Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu makanan yang terbaik bagi bayi karena

mengandung zat-zat gizi dengan komposisi paling lengkap yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan si bayi, serta

mengandung zat kekebalan yang melindungi bayi dari infeksi berbagai

macam penyakit. Untuk si ibu memberikan ASI secara eksklusif akan

dapat menunda kehamilan berikutnya, memperkuat ikatan emosional

antara bayi dan ibu serta meningkatkan kesehatan si ibu sendiri.

Selain pada anak, pemberian air susu ibu juga sangat bermanfaat

bagi ibu. Air susu ibu, selain dapat diberikan dengan cara mudah dan

murah juga dapat menurunkan resiko terjadinya pendarahan dan

anemia pada ibu, serta menunda terjadinya kehamilan berikutnya. Hal

lain yang jauh lebih penting adalah timbulnya ikatan bathin (bounding)

yang kuat antara ibu dan anak. Ibu juga tidak perlu melakukan diet

untuk mengecilkan perut setelah melahirkan, karena isapan anak

pada puting susu ibu merangsang keluarnya hormon yang dapat

mengencangkan dinding-dinding perut ibu kembali (Pudjiadi, 2002).

Rekomendasi WHO/UNICEF pada pertemuan tahun 1979 di

Geneva tentang makanan bayi dan anak antara lain: Menyusukan

merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan

1
2

makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar

biologic dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Sebaik-

baiknya makanan bagi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). (Hanifa

Wiknjosastro,1999)

Pekan ASI sedunia yang dilaksanakan setiap tahun pada awal

bulan Agustus (1-7 Agustus), pada tahun 2008 ini mengambil tema

Mother Support: Going For the Gold; yang diterjemahkan menjadi

Dukung Ibu: Untuk Mendapatkan Emas;. Tema ini dipilih oleh the

World Alliance for Breast Feeding Action (WABA); Aliansi Dunia untuk

Gerakan Menyusui, karena pekan ASI tahun 2008 bertepatan

waktunya dengan penyelenggaraan Olimpiade 2008 di Beijing (8-24

Agustus 2008).

Makna dari tema tersebut adalah suatu gerakan untuk

mengajak semua orang meningkatkan dukungan kepada ibu untuk

memberikan bayi-bayi mereka makanan yang berstandar emas yaitu

Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan secara eksklusif selama 6 bulan

pertama kehidupan bayi dan melanjutkan ASI bersama makanan

pendamping ASI lainnya yang sesuai sampai bayi berusia 2 tahun

atau lebih. Pada seorang primipara, air susu ibu sering keluar pada

hari ke 3 dan jumlah air susu ibu selama 3 hari pertama hanya 50 ml

(kira-kira 3 sendok makan), bila hal ini tidak diketahui baik oleh ibu

maupun oleh petugas kesehatan, maka akan banyak ibu yang merasa

air susunya kurang, hal ini akan mendorong ibu tersebut untuk
3

memberikan susu formula yang mengakibatkan produksi air susu ibu

berkurang (Nuchsan, 2000).

Produksi air susu ibu sangat dipengaruhi seberapa sering dan

seberapa baik bayi mengisap, dan juga seberapa sering payudara

dikosongkan. Menyusui setiap dua sampai tiga jam akan menjaga

produksi air susu ibu tetap tinggi. Untuk seorang ibu pada umumnya,

menyusui atau memerah air susu ibu delapan kali dalam 24 jam akan

menjaga produksi air susu ibu tetap tinggi di awal masa-masa

menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh

apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-

ratanya adalah 10 sampai 12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan

18 kali. Menyusui on-demand adalah menyusui kapanpun bayi

meminta (artinya akan lebih banyak dari rata-rata) adalah cara terbaik

untuk menjaga produksi air susu ibu tetap tinggi dan bayi tetap

kenyang (Anonim,2008).

Ibu harus siap untuk memberi air susu ibu pada bayi yang akan

dilahirkan, teutama bagi ibu yang akan melahirkan untuk pertama

kalinya. Persiapan harus dilakukan sedini mungkin, karena air susu ibu

adalah makanan terbaik untuk bayi. Banyaknya air susu ibu yang

akan dihasilkan seorang ibu tidak tergantung pada besarnya payudara,

tetapi lebih kepada gizi ibu selama hamil dan menyusui dan teknik

menyusui. Selain itu perawatan payudara selama hamil sampai

menyusui juga berpengaruh sebab perawatan payudara yang baik


4

sangat berpengaruh pada keadaan puting untuk persiapan menyusui.

Puting yang baik akan membantu bayi dalam proses mengisap karena

dengan seringnya bayi mengisap air susu ibu maka produksi air susu

ibu juga akan lebih baik. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah

dukungan keluarga terutama suami serta pekerjaan ibu sendiri

(Surviana,2005).

Di Indonesia pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan pada

tahun 2010 menjadi 80%. Kenyataannya Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) Tahun 2002 dan 2007 menunjukkan pemberian ASI

kepada bayi satu jam setelah kelahiran menurun dari 8 persen

menjadi 3,7 persen. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan

menurun dari 42,2 persen menjadi 39,5 persen, sedangkan

penggunaan susu formula meningkat tiga kali lipat dari 10,8 persen

menjadi 32,5 persen. (Hanifa Wiknjosastro,1999)

Survei serupa dilaksanakan pada tahun 2007 oleh Nutrition &

Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes

dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya,

Semarang dan Makassar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung,

Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB dan Sulsel) menunjukkan cakupan

ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12 persen, sedangkan

perdesaan 4-25 persen. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di

perkotaan antara 1-3 persen dan perdesaan 2-13 persen.

(http://www.mail-archive.com)
5

Temuan para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) tentang

adanya kontaminan pada produk susu formula dan makanan bayi

membuat banyak kalangan, terutama ibu-ibu panik. Kejadian ini

kembali mengingatkan kita akan salah satu hak bayi yang sering

dilupakan oleh para ibu, yakni hak untuk memperoleh Air Susu Ibu

(ASI) yang dengan mudahnya digeser oleh susu formula. Betapa

tidak, data menyebutkan hanya 14 persen bayi di Indonesia yang

disusui secara eksklusif oleh ibunya hingga usia enam bulan.

Dalam masyarakat sering ditemui permasalahan bahwa

produksi air susu ibu pada hari pertama dan hari kedua masih sedikit

dan belum lancar dan biasanya produksi air susu ibu mulai lancar

pada hari ketiga. Dan pada saat ibu baru melahirkan dan baru

memulai menyusui bayinya, biasanya ibu mengeluh sakit pada

payudara dan lecet pada puting. Karena hal tersebut di atas

menimbulkan ketidak nyamanan pada ibu dalam menyusui bayinya.

Dari hal tersebut di atas menjadi motivasi bagi peneliti untuk

melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan produksi ASI pada Ibu post partum primipara di Desa

Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:


6

1. Bagaimana hubungan tehnik menyusui dengan produksi ASI pada

ibu post partum primipara di Desa Carigading Kecamatan

Awangpone Kabupaten Bone?

