Anda di halaman 1dari 12

TRIASE DALAM KGD

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah bencana tidak terlepas dari interaksi antara manusia
dengan lingkungannya. Alam mempunyai kegiatan-kegiatan yang
terjadi sebagai akibat interaksi antara unsur-unsur yang ada dalam
bumi dengan atmosfirnya dan interaksi dengan planet bumi dengan
tata suryanya. Kegiatan-kegiatan alam terjadi secara evolusi. Suatu
saat oleh karena alam mengikuti aturan-aturannya, akan timbul secara
mendadak dan tak terduga menyebabkan gangguan pada lingkungan,
dan gangguan lingkungan ini disebut bencana alam.
Bencana adalah situasi yang gawat dimana kehidupan sehari-
hari mendadak terganggu dan banyak orang yang terjerumus dalam
keadaan yang tidak berdaya dan menderita sebagai akibat dari
padanya membutuhkan pengobatan, perawatan, perlindungan,
makanan, pakaian dan lain kebutuhan.
Untuk itu diperlukan penilaian awal pada korban bencana yang
mengalami cedera kritis. Karena cedera kritis tersebut merupakan hal
yang dapat mengancam jiwa dan dapat menyebabkan kematian.
Diperlukan sebuah sistem pelayanan tanggap darurat yang ditujukan
untuk mencegah kematian dini (early), yaitu salah satunya dengan
sistem triase. Triase merupakan proses khusus memilah klien berdasar
beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin
akan mengalami perburukan klinis segera) untuk menentukan
prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi
(berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan).
Dari uraian di atas, maka kelompok ingin mengetahui lebih
dalam cara mengidentifikasi cedera / kelainan pengancam jiwa dan
untuk memulai tindakan sesuai berdasarkan sistem triase, mengetahui
konsep triase, primary survey, secondary survey, tertier survey, serta
untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitif atau
transfer kefasilitas sesuai, yang selanjutnya akan lebih dibahas dalam
makalah ini.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu untuk mengetahui
tentang cara mengidentifikasi cedera / kelainan pengancam jiwa dan
untuk memulai tindakan sesuaiberdasarkan sistem triase, mengetahui
konsep triase, primary survey, secondary survey, tertier survey, serta
untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitif atau
transfer kefasilitas sesuai.
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam makalah ini menggunakan
metode literatur yang didapatkan melalui media internet dan buku-
buku yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam makalah
ini.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini, meliputi :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II : Konsep triase, primary survey, secondary survey, dan tertier
survey.
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Triase
2.1.1 Definisi Triase
Triase merupakan proses khusus memilah klien berdasar
beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin
akan mengalami perburukan klinis segera) untuk menentukan
prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi
(berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan).
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya
cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan
mengalami perburukan klinis segera) untuk menentukan prioritas
perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi
(berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan). Artinya memilih
berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup.
Triase adalah suatu seleksi penderita yang menjamin supaya tak
ada penderita yang tidak mendapat perawatan medis. Orang yang
melakukan seleksi adalah seorang ahli bedah yang berpengalaman
sehingga dapat melakukan diagnose secara on the spot dengan cepat
dan menentukan penanggulangannya.
2.1.2 Tujuan Triase
Tujuan dari triase adalah memilih atau menggolongkan semua
klien, menetapkan prioritas penanganannya dan dapat menangani
korban/klien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber
daya yang ada.
2.1.3 Jenis-jenis Triase
Terdapat dua jenis triase, yaitu :
1. Multiple Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan
rumah sakit. Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi
trauma akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.

2. Mass Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan rumah
sakit. Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar dan
membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan
mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.
2.1.4 Kategori Triase
Triase memiliki beberapa kategori, antara lain:
1. Prioritas Pertama (Merah:segera)
Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan
medik dan transport segera untuk tetap hidup. Prioritas tertinggi untuk
penanganan atau evakuasi, seperti :
a. Tindakan resusitasi segera
b. Obstruksi jalan napas
c. Kegawatan pernapasan
d. Syok atau perdarahan berat
e. Trauma parah
f. Luka bakar berat
2. Prioritas kedua (Kuning ; mendesak)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat
dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu
dekat. Meliputi kasus yang memerlukan tindakan segera terutama kasus
bedah, seperti ;
a. Trauma abdomen
b. Trauma dada tertutup tanpa ancaman asfiksia
c. Trauma ekstremitas
d. Patah tulang
e. Trauma kepala tertutup
f. Trauma mata
g. Luka bakar derajat sedang
3. Prioritas ketiga (Hijau : tunda/evaluasi)
Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi
segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan
penilaian ulang berkala. Penanganan tidak terlalu mendesak dan dapat
ditunda jika ada korban lain yang lebih memerlukan penanganan atau
evakuasi, seperti ;
a. Cedera jaringan lunak
b. Dislokasi ekstremitas
c. Cedera tanpa gangguan jalan napas
d. Gawat darurat psikologis
4. Prioritas nol (Hitam : meninggal)
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera
yang mematikan.Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan
tanda sesuai dengan warna prioritas.Tanda triage dapat bervariasi
mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatandengan bahan
yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti
tandatriage yang sudah ditentukan. Bila keadaan penderita berubah
sebelum memperolehperawatan maka label lama jangan dilepas tetapi
diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.

