyakit demam berdarah


Pada banyak kasus yang terjadi, DBD sering berujung pada kematian. Banyaknya kasus kematian
yang terjadi sering kali diakibatkan karena ketidak tahuan dan lampannya penanganan terhadap penderita
sehingga begitu penderita di bawa ke Rumah Sakit kondisinya sudah parah.

Sebenarnya tidak ada pengobatan yang spesifik ataupun vaksin untuk demam berdarah. Bila anda pikir
sesorang terkena demam berdarah, berikan mereka cairan sebanyak mungkin, bawa mereka ke puskesmas
terdekat, dan hindarkan mereka dari nyamuk untuk menghindari yang lain terjangkiti juga. Penyakit ini
dapat berlangsung hingga 10 hari, dan pemulihannya dapat memakan maktu 1 minggu hingga 4 minggu.

Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan,


mencegah/mengatasi keadaan syok / presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum,
bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus.

Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika Jika anda
mengalami panas tinggi yang berkepanjangan (lebih dari 1 hari) dan tidak sembuh dengan meminum obat,
cobalah mendatangi rumah sakit terdekat dan cek darah anda. Apabila anda menemukan trombosit anda
sudah di batas bawah normal (batas normal: 150.000-500.000), berhati-hatilah.

Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit, tapi butuh kemauan yang kuat
untuk melakukannya. Cara itu adalah sbb:
1) Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih banyak lebih baik)
2) Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas
3) Beberapa teman dan dokter menyarankan untuk minum minuman ion tambahan (tapi banyak juga yang
tidak menganjurkannya)
4) Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit (ada juga yang
menyarankan: daun angkak, daun jambu, dsb)
5) Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak (meskipun biasanya
minat makan akan menurun drastis).

Sebenarnya, semua usaha di atas bertujuan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap serangan
demam berdarah, karena pada dasarnya demam berdarah tidak perlu obat tertentu (dan memang tidak ada
obat untuk itu). Ketahanan tubuh dapat dilihat dari jumlah leukosit dalam darah. Ketika leukosit mulai
meningkat (membaik), maka biasanya trombosit yang kemudian akan bertambah.

7. Cara pencegahan penyakit demam berdarah


Saat ini, metode utama yang digunakan untuk mengontrol dan mencegah terjadinya demam berdarah
dengue adalah dengan melakukan pemberantasan terhadap nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebar virus
dengue.
Nyamuk Aedes aegypti ini dapat berada di dalam rumah ataupun luar rumah. Di dalam rumah biasanya
nyamuk tersebut suka bersembunyi di tempat yang gelap seperti di lemari, gantungan baju, di bawah
tempat tidur dll. Sedangkan apabila di luar rumah nyamuk Aedes aegypti tersebut menyukai tempat yang
teduh & lembab. Nyamuk betinanya biasanya akan menaruh telur-telurnya pada wadah air di sekitar
rumah, sekolah, perkantoran dll, dimana telur tersebut dapat menetas dalam waktu 10 hari.
Oleh sebab itu, lakukan 3 M
Menguras : Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi dan kolam. Sebab bisa
mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri. Atau memasukan beberapa ikan kecil kedalam
bak mandi atau kolam. Sebab ikan akan memakan jentik nyamuk.
Menutup : Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya agar nyamuk tidak bisa meletakan telurnya kedalam
tempat penampungan air. Sebab nyamuk demam berdarah sangat menyukai air yang bening.
Mengubur. Kuburlah barang barang yang tidak terpakai yang dapat memungkinkan terjadinya genangan
air.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Model terjadinya penyakit demam berdarah


1. Agent
Nyamuk Aedes aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit Demam Berdarah. Cara penyebarannya
melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah terinfeksi virus demam berdarah. Virus ini akan
terbawa dalam kelenjar ludah si nyamuk. Kemudian nyamuk ini menggigit orang sehat. Bersamaan
dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus demam berdarah juga berpindah ke orang tersebut
dan menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus demam berdarah.

