Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2015


UNIVERSITAS PATTIMURA

MYOMA GEBURT

Disusun oleh :
Gabriella Simona Rering
(2009-83-002)

Pembimbing

dr. Rahmat Saptono, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2015
BAB I
ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nomor Rekam Medik : 027854
Nama : Ny. M.S.
Jenis kelamin : Perempuan.
Tanggal lahir : Saparua, 29 Mei 1940.
Umur : 74 tahun.
Pekerjaan : Pensiunan PNS.
Agama : Islam.
Alamat : Galunggung.
Tanggal masuk : 10 September 2015.
Tanggal pulang : 15 September 2015.
Ruang rawat : Ruang Kirana, VVIP.

B. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 10 September 2015 pukul 10.50
WIT).
1. Keluhan utama : Kandungan keluar di jalan lahir.
2. Keluhan tambahan : Bercak darah.
3. Riwayat penyakit : Pasien P2A0 datang dengan keluhan kandungan keluar
di jalan lahir yang dialami sejak 2 bulan SMRS, awalnya sedikit terlihat
namun dalam 2 hari SMRS semakin keluar dan menggantung di jalan lahir
terutama bila mengedan saat BAB. Keluhan disertai keluar bercak darah
(+), nyeri perut (-), lendir (-). Pasien sudah dua kali melakukan
pemeriksaan di dokter spesialis kandungan, pada kunjungan ke dua yaitu
2 hari SMRS telah dilakukan tindakan memasukan kandungan namun
kandungan pasien keluar lagi.
4. Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi (+), diabetes melitus (+), jantung (-),
asma (-), ginjal (-).
5. Riwayat alergi : Makanan (-), obat-obatan (-).
6. Riwayat Obstetrik :
a. Spontan : Anak I dan II.
b. Keguguran : (-).

2
c. SC : (-).

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Compos mentis.
Berat Badan : Tidak ditimbang, kesan obesitas.

TANDA VITAL
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 C

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Otorea -/-
Hidung : Rhinorea -/-
Leher : Pembesaran KGB leher (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Dada : Normochest, pergerakan dada simetris kanan = kiri
Paru : Bunyi pernapasan : vesikuler kanan = kiri
Bunyi tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung : BJ I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-).
Perut :
Hati : Pembesaran (-)
Ginjal : Pembesaran (-)
Limpa : Balotement (-/-)
Alat genital : (dalam pemeriksaan Ginekologi).
Ekstremitas : Dalam batas nomal.

Refleks : Dalam batas normal.

Kulit : Dalam batas normal.

3
Gigi dan mulut : Dalam batas normal.
Saraf otak : Dalam batas normal.

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
a. Pemeriksaan Abdomen
Supel, nyeri tekan (-), TFU tidak teraba, massa (-), BU (+) normal.
b. Pemeriksaan genital
V/U tenang,dinding vagina sulit dievaluasi, tampak massa menggantung
pada vulva.
Inspekulo : V/U tenang, dinding vagina dbn, massa sebesar telur ayam
keluar dari vulva, konsistensi padat kenyal, bertangkai sepanjang 8 cm
keluar dari OUE.

Gambar 1. Pemeriksaan genitalia.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) : tidak dilakukan.
2. Laboratorium darah rutin dan kimia.
Pemeriksaan darah rutin dan kimia dilakukan pada tanggal 10 September
2015 dengan hasil sebagai berikut :

4
a. Hemoglobin : 10,7 g/dl
b. Leukosit : 8.600 sel/mm3
c. Trombosit : 286.000 sel/mm3
d. Waktu pembekuan : 8 menit
e. Waktu perdarahan : 4 menit
f. Golongan Darah :O
g. Gula Darah Sewaktu : 207 mg/dl 148 mg/dl
h. SGOT : 16 U/L
i. SGPT : 22 U/L
j. Ureum : 33 mg/dl
k. Kreatinin : 1,2 mg/dl

E. DIAGNOSIS KERJA
Myoma Geburt.

F. DIAGNOSIS BBANDING
Polip servikalis

G. TATALAKSANA
1. Rencana extirpasi myoma geburt.
2. Informed consent keluarga.
3. Infus RL 30 tpm.
4. Injeksi Cefotaxime Biocef 1 gr/12 jam/IV (Skin tes dulu).
5. Puasakan 6 jam pre-op.
6. Konsul anastesi.
7. Konsul penyakit dalam.