2.1.5 Penilaian Triase Dengan Sistem START


Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi,
perfusi, dan status mental (RPM : R= status Respirasi ; P = status
Perfusi ; M = status Mental) untuk memastikan kelompok korban
yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak
mungkin diselamatkan atau mati. Ini memungkinkan penolong secara
cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan
kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera.
Algoritma Sistem START :

Keterangan :
Hitam = Deceased (Tewas) ; Merah = Immediate (Segera), Kuning =
Delayed (Tunda) ; Hijau = Minor. Semua korban diluar algoritma
diatas : Kuning.
2.2 Survei Primer
Langkah-langkahnya sebagai ABCDE (airway and C-spine
control, breathing, circulation and hemorrhage control, disability,
exposure/environment). Jalan nafas merupakan prioritas pertama.
Pastikan udara menuju paru-paru tidak terhambat. Temuan kritis
seperti obstruksi karena cedera langsung, edema, benda asing dan
akibat penurunan kesadaran. Tindakan bisa hanya membersihkan
jalan nafas hingga intubasi atau krikotiroidotomi atau trakheostomi.
Nilai pernafasan atas kemampuan pasien akan ventilasi dan
oksigenasi. Temuan kritis bisa tiadanya ventilasi spontan, tiadanya
atau asimetriknya bunyi nafas, dispnea, perkusi dada yang
hipperresonans atau pekak, dan tampaknya instabilitas dinding dada
atau adanya defek yang mengganggu pernafasan. Tindakan bisa mulai
pemberian oksigen hingga pemasangan torakostomi pipa dan ventilasi
mekanik.
Nilai sirkulasi dengan mencari hipovolemia, tamponade kardiak,
sumber perdarahan eksternal. Lihat vena leher apakah terbendung
atau kolaps, apakah bunyi jantung terdengar, pastikan sumber
perdarahan eksternal sudah diatasi. Tindakan pertama atas
hipovolemia adalah memberikan RL secara cepat melalui 2 kateter IV
besar secara perifer di ekstremitas atas. Kontrol perdarahan eksternal
dengan penekanan langsung atau pembedahan, dan tindakan bedah
lain sesuai indikasi.
Tetapkan status mental pasien dengan GCS dan lakukan
pemeriksaan motorik. Tentukan adakah cedera kepala atau kord spinal
serius. Periksa ukuran pupil, reaksi terhadap cahaya,
kesimetrisannya. Cedera spinal bisa diperiksa dengan mengamati
gerak ekstremitas spontan dan usaha bernafas spontan. Pupil yang
tidak simetris dengan refleks cahaya terganggu atau hilang serta
adanya hemiparesis memerlukan tindakan atas herniasi otak dan
hipertensi intrakranial yang memerlukan konsultasi bedah saraf
segera.
Tidak adanya gangguan kesadaran, adanya paraplegia atau
kuadriplegia menunjukkan cedera kord spinal hingga memerlukan
kewaspadaan spinal dan pemberian metilprednisolon bila masih 8 jam
sejak cedera (kontroversial). Bila usaha inspirasi terganggu atau
diduga lesi tinggi kord leher, lakukan intubasi endotrakheal.
Tahap akhir survei primer adalah eksposur pasien dan
mengontrol lingkungan segera. Buka seluruh pakaian untuk
pemeriksaan lengkap. Pada saat yang sama mulai tindakan
pencegahan hipotermia yang iatrogenik biasa terjadi diruang ber AC,
dengan memberikan infus hangat, selimut, lampu pemanas, bila perlu
selimut dengan pemanas. Prosedur lain adalah tindakan monitoring
dan diagnostik yang dilakukan bersama survei primer. Pasang lead
ECG dan monitor ventilator, segera pasang oksimeter denyut.
Monitor memberi data penuntun resusitasi. Setelah jalan nafas aman,
pasang pipa nasogastrik untuk dekompresi lambung serta mengurangi
kemungkinan aspirasi cairan lambung. Katater Foley kontraindikasi
bila urethra cedera (darah pada meatus, ekimosis skrotum / labia
major, prostat terdorong keatas). Lakukan urethrogram untuk
menyingkirkan cedera urethral sebelum kateterisasi.
Pada survei primer, hal yang perlu dikaji adalah :
1. Dangers
Kaji kesan umum : observasi keadaan umum klien
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya
d. Pastikan penolong selamat dari bahaya
e. Hindarkan bahaya susulan menimpa orang-orang disekitar
f. Segera pindahkan korbanjangan lupa pakai alat pelindung diri
2. Respons
Kaji respon / kesadaran dengan metode AVPU, meliputi :
a. Alert (A) : berespon terhadap lingkungan sekitar/sadar
terhadap kejadian yang dialaminya
b. Verbal (V) : berespon terhadap pertanyaan perawat
c. Paintfull (P) : berespon terhadap rangsangan nyeri
d. Unrespon (U) : tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri
Cara pengkajian :
a. Observasi kondisi klien saat datang
b. Tanyakan nama klien
c. Lakukan penepukan pundak / penekanan daerah sternum
d. Lakukan rangsang nyeri misalnya dengan mencubit
3. Airway (Jalan Napas)
a. Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel)
b. Buka jalan nafas, yakinkan adekuat
c. Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan
menggunakan teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada
korban trauma
d. Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut
e. Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut
f. Suctioning bila perlu
4. Breathing (Pernapasan)
Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah
ada pertukaran hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas
nafas, keteraturan nafas atau tidak
5. Circulation (Pendarahan)
a. Lihat adanya perdarahan eksterna/interna
b. Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress,
Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/bebat,
tinggikan)
c. Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill
time, nadi, sianosis, pulsus arteri distal
2.3 Survei Sekunder
Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi
lebih gawat dan mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan
pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe) Formalnya dimulai
setelah melengkapi survei primer dan setelah memulai fase resusitasi.
Nilai lagi tanda vital, lakukan survei primer ulangan secara cepat
untuk menilai respons atas resusitasi dan untuk mengetahui
perburukan. Selanjutnya cari riwayat, termasuk laporan petugas pra
RS, keluarga, atau korban lain.
Bila pasien sadar, kumpulkan data penting termasuk masalah
medis sebelumnya, alergi dan medikasi sebelumnya, status
immunisasi tetanus, saat makan terakhir, kejadian sekitar kecelakaan.
Data ini membantu mengarahkan survei sekunder mengetahui
mekanisme cedera, kemungkinan luka bakar atau cedera karena suhu
dingin (cold injury), dan kondisi fisiologis pasien secara umum.
Pada survei sekunder, hal yang perlu dikaji, meliputi :
1. Disability
Ditujukan untuk mengkaji kondisi neurimuscular klien :
a. Keadaan status kesadaran lebih dalam (GCS)
b. Keadaan ekstremitas (kemampuan motorik dan sensorik)
2. Eksposure
Melakukan pengkajian head to toe pada klien, meliputi :
a. Pemeriksaan kondisi umum menyeluruh
1) Posisi saat ditemukan
2) Tingkat kesadaran
3) Sikap umum, keluhan
4) Trauma, kelainan
5) Keadaan kulit
b. Periksa kepala dan leher
1) Rambut dan kulit kepala
Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan
2) Telinga
Perlukaan, darah, cairan
3) Mata
Perlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi kelopak
mata, adanya benda asing, pergerakan abnormal