2. Host/pejamu
Manusia tergigit oleh nyamuk Aedes yang telah memiliki virus DBD di dalam tubuhnya, virus DBD
menginfasi kedalam tubuh. Ketika sistem imun melemah, virus ini aktif berkembang biak dan memulai
infasi dan menginfeksi trombosit.

3. Lingkungan
Bak penampungan air yang tidak pernah dikuras dan tanpa penutup merupakan lokasi perkembang biakan
nyamuk Aedes Aegypty. Semakin banyak genangan air, maka semakin meningkat populasi nyamuk
Aedes Aegypty.
Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada di genangan air bersih dan di daerah yang banyak
pohon seperti di taman atau kebun. Genangan air pada pot bunga mungkin menjadi salah satu tempat
favorit nyamuk yang dapat terlupakan oleh Anda. Jangan menggantung baju karena dapat sebagai tempat
berkembangnya nyamuk.

B. Perjalanan alamiah penyakit demam berdarah


1. Fase prepatogenesis
Fase Susepteble : agent (nyamuk aedes aegypti) sudah terinfeksi virus dangue dari host yang satu yang
menderita penyakit DBD tetapi agent belum menularkan virus dangue pada host yang lain, sehingga host
tersebut belum terinfesi virus dangue
2. Fase fatogenesis
Fase presimtomatis : host sudah terinfeksi virus dangue tetapi gejalanya belum tampak namun apabila
dilakukan pemeriksaan diagnostik maka akan didapat peningkatan leukosit dan penurunan trombosit
Fase klinis : infeksi virus semakin meluas, muncul tanda-dan gejala DBD
Masa inkubasi selama 3 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue. Selanjutnya penderita akan
menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 40 derajat Celsius)
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran berupa lendir bercampur darah (melena), dan lain-
lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium hari ke 3 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 terjadi
peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal.
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
Fase ketidakmampuan : apabila pengobatan berhasil, maka penderita akan sembuh sempurna tetapi
apabila penyakit tidak ditangani dengan segera atau pengobatan yang dilakukan tidak berhasil maka akan
mengakibatkan kematian.

C. Tahap-tahap pencegahan
Primer Skunder Tersier
Promosi kesehatan : Program Upayakan pemberian cairan
pemeriksaan
Penyuluhan kesehatan berkala seperti yang adekuat
tentang penyakit DBD dan pemeriksaan
lingkungan Menganjurkan makan
cara memelihara tempat tinggal oleh makanan yang bergizi dan
lingkungan yang baik petugas kesehatan usahakan makan dalam
seperti melakukan lingkungan. kuantitas yang banyak
Melakukan pemberantasan terutama makanan yang
tindakan 3M (menguras,
mengubur, menutup) nyamuk dan sarang- banyak mengandung
Upaya untuk pencegahan sarangnya dengan protein
DBD ditunjukkan pada penyemprotan (foogin) Mengusahakan pasien yang
pemberantasan Pemberian
nyamuk obat demam dalam masa pemulihan
beserta tempat bedarah. agar terhindar dari gigitan
perkembangbiakannya Memberikan jus jambu. nyamuk lagi.
Melakukan donor darah

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan
masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi : 2001)
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Penyedaiaan air bersih yang langka.
DBD dapat dicegah dengan rutin melakukan 3M,menjaga sanitasi lingkungan tetap bersih,
mengkonsumsi makanan-makanan bergizi.
B. SARAN
Menjaga sanitasi lingkungan tetap sehat dan rutin melakukan 3M akan menghindari kita terjangkit
virus DBD.
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan kepada kami,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang
sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD)
dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa
bahaya dari penyakit Demam berdarah.
Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca dan
belajar teman-teman.selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi
ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,sehing saran dari
dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

