Login
Signup
Home
Technology
Education
More Topics
For Uploaders
BAB I
PENDAHULUAN
dan sampai saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam
Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas
mendadak selama 2 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan,
seperti petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Merebaknya kasus
DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi
karena kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap
(http;//www.litbang.depkes.go.id, 2005).
2. Gejala DBD
3. Pencegahan DBD
1.3 Tujuan
Mengetahui penyebab dan ciri-ciri nyamuk DBD, gejala DBD, serta cara pengobatan
DBD.
BAB II
PEMBAHASAN
Penyebab DBD :
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
Sulit untuk ditangkap karena mereka bergerak sangat cepat, melesat maju mundur.
Bersembunyi di bawah perabot dan sering menggigit orang di sekitar kaki atau
pergelangan kaki
Gigitan relatif tidak sakit, sehingga orang mungkin tidak melihat mereka sedang tergigit.
Nyamuk demam berdarah dewasa lebih memilih untuk beristirahat di daerah gelap.
Tempat beristirahat favorit berada di bawah tempat tidur, meja dan kursi, di lemari pakaian atau
lemari, di tumpukan cucian kotor dan sepatu; dalam wadah terbuka, di ruang yang gelap dan
tenang, dan bahkan pada objek gelap seperti pakaian atau perabot.
Nyamuk demam berdarah lebih suka menggigit manusia pada siang hari. Sebuah cara
yang efektif untuk membunuh nyamuk dewasa adalah untuk menerapkan sisa insektisida ke
dijinakkan dan lebih memilih untuk tinggal di sekitar rumah-rumah penduduk. Mereka
berkembang biak bukan di rawa-rawa atau saluran, dan sangat jarang menggigit pada malam
hari.
Masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut :
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis),
Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-
lainnya.
100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai
normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
2.3 Pencegahan DBD
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor
nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna
(misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan
nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit
1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat
yang cukup.
melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air,
dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-
jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena
dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut
didaur-ulang.
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk
abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam
Demam berdarah biasanya merupakan penyakit yang hanya perawatan suportif jika tepat
berdarah. Untuk beberapa jenis obat seperti aspirin, obat anti-inflammatory drugs (NSAID), dan
dan hematokrit diukur setiap hari dari hari ketiga penyakit sampai 1-2 hari setelah penurunan
suhu badan normal. Pasien dengan tingkat hematokrit yang meningkat atau jumlah trombosit
Untuk pengobatan demam berdarah lebih lanjut, pasien yang memiliki tanda-tanda
dehidrasi, seperti takikardia, kapiler terisi semakin lama, dingin atau kulit berbintik-bintik, status
mental berubah, penurunan output urine, kenaikan tingkat hematokrit, tekanan nadi menyempit,
seperti cairan dan perawatan proaktif. Defisit volume Intravaskular harus diperbaiki dengan
cairan isotonik seperti larutan Ringer laktat. Bolus dari 10-20 kg mL / harus diberikan lebih dari
20 menit dan dapat diulang. Jika ini gagal untuk mengoreksi defisit, nilai hematokrit harus
ditentukan dan jika naik informasi klinis yang terbatas menunjukkan bahwa plasma expander
dapat diberikan. Dekstran 40, atau albumin 5% pada dosis 10-20 kg mL juga dapat digunakan.
Jika pasien tidak membaik setelah ini, kehilangan darah harus dipertimbangkan. Pasien dengan
Setelah pasien dengan dehidrasi yang stabil, mereka biasanya membutuhkan cairan infus
tidak lebih dari 24-48 jam. cairan intravena harus dihentikan ketika tingkat hematokrit turun
Transfusi plasma platelet segar beku mungkin diperlukan untuk mengontrol pendarahan
parah. Sebuah laporan kasus baru-baru ini menunjukkan perkembangan yang baik setelah
pemberian globulin intravena anti-D di dua pasien. Sebelum mengakhiri, sebelum pengobatan
demam berdarah dilakukan, khendaknya pemeriksaan atau konsultasi kepada dokter adalah
jalan yang terbaik, pastikan penderita berada pada kondisi yang stabil karena jika dibiarkan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan
mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi
penduduk disekitarnya.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore,
karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di
lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
mencegah atau mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar
penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau
susu).
