Anda di halaman 1dari 7

1.1.

LATAR BELAKANG
Proklamasi adalah sebuah pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat. Pemberitahuan kemerdekaan Indonesia pada
17 Agustus 1945, menandakan suatu ketetapan kebebasan bagi seluruh rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia menunjukkan keberanian dan sikap bangsa Indonesia untuk menentukan
nasibnya sendiri.
Awalnya terdapat perbedaan sikap antara golongan tua dan gologan muda. Golongan tua tidak mempersoalkan jika
kemerdekaan adalah pemberian Jepang, lain halnya dengan golongan muda yang mengagungkan kemerdekaan
Indonesia sebagai hasil perjuangan sendiri.
Perbedaan itu membuat para perjuangan nasionalis Indonesia bekerja keras. Proklamasi bukan berarti perjuangan
selesai, masih ada perjuangann yang lebih berat lagi menanti yaitu perjuangan mempertahankan kemerdekaan itu
sendiri.

2.1 PERISTIWA PENTING SEKITAR PROKLAMASI


2.1.1 Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Peristiwa ini terjadi sehari sebelum
kemerdekaan. Peristiwa ini terjadi karena pertentangan antara golongan muda dan golongan tua dalam menentukan
waktu diproklamasikannya kemerdenaan Negara Republik Indonesia. Golongan muda yang tergabung dalam
Angkata Muda Indonesia yang dipimpin oleh Chaerul Saleh telah mengetahui menyerahnya Jepang tanpa syarat
kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945 mereka mengetahui kekalahan Jepang melalui siaran rasio BBC di Bandung
dan 15 Agustus. Kemudian mereka mengadakan pertemuan, dan hasil pertemuan itu adalah Indonesia harus segera
memproklamasikan kemerdekaanya. Mereka berpendapat bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa termasuk
Indonesia, tanpa bergantung kepada bangsa dan negara manapun.
Pada hari yang sama Sokarno dan Moh. Hatta kembali ke tanah air setelah memenuhi panggilan Panglima Mandala
Asia Tenggara Marsekl Terauchi di Saigon, Vietnam. Golongan tua yang dipimpin oleh Soekarno dan Hatta lebih
memilih melihat perkembangan selanjutnya, karena proklamasi kemerdekaan harus terorganisasi dan melalui rapat
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 seperti yang telah disepakati dalam pertemuan di Saigon. Pendapat itu tidak
ditanggapi oleh golongan muda. Mereka tetap pada prinsipnya, sehingga terjadi perbedaan paham antara golongan
tua dan golongan muda. Golongan muda memutuskan untuk mengamankan Soekarno dan Hatta ke Luar kota, yakni
ke Rengasdengklok sebelah timur Jakarta. Diungsikannya kedua tokoh ini leh golongan muda bertujuan untuk
menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang.
Golongan muda tetap memaksa kepada kedua tokoh itu untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan tanpa campur
tangan Jepang dan sesegera mungkin dikumandangkan. Namun, usaha para golongan muda ini tidak berhasil. Kedua
tokoh itu teap pada pendiriannya. Shodanco Singgih yang berada di pihak golongan muda berbicara dengan
Soekarno. Akhirnya Soekarno bersedia untuk memproklamasikan kemerdekan Indonesi dengan segera setelah
kembali ke Jakarta. Berdasarkan pernyataan itu, Singgih segera kembali ke Jakarta untuk menyampaikan rencana
proklamasi kepada kawan kawannya.
Para tokoh lannya yang berada di Jakarta, yakni Ahmad Seobardjo yang mewakili golongan tua dan Wikana yang
mewakili golongan pemuda, telah sepakat menentukan tempat dikumandangkannya proklamasi di Jakarta. Atas
kesepakatan itu kemudian Jusuf Kunto (golongan pemuda) mengantar Ahmad Soebardjo bersama sekretaris
pribadinya pergi menjemput Soekarno Hatta. Pukul 17.30 WIB rombongan tiba di Jakarta dengan selamat.