H. LAPORAN OPERASI :
1. Diagnosis pre operasi : Myoma Geburt.
2. Diagnosis post operasi : Myoma Geburt.

5
3. Tindakan operasi : Extirpasi myoma geburt (myomectomi).
4. Laporan operasi :
a. Prosedur operasi rutin.
b. Posisi litotomi, pasang doek steril.
c. Pasang sim speculum, explorasi dan identifikasi :
- Vulva uretra tenang.
- Dinding vagina dbn.
- Tampak massa padat keluar dari vulva sebesar telur ayam
bertangkai panjang 6 cm, diameter 1,5 cm, tangkai masuk ke
cervix.
d. Ditegakan diagnosa : Myoma Geburt.
e. Diputuskan, dilakukan extirpasi (myomectomi) myoma geburt :
- Fiksasi pada 1,5 distal pangkal tangkai myoma geburt dan 2 cm
distal tangkai dengan benang monocryl 1.0
- Extirpasi tangkai di antara kedua fiksasi tersebut kirim PA.
- Kontrol perdarahan.
f. Operasi selesai, perdarahan selama operasi 50 cc.
g. KU ibu S/S/S operasi baik.
5. Instruksi Post Operasi :
a. Awasi KU dan tanda - tanda vital.
b. Cek Hb post op, bila Hb < 8 gr/dl siapkan transfusi.
c. Awasi balance cairan.
d. Puasa 2 jam post op, setelah itu boleh makan minum sedikit - sedikit
bertahap.
e. Medikamentosa :
- IVFD RL : NaCl = 2 : 1 = 24 tpm.
- Injeksi Cefotaxime Biocef 1gr/12 jam /IV.
- Drip tramadol 1 amp tiap kali ganti cairan.
- Injeksi Primperan 3x1 amp/IV.
- Injeksi Ranitidine 2x1 amp/IV.

6
I. FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
11/9/2015 S: R/
08.40 WIT Keluhan (-). Pro extirpasi myoma geburt
O: hari ini.
TD : 120/70 mmHg KU = Baik, CM.
N : 86x/m Mata = Ca -/-, Si -/-
P : 20x/m Abd = Supel, nyeri tekan
S : 36,6 C (-), massa (-), BU (+)
normal.
Genital = dbn.
A:
Myoma geburt.
12.15 WIT Telah dilakukan extirpasi Instruksi post operasi :
myoma geburt a. Awasi KU dan tanda -
A : post extirpasi myoma tanda vital.
geburt. b. Cek Hb post op, bila Hb
< 8 gr/dl siapkan
transfusi.
c. Awasi balance cairan.
d. Puasa 2 jam post op,
setelah itu boleh makan
minum sedikit - sedikit
bertahap.
e. Medikamentosa :
- IVFD RL : NaCl =
2 : 1 = 24 tpm.
- Injeksi Biocef 1gr/12
jam /IV.
- Drip tramadol 1 amp
tiap kali ganti cairan.

7
- Injeksi Primperan
3x1 amp/IV.
- Injeksi Ranitidine
2x1 amp/IV.
12/9/2015 S: R/
08.40 WIT Keluhan menggigil, IVFD RL:NaCl= 2:1= 24 tpm
panas. Injeksi Dexametasone 1 amp
TD : 130/80 mmHg O: extra.
N : 88x/m KU = tampak sakit Injeksi tramadol 1000 mg/8
P : 22x/m sedang, CM. jam.
S : 38,2 C Mata = Ca -/-, Si -/- Obat-obat lain lanjutkan.
Abd = Supel, nyeri tekan
Hb : 9,6 gr/dl (-).
Genital = dbn.
A:
Post extirpasi myoma
geburt.
13/9/2015 S: R/
06.00 WIT Keluhan (-) Infus dan kateter aff
O: Obat-obat oral :
TD : 130/70 mmHg KU = baik, CM. - Opicef 2 x 500 mg tab.
N : 86x/m Mata = Ca -/-, Si -/- - Opineuron 3x1 tab.
P : 20x/m Abd = Supel, nyeri tekan - Cebex 1x1 tab.
S : 36,5 C (-), massa (-), BU (+)
normal.
Genital = dbn.
A:
Post extirpasi myoma
geburt hari-II.
14/9/2015 S: R/
06.00 WIT BAB encer > 5x Terapi lanjutkan.
O: Trogyl 3x500 mg
TD : 110/70 mmHg KU = baik, CM. Neodiatab 2xII
N : 84x/m Mata = Ca -/-, Si -/-