3.2 Saran
Beberapa ada cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri
(Bt.H-14).
4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes (Stegomyia). Selama dua dekade
terakhir, frekuensi kasus dan epidemi penyakit demam dengue (dengue fever, DF), demam berdarah
(dengue hemorragic fever, DHF), dan sindrom syok dengue (dengue syok syndrom, DSS) menunjukkan
peningkatan yang dramatis di seluruh dunia. The World Health Report 1996, menyatakan
bahwakemunculan kembali penyakit infeksisus merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang telah
diraih sampai sejauh ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan dan kemakmuran sia-sia belaka.
Laporan tersebut lebih jauh menyebutkan bahwa penyakit infeksius tersebut berkisar dari penyakit yang
terjadi di daerah tropis (seperti malaria dan DHF yang sering terjadi di negara berkembang) hingga
penyakit yang ditemukan di seluruh dunia (seperti hepatitis dan penyakit menular seksual [PMS],
termasuk HIV/AIDS) dan penyakit yang disebarkan melalui makanan yang mempengaruhi sejumlah besar
penduduk dunia baik di negara miskin maupun kaya.
Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 mengajukan suatu resolusi tentang
pengendalian dan pencegahan dengue yang menekankan bahwa pengokohan pencegahan dan
pengendalian DF, DHF, DSS baik di tingkat lokal maupun nasional harus menjadi salah satu prioritas dari
Negara Anggota WHO tempat endemiknya penyakit. Resolusi tersebut juga meminta: (1) strategi yang
dikembangkan untuk mengatasi penyebaran dan peningkatan insiden dengue harus dapat dilakukan oleh
negara terkait, (2) peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat, (3) mengencarkan promosi kesehatan,
(4) memperkuat riset, (5) memperluas surveilens dengue, (6) pemberian panduadalam hal pengendalian
vektor, dan (7) mobilisasi sumber daya eksternal untuk pencegahan penyakit harus menjadi prioritas.
Untuk menanggapi resolusi WHA dalam pencegahan dan pengendalian dengue, strategi global
untuk operasionalitas kegiatan pengendalian vektor dikembangkan berdasarkan komponen utama seperti,
tindakan pengendalian nyamuk yang selektif terpadu dengan partisipasi masyarakat dan kerja sama
antarsektor, persiapan kedaruratan, dll. Salah satu penopang utama dalam strategi global adalah
peningkatan surveilans yang aktif dan didasarkan pada pemeriksaaan laboratorium yang akurat terhadap
DF/DHF dan vektornya. Agar berjalan lancar, setiap negara endemik harus memasukkan penyakit DHF
menjadi salah satu jenis penyakit yang harus dilaporkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep penyakit demam berdarah ?
2. Bagaimana model terjadinya penyakit demam berdarah ?
3. Bagaimana perjalanan penyakit demam bedarah ?
4. Bagaimana tahap-tahap penyakit demam berdarah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep penyakit demam berdarah
2. Mengetahu model terjadinya penyakit demam berdarah
3. Mengetahui perjalanan penyakit demam berdarah
4. Mengetahui tahap-tahap penyakit demam berdarah
BAB II
LANDASAN TEORI
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar rumah jaraknya berdekatan
yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes Aegypti 40-100 m. Aedes Aegypti betina
mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).
Sebenarnya tidak ada pengobatan yang spesifik ataupun vaksin untuk demam berdarah. Bila anda pikir
sesorang terkena demam berdarah, berikan mereka cairan sebanyak mungkin, bawa mereka ke puskesmas
terdekat, dan hindarkan mereka dari nyamuk untuk menghindari yang lain terjangkiti juga. Penyakit ini
dapat berlangsung hingga 10 hari, dan pemulihannya dapat memakan maktu 1 minggu hingga 4 minggu.
Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika Jika anda
mengalami panas tinggi yang berkepanjangan (lebih dari 1 hari) dan tidak sembuh dengan meminum obat,
cobalah mendatangi rumah sakit terdekat dan cek darah anda. Apabila anda menemukan trombosit anda
sudah di batas bawah normal (batas normal: 150.000-500.000), berhati-hatilah.
Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit, tapi butuh kemauan yang kuat
untuk melakukannya. Cara itu adalah sbb:
1) Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih banyak lebih baik)
2) Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas
3) Beberapa teman dan dokter menyarankan untuk minum minuman ion tambahan (tapi banyak juga yang
tidak menganjurkannya)
4) Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit (ada juga yang
menyarankan: daun angkak, daun jambu, dsb)
5) Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak (meskipun biasanya
minat makan akan menurun drastis).
Sebenarnya, semua usaha di atas bertujuan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap serangan
demam berdarah, karena pada dasarnya demam berdarah tidak perlu obat tertentu (dan memang tidak ada
obat untuk itu). Ketahanan tubuh dapat dilihat dari jumlah leukosit dalam darah. Ketika leukosit mulai
meningkat (membaik), maka biasanya trombosit yang kemudian akan bertambah.
BAB III
PEMBAHASAN
2. Host/pejamu
Manusia tergigit oleh nyamuk Aedes yang telah memiliki virus DBD di dalam tubuhnya, virus DBD
menginfasi kedalam tubuh. Ketika sistem imun melemah, virus ini aktif berkembang biak dan memulai
infasi dan menginfeksi trombosit.
3. Lingkungan
Bak penampungan air yang tidak pernah dikuras dan tanpa penutup merupakan lokasi perkembang biakan
nyamuk Aedes Aegypty. Semakin banyak genangan air, maka semakin meningkat populasi nyamuk
Aedes Aegypty.
Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada di genangan air bersih dan di daerah yang banyak
pohon seperti di taman atau kebun. Genangan air pada pot bunga mungkin menjadi salah satu tempat
favorit nyamuk yang dapat terlupakan oleh Anda. Jangan menggantung baju karena dapat sebagai tempat
berkembangnya nyamuk.
C. Tahap-tahap pencegahan
Primer Skunder Tersier
Promosi kesehatan : Program Upayakan pemberian cairan
pemeriksaan
Penyuluhan kesehatan berkala seperti yang adekuat
tentang penyakit DBD dan pemeriksaan
lingkungan Menganjurkan makan
cara memelihara tempat tinggal oleh makanan yang bergizi dan
lingkungan yang baik petugas kesehatan usahakan makan dalam
seperti melakukan lingkungan. kuantitas yang banyak
Melakukan pemberantasan terutama makanan yang
tindakan 3M (menguras,
mengubur, menutup) nyamuk dan sarang- banyak mengandung
Upaya untuk pencegahan sarangnya dengan protein
DBD ditunjukkan pada penyemprotan (foogin) Mengusahakan pasien yang
pemberantasan Pemberian
nyamuk obat demam dalam masa pemulihan
beserta tempat bedarah. agar terhindar dari gigitan
perkembangbiakannya Memberikan jus jambu. nyamuk lagi.
Melakukan donor darah
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan
masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi : 2001)
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Penyedaiaan air bersih yang langka.
DBD dapat dicegah dengan rutin melakukan 3M,menjaga sanitasi lingkungan tetap bersih,
mengkonsumsi makanan-makanan bergizi.
B. SARAN
Menjaga sanitasi lingkungan tetap sehat dan rutin melakukan 3M akan menghindari kita terjangkit
virus DBD.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan kepada kami,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang
sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD)
dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa
bahaya dari penyakit Demam berdarah.
Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca dan
belajar teman-teman.selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi
ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,sehing saran dari
dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
A. Latar Belakang
Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan genangan air yang terjadi pada
selokan yang buntu, gorong gorong yang tidak lancar serta adanya banjir yang berkepanjangan, perlu
diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan genangan
tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang melakat pada
saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara pengendalian nyamuk
dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan
sebelum dilakukannya pengendalian secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut nyamuk. Antara
nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa batas. Namun,
berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap
mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak
daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi
kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler
dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak
ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter
dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang
mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena
penyakit ini telah merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14
propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak
1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah
menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal
dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO bahkan
memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh ringkih,
terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan
manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh
syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan
memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk
memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan
pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk. Program studi
Kesehatan Lingkungan Program Diploma tiga Kesehatan FIK UMS sebagai salah satu institusi yang dapat
melaksanakan fogging merasa bertanggung jawab untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Sebagai
wujud kepedulian itu maka dilaksanakan program fogging di beberapa daerah.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah dilaksanakan
meliputi : promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan penanggulangan
faktor resiko serta kerja sama lintas program dan lintas sector terkait sampai dengan tingkat desa
/kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk. Masalah utama dalam upaya menekan angka kesakitan
DBD adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk DBD tersebut perlu di tingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD.
A. Perumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam memecahkan masalah demam berdarah
antara lain :
1. Apa sebenarnya penyakit demam berdarah dengue dan apa penyebabnya?
2. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dan siklus hidup vektor penular penyakit DBD?
3. Seperti apa patogenitas DBD terhadap manusia?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit DBD ?
5. Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar tidak mewabah ?
6. Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?
B. Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
1. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dengue dan penyebabnya.
2. Memberi pengetahuan tentang cara penularan dan vektor penyakit demam berdarah
3. Memberi pengetahuan tentang patogenitas DBD
4. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam berdarah.
5. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.
6. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Culicidae
Genus: Aedes
Upagenus: Stegomyia
Spesies: Ae. aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit
demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever)
dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia.
Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama
Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit
demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini
untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari keberadaan vektornya, karena tanpa
adanya vektor tidak akan terjadi penularan. Ada beberapa vektor yang dapat menularkan virus Dengue
tetapi yang dianggap vektor penting dalam penularan virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti walaupun di
beberapa negara lain Aedes albopictus cukup penting pula peranannya seperti hasil penelitian yang pernah
dilakukan di pulau Mahu Republik Seychelles (Metsellar, 1997).
Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya (Luft,1996). Selain kedua
spesies ini masih ada beberapa spesies dari nyamuk Aedes yang bisa bertindak sebagai vektor untuk virus
Dengue seperti Aedes rotumae, Aedes cooki dan lain-lain. Sub famili nyamuk Aedes ini adalah Culicinae,
Famili Culicidae, sub Ordo Nematocera dan termasuk Ordo diptera (WHO, 2004).
Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang mengalami viremia, maka nyamuk
tersebut terinfeksi oleh virus Dengue dan sekali menjadi nyamuk yang infektif maka akan infektif
selamanya (Putman JL dan Scott TW., 1996). Selain itu nyamuk betina yang terinfeksi dapat menularkan
virus ini pada generasi selanjutnya lewat ovariumnya tapi hal ini jarang terjadi dan tidak banyak berperan
dalam penularan pada manusia. Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk membutuhkan waktu 8-10 hari
untuk menjadi nyamuk infektif bagi manusia dan masa tersebut dikenal sebagai masa inkubasi eksternal
(WHO, 1997).
2. Ciri morfologi
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan.
Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal)
tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies
ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan
identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi,
tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk
jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil
dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati
dengan mata telanjang.
Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan
memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk lainnya. Nyamuk dewasa mempunyai ciri pada
tubuhnya yang berwarna hitam mempunyai bercak-bercak putih keperakan atau putih kekuningan,
dibagian dorsal dari thorak terdapat bercak yang khas berupa 2 garis sejajar di bagian tengah dan 2 garis
lengkung di tepinya. Aedes albopictus tidak mempunyai garis melengkung pada thoraknya. Larva Aedes
mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki satu pasang hair tuft serta pecten yang
tumbuh tidak sempurna dan posisi larva Aedes pada air biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding
tempat perindukannya. Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan membentuk
bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak
100 butir telur tiap kali bertelur. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-
kira 9 hari (Srisasi G et al., 2000).
D. Patogenitas dbd
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus Dengue termasuk genus Flavivirus, famili
Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat
serotipe virus ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3 sering menimbulkan
wabah, sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah virus DEN 2 (Syahrurahman A et al.,
1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya demam secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat,
sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan biasanya muncul
dulu pada bagian bawah badan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa
juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E.,
1998).
Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah perifer
ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat asimtomatik atau simtomatik yang meliputi panas
tidak jelas penyebabnya (Dengue Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah
dengan renjatan (DSS) dengan manifestasi klinik demam bifasik disertai gejala nyeri kepala, nyeri sendi,
nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto S., 2004).