Penyusunanteks proklamasi disepakati akan dilakukan di rumah kediaman Laksamana Tadashi Maeda. Rombongan
yang tiba di Jakarta langsung menuju urmah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 (sekarang
Perpustakaan Nasional, Depdiknas).
2.1.2 Penyusunan Tesk Proklamasi
Sebelum pembicaraan pembuatan naskah teks proklamasi dimulai, Soekarno Hatta telah mengemui Mayor Jenderal
Nishimura untuk menjajaki sikapnya mengenai proklamasi kemerdekaan. Mereka ditemani oleh Laksamana Tadashi
Maeda. Singetada Nishijima, Tomegoro Yoshizumi, dan Miyoshi sebagai penerjemah. Dalam pertemuan itu
disepakati agar pemerintah Jepang tidak menghalangi pelaksanaan proklamasi kemerdekaan yang akan dilakukan
oleh rakyat Indonesia.
Setelah pertemuan itu, Soekarno Hatta kembali ke rumah Laksamana Tadashi Maeda untuk menyusun naskah
proklamasi kemerdekaan Indonesia Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura bersama tiga tokoh pemuda,
yaitu Sukami, Soediro dan B.M Diah menyaksikan Soekarno Moh Hatta dan Ahmad Soebardjo membahas
perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Menjelang subuh, naskah proklamasi yang masih berupa
konsep yang ditulis oleh Soekarno dibacakan dan dibahas kembali. Soekarno yang mendapat dukungan dari Moh.
Hatta menyarankan agar mereka bersama sama menandatangani naskah proklamasi selaku wakil bangsa Indonesia
namun golongan pemuda menentangnya.
Sukarni yang mewakili golongan pemuda mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi kemerdekaan
Indonesia adalah Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul itu disetujui oleh hadirin yang ada, Kemudian
Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik berita naskah itu berdasarkan naskah hasil tulisan tanganya
dengan perubahan yang telah disetujui.
Semula pembacaan teks proklamasi akan dibacakan di Lapangan Ikada (sekarang bagian tenggara lapangan
Monumen Nasional) atas usulan Sukarni. Namun Soekarno khawatir akan terjadi bentrokan fisik antara rakyat
Indonesia dengan tentara Jepang maka diputuskan bahwa pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia akan
dilaksanakan di rumah kediaman Soekarno, yakni jalan Pegangasaan Timur No. 56 Jakarta pada hari Jumat tanggal
17 Agustus 1945 pukul 10.00 wib.

2.1.3 Detik Detik Proklamasi


Pada 17 Agustus 1945 menjelang fajar, teks proklamasi telah diketik dan siap dibacakan. Dalam suasana pagi, para
pemimpin bangsa Indonesia masing masing meninggalkan rumah Laksamana Tdashi maeda. Mereka pulang ke
rumah masing masing untuk mempersiapkan diri dan menuju rumah kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi, Gedng Perintis Kemerdekaan) tepat pukul 10.30 wib.
Namun, tanpa diduga pada hari itu yang bertepatan dengan bulan Suci Ramadhan, barisan pemuda berbondong
bondong datang ke Lapangan Ikada. Pihak Jepang telah mengetahui kegiatan para pemuda pada malam perumusan
teks Proklamasi. Tentara Jepang berusaha untuk menghalang halanginya dengan menjaga Lapangan Ikada.
Pemimpin Barisan Pelopor, Sudiro melaporkan keadaan tersebut kepada dr.Muwardi (Kepala Keamanan Soekarno)
Ia mendapat penjelasan, bahwa proklamasi tidak dilaksanakan di Lapangan Ikada, tetapi di depan rumah kediaman
Soekarno. Sudiro segera kembali ke lapangan Ikada untuk memberitahukan anak buahnya.