2. Bagaimana hubungan perawatan payudara dengan produksi ASI

pada ibu post partum primipara di Desa Carigading Kecamatan

Awangpone Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

produksi air susu ibu pada Ibu post partum primipara di Desa

Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan antara teknik menyusui terhadap

produksi air susu ibu pada ibu post partum primipara.

b. Diketahuinya hubungan antara perawatan payudara terhadap

produksi air susu ibu pada Ibu post partum primipara.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan produksi air susu ibu pada ibu

post partum primipara khususnya yang ada di Desa Carigading

Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone


7

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan masyarakat, khususnya bagi ibu menyusui tentang

faktor-faktor apa saja yang dapat berhubungan dengan produksi

air susu ibu pada ibu post partum primipara khususnya yang ada

di Desa Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.

3. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti yang

merupakan pemula dalam melakukan penelitian, terutama

mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat berhubungan dengan

produksi air susu ibu (ASI).


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Air Susu Ibu

1. Pengertian Air Susu Ibu

Air susu ibu merupakan makanan terbaik bagi bayi, tidak

dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satu pun

makanan yang dapat menyamainya baik dalam kandungan gizinya,

enzim, hormon, maupun kandungan zat imunologik dan antiinfeksi

(Anonim, 2008).

Air susu ibu adalah makanan paling penting bagi bayi sampai

dengan usia bayi 2 tahun. Air susu ibu menjadi kebutuhan penting

bagi bayi karena mengandung semua zat gizi untuk pertumbuhan

dan perkembangan yang optimal serta penyediaan energi yang

diperlukan. Air susu ibu tidak memberatkan fungsi traktus

digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang

baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum.

Air susu ibu memiliki berbagai zat infeksi, mengurangi kejadian

eksim atopik, dan proses menyusui menguntungkan ibunya dengan

terdapatnya lactational infertility, hingga memperpanjang child

spacy (Pudjiadi, 2002).

Air susu ibu merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh

kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. Air susu ibu terdiri

dari berbagai komponen gizi dan non gizi. Komposisi air susu ibu

8
9

tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar

lemak empat sampai lima kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi

daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke hari

selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh

kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan

ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat

pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara

mengalami pembesaran karena pertumbuhan dan difrensiasi dari

lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran

payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja

yang berperan dalam produksi air susu ibu (Anonim, 2008).

2. Air susu ibu menurut stadium laktasi

a. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang

terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum

dan setelah masa puerperium. Kolostrum ini disekresi dari hari

pertama sampai ketiga atau keempat dimana komposisinya selalu

berubah dari hari ke hari (Surviana, 2005).

Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk

membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan

mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan

yang akan datang. Dalam kolostrum terdapat tripsin inhibitor,


10

sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi tidak sempurna. Hal

ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi pada bayi.

Volume kolostrum berkisar antara 150-300 ml/24 jam (Surviana,

2005).

b. Air susu peralihan

Air susu peralihan merupakan air susu peralihan dari

kolostrum sampai menjadi air susu yang matur, yang disekresi

dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi.

c. Air susu matur

Merupakan cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang

diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten

yang terdapat di dalamnya. Air susu matur ini disekresi pada hari

ke-10 dan seterusnya dimana komposisinya relatif konstan

3. Keunggulan dan Manfaat Pemberian Air Susu Ibu

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa

aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek

kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan

(Anonim, 2001).

a. Aspek gizi

Manfaat Kolostrum`

1) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.


11

2) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun

sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

3) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai

dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

4) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang

pertama berwarna hitam kehijauan.

b. Aspek imunologik

1) Air susu ibu mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas

kontaminasi.

2) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau air susu ibu

kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat

melumpuhkan bakteri patogen Escherichia coli dan berbagai

virus pada saluran pencernaan.

3) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

4) Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri

(Escherichia coli dan Salmonella) dan virus. Jumlah lysosim

dalam air susu ibu 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.

5) Sel darah putih pada air susu ibu pada 2 minggu pertama

lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu :
12

Brochus Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi

pernafasan, Gut Asociated LympocyteTissue (GALT) antibodi

saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte

Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

6) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri

ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk

menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

c. Aspek psikologik

1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu

menyusui dengan produksi air susu ibu yang mencukupi untuk

bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang

terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama

oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi air

susu ibu.

2) Interaksi Ibu dan Bayi : Pertumbuhan dan perkembangan

psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

3) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-

bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit

(skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas

karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar

denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam

rahim.
13

d. Aspek kecerdasan

1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi air susu ibu sangat

dibutuhkan untuk perkembangan sistem syaraf otak yang

dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi air

susu ibu memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18

bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point

lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi

yang tidak diberi air susu ibu.

e. Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan,

menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat

lebih sempurna.

f. Aspek ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6

bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah

tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

g. Aspek penundaan kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi

alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea

Laktasi (MAL).
14

B. Tinjauan Tentang Produksi Air Susu Ibu

Selama periode menyusui, produksi air susu ibu sangat ditentukan

oleh prinsip supply and demand. Artinya, semakin sering payudara

diisap dan dikosongkan, maka semakin sering dan semakin banyak air

susu akan diproduksi. Namun, hal tersebut tidak berlaku pada hari 1-3

setelah kelahiran bayi, pada saat-saat tersebut produksi air susu ibu

lebih ditentukan oleh kerja hormon prolaktin. Tapi bayi tetap perlu

sering menyusu untuk mendapatkan kolostrum secara maksimal,

mengingat ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil (Sutanto,

2009).

Produksi air susu ibu dapat meningkat atau menurun tergantung

pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama

laktasi. Untuk mengetahui banyaknya produksi air susu ibu, ada

beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah jumlah

air susu ibu sudah cukup atau tidak adalah :

1. Air susu ibu yang banyak dapat merembes ke luar melalui puting.

2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang.

3. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai dengan umur:

Umur Kenaikan Berat Badan Rata-Rata

a. 1-3 bulan : 700 gr/bulan

b. 4-6 bulan : 600 gr/bulan

c. 7-9 bulan : 400 gr/bulan

d. 10-12 bulan : 300 gr/bulan


15

e. umur 5 bulan tercapai 2 kali berat badan waktu lahir

f. umur 1 tahun 3 kali berat badan waktu lahir

4. Jika air susu ibu cukup, setelah menyusui bayi akan tertidur/tenang

selama 3-4 jam.

5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari. Bayi tampak sehat,

warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.

C. Tinjauan Tentang Post Partum

Post partum atau masa nifas atau masa puerperium adalah

periode yang dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-

kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali

seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2005).

Masa nifas adalah setelah melahirkan 6 minggu atau 40 hari,

menurut hitungan awam masa nifas yang paling penting sekali untuk

terus dipantau, nifas merupakan masa pembersihan rahim.( Akhmad,

2006) Masa Nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya dan

mencakup 6 minggu berikutnya. (Pusdiknakes,2003)

Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan

sebelum hamil. (Saifuddin,2002)

Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan

perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian

terhadap penambahan keluarga baru.(Hamilton,2002)


16

D. Tinjauan Tentang Primipara

Definisi primipara adalah ibu yang baru pertama kali melahirkan.

Ibu yang baru pertama kali melahirkan walaupun mempunyai naluri

alamiah, sering mengalami kesulitan karena gugup, kuatir dan kurang

percaya diri sendiri. Pada hari-hari pertama memang pengeluaran air

susu ibu sedikit sehingga sering ibu putus asa dan mengira air

susunya tidak ada atau kurang. Selain itu ibu yang baru pertama kali

melahirkan puting susunya sering tertarik ke dalam sehingga

menyulitkan bayi menetek (Mirna, 2005).