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk
Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial,
dengan target utama virus Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa
monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena (Harikushartono et al.,
2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala
panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga
makrofag menjadi APC (Antigen Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan
mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan
mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus juga
mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi
netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).
Penyakit infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial yang pada saat ini mulai
diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada penyakit infeksi virus, yaitu kerentanan yang
dapat diwariskan. Konsep ini merupakan salah satu teori kejadian infeksi berdasarkan adanya perbedaan
kerentanan genetik (genetic susceptibility) antar individu terhadap infeksi yang mengakibatkan perbedaan
interaksi antara faktor genetik dengan organisme penyebab serta lingkungannya (Darwis D., 1999).
Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga
menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma menurun
lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi efusi serosa, efusi
pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).
Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat menjelaskan satu atau
beberapa manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan secara utuh keseluruhan fenomena
(Soetjipto et al., 2000). Beberapa teori tentang patogenesis DBD adalah The Secondary Heterologous
Infection Hypothesis, Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena Antibodi Dependent Enhancement
(ADE), Teori Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori Apoptosis (Soegijanto S., 2004).
Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada pemberantasan vektor penyakit
karena vaksin yang efektif masih belum tersedia. Pemberantasan vektor ini meliputi pemberantasan sarang
nyamuk dan pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi pembersihan tempat
penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan nyamuk, diikuti penimbunan
sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Tempat air bersih perlu dilindungi dengan
ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan melalui kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran
ikan pemakan jentik di kolam-kolam (Soegijanto S., 2004).
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-
cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang
bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan
jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan
insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan
kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).
Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan pekarangannya, selokan
selokan di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras kamar mandi (termasuk mengganti air untuk
minuman burung dan air dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air dan mengubur barang-barang
bekas yang mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk pecahan botol dan potongan ban bekas).
Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/ 100 liter air, untuk membunuh jentik-jentik
pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam ikan di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut
kalau-kalau terjadi keracunan karena abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia
maupun ikan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai penularan penyakit demam
berdarah adalah dengan pelaksanaan PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan
kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh seluruh masyarakat secara
merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi telah meluas di semua wilayah
maka pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi. Sebab jika hanya satu daerah saja yang
melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya tidak, maka dimungkinkan orang yang berasal dari
wilayah yang telah bebas namun berkunjung ke daerah yang masih terdapat penderita demam berdarah
dan tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti akan tertular demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit
inipun akan tersebar luas kembali.
Pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan kembali (revitalisasi) pokjanal
DBD di Desa/Kelurahan maupun Kecamatan dengan fokus pemberian penyuluhan kesehatan lingkungan
dan pemeriksaan jentik berkala. Perekrutan warga masyarakat sebagai Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan pemantauan jentik, pemberantasan sarang nyamuk secara
periodik dan penyuluhan kesehatan. Peran media massa dalam penanggulangan KLB DBD dan sebagai
peringatan dini kepada masyarakat juga ditingkatkan. Dengan adanya sistem pelaporan dan pemberitahuan
kepada khalayak yang cepat diharapkan masyarakat dan departemen terkait lebih wasapada. Intensifikasi
pengamatan (surveilans) penyakit DBD dan vektor dengan dukungan laboratorium yang memadai di
tingkat Puskesmas Kecamatan/Kabupaten juga perlu dibenahi (Kristina et al., 2004).
Beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk dengan cara
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat perindukan
nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan, pengeringan, pembuatan bangunan (pintu, tanggul
dan sejenisnya) serta pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan
nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk 3M yaitu dari kata menutup, menguras dan menimbun
berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.
2. Manupulasi Lingkungan
Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak
menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari laguna, pengubahan kadar
garam dan juga sistem pengairan secara berkala di bidang pertanian.
3. Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku
Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan mengurangi
kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menempatkan dan memukimkan kembali
penduduk yang berasal dari sumber nyamuk (serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan
(personal protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber serangga vektor,
penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan lainnya.