Sejak pagi hari, rumah Soekarno dipadati oleh massa pemuda. Mereka berbaris untuk menjaga keamanan upacara
pembacaan proklamasi, dr. Muwardi meminta kepada beberapa orang anak buahnya untuk berjaga jaga di sekitar
rumah Soekarno dan juga dibantu pasukan yang dipimpin Cudanco Arifin Abdurahman.
Para pemimpin bangsa Indonesia menjelang Pukul. 10.00 telah berdatangan ke Pegangangsaan Timur di antara
mereka adalah :
Dr. Buntaran Martoatmodjo, Mr. Latuharhary, Anwar Tjokroaminoto, Otto Iskandardinata, Sam Ratulangi, Mr.
Sartono, Pandu Kartawiguna, Dr. Muwardi, Mr. A. A Maramis, Abikusno Tjokrosuyoso, Harsono Tjokroaminoto,
Ki Hajar Dewantara, K.H Mas Mansyur, Sayuti Melik, M. Tabrani, A.K Pringgodigdo, dll
2.1.4 Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 wib Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia telah
dikumandangkan. Pada hari itu pula berita proklamasi telah menyebar luas ke seluruh Jakarta, kemudian
disebarluaskan ke seluruh Indonesia. Proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Konter Domei
(kantor berita saat pendudukan Jepang), Waidan B Palenewen ia menerima teks dari seorang wartawan Domei
bernama Syahruddin.
Waidan B. Palenewen segera memerintahkan F. Wuz untuk menyiarkan berita Proklamasi tiga kali berturut turut.
Teks proklamasi baru disiarkan dua kali, tentara Jepang masuk ke ruangan radio dan memerintahkan agar penyiaran
berita itu dihentikan. Waidan B Palenewen tetap memerintahkan F. Wuz untuk terus menyiarkan setiap setengah jam
sampai dengan pukul 16.00 Pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita tersebut dan
menyatakan sebagai kekeliruan.
Pada tanggal 20 Agustus 1945, Jepang menyegel pemancar radio dan para pegawai radio dilarang masuk. Para
pemuda membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa teknisi radio, seperti Sukarman, Sutamto, Susilahardja,
dan Suhendar. Peralatan yang dipakai untuk siaran diambil dari Kantor Berita Domei. Peralatan itu dibawa ke rumah
Waidan B. Palenewen dan sebagian ke Menteng 31 para pemuda merakit pemancar baru dengan kode panggilan
DJK I, dari sinilah berita Proklamasi tidak terbatas lewat radio, melainkan lewat pers dan suara selebaran. Pada
tanggal 20 Agustus 1945, hampir seluruh surat kabar di Jawa memuat berita Proklamasi dan UUD Negara Republik
Indonesia. Dengan demikian rakyat Indonesia telah bahu membahu menyebarkan berita penting dan bersejarah itu
ke seluruh Tanah Air.
2.2 PERANAN BPUPKI DAN PPKI DALAM KEMERDEKAAN INDONESIA
2.2.1 BPUPKI
Pada bulan Juli 1944 kedudukan Jepang semakin terdesak dalam Perang Pasifik. Pasukan jepang di Pulau Saipan
jatuh ke tangan pasukan Amerika Serikat. Dengan jatuhnya Pulau Saipan, kedudukan Jepang semakin terancam.
Begitu pula di berbagai wilayah, peperangan tentara Jepang selalu menemui kekalahan, dalam keadaan seperti
itulah, pada tanggal 9 September 1944 Perdana Menteri Koiso memberikan janji kemerdekaan kepada rakyat
Indonesia. Penyampaian janji itu bertujuan untuk menarik simpati rakyat Indonesia agar mau membantu Jepang.