Pada saat ibu pertama kali kontak dengan bayinya dan

memberikan air susu kepada bayinya, kelihatan bahwa ibu dapat

menyusukan/menetekkan bayinya, tetapi cara bagaimana

menyusukan/menetekkan bayi dengan cara dan teknik yang sebaik-

baiknya belum banyak diketahui oleh ibu muda. Sehingga ibu kadang

menyangka air susunya kurang, namun sebenarnya kurangnya

pengeluaran air susu ibu disebabkan kesalahan teknik dan cara

menyusui serta perawatan payudara yang baik.(Mirna, 2005).

E. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti

1. Teknik menyusui

Tehnik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perlekatan dan posisi ibu dan anak yang benar.

a. Waktu menyusui

Menyusui bayi harus sesegera mungkin setelah


17

melahirkan. Pada dasarnya, menyusui dalam setengah jam

pertama akan membangunkan refleks menghisap pada bayi

supaya dia dapat menghisap dengan baik selanjutnya. Jika

refleks menghisap ini tidak dibangun saat itu, bayi akan

kehilangan refleks ini selama 48 jam, sehingga bayi kelihatan

tidak berminat untuk menyusui hingga 48 jam kemudian

(Anonim. 2008).

b. Kontak dini

Segera setelah melahirkan dalam 30 menit pertama bayi

harus segera disusui. Prinsip pemberian air susu ibu adalah

sedini mungking dan ekslusif. Bayi baru lahir harus mendapat

air susu ibu dalam waktu satu jam setelah lahir. Ibu harus

segera memeluk bayinya dan mencoba menyusui bayinya-

setelah tali pusat diklem dan dipotong (Biran, 2007).

c. Langkah langkah menyusui dengan baik dan benar:

1) Mekanisme menyusui

Bayi yang sehat mempunyai 3 refleks intrinsik yang

diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti :

a) Refleks mencari (Rooting refleks)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah

sekeliling mulut merupakan rangsangan yang

menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan

kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel


18

tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian putting

susu ditarik masuk ke dalam mulut.

b) Refleks mengisap (Sucking refleks)

Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang

payudara sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam

mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu

yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka sudah

cukup pula rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus

yang terletak di puncak kalang payudara di belakang

putting susu. Adalah tidak benar bila rahang bayi hanya

menekan putting susu saja, karena bayi hanya dapat

mengisap susu sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet

pada putting susunya.

c) Refleks menelan (Swallowing refleks)

Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul

dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang

ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air

susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme

menelan masuk ke lambung (Bobac, 2005).

2) Posisi menyusui

Ada beberapa posisi yang dapat digunakan ibu dalam

memberikan air susunya kepada bayinya. Ibu harus

memberikan posisi yang paling sesuai baginya dan bayinya.


19

Adapun posisi menyusui tersebut antara lain sebagai berikut :

a) Craddle

Ibu dalam posisi duduk dan bayi diletakkan menghadap ke

ibu. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu

lengan. Kepala bayi terletak pada lekungan siku ibu dan

bokong bayi ditahan dengan telapak tangan. Sementara

tangan ibu yang satu menopang payudara.

b) Cross Craddle

Ibu dalam posisi duduk dan bayi diletakkan menghadap ke

ibu. Salah satu tangan ibu menopang bayi dimana kepala

bayi berada pada gengaman tangan ibu dan tangan yang

satu menopang payudara ibu.

c) Australian

Ibu dalam posisi duduk dan bayi didudukkan di atas paha

menghadap ke ibu, kemudian salah satu tangan ibu

menopang kepala bayi dan tangan yang satu menopang

payudara ibu.

d) Berbaring

Yaitu posisi ibu berbaring dengan memiringkan tubuh

kesalah satu sisi, dimana salah satu tangan ibu menopang

kepala bayi.
20

e) Football

Ibu memegang bayi dengan gaya seperti memegangan

bola kaki. Dan posisi menyusui ini sering digunakan pada

saat akan menyusui anak kembar.

f) Pegangan-C

Tempatkan jari-jari di bawah payudara dan letakkan ibu jari

pada bagian atas (di belakang dari areola). Bayi berada

setinggi dengan payudara dan tangan memegang

payudara berada di belakang areola sehingga tidak

mengganggu mulut bayi (Anto,2007).

d. Lama frekuensi menyusui

Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand),

karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus

menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain

atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang

sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan

air susu ibu dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2

jam (Soetjiningsih, 1997).

e. Cara pengeluaran air susu ibu

Apabila air susu ibu berlebihan sampai keluar memancar,

maka sebelum menyusui sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu,

untuk menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu.

Pengeluaran air susu ibu juga dilakukan pada ibu bekerja, yang
21

akan meninggalkan air susunya bagi bayinya di rumah. Air susu

ibu yang merembes karena payudara penuh, pada bayi yang

mempunyai masalah menghisap, sebaiknya ibu menghilangkan

bendungan atau memacu produksi air susu ibu saat ibu sakit

dan tidak dapat langsung menyusui bayinya. Pengeluaran air

susu ibu dapat dilakukan dengan cara memompa keluar, baik

dengan tangan maupun dengan pompa manual atau pompa

elektri (Ruth Johnson dan Wendy Taylor, 2004).

1) Pengeluaran air susu ibu dengan tangan

Cara ini lazim digunakan karena tidak banyak

membutuhkan sarana dan lebih mudah.

a) Tangan dicuci sampai bersih.

b) Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan

air mendidih.

c) Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan

dimasase dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke

arah kalang payudara, ulangi pemijatan ini pada sekitar

payudara secara merata.

d) Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan

jari telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah kalang

payudara ditekan ke arah dada.

e) Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari

telunjuk, jangan memijat/menekan putting, karena dapat


22

menyebabkan rasa nyeri/lecet.

f) Ulang tekan- peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada

mulanya air susu ibu tidak keluar, setelah beberapa kali

maka air susu ibu akan keluar.

g) Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara pada

semua sisi, agar yakin bahwa air susu ibu telah diperas

dari segmen payudara.

2) Pengeluaran air susu ibu dengan pompa

Bila payudara bengkak/terbendung (engorgement) dan

putting susu terasa nyeri, maka akan lebih baik jika air susu

ibu dikeluarkan dengan pompa payudara. Pompa dapat

digunakan bila air susu ibu benar-benar penuh, tetapi pada

payudara yang lunak akan lebih sukar. Ada 2 macam pompa

yang digunakan yaitu pompa tangan dan listrik, dan yang

biasa digunakan adalah pompa tangan.

Cara pengeluaran air susu ibu dengan pompa payudara :

a) Tekan biola karet untuk mengeluarkan udara.

b) Ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan

puting susu tepat di tengah, dan tabung benar-benar

melekat pada kulit.

c) Bola karet dilepas, sehingga puting susu dan kalang

payudara tertarik kedalam.

d) Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga air susu ibu akan
23

keluar dan terkumpul pada lekukan penampung pada sisi

tabung.

e) Setelah selesai dipakai, maka alat harus dicuci bersih

dengan menggunakan air mendidih.Bola karet sukar

dibersihkan, oleh karenan itu bila memungkinkan lebih baik

pengeluaran air susu ibu dengan menggunakan tangan.

f. Penyimpanan dan pemberian air susu ibu perasan

Air susu ibu yang dikeluarkan dapat disimpan untuk

beberapa saat dengan syarat, bila disimpan :

1) Di udara terbuka/bebas : 6 - 8 jam

2) Di lemari es (4o C) : 24 jam

3) Di lemari pendingin/beku (-18o) : 6 bulan

Air susu ibu yang telah didinginkan bila akan dipakai tidak

boleh direbus, karena kualitasnya akan menurun yaitu unsur

kekebalannya. Air susu ibu tersebut cukup didiamkan beberapa

saat di dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin atau dapat

pula direndam di dalam wadah yang telah berisi air panas.