4. Pengendalian Hayati
Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan musuh-musuh alami
nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai baik mengenai
bioekologi, dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan juga bioekologi musuh alami yang
akan digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan hasilnyapun lebih lambat terlihat
dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian hayati baru dapat memperlihatkan hasil yang
optimal jika merupakan bagian suatu pengendalian secara terpadu.
5. Musuh alami yang yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator, patogen dan parasit.
a. Predator
Adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk. Contohnya
beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva nyamuk.Ikan pemakan jentik nyamuk yang telah lama
digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah ikan jenis guppy dan ikan kepala timah. Jenis ikan lain yang
dikembangkan adalah ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan. Selain ikan dikenal pula larva
nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites yang ukurannya lebih besar dari
jentik nyamuk lainnya ( sekitar 4-5 kali ukuran larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara
pemanfaatan larva Toxorrhynchites telah banyak dilakukan dalam rangkaian usaha memberantas nyamuk
demam berdarah secara tepadu.
b. Patogen
Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk. Sebagai contoh adalah
berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti Bacillus
thuringiensis subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia, Thelohania) dan fungi
(seperti Coelomomyces, Lagenidium, Culicinomyces)
c. Parasit
Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga vektor dan
menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda seperti Steinermatidae (Neoplectana),
Mermithidae (Romanomermis) dan Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat digunakan untuk
mengendalikan populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu kesehatan lainnya. Nematoda ini
memerlukan serangga sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh, merusak dinding dan jaringan
tubuh serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax merupakan contoh yang sudah
diproduksi secara komersial untuk mengendalikan nyamuk.
Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih terbatas pada daerah-
daerah tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya menyerang pada fase dan spesies serangga
tertentu dan memerlukan dasar pengetahuan bioekologi yang kuat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil kesimpulan bahwa
fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk yang merupakan vektor penyakit
demam berdarah sehingga rantai penularan penyakit dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat
dilakukan abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air
yang ditemukan jentik nyamuk. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN ( Pemberantasan
Sarang Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :
Menguras
Menutup tampungan air, dan
Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat menjadi cara untuk
memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD diantaranya yaitu:
Mengatasi perdarahan.
Mencegah keadaan syok.
Menambah cairan tubuh dengan infus.
Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk pada waktu pagi
hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti nyamuk.
B. SARAN
1. Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut, sehingga setiap
individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan lingkungannya dari
kemungkinan terserangnya demam berdarah.
2. P e r l u n ya d i ga l a k k a n G e r a k a n 3 M p l u s , tidak hanya bila terjadi wabah tetapi harusdijadikan
gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.
3. Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) perlu dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna.
4. Segenap pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk mencegah DBD.18
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2011.Pengendalian Nyamuk.
http://www.pc3news.com/index.php?cat=news&id=911&sub=2&view=news. Di akses tanggal 23 maret
2012.
Anonym. 2011. Pengendalian Nyamuk Dengan Pendekatan Secara Non Kimiawi
Lebih Diutamakan.http://masterhama.wordpress.com/2009/04/22/pengendalian-nyamuk-dengan-
pendekatan-secara-non-kimiawi-lebih-diutamakan/.
Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Vektor DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/vektor-dbd. Di akses tanggal 23
maret 2012.
Anonym. 2011. Etiologi dan Patogenesis DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/etiologi-dan-
patogenesis-dbd/. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Program Penanggulangan DBD di Indonesia.
http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-indonesia/. Di akses tanggal 23
maret 2012.
Anonym. 2011. Nyamuk Transgenic Harapan Baru Penanggulangan DBD
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-dbd. Di akses tanggal
23 maret 2012.
Anonym. 2011. Aedes aegypti. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti. Di akses tanggal 23
maret 2012.
Anonym. 2011. Ciri-Ciri Nyamuk Penyebab Penyakit Demam Berdarah
http://danialonline.wordpress.com/2009/08/07/ciri-ciri-nyamuk-penyebab-penyakit-demam-berdarah-
nyamuk-aedes-aegypti/. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Penyakit Demam Berdarah Dengue. http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-
demam-berdarah-dengue-dbd.html. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Dr.Faziah A. Siregar.2004.Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia.www.library.usu.co.id Di akses tanggal 23 maret 2012.