Pada tanggal 1 Maret 1945, kekalahan jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas, sehingga Jenderal Kumakici
Herada mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus yang bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia yang bernama Dokuritzu Zyunbi Coosakai atau Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Didirikannya BPUPKI bertujuan untuk mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting mengenai masalah tata
pemerintaan Indonesia merdeka. Badan ini beranggota 60 orang tokoh bangsa Indonesia dan 7 orang bangsa Jepang,
bangsa Jepang hanya bertugas sebagai saksi. K.R.T. Radjiman Widyodiningrat (seorang nasionalis tua) ditunjuk
sebagai ketua. Sedangkan wakil ketua adlah R. Surono dan seorang lagi dari pihak Jepang.
Pada tanggal 29 Mei 1945, BPUPKI diresmikan yang dihadiri oleh seluruh anggotadan dua orang pambesar militer
Jepang, yaitu Panglima Tentara Wilayah Ketujuh Jenderal Izajaki yang menguasai Jawa Serta Panglima. Tentara
Wilayah Keenambelas Jenderal Yaicio Nagano. Sidang itu berlangsung dari tanggal 29 Mei sampai dengan 1 juni
1945.
Dalam sidang ini dibicarakan dasar filsafat Negara Indonesia merdeka, kemudian dikenal dengan Pancasila. Tokoh-
tokoh yang mengusulkan dasar negara itu diantaranya Mr. Muh. Yamin, Prof. Dr.Soepomo, dan Soekarno. Soekarno
mengajukan lima rancangan dasar Negara Indonesia merdeka yang diberi nama Pancasila. Kelima rancangan dasar
yang diajukan itu adalah;
a. Kebangsaan Indonesia.
b. Internasionalisme atau peri kemanusiaan.
c. Mufakat atau demokrasi.
d. Kesejahteraan sosial.
e. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2.2.2 PPKI
Setelah persidangan pertama selesai, BPUPKI menunda persidangan hingga bulan juli 1945. Namun pada tanggal 22
juni 1945, sembilan orang anggota, yaitu: (Soekarno, Mr.Muh.Yamin, Mr.A.A.Maramis, Wachid Hasyim,
Moh.Hatta, Mr.Ahmad Soebardjo, Abduljahar Muzakar, Abikusno Tjokrosujoso). Membentuk panitia sembilan atau
lebih dikenal dengan sebutan Panitia Kecil. Panitia kecil ini menghasilkan dokumen yang berisi asas dan tujuan
Negara Indonesia merdeka. Dokumen ini dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Adapun isi dari Piagam Jakarta, adalah:
1. Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat- syariat Islam bagi para pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persauan Indonesia.
4. kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratandan perwakilan.
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Piagam Jakarta kemudian ditetapkan menjadi mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, setelah diadakannya
perubahan pada sila pertama, yaitu Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat-syariat Islam bagi para
pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Setelah panitia sembilan menetapkan mukadimah UUD 1945, mereka mengajukan pembentukan PPKI sebagai
pengganti BPUPKI. Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan
kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau
Dokuritzu Zyunbi Inkai yang mengganti BPUPKI.
Pada tanggal 9 agustus 1945, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Ratjiman Widyodiningrat berangkat ke
Saigon, Dalat (Vietnam Selatan) untuk memenuhi panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara Marsekal Terauchi.
Ketiga tokoh bangsa Indonesia itu dipanggil untuk membicarakan tentang kemerdekaan Indonesia yang
pelaksanaannya akan dilakukan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI.
Dalam sidang PPKI berhasil menyusun landasan dasar proklamasi kemerdekaan Indonesia. Landasan itu adalah
landasan dasar nasional dan landasan dasar internasional. Landasan tersebut tercermin di dalam Pembukaan UUD
1945, sekaligus merupakan Dekralasi Kemerdekaan Indonesia.

2.3 PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA


Upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai upaya, yaitu perlucutan senjata Jepang,
menghadapi tentara sekutu dan NICA, serta perjuangan politik untuk mendapatkan pengakuan internasional.