A. Latar Belakang
Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan genangan air yang terjadi pada
selokan yang buntu, gorong gorong yang tidak lancar serta adanya banjir yang berkepanjangan, perlu
diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan genangan
tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang melakat pada
saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara pengendalian nyamuk
dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan
sebelum dilakukannya pengendalian secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut nyamuk. Antara
nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa batas. Namun,
berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap
mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak
daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi
kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler
dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak
ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter
dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang
mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena
penyakit ini telah merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14
propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak
1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah
menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal
dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO bahkan
memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh ringkih,
terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan
manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh
syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan
memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk
memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan
pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk. Program studi
Kesehatan Lingkungan Program Diploma tiga Kesehatan FIK UMS sebagai salah satu institusi yang dapat
melaksanakan fogging merasa bertanggung jawab untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Sebagai
wujud kepedulian itu maka dilaksanakan program fogging di beberapa daerah.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah dilaksanakan
meliputi : promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan penanggulangan
faktor resiko serta kerja sama lintas program dan lintas sector terkait sampai dengan tingkat desa
/kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk. Masalah utama dalam upaya menekan angka kesakitan
DBD adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk DBD tersebut perlu di tingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD.
A. Perumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam memecahkan masalah demam berdarah
antara lain :
1. Apa sebenarnya penyakit demam berdarah dengue dan apa penyebabnya?
2. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dan siklus hidup vektor penular penyakit DBD?
3. Seperti apa patogenitas DBD terhadap manusia?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit DBD ?
5. Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar tidak mewabah ?
6. Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?

B. Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
1. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dengue dan penyebabnya.
2. Memberi pengetahuan tentang cara penularan dan vektor penyakit demam berdarah
3. Memberi pengetahuan tentang patogenitas DBD
4. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam berdarah.
5. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.
6. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian penyakit demam berdarah dengue (DBD)


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler
dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika
termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri ;-) seringkali salah
dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu
dan Tipes (Typhoid).
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3 15 hari
sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan
gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air
besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3
(Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

B. Vector penyakit demam berdarah dengue


1. Klasifikasi vector penyakit demam berdarah
Aedes aegypti

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Insecta

Ordo: Diptera

Famili: Culicidae

Genus: Aedes

Upagenus: Stegomyia
Spesies: Ae. aegypti

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit
demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever)
dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia.
Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama
Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit
demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini
untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari keberadaan vektornya, karena tanpa
adanya vektor tidak akan terjadi penularan. Ada beberapa vektor yang dapat menularkan virus Dengue
tetapi yang dianggap vektor penting dalam penularan virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti walaupun di
beberapa negara lain Aedes albopictus cukup penting pula peranannya seperti hasil penelitian yang pernah
dilakukan di pulau Mahu Republik Seychelles (Metsellar, 1997).

Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya (Luft,1996). Selain kedua
spesies ini masih ada beberapa spesies dari nyamuk Aedes yang bisa bertindak sebagai vektor untuk virus
Dengue seperti Aedes rotumae, Aedes cooki dan lain-lain. Sub famili nyamuk Aedes ini adalah Culicinae,
Famili Culicidae, sub Ordo Nematocera dan termasuk Ordo diptera (WHO, 2004).
Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang mengalami viremia, maka nyamuk
tersebut terinfeksi oleh virus Dengue dan sekali menjadi nyamuk yang infektif maka akan infektif
selamanya (Putman JL dan Scott TW., 1996). Selain itu nyamuk betina yang terinfeksi dapat menularkan
virus ini pada generasi selanjutnya lewat ovariumnya tapi hal ini jarang terjadi dan tidak banyak berperan
dalam penularan pada manusia. Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk membutuhkan waktu 8-10 hari
untuk menjadi nyamuk infektif bagi manusia dan masa tersebut dikenal sebagai masa inkubasi eksternal
(WHO, 1997).
2. Ciri morfologi