Masih belum ada penelitian yang membuktikan apakah dengan

direndam dalam air panas tersebut merusak zat-zat anti yang

terdapat pada air susu ibu atau tidak. Pada penelitian efek

pemanasan dengan gelombang mikro (microwave) terbukti

bahwa dengan pemanasan yang rendah menurunkan aktifitas

lisosim dan IgA, lebih-lebih pada pemanasan yang tinggi semua


24

aktifitas zat anti yang dilteliti tidak berfungsi (Ruth Johnson dan

Wendy Taylor, 2004).

Perlu diperhatikan pada pemberian air susu ibu yang

telah dikeluarkan adalah bagaimana cara pemberiannya pada

bayi. Jangan diberikan dengan botol/dot, karena hal ini akan

menyebabkan bayi bingung puting. Berikan pada bayi dangan

menggunakan cangkir atau sendok, sehingga bila saatnya ibu

menyusui langsung, bayi tidak menolak menyusu (Ruth Johnson

dan Wendy Taylor, 2004)

3) Langkah-langkah menyusui

a) Sebelum menyusui, air susu ibu dikeluarkan sedikit

kemudian dioleskan pada putting dan disekitar kalang

payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.

b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.

1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk

lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki

ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar

pada sandaran kursi.

2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu

lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu

(kepala tidak boleh menengadah, dan di bokong bayi

ditahan dengan telapak tangan).


25

3) Satu tangan bayi diletakkan diletakkan di belakang

badan ibu, dan yang satu di depan.

4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi

menghadap payudara (tidak hanya membelokkan

kepala bayi).

5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

6) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.

c) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang

lain, menopang di bawah, jangan menekan putting susu

atau kalang payudara saja.

d) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting

refleks) dengan cara :

1). Menyentuh pipi dengan putting susu atau,

2). Menyentuh sisi mulut bayi.

e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dan putting serta kalang

payudara dimasukkan ke mulut bayi :

1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat

masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di

bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan air

susu ibu keluar dari tempat penampungan air susu ibu

yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang

salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada putting


26

susu saja, akan mengakibatkan masukan air susu ibu

yang tidak adekuat dan puting susu lecet.

2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu

dipegang atau disangga lagi.

f) Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa

kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya.

Cara melepas isapan bayi :

1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui

sudut mulut atau,

2) Dagu bayi ditekan ke bawah.

g) Setelah selesai menyusui, air susu ibu dikeluarkan sedikit

kemudian dioleskan pada putting susu dan disekitar kalang

payudara; biarkan kering dengan sendirinya.

h) Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara

dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui.

Cara menyendawakan bayi adalah :

1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu

ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian

punggungnya ditepuk perlahan-lahan.


27

i) Pengamatan teknik menyusui yang benar

Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan

putting susu menjadi lecet, air susu ibu tidak keluar optimal

sehingga mempengaruhi produksi air susu ibu selanjutnya

atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah

menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat :

1) Bayi tampak tenang.

2) Badan bayi menempel pada perut ibu.

3) Mulut bayi terbuka lebar.

4) Dagu menempel pada payudara ibu.

5) Sebagian besar kalang payudara masuk kedalam mulut

bayi.

6) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

7) Puting susu ibu tidak terasa nyeri.

8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

9) Kepala tidak menengadah (Soetjiningsih, 1997).

2. Perawatan payudara

Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan

untuk merawat payudara pada saat hamil sampai menyusui agar air

susu ibu keluar dengan lancar.

Perawatan payudara post partum adalah perawatan payudara

setelah ibu melahirkan dan menyusui.


28

a. Perawatan payudara :

1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting

susu

2) Menggunakan BH yang menyokong payudara

3) Pengenyalan putting susu yaitu puting susu dipegang ibu jari

telunjuk diputar ke dalam 20 kali keluar 20 kali

4) Apabila putting susu lecet oleskan kolestrum atau air susu ibu

yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai

menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu

yang tidak lecet.

5) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24

jam. Air susu ibu dikeluarkan dan diminum dengan

menggunakan sendok.

6) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1

tablet setiap 4-6 jam.

7) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan air susu

ibu, lakukan:

a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain

basa hangat selama 5 menit

b) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau

gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z

menuju putting.
29

c) Keluarkan air susu ibu sebagian dari bagian depan

payudara sehinnga puting susu menjadi lunak.

d) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat

mengisap seluruh air susu ibu sisanya keluarkan dengan

tangan.

e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui

(Abdul Bari Syaifuddin, dkk, 2006).

b. Waktu pelaksanan perawatan Payudara:

1) Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai

sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan.

2) Dilakukan minimal 2 kali dalam sehari.

3. Asupan nutrisi

Dari hasil kajian menunjukkkan bahwa nutrisi yang baik

untuk ibu hamil, bersalin, dan menyusui sangat diperlukan.

Kebutuhan protein pada wanita menyusui pada 6 bulan pertama

memerlukan tambahan 16 g/hari, pada 6 bulan kedua 12 g/hari,

lemak diperlukan 25%-40%, karbohidrat 55%-75%, cairan minimal

10 gelas perhari dan vitamin (Hubertin, 2004).

Menu sehari ibu menyusui:

a. Nasi/pengganti : 5-6 piring

b. Lauk hewani : 3-4 potong dengan berat @ 50 g

c. Lauk nabati : 2-4 potong

d. Sayuran : 1,5 - 2 mangkuk


30

e. Buah : 2 - 3 potong

f. Ditambah satu gelas susu bila memungkinkan

g. Minum kurang lebih 10 gelas/hari.

4. Psikologi

Selain faktor-faktor hormonal dan gizi, untuk lancarnya

produksi air susu ibu diperlukan pula faktor psikis. Dalam hal

terakhir kortes serebri mempunyai peranan dalam memacu atau

menghambat hipotalamus untuk menghasilkan neurohormon.

Hormon ini mempunyai pengaruh pada hipofisis dalam produksi

prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran. Dengan demikian

keinginan/kesediaan atau penolakan/keengganan ibu untuk

menyusui bayinya dapat memperlancar atau menghambat

pproduksi air susu ibu. Penerangan yang baik dan bantuan moril

dapat memperlancar (Sarwono, 2005).

Produksi air susu seorang ibu dikarenakan oleh kondisi

emosi oleh ibu tersebut. Pada tahap inilah keterlibatan seorang

ayah sangat berperan. Apabila seorang ayah mampu

memperlihatkan rasa sayang dan perhatian terhadap ibu dan anak,

bisa mengakibatkan seorang ibu merasa lebih nyaman dan

menghasilkan air susu yang berlimpah (Prasetyo, 2003).

Dukungan dari suami, orang tua, mertua, adik-adiknya, dan

orang terdekat, sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui.

Semakin besar dukungan yang didapat untuk terus menyusui,


31

semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan terus

menyusui. Biasanya dalam hal ini dukungan suami maupun

keluarga sangat besar pengaruhnya (Siswadi, 2008).

5. Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusui dini adalah proses membiarkan bayi

menyusu sendiri segera setelah kelahiran. Cara bayi melakukan

inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau

merangkak mencari payudara. Hal ini merupakan kodrat dan

anugerah dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya

juga tidak sulit hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua

jam (Wiharta, 2005).

Adapun proses inisiasi menyusui dini adalah :

a. Sesaat setelah kelahiran sehabis plasenta dipotong, bayi

langsung diletakkan di dada si ibu tanpa membersihkan si bayi

kecuali tangannya.. Ternyata suhu badan ibu yang habis

melahirkan 1 derajat lebih tinggi. jika bayi kedinginan, secara

otomatis suhu badan ibu jadi naik 2 derajat , dan jika si bayi

kepanasan suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Setelah

diletakkan di dada ibu, biasanya bayi hanya akan diam selama 20-

30 menit, hal ini terjadi karena si bayi sedang menetralisir

keadaannya setelah trauma melahirkan.

b. Setelah bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki bayi

akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak.. Gerakan


32

bayi yang menginjak-injak perut ibunya bertujuan untuk

menghentikan perdarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung

dari bayi. Setelah melakukan gerakan tersebut, bayi akan

melanjutkan dengan mencium tangannya yang memiliki bau

yang sama dengan bau air ketuban. Bau di wilayah sekitar puting

si ibu juga memiliki bau yang sama dengan bau air ketuban.

Ketika bayi mencium tangannya maka si bayi akan tahu kemana

dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati puting ibu.

Ketika sudah mendekati puting ibu, bayi akan menjilat jilat dada

ibu. Jilatan ini berfungsi untuk membersihkan dada ibu dari

bakteri.

c. Setelah itu bayi akan mulai meremas-remas puting susu ibu, yang

bertujuan untuk merangsang supaya ASI segera berproduksi dan

bisa keluar. Lamanya kegiatan tergantung dari bayi.

d. Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu.

Manfaat inisiasi menyusui dini:

1) Ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi akan lebih baik

karena pada 1-2 jam pertama bayi dalam keadaan sadar.

2) Ibu dan bayi akan merasa lebih tenang, pernafasan dan

detak jantung bayi lebih stabil.

3) Makanan awal non-ASI dapat mengganggu pertumbuhan

fungsi usus dan mencetuskan alergi awal.


33

4) Inisiasi menyusui dini dapat meransang pengeluaran hormon

oksitosin yang dapat mengurangi resiko perdarahan pada

ibu.

5) Bayi akan mendapatkan ASI kolostrum (ASI yang pertama

keluar), yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk

ketahanan terhadap infeksi, untuk pertumbuhan usus, bahkan

kelangsungan hidup bayi.

6. Pekerjaan

Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada

malam hari. Bila ibu sering menyusui bayinya pada malam hari

akan memicu produksi air susu ibu (Anonim, 2008).

Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya.

Dianjurkan untuk mengikuti cara-cara di bawah ini untuk mencegah

penurunan produksi air susu ibu dan penyapihan yang terlalu dini.

a. Sebelum ibu berangkat bekerja bayi harus disusui. Selanjutnya,

air susu ibu diperas dan disimpan untuk diberikan pada bayi

selama ibu bekerja, disamping susu formula kalau masih

diperlukan.

b. Bila mungkin, ibu pulang menyusui pada tengah hari.

c. Bayi disusui lebih sering setelah ibu pulang kerja dan pada

malam hari.

d. Tidak menggunakan susu formula pada hari libur.


34

e. Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah melahirkan, tunggu 1-2

bulan untuk meyakinkan lancarnya produksi air susu ibu dan

masalah pada awal menyusui teratasi. Kalau ibu ingin

memberikan susu formula dengan menggunakan botol, maka

dapat dicoba setelah ibu yakin bahwa bayinya telah mampu

menyusu pada ibu dengan baik, untuk menghindari bayi

bingung puting.
35

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Tehnik menyusui yang baik dan benar dapat merangsang

produksi ASI keluar secara optimal. teknik menyusui merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi produksi air susu ibu dimana

bila teknik menyusu tidak benar, dapat menyebabkan putting lecet

dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi jarang menyusu. Bila

bayi jarang menyusu karena bayi enggan menyusu akan berakibat

kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada

rangsangan produksi ASI selanjutnya.(Surviana, 2005)

Perawatan payudara selama hamil sampai menyusui sangat

berpengaruh sebab perawatan payudara yang baik sangat

berpengaruh pada keadaan puting untuk persiapan menyusui. Puting

yang baik akan membantu bayi dalam proses mengisap karena

dengan seringnya bayi mengisap air susu ibu maka produksi ASI

juga akan lebih baik. Untuk itu perlu kesadaran agar produksi ASI

baik pada ibu menyusui diperlukan pengetahuan tentang perawatan

payudara yang baik (Surviana, 2005).

1. Identifikasi variabel

a. Variabel Independent yang akan di teliti adalah teknik menyusui,

dan perawatan payudara

35
36

1) Tehnik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perlekatan dan posisi ibu dan anak yang benar

2) Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk

merawat payudara pada saat hamil sampai menyusui agar air

susu ibu keluar dengan lancar.

b. Variabel dependen yang akan diteliti adalah produksi air susu

ibu.

2. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

a. Teknik menyusui

Teknik menyusui adalah cara memberikan air susu ibu kepada

bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan anak yang benar.

Kriteria Objektif :

Baik : jika skor 5

Kurang : jika skor < 5

b. Perawatan payudara

Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk

merawat payudara pada saat hamil sampai menyusui agar air

susu ibu keluar dengan lancar.

Kriteria Objektif :

Baik : jika skor 5

Kurang : jika skor < 5


37

c. Produksi Air Susu Ibu (ASI)

Produksi air susu ibu adalah jumlah air susu ibu yang diproduksi

ibu saat menyusui.

Kriteria Objektif :

Baik : jika skor 5

Kurang : jika skor 5

B.Kerangka konsep dan Hipotesa

1. Kerangka Konsep

1. Teknik menyusui

2. Perawatan payudara

Produksi
ASI
3. Asupan nutrisi
4. Psikologi
5. Inisiasi dini
6. Pekerjaan

Ket :

: variabel diteliti

: variabel tidak diteliti

2. Hipotesa

1. Ada hubungan antara teknik menyusui dengan produksi air susu

ibu pada ibu post partum primipara.


38

2. Ada hubungan antara perawatan payudara dengan produksi air

susu ibu pada ibu post partum primipara.


39

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain yang akan digunakan pada penelitian ini bersifat analitik

dengan pendekatan cross sectional, adalah jenis penelitian dimana

hubungan antara variable dependen dan independen yang diamati

pada waktu yang sama.(Hidayat,A,2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Carigading Kecamatan

Awangpone Kabupaten Bone

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Minggu II September

2012.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah ibu postpartum primipara yang ada di Desa

Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone dengan

jumlah 72 orang

2. Sampel

Sampel adalah ibu post partum primipara yang dipilih dari populasi,

yaitu ibu post partum primipara yang menyusui bayinya dengan

jumlah sampel 32 responden.