8
P : 18x/m Abd = Supel, nyeri tekan
S : 36,6 C (-), massa (-), BU (+)
normal.
Genital = dbn.
A:
Post extirpasi myoma
geburt hari-III.
Diare
15/9/2015 S: R/
06.00 WIT BAB encer (-) Boleh pulang.
O:
TD : 130/70 mmHg KU = baik, CM.
N : 68x/m Mata = Ca -/-, Si -/-
P : 20x/m Abd = Supel, nyeri tekan
S : 36,7 C (-), massa (-), BU (+)
normal.
Genital = dbn.
A:
Post extirpasi myoma
geburt hari-IV.
Diare

J. RESUME MEDIS
Pasien seorang perempuan berusia 74 tahun, P2A0 datang dengan keluhan
kandungan keluar di jalan lahir yang dialami sejak 2 bulan SMRS, awalnya
sedikit terlihat namun dalam 2 hari SMRS semakin keluar dan menggantung
di jalan lahir terutama bila mengedan saat BAB. Keluhan disertai keluar
bercak darah (+). Pasien sudah dua kali melakukan pemeriksaan di dokter
spesialis kandungan, pada kunjungan ke dua yaitu 2 hari SMRS telah
dilakukan tindakan memasukan kandungan namun kandungan pasien keluar
lagi. Riwayat penyakit dahulu : hipertensi (+), diabetes melitus (+). Riwayat
obstetrik : pasien telah memiliki 2 orang anak yang dilahirkan melalui
persalinan per-vaginam. Riwayat abortus (-).

9
Pemeriksaan fisik keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital baik yang
bermakna adalah tekanan darah 140/80 mmHg. Pemeriksaan abdomen
ditemukan supel, nyeri tekan (-), TFU tidak teraba, massa (-), BU (+) normal.
Pemeriksaan genital ditemukan V/U tenang, dinding vagina sulit dievaluasi,
tampak massa menggantung pada vulva. Pada pemeriksaan inspekulo
ditemukan V/U tenang, dinding vagina dbn, massa sebesar telur ayam keluar
dari vulva, konsistensi padat kenyal, bertangkai sepanjang 8 cm keluar dari
OUE.
Pemeriksaan penunjang darah rutin dalam batas normal sedangkan
pemeriksaan kimia darah ditemukan gula darah sewaktu (GDS) : 207 mg/dl
kemudian dilakukan pemeriksaan lagi GDS turun menjadi 148 mg/dl.
Diagnosis kerja myoma geburt dan tindakan yang dilakukan yaitu extirpasi
myoma geburt (Myomectomi).
Terapi yang diberikan sesudah operasi yaitu IVFD RL : NaCl = 2 : 1 = 24 tpm,
injeksi Biocef 1gr/12 jam /IV, drip tramadol 1 amp tiap kali ganti cairan,
injeksi primperan 3x1 amp/IV, injeksi Ranitidine 2x1 amp/IV. Pasien boleh
minum dan makan sedikit-sedikit bertahap 2 jam sesudah operasi dan
diperbolehkan miring kanan atau kiri. Pasien mengeluh menggigil dan panas
pada hari perawatan ke-3 dengan hasil tes malaria (+) sehingga diberikan
terapi malaria, BAB encer dialami pada hari perawatan ke-5 sehingga
diberikan terapi trochel 3x500 mg tab dan neo diatab 2xII, ketika pulang
diberikan obat-obat oral yaitu opicef tab 500 mg 2x1, opineuron tab 500 mg
3x1 dan cebex 1x1. Pada saat pulang pasien dalam keadaan baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