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan.
Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal)
tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies
ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan
identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi,
tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk
jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil
dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati
dengan mata telanjang.
Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan
memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk lainnya. Nyamuk dewasa mempunyai ciri pada
tubuhnya yang berwarna hitam mempunyai bercak-bercak putih keperakan atau putih kekuningan,
dibagian dorsal dari thorak terdapat bercak yang khas berupa 2 garis sejajar di bagian tengah dan 2 garis
lengkung di tepinya. Aedes albopictus tidak mempunyai garis melengkung pada thoraknya. Larva Aedes
mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki satu pasang hair tuft serta pecten yang
tumbuh tidak sempurna dan posisi larva Aedes pada air biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding
tempat perindukannya. Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan membentuk
bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak
100 butir telur tiap kali bertelur. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-
kira 9 hari (Srisasi G et al., 2000).

C. Perilaku dan siklus hidup Aedes aegypti


Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan
oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk
memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi
area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-
anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka
yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah
ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak yaitu setelah
matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al., 2000).
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada
peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat
mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya,
namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain.
Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana
terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat
urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun
(sylvan areas).
Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes
misalnya gentong air murni, kaleng kosong berisi air hujan, bak kamar mandi atau pada lipatan dan
lekukan daun yang berisi air hujan, vas bunga berisi air dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak
ditemukan berkembang biak pada kontainer yang ada dalam rumah.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar
10-12 hari dan umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata
1,5 bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara sekelilingnya (Biswas et al., 1997).
Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih
secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas
dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut
instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar
ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari
sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa
membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan kering.
Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air
yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk
dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan
menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan
yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.
Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan sekitarnya pada tempat
yang terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan Aedes albopictus yang sering dijumpai diluar
rumah dan menyukai genangan air alami yang terdapat di luar rumah misalnya potongan bambu pagar,
tempurung kelapa, lubang pohon yang berisi air (Allan, 1998). Tempat peristirahatan nyamuk Aedes
aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di
halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti
pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya (Srisasi G et al., 2000).
Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis
yang terletak antara 35 lintang utara dan 35 lintang selatan. Selain itu Aedes aegypti jarang ditemukan
pada ketinggian lebih dari 1.000 m. Tetapi di India pernah ditemukan pada ketinggian 2.121 m dan di
California 2.400 m. Nyamuk ini mampu hidup pada temperatur 8C-37C. Aedes aegypti bersifat
Anthropophilic dan sering tinggal di dalam rumah (WHO, 1997).
Kemampuan terbang nyamuk betina bisa mencapai 2 km tetapi kemampuan normalnya kira-kira
40 meter. Nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple bitters) yaitu menggigit
beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti
sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini sangat membantu Aedes aegypti dalam memindahkan
virus Dengue ke beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita DBD di dalam
satu rumah (Depkes, 2004).
Memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti merupakan hal yang penting dalam mengevaluasi
adanya ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue di suatu daerah dan pengukuran kepadatan populasi
nyamuk yang belum dewasa dilakukan dengan cara pemeriksaan tempat-tempat perindukan di dalam dan
luar rumah. Ada 3 angka indeks yang perlu diketahui yaitu indeks rumah, indeks kontainer dan indeks
Breteau (Srisari G et al., 2000). Indeks Breteau adalah jumlah kontainer yang positif dengan larva Aedes
aegypti dalam 100 rumah yang diperiksa. Indeks Breteau merupakan indikator terbaik untuk menyatakan
kepadatan nyamuk, sedangkan indeks rumah menunjukkan luas persebaran nyamuk dalam masyarakat.
Indeks rumah adalah prosentase rumah ditemukannya larva Aedes aegypti. Indeks kontainer adalah
prosentase kontainer yang positif dengan larva Aedes aegypti. Penelitian dari Bancroft pada tahun 1906
memberi dasar kuat untuk mempertimbangkan Aedes aegypti sebagai vektor dengan cara menginfeksi 2
sukarelawan di daerah tempat terjadinya infeksi alamiah. Dasar ini didukung pula dengan hasil penelitian
Cleland dan kawan-kawan tahun 1917, juga penelitian dari Jupp tahun 1993 di Afrika Selatan yang
menyatakan populasi Aedes aegypti paling besar potensinya sebagai vektor untuk virus DEN-1 dan DEN-
2 (WHO, 2002).