39
40

Kriteria penarikan sampel:

a. Kriteria inklusi :

1. Ibu post partum primipara di Desa Carigading Kecamatan

Awangpone Kabupaten Bone

2. Ibu yang menyusui bayinya.

3. Ibu yang bersedia untuk menjadi responden

4. Hadir pada saat penelitian

b. Kriteria eksklusi:

1. Ibu yang tidak bersedia untuk menjadi responden.

2. Ibu yang putting susunya tidak keluar

3. Ibu yang tidak hadir pada saat penelitian.

D. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan sampel

dilakukan secara nonprobality sampling dengan teknik aksidental

sampling yaitu penarikan sampel dengan menetapkan subjek

yang memenuhi kriteria yang ada saat penelitian berlangsung,

dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu

sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. (Alimul,

2007).

E. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini diestimasi berdasarkan rumus

besar sampel menurut Lamesow (1993) dengan formulasi:


41

N.Z.p.q
n = (1)+..

Keterangan:

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

Z : standar deviasi normal untuk kemaknaan () = 1,96

d : tingkat ketelitian (0.05)

p : proporsi variable yang diteliti, jika tidak diketahui gunakan 50%

q : 1 - p = 1 - 0,5 = 0,5

Penerapan Rumus;

N.Z.p.q
n=
(1)+..

72.1,96.0,5.0,5
= 0,05(721)+1,96.0,5.0,5

72.3,8416.0,5.0,5
= 0,0025.71+3,8416.0,5.0,5

69,1488
= = 61
1,1379

Selanjutnya dikoreksi dengan formula:


n = 1+n/N

61
n = 1+61/73 = 32
42

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat

tulis menulis seperti pulpen,kertas, lembar observasi dan lembar

kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai teknik menyusui,

perawatan payudara, dan produksi air susu ibu.

G. Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian mengenai teknik menyusui, perawatan payudara, dan

produksi air susu ibu dengan menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan

laporan atau pengamatan terhadap data yang sudah ada yaitu

dari Medical Record Desa Carigading Kecamatan Awangpone

Kabupaten Bone.

H. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

a. Selecting

Seleksi merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data

menurut kategori.

b. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pernyataan


43

yang sudah diisi, editing meliputi kelengkapan pengisian,

kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.

c. Koding

Koding merupakan tahap selanjutnya dengan member kode

pada jawaban dari responden tersebut.

d. Tabulasi Data

Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan

dengan mengelompokkan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-

sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Analisa data

Data yang terkumpul dan dianggap bebas dari kesalahan akan

dimasukkan ke dalam computer dengan menggunakan program

statistic selanjutnya dianalisis secara bertahap sebagai berikut:

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh informasi

secara umum tentang semua variabel penelitian yaitu tehnik

menyusui, perawatan payudara dan produksi ASI dengan

perhitungan rumus persentase (budiarto,2002)


P=
N
Keterangan:

P = Persentase Jawaban Kuesioner


F = Frekuensi
N = Populasi
44

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat signifikansi

hubungan antara variable dependen dan variable

independen pada skala nominal menggunakan uji chi square

dengan menggunakan formulasi:

(0 E)
X =
E
Keterangan:

0 = nilai observasi (pengamatan)

E = nilai expected (harapan)

Df = Degree of freedom

Untuk skala pengukuran ordinal dapat menggunakan rumus

Crosstab Corelations dengan formulasi:

(xx)(yy)
r=
[(xx2 )][(yy)]

Keterangan:

r = koefisien korelasi

n = ukuran sampel

x = nilai variabel bebas

y = nilai variabel terikat

Dengan taraf kesalahan ( = 0,05 dan CL = 95% dan Z = 1,96 dan

df = 1
45

Hasil perhitungan statistic akan menghasilkan besarnya x2

hitung yang akan memberikan gambaran interpretasi sebagai berikut:

1) Hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen

dikatakan bermakna jika x2 hitung lebih besar dari x2 tabel.

2) Hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen

dikatakan tidak bermakna jika x2 hitung lebih kecil atau sama dari x2

tabel.

I. Etika Penelitian

1. Informed consent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan, diberikan kepada subyek yang akan

diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

dilakukan, serta dampak yang mungkin terjadi selama dan

sesudah pengumpulan data.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencatumkan

namanya pada lembar kuesioner, cukup dengan memberi nomor

kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasian dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

penelitian
46

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Carigading Kecamatan

Awangpone Kabupaten Bone. Besarnya sampel dari populasi dalam

penelitian ini, yaitu sebanyak 32 orang ibu post partum primipara,

berdasarkan kriteria inklusi, dengan menggunakan teknik Aksidental

Sampling.

Hasil penelitian dikelompokan menjadi dua, yaitu data umum dan

data khusus. Data umum akan ditampilkan hasil univariat meliputi

karakteristik responden berdasarkan penilaian teknik menyusui,

perawatan payudara dan produksi ASI dalam bentuk tabel. Data

khusus atau analisa bivariat meliputi faktor-faktor yang berhubungan

produksi ASI pada ibu post partum primipara disajikan dalam bentuk

tabel antara variabel dependen dan independent untuk mengetahui

tingkat signifikan menggunakan uji statistik chi- squer. Tingkat

kemaknaan dalam penelitian ini adalah p = 0,05 maka hipotesa

diterima ada hubungan yang bermakna antara dua variabel yang

diukur, bila p 0,05 maka hipotesa tidak diterima artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antara variabel yang diteliti. Adapun hasil

penelitian secara lengkap disajikan secara sistematik dalam bentuk

narasi disertai tabel sebagai berikut :

46
47

1. Analisis Univariat

b. Distribusi responden berdasarkan penilaian responden tentang

teknik menyusui

Distribusi responden berdasarkan penilaian tentang produksi

ASI dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Teknik


Menyusui Pada Ibu Post Partum Primipara di Desa
Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone
Tahun 2012

Jumlah %
Teknik Menyusui

Baik 22 68,8

Kurang 10 31,2

Jumlah 32 100

Sumber : data primer 2012

Berdasarkan penilaian yang diberikan kepada responden

tentang teknik menyusui yang baik dan tidak baik pada tabel di

atas,maka diketahui ibu yang mempunyai teknik menyusui yang

baik yaitu 22 orang (68,8%) dan teknik menyusui yang tidak baik

yaitu 10 orang (31,2%).


48

b. Distribusi responden berdasarkan penilaian responden tentang

perawatan payudara

Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian


Perawatan Payudara Pada Ibu Post Partum
Primipara di Desa Carigading Kecamatan
Awangpone Kabupaten Bone Tahun 2012
Jumlah %
Perawatan Payudara

Baik 26 81,2

Kurang 6 18,8

Jumlah 32 100

Sumber : data primer 2012

Berdasarkan penilaian yang diberikan kepada responden

tentang perawatan payudara yang baik dan tidak baik pada

tabel di atas, maka diketahui Ibu yang perawatan payudaranya

baik yaitu 26 orang (81,2%) dan perawatan payudara yang tidak

baik yaitu 6 orang (18,8%).