10
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan
otot polos, jaringan fibroid dan kolagen. Mioma uteri ini berbentuk padat karena
jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma
jinak yang paling umum dan sering dialami wanita dengan gejala klinis
berdasarkan besar dan letak mioma. Beberapa istilah untuk mioma uteri antara
lain fribromioma, miofibroma, leimiofibroma, fibroleimioma, fibroma dan
fibroid.1,2,3

B. PREVALENSI
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche.
Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di
Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % pada semua penderita ginekologik
yang dirawat.4
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi
wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah
(dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita
berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-
25%.Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan rata-rata insiden mioma
uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum
menopause dan 12 per seribu wanita menopause (P<0,001). 5
Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena
wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita
kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita
kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.2
Penelitian Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan
usia 35-49 tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi
35%. Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun 2008 melaporkan

11
proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06% yaitu 586 orang dari 2.034 kasus
ginekologi. Management of Uterine Fibroid at The University of Nigeria Teaching
Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan proporsi mioma uteri 9,8% dari seluruh
kasus ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus ginekologi. Penelitian Gaym A
di Tikur Anbessa Teaching Hospital, Addis Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat
penderita mioma uteri sebanyak 588 kasus.4,5

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Penyebab pasti mioma uteri belum diketahui dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Tumbuh mulai
dari benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium .Faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri yaitu:1,2,5,6
1. Estrogen.
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan
teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk
terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu sel nest ( sel
muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus
menerus). Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan
maupun pada tempat lain dalam abdomen. Hormon estrogen dapat diperoleh
melalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan
KB, dan Susuk KB). Peranan estrogen didukung dengan adanya kecenderungan
dari tumor ini menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan lebih sering
terjadi pada pasien yang nullipara. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor
dengan meningkatkan produksi matriks intreaseluler.

2. Progesteron.
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu
mengaktifkan 17-Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor

12
estrogen pada tumor. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan
cara down-regulation apoptosis dari tumor.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga
kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :4,5,6
1. Umur.
Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun. Penelitian Chao-Ru Chen
(2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44 tahun beresiko
6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur < 30 tahun (OR =6,3; 95%
CI:3,5-11,6). Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-44 tahun beresiko
27,5 kali untuk menderita mioma uteri jika dibandingkan umur < 30 tahun
(OR=27,5; 95% CI:5,6-83,6).
2. Paritas.
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertile, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah
keadaan ini saling mempengaruhi. Penelitian Okezie di Nigeria terhadap 190
kasus mioma uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara. Penelitian yang dilakukan di
Nigeria terhadap wanita dengan usia rata 44,9 tahun, 40,8 % nullipara dan 35%
melahirkan 1-2 kali. Demikian juga dengan hasil penelitian Buttrum
memperoleh dari 1.698 kasus mioma uteri, 27% diantaranya infertile dan 31%
melahirkan 1-2 kali.
3. Faktor ras dan genetik.
Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri lebih tinggi. Penelitian Baird di Amerika yang dilakukan terhadap wanita
kulit hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa wanita kulit hitam
beresiko 2,9 kali menderita mioma uteri (OR=2,9; 95%CI:2,5-3,4).
4. Riwayat keluarga.
Kejadian mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang
menderita mioma uteri.Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko
untuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga
penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-

13
(a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang
tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.
5. Berat badan.
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita
mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10 kg berat badan dan
dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga turut
dilaporkan untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi karena
obesitas menyebabkan pemingkatan konversi androgen adrenal kepada estrone
dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan
peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa
terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya.
6. Makanan.
Beberapa studi telah meneliti hubungan antara diet dan kehadiran atau
pertumbuhan mioma. Satu studi menemukan bahwa daging sapi, daging merah
lainnya, dan daging babi meningkatkan kejadian mioma uteri, tapi sayuran
hijau biasa menurunkan kejadian mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti
apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri.
7. Kehamilan.
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah
dilakukan ditemukan sebesar 0,3 %-7,2 % selama kehamilan. Kehamilan dapat
mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan
dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini kemungkinan
dapat mempercepat pembesaran mioma uteri.

8. Kebiasaan merokok.
Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang dapat
menurunkan bioavailabilitas hormon estrogen pada jaringan, seperti penurunan
konversi androgen kepada estrogen dengan penghambatan enzim aromatase
oleh nikotin.