D. Patogenitas dbd
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus Dengue termasuk genus Flavivirus, famili
Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat
serotipe virus ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3 sering menimbulkan
wabah, sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah virus DEN 2 (Syahrurahman A et al.,
1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya demam secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat,
sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan biasanya muncul
dulu pada bagian bawah badan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa
juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E.,
1998).
Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah perifer
ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat asimtomatik atau simtomatik yang meliputi panas
tidak jelas penyebabnya (Dengue Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah
dengan renjatan (DSS) dengan manifestasi klinik demam bifasik disertai gejala nyeri kepala, nyeri sendi,
nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto S., 2004).
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk
Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial,
dengan target utama virus Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa
monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena (Harikushartono et al.,
2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala
panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga
makrofag menjadi APC (Antigen Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan
mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan
mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus juga
mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi
netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).
Penyakit infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial yang pada saat ini mulai
diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada penyakit infeksi virus, yaitu kerentanan yang
dapat diwariskan. Konsep ini merupakan salah satu teori kejadian infeksi berdasarkan adanya perbedaan
kerentanan genetik (genetic susceptibility) antar individu terhadap infeksi yang mengakibatkan perbedaan
interaksi antara faktor genetik dengan organisme penyebab serta lingkungannya (Darwis D., 1999).
Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga
menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma menurun
lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi efusi serosa, efusi
pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).
Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat menjelaskan satu atau
beberapa manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan secara utuh keseluruhan fenomena
(Soetjipto et al., 2000). Beberapa teori tentang patogenesis DBD adalah The Secondary Heterologous
Infection Hypothesis, Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena Antibodi Dependent Enhancement
(ADE), Teori Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori Apoptosis (Soegijanto S., 2004).
Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada pemberantasan vektor penyakit
karena vaksin yang efektif masih belum tersedia. Pemberantasan vektor ini meliputi pemberantasan sarang
nyamuk dan pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi pembersihan tempat
penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan nyamuk, diikuti penimbunan
sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Tempat air bersih perlu dilindungi dengan
ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan melalui kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran
ikan pemakan jentik di kolam-kolam (Soegijanto S., 2004).