49

c. Distribusi responden berdasarkan penilaian responden tentang

produksi ASI

Distribusi responden berdasarkan penilaian tentang produksi

air susu ibu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian


Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Primipara di
Desa Carigading Kecamatan Awangpone
Kabupaten Bone Tahun 2012
Produksi ASI Jumlah %

Baik 23 71,9

Kurang 9 28,1

Jumlah 32 100

Sumber : data primer 2012

Berdasarkan penilaian yang diberikan kepada responden

tentang produksi air susunya baik dan tidak baik pada tabel di

atas, maka diketahui ibu post partum primipara yang produksi

ASI baik yaitu 23 orang (71,9%) dan produksi ASI yang tidak

baik yaitu 9 orang (28,1%)

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Teknik Menyusui dengan Produksi ASI pada Ibu Post

Partum Primipara

Distribusi responden berdasarkan hubungan antara teknik

menyusui dengan produksi ASI pada ibu post partum primipara,

dapat dilihat pada tabel berikut:


50

Tabel 4 : Hubungan Teknik Menyusui dengan Produksi ASI


pada Ibu Post Partum Primipara di Desa Carigading
Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone Tahun
2012
Teknik Produksi ASI

menyusui Baik Tidak Baik Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Baik 19 59,4 3 9,4 22 68,8


0,013
Kurang 4 12,5 6 18,8 10 31,2

Total 23 71,9 9 28,1 32 100

Sumber : data primer 2012

Pada tabel 4 di atas, ditemukan adanya hubungan yang

bermakna antara teknik menyusui dengan produksi ASI pada

ibu post partum primipara. responden yang teknik menyusuinya

baik ditemukan produksi air susunya baik yaitu 19 orang

(59,4%), produksi ASI tidak baik 3 orang (9,4%). Sedangkan

responden yang teknik menyusui tidak baik, produksi ASI baik 4

orang (12,5%), sedangkan yang produksi ASI tidak baik 6 orang

(18,8%). Hasil uji Chi-Square (Continuity Correctiona),

menunjukkan p = 0,013 lebih kecil dari = 0,05.

b. Hubungan Perawatan Payudara dengan Produksi ASI pada Ibu

Post Partum Primipara

Distribusi responden berdasarkan hubungan antara

perawatan payudara dengan produksi ASI pada ibu post partum

primipara, dapat dilihat pada tabel berikut:


51

Tabel 4. 5 : Hubungan Perawatan Payudara dengan Produksi


ASI pada Ibu Post Partum Primipara di Desa
Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone
Tahun 2012
Produksi ASI
Perawatan

Baik Tidak Baik Total
payudara

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Baik 21 65,6 5 15,6 26 81,2 0,038

Kurang 2 6,2 4 12,5 6 18,8

Total 23 71,9 9 28,1 32 100

Sumber : data primer 2012

Pada tabel 4.5 di atas, ditemukan adanya hubungan yang

bermakna antara perawatan payudara dengan produksi ASI

pada ibu post partum primipara. Responden yang perawatan

payudara baik ditemukan produksi ASI baik 21 orang (65,6%),

produksi ASI tidak baik 5 orang (15,6%). Sedangkan responden

dengan perawatan payudara tidak baik produksi ASI baik 2

orang (6,2%), sedangkan yang produksi ASI tidak baik 6 orang

(18,8%). Hasil uji Chi-Square (Continuity Correctiona),

menunjukkan p = 0,038 lebih kecil dari = 0,05.


52

B. Pembahasan

1. Hubungan Teknik Menyusui dengan Produksi ASI pada Ibu post

Partum Primipara

Hasil penelitian tentang hubungan antara teknik menyusui

dengan produksi ASI didapatkan, dimana sebagian besar responden

yang teknik menyusuinya baik, produksi ASI sebanyak 19 orang

(59,4%). Banyaknya ASI yang akan dihasilkan seorang ibu tidak

tergantung pada besarnya payudara, tetapi lebih kepada gizi ibu

selama hamil dan menyusui dan teknik meyusui. Teknik menyusui

yang baik dapat merangsang produksi ASI keluar secara optimal

(Surviana, 2005).

Sedangkan responden yang teknik menyusuinya tidak baik,

ditemukan produksi ASI tidak baik 6 orang (18,8%). Hal ini

disebabkan bukan ASI yang kurang karena seberapapun banyak

bayi menyusui, air susu ibu sebenarnya tidak akan berkurang karena

produksinya disesuaikan dengan kebutuhan. Tapi bukan berarti

semua ibu sukses menyusui. Kegagalan memang tak jarang terjadi,

namun harus dipahami, hal ini umumnya dikarenakan teknik dan cara

menyusui yang kurang tepat dan bukan karena produksinya yang

sedikit (Mirna, 2005).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi square menunjukkan p =

0,013 yang lebih kecil dari = 0,05. Dari analisis tersebut di atas

dapat diartikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara teknik


53

meyusui dengan produksi ASI pada ibu post partum primipara di

Desa Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone dengan

jumlah sampel 32 orang ibu post partum primipara.

Hal ini sesuai dengan penelitian Dian Nur Susanti (2006),

teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

produksi air susu ibu dimana bila teknik menyusu tidak benar, dapat

menyebabkan putting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui

dan bayi jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu karena bayi

enggan menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi

sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.

Untuk itu, menurut Perinasia (2003), seorang ibu dengan bayi

pertamanya mungkin akan mengalami masalah ketika menyusui,

yang sebetulnya hanya karena tidak tahu cara-cara yang sebenarnya

sangat sederhana. Cara meletakan bayi pada payudara ketika

menyusui berpengaruh pada keberhasilan menyusui. Bayi, walaupun

sudah dapat menghisap tetapi dapat mengakibatkan puting terasa

nyeri bahkan lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi

produksi ASI selanjutnya, atau bayi enggan menyusui. Untuk itu agar

dapat mencapai keberhasilan menyusui dan meningkatkan produksi

ASI diperlukan pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar.

Menurut Ahmad (2007), sebenarnya banyak hal yang

mempengaruhi produksi air susu ibu. Produksi dan pengeluaran ASI

dalam tubuh dipengaruhi oleh dua hormon yaitu prolaktin dan


54

oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI. Sedangkan

oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Kerja prolaktin

dipengaruhi oleh lama dan frekuensi menyusui dan biasanya

berkaitan dengan nutrisi dari ibu. Maka, kalau asupan nutrisi ibu baik,

prolaktin yang dihasilkan tubuh meningkat sehingga ASI yang

dihasilkan cukup banyak. Namun demikian, walaupun produksi ASI

banyak, sayang kalau tidak bisa dikeluarkan dari tubuh. Untuk

mengeluarkan ASI dibutuhkan hormon oksitosin yang bekerja

tergantung pada proses hisapan dari putting susu. Semakin sering

putting dihisap oleh mulut bayi, hormon oksitosin yang dihasilkan

juga semakin banyak, sehingga ASI yang keluar banyak. Jika kedua

hormon ini bekerja maksimal, ASI akan keluar dengan lancar. Jadi

perlu teknik menyusui yang baik untuk menjaga putting tidak lecet

sehingga hormon hormon ini dapat bekerja dengan baik.

2. Hubungan Perawatan Payudara dengan Produksi ASI pada Ibu

post Partum Primipara

Hasil penelitian tentang hubungan antara perawatan

payudara dengan produksi ASI pada ibu post partum primipara

didapatkan bahwa, dimana sebagian besar responden yang

perawatan payudara baik, produksi ASI baik sebanyak 21 orang

(65,6%). Perawatan payudara selama hamil sampai menyusui sangat

berpengaruh sebab perawatan payudara yang baik sangat

berpengaruh pada keadaan puting untuk persiapan menyusui. Puting


55

yang baik akan membantu bayi dalam proses mengisap karena

dengan seringnya bayi mengisap air susu ibu maka produksi ASI

juga akan lebih baik. Untuk itu perlu kesadaran agar produksi ASI

baik pada ibu menyusui diperlukan pengetahuan tentang perawatan

payudara yang baik (Surviana, 2005).