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab utama yang pasti mengenai terjadinya mioma uteri sampai saat ini
belum diketahui. Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya

14
mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak
ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia menopause.1,2
Ichiura mengatakan bahwa hormon ovarium dipercaya menstimulasi
pertumbuhan mioma karena adanya peningkatan insidennya setelah menarke.
Pukka dan kawan-kawannya melaporkan bahwa jaringan mioma uteri lebih
banyak mengandung reseptor estrogen jika dibandingkan dengan miometrium
normal. Pertumbuhan mioma uteri bervariasi pada setiap individu, bahkan di
antara nodul mioma pada uterus yang sama. Perbedaan ini berkaitan dengan
jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesterone. 2,3
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada
miometrium normal. Menurut Meyer, asal mioma adalah sel imatur bukan dari
selaput otot yang matur. 1,3
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus (2,6%) umumnya
tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering
menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Sisanya adalah corporal
(91%) merupakan lokasi paling banyak dan sering tanpa gejala.7
Mioma uteri yang terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan
pengaruh estrogen yang menyebabkan submukosa ditandai dengan pecahnya
pembuluh darah dan intramural sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang
menyebabkan perdarahan pervagina lama dan banyak akan terjadi risiko tinggi
kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan nekrosa
dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri.2,8
Mekanisme perdarahan abnormal pada mioma uteri disebabkan oleh
peningkatan ukuran endometrium, peningkatan vaskulariasi aliran vaskuler ke
uterus, gangguan kontraktilitas uterus, ulserasi endometrium pada mioma
submukosum, dan kompresi pada pleksus venosus di dalam miometrium.3,4

15
Gambar 2. Letak mioma uteri.

Menurut lokasinya mioma uteri diklasifikasikan atas 3 bagian yaitu sebagai


berikut :1,2,3
1. Mioma uteri subserosum.
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui
tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum,
dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan
mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan Omentum
di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum.
Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
2. Mioma uteri intramural.
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih
kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma
sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.

16
3. Mioma uteri submukosum.
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan tumbuh
ke arah kavum uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan
besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat
keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma
submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan
melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.

Gambar 3. Jenis mioma uteri dan lokasinya.


Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada
mioma karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan sekunder yang sering terjadi adalah sebagai berikut :4,5,9
1. Atrofi.
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi hialin.

17
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat meliputi sebagian besar
atau hanya sebagian kecil seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot
dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik.
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini
tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu (calcicerous degeneration).
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma
maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto roentgen.
5. Degenerasi merah (carneous degeneration).
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis
diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi.
Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi
merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam dan kesakitan. Tumor uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium
atau mioma yang bertangkai.

6. Degenerasi lemak.
Jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

E. DIAGNOSIS
Hampir sebagian kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-
apa dan tidak sadar bahwa mereka memiliki tumor dalam uterus karena tumor ini
tidak mengganggu. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik

18
meliputi besarnya mioma uteri, lokasi mioma uteri dan perubahan-perubahan
pada mioma uteri.10
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan gejala subjektif dan objektif yang
dialami atau ditemukan pada pasien. Diagnosis dapat ditegakan lewat anamnesis
yaitu berdasarkan proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan
penderita seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian
bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada nyeri.
1. Gejala subjektif.4,5
a. Perdarahan abnormal.
Perdarahan abnormal merupakan gejala yang paling umum dijumpai.
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah menoragia, dan
metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara
lain pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium,
permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi
endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan penderita
dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan
mudah terjadi infeksi. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya
hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia, Perdarahan
abnormal ini yang dapat menyebabkan anemia defesiensi besi. Patofisiologi
perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan mioma uteri masih
belum diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian menerangkan bahwa
adanya disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptor
yang mempunyai efek langsung pada fungsi vaskuler dan angiogenesis.
Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelainan vaskularisasi akibat
disregulasi struktur vaskuler di dalam uterus yang menyebabkan terjadinya
venule ectasia.
a. Rasa nyeri.
Gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi gejala ini dapat
timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum
yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis

19
servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Nyeri panggul dapat timbul
disebabkan oleh degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma
yang bertangkan maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan
mioma subserosum. Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvic yang
dapat menekan bagian tulang pelvic yang dapat menekan saraf sehingga
menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan
ekstremitas superior.
b. Tanda penekanan.
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter
dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia,
pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan
edema tungkai dan nyeri panggul.
c. Infertilitas dan abortus.
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum
jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas. Mioma yang terletak di daerah kornu dapat menyebabkan
sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadi oklusi
tuba bilateral. Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontrasi ritmik
uterus yang sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus.
Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan
disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada
keberadaan mioma akibat perubahan histology endometrium dimana terjadi
atrofi karena kompresi massa tumor. Infertilitas dapat terjadi bila sarang
mioma menutup atau menekan pars interstitial tuba, sedangkan mioma
submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi
rongga uterus.
b.Gejala objektif.4,5
a. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan
pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat dipalpasi pada
abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan

20
memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada pemeriksaan Pelvis,
serviks biasanya normal, namun pada keadaan tertentu mioma submukosa
yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada
ostium servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler.
Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular.
Uterus sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik
pada adneksa.
b.Pemeriksaan penunjang.
Ultra Sonography (USG).
Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka pemeriksaan dengan
ultrasonografi akan dapat membantu. USG abdominal dan transvaginal
dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis. Untuk menghindari
kesalahan sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG pada wanita dengan
gangguan perdarahan atau dengan nyeri perut bawah yang hebat.
Pemeriksaan transvaginal sonography untuk lebih memastikan gambaran
uterus fibroid. Sedangkan untuk memperjelas pemeriksaan terhadap
dinding dalam uterus dapat dilakukan dengan sonohisterography yaitu
dengan mengisi cavum uteri dengan larutan saline selama pemeriksaan.
Uterus fibroid ini biasa didiagnosa banding dengan adenomiosis. Pada
adenomiosis akan menginfiltasi lapisan dinding uterus yang akan
menyebabkan dinding uterus menebal dan terjadi pembesaran uterus.
Dari pemeriksaan USG akan tampak sebagai penebalan dinding uterus
yang homogen, sementara fibroid dilihat sebagai area bula dengan batas
yang tegas. Adenoma merupakan proses yang difus sehingga biasanya
pengelolaan dilakukan histerektomi.
Histeroskopi.
Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa,
jika mioma kecil serta bertangkai dapat diangkat.
Magnetic Resonance Imagine (MRI).
MRI untuk meningkatkan akurasi, beberapa dokter manganjurkan bahwa
MRI menggantikan, atau paling tidak berfungsi sebagai pemeriksaan

21
tambahan bagi ultrasonografi. MRI sangat akurat dalam menggambarkan
jumlah dan ukuran mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma
tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari
miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat
dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma.
Biopsi.
Biopsi dilakukan untuk mengetahui adanya keganasan.
Pemeriksaan darah.
Selain itu melalui pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap dan
apusan darah) dapat dilakukan mengingat anemia yang dapat terjadi pada
pasien mioma uteri.

F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan mioma uteri dapat dilakukan dengan pengobatan konservatif
maupun pengobatan operatif yang dijelaskan sebagai berikut :1,2,3
1. Pengobatan konservatif.
Pengobatan konservatif yang dilakukan dapat berupa observasi dengan
pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan, bila anemia (Hb < 8 gr%)
transfusi PRC, pemberian zat besi. Dalam dekade terakhir ada usaha untuk
mengobati mioma uterus dengan Gonadotropin releasing hormone (GnRH)
agonis. Pengobatan GnRH agonis selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus menjadi kecil.
Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh
kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih
mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi.
2. Pengobatan operatif.
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif dengan indikasi
ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu, pertumbuhan tumor
cepat, mioma subserosa bertangkai dan torsi, bila dapat menjadi penyulit pada
kehamilan berikutnya, hipermenorea pada mioma submukosa dan penekanan
pada organ sekitarnya. Menurut American College of Obstetricians and

