PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 1. Permukaan anterior hati [5]
3
Gambar 2. Permukaan posterior hati [5]
sel sudah mati atau sakit, akan diganti dengan jaringan hati yang baru. [3]
Pembentukan dan ekskresi empedu merupakan fungsi utama hati, saluran
empedu hanya mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dan
mengeluarkan empedi ke usus halus sesuai kebutuhan. Hati mensekresi sekitar 1
liter empedu kuning setiap hari. Unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit,
garam empedu, fosfolipid (terutama lesitin) kolesterol, dan pigmen empedu
(terutama bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan
absorbsi lemak dalam usus halus. Setelah diolah oleh bakteri usus halus, maka
sebagian besar garam empedu akan direabsorbsi di ileum, mengalami
resirkulasi ke hati, serta kembali dikonjugasi dan disekresi. Bilirubin (pigmen
empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak penting,
namun merupakan petunjuk penyakit hati dan saluran empedu yang penting,
karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berkontak
dengannya. [3]
5
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam
jaringan untuk menghasilkan panas dan energi, dan sisanya diubah menjadi
glikogen dan disimpan dalam jaringan subkutan. Hati mampu mensintesis
glukosa dari protein dan lemak (glukoneogenesis). Peranan hati pada
metabolisme sangat penting untuk kelangsungan hidup. Semua protein plasma,
kecuali gamma globulin, disintesis oleh hati. Protein ini termasuk albumin yang
diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan protrombin,
fibrinogen, dan faktor- faktor pembekuan lain. Selain itu, sebagian besar
degradasi asam amino dimulai dalam hati melalui proses deaminasi atau
pembuangan gugus amonia (NH3). Amonia yang dilepaskan kemudian
disintesis menjadi urea dan disekresi oleh ginjal dan usus. Amonia yang
terbentuk dalam usus oleh kerja bakteri pada protein juga diubah menjadi
urea dalam hati. Fungsi metabolisme hati yang lain adalah metabolisme lemak,
penyimpanan vitamin, besi, dan tembaga, konjugasi dan ekskresi steroid
adrenal dan gonad, serta detoksifikasi sejumlah besar zat endogen dan eksogen.
Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim-enzim hati melalui
oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat-zat yang dapat berbahaya, dan
mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Zat-zat seperti
indol, skatol, dan fenol yang dihasilkan oleh kerja bakteri pada asam amino
dalam usus besar dan zat-zat eksogen seperti morfin, fenobarbital, dan obat-
karena letaknya yang strategis antara usus dan sirkulasi umum. Sel kupffer pada
sinusoid menyaring bakteri darah portal dan bahan-bahan yang membahayakan
Berbeda dengan organ padat lainnya, hati orang dewasa tetap mempunyai
kemampuan beregenerasi. Ketika kemampuan hepatosit untuk beregenerasi sudah
terbatas, maka sekelompok sel pruripotensial oval yang berasal dari duktulus-
6
duktulus empedu akan berproliferasi sehingga membentuk kembali hepatosit dan
7
Dari penelitian model binatang ditemukan bahwa hepatosit tunggal dari
2.5. Etiologi
tersebut. [2]
2.6. Patofisiologi
adanya peranan sel stelata (stellate cell). Dalam keadaan normal sel stelata
mempunyai peranan dalam keseimbangan pembentukan matriks ekstraselular
dan proses degradasi. Pembenrukan fibrosis menunjukkan perubahan proses
keseimbangan. Jika terpapar faktor tertentu yang berlangsung secara terus
menerus (misal: hepatitis virus, bahan-bahan hepatotoksik), maka sel stelata
akan menjadi sel yang membentuk kolagen. Jika proses berjalan terus menerus
maka fibrosis akan berjalan terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati
Eritema Palmaris, warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak
tangan. Hal ini juga dikaitkan dengan perubahan metabolisme hormon estrogen.
Tanda ini juga tidak spesifik pada sirosis. Ditemukan pula pada kehamilan,
arthritis rheumatoid, hipertiroidisme, dan keganasan hematologi. Perubahan kuku-
kuku Muchrche berupa pita putih horizontal dipisahkan dengan warna normal
kuku. Mekanismenya juga belum diketahui, diperkirakan akibat
hipoalbuminemia. Tanda ini juga bisa ditemukan pada kondisi hipoalbuminemia
yang lain seperti sindrom nefrotik.
Kontraktur Dupuytren akibat fibrosis fasia Palmaris menimbulkan
kontraktur fleksi jari-jari berkaitan dengan alkoholisme tetapi tidak secara
spesifik berkaitan dengan sirosis. Tanda ini juga ditemukan pada pasien diabetes
mellitus, distrofi reflex simpatetik, dan perokok yang juga mengkonsumsi
alkohol.
Foetor Hepatikum, Bau napas yang khas pada pasien sirosis disebabkan
peningkatan konsentrasi dimetil sulfide akibat pintasan porto sistemik yang
berat.
resistensi insulin dan tidak adekuatnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas. [2]
dari pintasan, antigen bakteri dari sistem porta ke jaringan limfoid, selanjutnya
menginduksi produksi immunoglobulin.
hipersplenisme. [2]
2.9. Komplikasi
sampai 40% pasien sirosis dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan
perdarahan. Angka kematiannya sangat tinggi, sebanyak duapertiganya akan
meninggal dalam waktu satu tahun walaupun dilakukan tindakan untuk
2.10. Penatalaksanaan
penlitian. [2]
2.11. Penatalaksanaan sirosis dekompensata
Asites, Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam
sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan
obat-obatan diuretic. Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis
100-200 mg sehari. Respon diuretic bisa dimonitor dengan penurunan berat
badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan edema kaki.
Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasikan dengan
furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Pemberian furosemid bisa ditambah
dosisnya bila tidak ada respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari. Parasentesis
dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan
obat -blocker. Waktu perdarahan akut, bisa diberikan preparat somatostatin atau
2.12. Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi
etiologi beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai.
[2]
3. Wilson LM, Lester LB. Hati, saluran empedu, dan pankreas. In Wijaya C,
editor. Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit. Jakarta: ECG; 2004. p.
426-63.