E. Cara Pemberantasan Demam Berdarah


Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada
awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian
strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang
memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk
Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997).
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat,
yaitu:
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan
perbaikan desain rumah. Sebagai contoh : menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya
sekali seminggu, mengganti dan menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,
menutup dengan rapat tempat penampungan? air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas
di sekitar rumah?. Tumpah atau bocornya air dari pipa distribusi, katup air, meteran air dapat
menyebabkan air menggenang dan menjadi habitat yang penting untuk larva Aedes aegypti jika tindakan
pencegahan tidak dilakukan.
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan
cupang), dan bakteri (Bt.H-14). Peran pemangsa yang dimainkan oleh copepod crustacea (sejenis udang-
udangan) telah didokumentasikan pada tahun 1930-1950 sebagai predator yang efektif terhadap Aedes
aegypti (Kay BH., 1996). Selain itu juga digunakan perangkap telur autosidal (perangkap telur pembunuh)
yang saat ini sedang dikembangkan di Singapura.
c. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan malathion
dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas
bunga, kolam, dan lain-lain.
Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai penularan penyakit DHF,
dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah penderita Demam Berdarah DHF dapat berkurang.
Sebelum pelaksanaan fogging pada masyarakat telah diumumkan agar menutup makanannya dan tidak
berada di dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar rumah
dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun demikian untuk menghindari hal hal
yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I
(pendamping) bertugas membuka pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk
memastikan bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan orang
yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan serta semua makanan harus
sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar dan operator II (Operator swing Fog) memasuki
rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan cara berjalan mundur. Setelah selesai operator
pendamping baru menutup pintu. Rumah yang telah di fogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang
lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang berada dalam rumah dapat terbunuh semua, dengan
cara ini nyamuk-nyamuk akan terbunuh karena malathion bekerja secara knoc donw. Setelah itu fogging
dilanjutkan di luar rumah / pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging maka
fogging dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga difogging.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swing fog untuk mendapatkan hasil
yang optimal adalah sebagai berikut :
a. Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malation, konsentrasi larutan adalah 4 5 %.
b. Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit keluaran yang
diinginkan.
c. Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100m, efektif 50m.d) Kecepatan berjalan
d. ketika memfogging, untuk swing fog kurang lebih 500 m2 atau 2 3 menit untuk satu rumah dan
halamannya.
e. Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktivitas puncak dari nyamuk, yaitu jam 09.00 11.00.
Dalam pelaksanaan fogging inipun telah diperhatikan hal-hal di atas sehingga diharapkan hasilnya
juga optimal. Berdasarkan hasil survei jentik ternyata masih ditemukan jentik di 5 rumah penduduk. Jentik
tersebut berada di kamar mandi, satu kamar mandi ditemukan di luar rumah dengan kondisi kurang bersih
dan kurang terawat, sedang 4 kamar mandi yang lain berada di dalam rumah. Bahkan satu kamar mandi
terbuat dari keramik, namun demikian kamar mandi ini berhubungan langsung dengan pekarangan yang
cukup luas dengan tanaman-tanaman besar yang cukup banyak, sehingga dimungkinkan nyamuk berasal
dari pekarangan. Bagi penduduk yang kamar mandinya masih ditemukan jentik, maka pada saat itu juga
team yang bertugas langsung memberikan pengarahan dan penyuluhan pada pemilik rumah untuk
membersihkan kamar mandinya agar tidak menjadi sarang nyamuk.
Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk mencegah
penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat, karena cara ini sesungguhnya hanya
bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dewasa, sehingga jika di beberapa rumah penduduk
masih diketemukan jentik nyamuk, maka dimungkinkan penularan demam berdarah masih berlanjut
dengan dewasanya jentik yang menjadi nyamuk. Apalagi siklus perubahan jentik menjadi nyamuk hanya
membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Sehingga jika di daerah tersebut terdapat penderita
demam berdarah baru maka dimungkinkan akan cepat menyebar pula. Langkah yang dianggap lebih
efektif adalah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-
cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang
bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan
jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan
insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan
kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).
Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan pekarangannya, selokan
selokan di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras kamar mandi (termasuk mengganti air untuk
minuman burung dan air dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air dan mengubur barang-barang
bekas yang mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk pecahan botol dan potongan ban bekas).
Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/ 100 liter air, untuk membunuh jentik-jentik
pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam ikan di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut
kalau-kalau terjadi keracunan karena abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia
maupun ikan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai penularan penyakit demam
berdarah adalah dengan pelaksanaan PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan
kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh seluruh masyarakat secara
merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi telah meluas di semua wilayah
maka pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi. Sebab jika hanya satu daerah saja yang
melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya tidak, maka dimungkinkan orang yang berasal dari
wilayah yang telah bebas namun berkunjung ke daerah yang masih terdapat penderita demam berdarah
dan tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti akan tertular demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit
inipun akan tersebar luas kembali.
Pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan kembali (revitalisasi) pokjanal
DBD di Desa/Kelurahan maupun Kecamatan dengan fokus pemberian penyuluhan kesehatan lingkungan
dan pemeriksaan jentik berkala. Perekrutan warga masyarakat sebagai Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan pemantauan jentik, pemberantasan sarang nyamuk secara
periodik dan penyuluhan kesehatan. Peran media massa dalam penanggulangan KLB DBD dan sebagai
peringatan dini kepada masyarakat juga ditingkatkan. Dengan adanya sistem pelaporan dan pemberitahuan
kepada khalayak yang cepat diharapkan masyarakat dan departemen terkait lebih wasapada. Intensifikasi
pengamatan (surveilans) penyakit DBD dan vektor dengan dukungan laboratorium yang memadai di
tingkat Puskesmas Kecamatan/Kabupaten juga perlu dibenahi (Kristina et al., 2004).