22
Gynecologists (ACOG) dan American Society for Reproductive Medicine
(ASRM) indikasi pmebeedahan pada pasien dengan mioma uteri adalah
perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dugaan
adannya keganasan, pertumbuhan mioma pada masa menopause, infertilitas
karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba, dan nyeri
maupun penekanan yang sangat mengganggu, gangguan berkemih maupun
ostruksi traktus urinarius, dan anemia akibat perdarahan. Tindakan operatif
yang dilakukan antara lain :
a. Enukleasi mioma.
Dilakukan pada penderita infertile atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya
aman, efektif dan masih menjadi pilihan terbaik. Enuklaesi tidak dilakukan
bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarcoma
uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya
dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas dengan mudah dapat dijepit
dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau
sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
b. Miomektomi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50%.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah dilaksanakan
apabila tumor bertangkai. Tindakan ini seharusnya hanya dibatasi pada
tumor dengan tangkai yang jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan
diikat. Bila tidak mioma dapat diambil dari uterus pada waktu hamil atau
melahirkan, sebab perdarahan dapat berkepanjangan dan terkadang uterus
dikorbankan.
c. Histerektomi.
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40
tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari

23
kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang
cepat membesar. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau
pervaginam. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri. Histeroktomi supra
vaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam
mengangkat uterus keseluruhan.
d. Penanganan Kemoterapi.
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause, tindakan ini hanya dikerjakan bila terdapat
kontraindikasi untuk tindakan operatif yaitu hanya dilakukan pada pasien
yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient), tidak disertai radang pelvis
atau penekanan pada rektum, dan tidak dilakukan pada wanita muda karena
dapat menyebabkan menopause. Tujuan lain dari radioterapi adalah untuk
menghentikan perdarahan.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif
yang terjadi pada penderita akibat mioma uteri.11,12
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 % dari
seluruh mioma, serta merupakan 50-75 % dari seluruh sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang
telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (Putaran Tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
syndrome abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak
terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat
banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
3. Nekrosis dan infeksi.

24
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah. Misalnya terjadi pada mioma yang menyebabkan
perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang
disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
4. Komplikasi lain.
Perdarahan, anemia, perlekatan pasca miomektomi, dapat terjadinya ruptur
uteri (apabila pasien hamil post miomektomi).

BAB III
PEMBAHASAN

Pasien seorang perempuan berusia 74 tahun, P2A0 datang dengan keluhan


kandungan keluar di jalan lahir yang dialami sejak 2 bulan SMRS, awalnya
sedikit terlihat namun dalam 2 hari SMRS semakin keluar dan menggantung di
jalan lahir terutama bila mengedan saat BAB. Keluhan disertai keluar bercak
darah (+). Pasien sudah dua kali melakukan pemeriksaan di dokter spesialis
kandungan, pada kunjungan ke dua yaitu 2 hari SMRS telah dilakukan tindakan
memasukan kandungan namun kandungan pasien keluar lagi. Diagnosis kerja
myoma geburt dan tindakan yang dilakukan yaitu extirpasi myoma geburt
(Myomectomi).
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan
otot polos, jaringan fibroid dan kolagen. Mioma uteri merupakan tumor pelvis
yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Sesuai klasifikasi maka mioma
yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan tumbuh ke arah

25
kavum uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum
uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk
ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma submukosum walaupun
hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Pemeriksaan
genital pasien ditemukan V/U tenang, dinding vagina sulit dievaluasi, tampak
massa menggantung pada vulva. Pada pemeriksaan inspekulo ditemukan V/U
tenang, dinding vagina dbn, massa sebesar telur ayam keluar dari vulva,
konsistensi padat kenyal, bertangkai sepanjang 8 cm keluar dari OUE.
Diagnosis kerja myoma geburt dan tindakan yang dilakukan yaitu extirpasi
myoma geburt (Myomectomi).
Mioma uteri paling banyak ditemukan dan proporsinya meningkat pada
wanita berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira
10% mioma masih tumbuh. Hasil penelitian Buttrum memperoleh dari 1.698
kasus mioma uteri, 27% diantaranya infertile dan 31% melahirkan 1-2 kali. Pasien
berusia 74 tahun sudah mengalami menopause dengan riwayat obstetric memiliki
2 orang anak.
Terkait faktor risiko mioma uteri dilaporkan untuk wanita dengan 30%
kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan pemingkatan
konversi androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding
globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa
menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan
pertumbuhannya. Pasien tidak diukur berat badannya namun dari pemeriksaan
fisik memberikan kesan obesitas.
Hampir sebagian kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-
apa dan tidak sadar bahwa mereka memiliki tumor dalam uterus karena tumor ini
tidak mengganggu. Pada pasien ini tidak terdapat keluhan yang bermakna.
Diagnosis dapat ditegakan lewat anamnesis yaitu berdasarkan proses tanya
jawab dokter dan pasien dapat ditemukan penderita seringkali mengeluh rasa berat
dan adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid
dan ada nyeri. Hal ini tidak ditemukan pada pasien. Pada pemeriksaan Pelvis,