4) Hidung
Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi
akibat trauma
5) Mulut
Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut/
tidak
6) Bibir
Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering
7) Rahang
Perlukaan, stabilitas, krepitasi
8) Kulit
Perlukaan, basah/kering, darah, suhu, warna
9) Leher
Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma,
stabilitas tulang leher
c. Periksa dada
Flail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri
tekan, perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi,
suara nafas
d. Periksa perut
Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi
e. Periksa tulang belakang
Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot

f. Periksa pelvis/genetalia
Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia
g. Periksa ekstremitas atas dan bawah
Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan, gangguan rasa, bengkak,
denyut nadi, warna luka
3. Pengkajian SAMPLE
Riwayat SAMPLE yang harus diingat yaitu :
a. S (sign and symptoms) : tanda dan gejala yang diobservasi
dan dirasakan klien
b. A (allergies) : alergi yang dipunyai klien
c. M (medications) : obat yang diminum klien untuk
mengatasi masalah
d. P (past illness) : riwayat penyakit yang diderita
klien
e. L (last meal) : makanan/minuman terakhir; apa
dan kapan
f. E (Event) : pencetus / kejadian penyebab
keluhan
2.4 Survei Tersier
Pemeriksaan ulang yang dilakukan sebagai evaluasi untuk
mengetahui keadaan klien setelah dilakukan survei sekunder dan
survei tersier dengan mengidentifikasi klien setelah diberikan
resusitasi awal dan intervensi operati.
Survei tersier dilakukan :
1. Setelah 24 jam klien masuk ruang perawatan
2. Ketika klien telah sadar, responzive dan mampu mengungkapkan
keluhan yang dirasakannya
3. Pemeriksaan kembali tanda-tanda vital dan review data-data
korban
4. Tahap rehabilitasi (pemulihan)

2.5 Mati Klinis


Tidak di temukan adanya pernapasan dan denyut nadi,bersifat
reversibel,penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk di
lakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
2.6 Mati Biologis
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung , di mulai
dengan kematian sel otak , bersifat irreversibel. ( kecuali berada di
suhu yang ekstrim dingin,pernah di laporkan melakukan resusitasi
selama 1 jam lebih dan berhasil ) . Tanda tanda pasti mati :
a. Lebam
b. Kaku
c. Pembusukan , dan tanda lain nya Cedera mematikan .

Anda mungkin juga menyukai