F. Cara Pengobatan Penyakit Demam Berdarah


Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau
mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5
sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan cairan tubuh melalui infus
(intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.
Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang timbul,
selanjutnya adalah pemberian obat obatan misalnya :
Parasetamol membantu menurunkan demam
Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare
Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan es
karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat di lakukan dengan
alkohol.Pengobatan alternatif yang umum di kenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok,
namun khasiatnya belum pernah di buktikan secara medis, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat
mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.

G. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah


Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena
nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling
efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
1. Pengendalian Non Kimiawi :
a. Pada Larva / jentik nyamuk:
1. dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M: Menguras dan
menyikat dinding bak penampungan air kamar mandi; karena jentik / larva nyamuk demam berdarah
(Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding bak penampungan air setelah dikuras dengan ciri-ciri
berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras tanpa menyikat dinding maka jentik /
larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam keadaan
kering tanpa air sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus disikat. Menutup
rapat rapat bak bak penampungan air; yaitu seperti gentong untuk persediaan air minum, tandon air,
sumur yang tidak terpakai karena nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) mempunyai ethology lebih
menyukai air yang jernih untuk reproduksinya, Mengubur barang-barang yang tidak berguna tetapi dapat
menyebabkan genangan air yang berlarut-larut ini harus dihindari karena salah satu sasaran tempat
nyamuk untuk bereproduksi.
2. dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara ikan pada tempat penampungan air
b. Pada Nyamuk Dewasa :
1. Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk pencegahan agar nyamuk dewasa
tidak dapat mendekat pada linkungan sekitar kita.
2. Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk yang menggunakan lampu
sebagai bahan penariknya (attractan) dan untuk membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara
kerja tersebut sama dengan Electric Raket.
2. Pengendalian Kimiawi :
a. Pada Larva / jentik nyamuk:
Yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut dengan ABATE
Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam
genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali.
Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan
menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah dibubuhi ABATE dengan
takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum
Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :
Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE
Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram ABATE.

b. Pada Nyamuk Dewasa :


1. Dilakukan Space Treatment : Pengasapan (Fogging) dan Pengkabutan (Ultra Low Volume) dengan
insectisida yang bersifat knock down mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan cepat.
2. Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada tempat hinggapnya nyamuk biasanya
bekisaran antara 0 1 meter diatas permukaan lantai bangunan.
3. Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk semprot yang siap pakai dan bisa juga
memakai obat oles anti nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak (repellent) pada nyamuk yang
akan mendekat.

Beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk dengan cara
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat perindukan
nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan, pengeringan, pembuatan bangunan (pintu, tanggul
dan sejenisnya) serta pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan
nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk 3M yaitu dari kata menutup, menguras dan menimbun
berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.
2. Manupulasi Lingkungan
Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak
menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari laguna, pengubahan kadar
garam dan juga sistem pengairan secara berkala di bidang pertanian.
3. Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku
Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan mengurangi
kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menempatkan dan memukimkan kembali
penduduk yang berasal dari sumber nyamuk (serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan
(personal protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber serangga vektor,
penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan lainnya.