26
serviks biasanya normal, namun pada keadaan tertentu mioma submukosa yang
bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium
servikalis.
Pada pasien, pemeriksaan Abdomen supel, nyeri tekan (-), TFU tidak teraba,
massa (-), BU (+) normal. Pemeriksaan genital ditemukan V/U tenang, dinding
vagina sulit dievaluasi, tampak massa menggantung pada vulva. Pada
pemeriksaan inspekulo ditemukan V/U tenang, dinding vagina dbn, massa sebesar
telur ayam keluar dari vulva, konsistensi padat kenyal, bertangkai sepanjang 8
cm keluar dari OUE. Diagnosis kerja myoma geburt dan tindakan yang dilakukan
yaitu extirpasi myoma geburt (Myomectomi).
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50%.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah dilaksanakan
apabila tumor bertangkai. Tindakan ini seharusnya hanya dibatasi pada tumor
dengan tangkai yang jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila tidak
mioma dapat diambil dari uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab
perdarahan dapat berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan. Setelah
dilakukan miomektomi, jaringan atau massa yang telang diambil kemudian
dikirim untuk dilakukan pemeriksaan histologi, teori mengemukakan bahwa
biopsi dapat dilakukan untuk mengetahui adanya keganasan.
Degenerasi ganas adalah mioma uteri yang menjadi Leimiosarkoma
ditemukan hanya 0,32-0,6 % dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75 % dari
seluruh sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan
histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. Edisi ke-2. Jakarta: PT bina Sarwono


Prawirohardjo; 2009.
2. Hadibroti BR. Mioma uteri. Majalah kedokteran nusantara, Volume , Edisi 3:
2005. [diunduh tanggal 12 September 2015]. Tersedia dari : www.edukia.org
3. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT bina Sarwono
Prawirohardjo; 2009.
4. Rahayu. Mioma uteri. Kepaniteraan klinik ilmu kebidanan dan kandungan
fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. [diunduh tanggal 12
September 2015]. Tersedia dari : www.repository.usu.ac.id
5. Septi M. Mioma uteri.[diunduh tanggal 12 September 2015]. Tersedia dari :
www.academia.edu
6. Pasinggi S. Prevalensi mioma uteri berdasarkan umur di RSUP Prof. dr.
Kandou. [diunduh tanggal 12 September 2015]. Tersedia dari :
www.portalgaruda.org
7. Astuti A. Mioma uteri. Kepaniteraan klinik ilmu kebidanan dan kandungan
fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. [diunduh tanggal 12
September 2015]. Tersedia dari : www.usu.ac.id

28
8. Johar BS. Mioma uteri. Universitas Sumatera Utara. [diunduh tanggal 12
September 2015]. Tersedia dari : www.repository.usu.ac.id
9. Ompusunggu. Mioma uteri. Universitas Sumatera Utara. [diunduh tanggal 12
September 2015]. Tersedia dari : www.repository.usu.ac.id
10. Novianto F,Oesmania F, Dewi, VFS, Budiyanto C. Mioma uteri dengan
menomteroraghia. Kepaniteraan klinik ilmu kebidanan dan kandungan
fakultas kedokteran UNS RSUD dr. Moevardi Surakarta 2011. [diunduh
tanggal 12 September 2015]. Tersedia dari : www.edukia.org
11. Hadibroto BR. Mioma uteri. Universitas Sumatera Utara.[diunduh tanggal 12
September 2015]. Tersedia dari : www.repository.usu.ac.id
12. Kurniasari T. Mioma geburt. Skripsi FK Universitas Sebelas Maret .[diunduh
tanggal 12 September 2015]. Tersedia dari : www.core.ac.uk

29

Anda mungkin juga menyukai