Sedangkan responden yang perawatan payudara tidak baik,

ditemukan produksi ASI tidak baik 4 orang (12,5%). Hal ini

disebabkan oleh sumbatan pada saluran yang menyalurkan susu.

Tekanan yang meningkat karena sumbatan mengakibatkan

terjadinya penurunan produksi ASI. Untuk menjaga agar kelenjar ASI

tetap berfungsi dengan sebaik-baiknya dilakukan perawatan

payudara antara lain dengan pemijatan secara rutin. Untuk

praktisnya pemijatan bisa dilakukan saat mandi dan dimulai pada hari

kedua setelah melahirkan. Dan dilakukan dua kali sehari (Surviana,

2005).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi square menunjukkan p =

0,038 yang lebih kecil dari = 0,05 yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara perawatan payudara dengan produksi air susu ibu

pada ibu post partum primipara di Desa Carigading Kecamatan

Awangpone Kabupaten Bone dengan jumlah sampel 32 orang ibu

post partum primipara.

Berdasarkan pembahasan di atas peneliti berasumsi bahwa

ibu yang melakukan perawatan payudara teratur selama hamil dan


56

menyusui akan merangsang areola yang mengandung banyak

kelenjar montgomerry sehingga banyak memproduksi air

susu. Sedangkan ibu yang perawatan payudaranya tidak baik maka

produksi air susunya juga tidak baik.

Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan

saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh

perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat

kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran karena

pertumbuhan dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel

payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan

laktogen placenta aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI.

Perawatan payudara sangat penting di lakukan pada trimester ke II

supaya tidak terjadi komplikasi pada saat menyusui bayinya nanti

yang mencakup kebersihan payudara dan bentuk puting karena hal

ini sangat berpengaruh untuk menyusui dengan baik. Disamping itu

juga sangat penting memperhatikan kebersihan persolan hygine.

Menurut Rustarmadji (2005), banyak ibu hamil yang

mengabaikan perawatan payudara, hal ini disebabkan karena malas

atau sesungguhnya belum mengetahui manfaatnya, sedangkan

perawatan payudara selama hamil sampai saat menyusui sangat

penting untuk kelancaran ASI nantinya setelah melahirkan. Karena

itu, dengan perawatan payudara yang benar hasilnya bukan cuma


57

produksi ASI yang cukup tetapi bentuk payudara akan tetap baik

selama menyusui.

C. Keterbatasan

1. Keterbatasan pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobality

sampling dengan teknik aksidental sampling, yaitu penarikan sampel

dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi yang ada

pada saat penelitian berlangsung, dimasukkan dalam penelitian

sampai kurun waktu tertentu.

2. Keterbatasan jumlah sampel

Jumlah sampel yang digunakan berpatokan pada jumlah ibu post

partum primipara yang menyusui bayinya yang ada di Desa

Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone pada saat

penelitian sedang berlangsung.

3. Keterbatasan instrument pengumpulan data

Pengumpulan data dengan kusioner memungkinkan responden

menjawab pertanyaan-pertayaan dengan tidak jujur atau tidak

mengerti pertanyaan yang dimaksud sehingga hasilnya kurang

mewakili secara kualitatif.

4. Keterbatasan waktu.

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini sangat singkat sehingga

hasil yang diperoleh kurang akurat.


58

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data pada 32 orang

responden tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan produksi

air susu ibu pada ibu post partum primipara di Desa Carigading

Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone , maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara teknik

menyusui dan perawatan payudara dengan produksi ASI.

B. Saran

1. Bagi pendidikan

Disarankan agar penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dikurikulum

pendidikan.

2. Bagi Rumah Sakit

Menjadi bahan masukan yang berguna untuk meningkatkan mutu

pelayanan dalam rangka meningkatkan kelancaran produksi ASI

dengan cara memberikan penyuluhan, perawatan antenatal dan

postnatal bagi ibu hamil dan ibu post partum terutama ibu primipara

tentang teknik menyusui dan perawatan payudara yang baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti yang lain agar hasil penelitian ini menjadi bahan

dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya.

58
59

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2007. Memperlancar ASI, (online),(http://futabashou534.multiply.com


/journal/item/34 diakses 20 Agustus 2012)

Akhmad . Syaifuddin Ali H, 2006, Panduan Lengkap Kehamilan Persalinan dan


Perawatan Bayi, PT. Anindya Mitra Internasional, Yogyakarta

Alimul. Aziz. 2011. Riset Teknik Penulisan Ilmiah, edisi 2, Salemba Medika,
Jakarta.

Anonim. 2001. Asi Online, Departemen kesehatan


(Online),(http://www.depkes.go.id, diakses 20 Agustus 2012)

Anonim. 2001. Panduan Manajemen Laktasi Online, Dit.Gizi Masyarakat-Depkes


RI (Online),(http://www.depkes.go.id, diakses 20 Agustus 2012

Anonim. 2004. SDM Mendatang Tergantung ASI Eksklusif Online,


Republika 12 Oktober 2004: wed, (online).
(http://www.gizi.net/asi/index.shtml, diaksses 20 Agustus 2012).
Anonim. 2008. Produksi ASI dan Faktor Yang MempengaruhInya, Kuliah
Kebidanan

Anto. 2007. Menyusui: Latch-on dan let down Online, http://www.


aap.org/publiced/(online),(http://smartparentsfattahrinjani.blogspot.com/
2011/01/menyusui-latch-on-dan-let-down.html).
Biran. 2007. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan. Edisi.3 (revisi)
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. Jhpiego Coporation. Jakarta.

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta.

Dian, 2006. Hubungan Teknik Menyusui dengan Produksi ASI pada Ibu
Postpartum Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Sawoo, (online),
(http://libraryump.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1dia
kses 20 Oktober 2011).

Hanifa. Wikjosastro, 1999, Ilmu Kebidanan, Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo Jakarta.
60

KEGIATAN KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Agustina


NIM : 11.1302.162
Judul KTI : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produksi Asi Pada Ibu
Post Partum Primipara Di Desa Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten
Bone Tahun 2012
Pembimbing I : Yurniati, S.ST, SKM, M.Kes
Pembimbing II : Hj. Kartini Ras, S.ST, M.Kes

No. Tanggal Materi yang Saran Pembimbing Nama/Paraf


dikonsultasikan Pembimbing

Mengetahui
Ka.Prodi D-IV Bidan Pendidik
Universitas Indonesia Timur

( Hj.Mardiwati,S.ST,SKM.,M.Kes )
61

KEGIATAN KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Agustina


NIM : 11.1302.162
Judul KTI : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produksi Asi Pada Ibu
Post Partum Primipara Di Desa Carigading Kecamatan Awangpone Kabupaten
Bone Tahun 2012
Pembimbing I : Yurniati, S.ST, SKM, M.Kes
Pembimbing II : Hj. Kartini Ras, S.ST, M.Kes

No. Tanggal Materi yang Saran Pembimbing Nama/Paraf


dikonsultasikan Pembimbing

Mengetahui
Ka.Prodi D-IV Bidan Pendidik
Universitas Indonesia Timur

( Hj.Mardiwati,S.ST,SKM.,M.Kes )

Anda mungkin juga menyukai