Anda di halaman 1dari 4

Untuk pengelolaan FBAO (dalam keadaan tidak darurat) pada orang dewasa dan anak-anak, induksi

gas adalah metode induksi yang paling disukai, karena ini mempertahankan respirasi spontan.
Pertama pasien harus dioksigenasi dengan oksigen 100%, dengan demikian mengurangi kadar
nitrogen diparu. Sevoflurane atau halotan lebih banyak disukai karena onset cepat dan tidak
mengiritasi. Kita harus sadar bahwa agen dengan koefisien gas darah Oswald yang lebih tinggi,
konstanta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan antara alveoli, tempat darah dan
efek meningkat. Dengan demikian, untuk terbentuk anestesi yang lebih dalam akan memakan waktu
lebih lama. Begitu pita suara divisualisasikan, kabelnya bisa disemprot dengan lidokain sebelum
bronkoskopi, sehingga mengurangi risiko laringospasme.

Selama bronchoscopy, keduanya bersifat volatile (VIMA - volatile induce / maintenance anaesthesia)
dan anestesi intravena total (TIVA) dapat digunakan untuk induksi dan perawatan anestesi adekuat
yang memadai. Namun, tidak ada bukti meyakinkan dalam literatur yang tersedia. Konsensus bahwa
anestetik harus disesuaikan secara individual dengan konteks klinis dan respirasi spontan harus
dijaga bila memungkinkan.

Oksigenasi dapat dipertahankan sementara dengan memasukkan oksigen aliran tinggi melalui
saluran bronkoskop; Namun, pemindahan CO2 agak terbatas. Jika diperlukan ventilasi mekanis,
pilihan mencakup intermittent positive pressure ventilation (IPPV) (dengan menempelkan lengan
samping bronkoskop ke ventilator sirkuit pernapasan anestesi), low-frequency jet ventilation dan HFJV .
Yang terakhir ini menggabungkan penggunaan kanula yang relatif sempit yang dapat digunakan
untuk campuran jet udara / oksigen di jalan napas. Ventilator menghasilkan aliran gas arus rendah,
volume arus yang tinggi, yang dikirimkan pada frekuensi cepat (60- 600 bpm) . Penggunaan HFJV
dapat memperbaiki tampilan bedah namun memiliki beberapa keterbatasan. Ini termasuk
penggunaan peralatan kompleks dan TIVA, kesulitan dalam memantau volum tidal CO2, risiko
barotrauma, memiliki jalan napas yang tidak terlindungi dan pengiriman gas dingin dan kering ke
jalan napas distal.

Poin kunci

. Selalu dengarkan pasiennya. Hati-hati dapatkan kunci utama riwayat pasien sambil menggunakan
indeks kecurigaan tinggi saat ada riwayat tersedak dan kemungkinan aspirasi benda asing ke jalan
napas bagian atas.

. Pahami keterbatasan teknik pencitraan seperti radiografi dada: plastik bersifat radiolusen!

. FBAO adalah keadaan darurat anestesi dan bantuan senior harus dicari lebih awal. Teknik harus
disesuaikan dengan konteks klinis namun respirasi spontan harus dijaga sedapat mungkin.
Penatalaksanaan Obstruksi Jalan Napas

PENATALAKSANAAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS


Jalan napas sangat penting kita pertahankan supaya oksigenasi dari atmosfer yang masuk dan
karbondioksida yang keluar dapat berjalan lancar. Oksigenasi yang tidak lancar salah satunya
bisa disebabkan karena adanya sumbatan jalan napas (Obstruksi jalan napas). Hal ini bisa
dikatakan sebagai pembunuh tercepat jika dibandingkan dengan permasalahan pada breathing
dan circulation. Breathing dapat di optimalkan jika airway sudah paten atau baik. Sumbatan
pada jalan napas itu sendiri dibedakan menjadi sumbatan total dan parsial (YAGD 118, 2011)

Obstruksi Total
Korban jika mengalami sumbatan total itu bisa dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Seperti halnya pada korban saat makan kemudian tertelan benda asing (makanan) yang
menyumbat jalan napas secara tiba-tiba, maka akan terjadi sumabatan total akut. Sumbatan
total juga bisa terjadi secara perlahan (insidious) yang diawali dari sumbatan parsial terlebih
dahulu, misalnya adanya akumulasi darah di jalan napas yang tidak ditangani dengan segera.
Sumbatan karena benda asing pada jalan napas sering disebut dengan istilahForeign Body
Airway Obstruction (FBAO) (YAGD 118, 2011). Korban sadar yang tersedak biasanya dapat
ditangani dengan cepat jika orang yang ada disekitarnya mengenali tanda-tanda kegawatan
yang timbul saat korban tersebut tersedak.
Kunci keberhasilan dalam penanganan korban yang tersumbat benda asing adalah tanda-
tanda bahwa korban tersebut tersumbat jalan napasnya oleh benda asing. Tanda-tanda korban
yang FBAO antara lain korban akan kesulitan bernapas, batuk yang tidak bersuara,
tidak dapat bersuara, sianosis bahkan tidak dapat bernapas. Selain itu juga bisa terlihat
korban akan memegang lehernya. Jika ditemukan kasus seperti ini, harus segera ditanyakan
pada korban apakah anda tersedak?, jika korban mengangguk berarti korban mempunyai
sumbatan di jalan napas. Segera lakukan teknik membebaskan jalan napas dari sumbatan
benda asing, yaitu pada orang dewasa dengan cara:

Lakukan Heimlich maneuver pada korban sampai benda asing keluar


Jika benda terlihat, lakukan sapuan jari
Aktifkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Cek nadi, jika tidak teraba lakukan resusitasi jantung paru

Cara melakukan Heimlich maneuver dengan posisi korban berdiri atau duduk adalah tangan
kita, kita lingkarkan ke pinggang korban. Posisi tangan kita berada dibawah prosesus
xipoideus (PX) dan diatas umbilicus korban. Korban kita buat sedikit roboh kedepan. Tangan
kiri yang melekat pada perut korban dikepalkan dan tangan kanan berada diatas tangan kiri
kita. Setelah itu tekan yang kuat pada daerah perut korban dengan cepat dari arah dalam
keatas. Jika posisi korban supinasi dan tidak sadar, maka posisi kita adalah berlutut atau
mengangkangi paha klien. Lengan kiri kita diatas lengan kanan atau sebaliknya sesuai dengan
kekuatan tangan dengan posisi dibawa PX dan diatas umbilicus korban. Kemudian dorong
dengan cepat dari arah dalam keatas (Proehl, 1999)
Sumbatan juga bisa terjadi pada anak dan bayi. Angka kematiannya pun cukup tinggi yaitu
sekitar 90% pada anak < 5 tahun. Sedangkan pada bayi 65% terjadi karena adanya aspirasi
cairan. Sumbatan jalan napas bisa terjadi pada anak, karena anak cenderung mempunyai
kebiasaaan untuk memasukkan apapaun yang ada berserakan dilantai ke mulut anak seperti
makanan kecil, permen, mainan kecil dan lain sebagainya. Tanda yang bisa dikenali, jika
sumbatannya ringan pada anak, maka anak masih dapat batuk dan bersuara, tetapi sulit
bernapas. Jika sumbatannya berat, maka korban tidak dapat batuk dan bersuara. Jika
sumbatan ringan, jangan dilakukan apapun, biarkan korban secara fisiologis membersihkan
jalan napasnya sendiri dengan batuk (YAGD 118, 2011). Sumbatan yang berat pada anak
dapat dilakukan penatalaksanaan dengan Heimlich maneuver sampai benda tersebut keluar.
Sedangkan pada bayi yang masih sadar, bisa dilakukan back blowssebanyak 5 kali yang
diikuti dengan 5 x chest thrust berulang-ulang sampai benda keluar atau jatuh tidak sadar.
Jika bayi tidak sadar dan nadi tidak teraba, maka lakukan resusitasi jantung paru (RJP). Dan
saat melakukan ventilasi, pastikan bendanya sudah tidak menyumbat jalan napas. Sapuan jari
tidak direkomendasikan jika benda tidak tampak pada faring karena hal ini akan mendorong
benda tersebut masuk kedalam orofaring dan menyebabkan kerusakan pada organ tersebut
(Proehl, 1999).
Caranya back blows dan chest thrust pada bayi adalah: bayi posisi pronasi diatas lengan
bawah tangan kanan kita. Pegang rahang bayi untuk menopang kepala bayi dengan tangan
kanan. Lakukan back blow dengan tumit tangan kiri kita dengan kuat di antara tulang belikat
korban sebanyak 5 kali. Kemudian posisi bayi dirubah ke posisi supinasi, dengan tangan kiri
menopang kepala dan leher bayi yang ditempatkan diatas paha kita. Lakukan chest thrust
dengan posisi jari setingkat dibawah nipple bayi dan jari tengah dan manis disternum bayi
untuk memberikan tekanan saat chest trust. Dilakukan sampai benda asing keluar (Proehl,
1999).

Obstruksi Parsial
Pada obstruksi parsial, korban masih bisa bernapas, dam masih bisa bersuara. Selain itu
adanya sumbatan parsial juga menimbulkan berbagai suara tergantung dengan penyebabnya.
Seperti halnya suara Gurgling yang timbul karena adanya cairan dijalan napas seperti
akumulasi darah, sekret, aspirasi lambung dan lain-lain. Hal ini biasa diatasi dengan cara
penghisapan atau disebut juga suction. Selain itu ada suara Snoring yang timbul seperti
suara mengorok yang biasanya bisa terjadi pada korban yang tidak sadar yang menyebabkan
lidah jatuh ke belakang. Suara ini juga bisa terjadi jika korban terjadi patah tulang rahang
bilateral. Hal ini bisa diatasi secara manual atau dengan alat untuk menahan lidah jatuh ke
belakang. Ada juga suara Crowing atau Stridor yang disebabkan karena penyempitan larink
atau trakea akibat adanya edema atau bisa juga desakan neoplasma. Edema bisa terjadi jika
terkena luka bakar dan radang. Hal ini bisa diatasi dengan kolaborasi trakeostomi (YAGD
118, 2011).

PUSTAKA
Proehl, J.A. 1999. Emergency Nursing Procedures. 2nd Ed. Philadelphia: W.B. Saunder Company
Tim YAGD 118. 2011. Buku Panduan: Basic Trauma Life Support and Basic Cardiac Life
Support. Edisi ke 4. Jakarta: Yayasan AGD 118

Anda mungkin juga menyukai