4. Pengendalian Hayati
Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan musuh-musuh alami
nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai baik mengenai
bioekologi, dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan juga bioekologi musuh alami yang
akan digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan hasilnyapun lebih lambat terlihat
dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian hayati baru dapat memperlihatkan hasil yang
optimal jika merupakan bagian suatu pengendalian secara terpadu.
5. Musuh alami yang yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator, patogen dan parasit.
a. Predator
Adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk. Contohnya
beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva nyamuk.Ikan pemakan jentik nyamuk yang telah lama
digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah ikan jenis guppy dan ikan kepala timah. Jenis ikan lain yang
dikembangkan adalah ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan. Selain ikan dikenal pula larva
nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites yang ukurannya lebih besar dari
jentik nyamuk lainnya ( sekitar 4-5 kali ukuran larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara
pemanfaatan larva Toxorrhynchites telah banyak dilakukan dalam rangkaian usaha memberantas nyamuk
demam berdarah secara tepadu.
b. Patogen
Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk. Sebagai contoh adalah
berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti Bacillus
thuringiensis subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia, Thelohania) dan fungi
(seperti Coelomomyces, Lagenidium, Culicinomyces)
c. Parasit
Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga vektor dan
menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda seperti Steinermatidae (Neoplectana),
Mermithidae (Romanomermis) dan Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat digunakan untuk
mengendalikan populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu kesehatan lainnya. Nematoda ini
memerlukan serangga sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh, merusak dinding dan jaringan
tubuh serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax merupakan contoh yang sudah
diproduksi secara komersial untuk mengendalikan nyamuk.
Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih terbatas pada daerah-
daerah tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya menyerang pada fase dan spesies serangga
tertentu dan memerlukan dasar pengetahuan bioekologi yang kuat.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil kesimpulan bahwa
fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk yang merupakan vektor penyakit
demam berdarah sehingga rantai penularan penyakit dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat
dilakukan abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air
yang ditemukan jentik nyamuk. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN ( Pemberantasan
Sarang Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :
Menguras
Menutup tampungan air, dan
Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat menjadi cara untuk
memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD diantaranya yaitu:
Mengatasi perdarahan.
Mencegah keadaan syok.
Menambah cairan tubuh dengan infus.
Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk pada waktu pagi
hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti nyamuk.

B. SARAN
1. Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut, sehingga setiap
individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan lingkungannya dari
kemungkinan terserangnya demam berdarah.
2. P e r l u n ya d i ga l a k k a n G e r a k a n 3 M p l u s , tidak hanya bila terjadi wabah tetapi harusdijadikan
gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.
3. Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) perlu dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna.
4. Segenap pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk mencegah DBD.18
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2011.Pengendalian Nyamuk.
http://www.pc3news.com/index.php?cat=news&id=911&sub=2&view=news. Di akses tanggal 23 maret
2012.
Anonym. 2011. Pengendalian Nyamuk Dengan Pendekatan Secara Non Kimiawi
Lebih Diutamakan.http://masterhama.wordpress.com/2009/04/22/pengendalian-nyamuk-dengan-
pendekatan-secara-non-kimiawi-lebih-diutamakan/.
Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Vektor DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/vektor-dbd. Di akses tanggal 23
maret 2012.
Anonym. 2011. Etiologi dan Patogenesis DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/etiologi-dan-
patogenesis-dbd/. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Program Penanggulangan DBD di Indonesia.
http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-indonesia/. Di akses tanggal 23
maret 2012.
Anonym. 2011. Nyamuk Transgenic Harapan Baru Penanggulangan DBD
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-dbd. Di akses tanggal
23 maret 2012.
Anonym. 2011. Aedes aegypti. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti. Di akses tanggal 23
maret 2012.
Anonym. 2011. Ciri-Ciri Nyamuk Penyebab Penyakit Demam Berdarah
http://danialonline.wordpress.com/2009/08/07/ciri-ciri-nyamuk-penyebab-penyakit-demam-berdarah-
nyamuk-aedes-aegypti/. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Penyakit Demam Berdarah Dengue. http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-
demam-berdarah-dengue-dbd.html. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Dr.Faziah A. Siregar.2004.Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia.www.library.usu.co.id Di akses tanggal 23 maret 2012.

Anda mungkin juga menyukai