Kedatangan pihak sekutu ke Indonesia dengan tujuan melepaskan tawanan perang tentara sekutu dari Jepang dan
melucuti tentara Jepang pada awalnya diterima dengan baik oleh rakyat Indonesia. Namun setelah tahu kedatangan
sekutu diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dengan tujuan Belanda ingin menguasai
kembali wilayah Indonesia, akhirnya terjadilah konflik di berbagai daerah di Indonesia. Pada masa itu Belanda
melalui pemimpin Van Mook membentuk Negara-negara bagian, yaitu NIT (Negara Indonesia Timur), Negara
Pasundan, Daerah Istimewa Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatra Timur, Negara Jawa Timur.
2.3.1 Perjuangan Bersenjata
1. Pertempuran Lima Hari di Semarang (14-19 Oktober 1945)
Pada peristiwa ini gugur Dokter Karyadi yang ditembak pasukan Jepang. Akhirnya pecah perang antara pasukan
Jepang dengan rakyat Indonesia dan pasukan Jepang yang mengakibatkan banyaknya korban.
2. Peristiwa heroik di Surabaya
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 diawali dengan ultimatum dari pasukan sekutu (Inggris) pada
bangsa Indonesia untuk menyerahkan senjata dengan membawa bendera putih sebagai tanda menyerah pada sekutu
sebagai akibat tewasnya Brigjen Mallaby. Namun sampai batas waktu yang dijanjikan tidak diindahkan akhirnya
terjadilah pertempuran yang mengakibatkan banyaknya jatuh korban.
3. Bandung Lautan Api
Peristiwa ini terjadi pada bulan Oktober 1945 ketika pasukan sekutu memasuki kota Bandung untuk mengambil alih
tawanan Jepang dan melucuti senjata mereka. Pihak Sekutu juga meminta Indonesia untuk menyerahkan senjata
yang berhasil dirampas dari pihak Jepang. Namun permintaan itu tidak dihiraukan oleh Indonesia akhirnya tanggal
23 Maret 1946 meletuslah pertempuran tersebut. Adanya perintah dari pusat untuk mengosongkan kota Bandung,
akhirnya pasukan meninggalkan kota Bandung dengan terlebih dahulu membumihanguskan kota Bandung bagian
selatan.
4. Peristiwa Medan Area
Peristiwa ini bermula dengan kedatangan pasukan sekutu yang diboncengi NICA pada tanggal 9 Oktober 1945.
Kedatangan mereka yang bermaksud untuk memperkuat pasukan Westerling (Belanda) yang diterjunkan
sebelumnya akhirnya memberikan kesimpulan bahwa Belanda bermaksud untuk menjajah kembali. Akhirnya terjadi
ketegangan-ketegangan yang menimbulkan konflik antara Inonesia dengan Belanda.
5. Peristiwa Merah Putih di Menado
Terjadi pada tanggal 14 Desember 1945 di mana para pemuda Menado yang tergabung dalam pasukan KNIL
bersama rakyat berhasilo merebut Menado, Tomohon, dan Minahasa dari tangan sekutu/Belanda. Daerah yang
direbut tersebut dikibarkan bendera Merah Putih.
6. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Desember 1945 antara pasukan Inggris (Sekutu) melawan pasukan
Indonesia (Divisi V Banyumas) di bawah Kolonel Soedirman.
Dalam pertempuran itu pasukan Indonesia berhasil memukul mundur pasukan Inggris. Untuk mengenangnya
didirikan Monumen Palagan Ambarawa.
7. Pertempuran Puputan Margarana di Bali
Puputan artinya perang habis-habisan. Perang ini terjadi pada tanggal 26 November 1946 antara pasukan Belanda
dan rakyat Bali. Dalam peperangan ini tokoh Ngurah Rai dan seluruh pasukannya gugur.
8. Pertempuran 11 Desember 1946 di Sulawesi Selatan
Pertempuran ini terjadi di wilayah Sulawesi Selatan sperti Polongbangkeng, Pare-Pare, dan Luwu. Pejuang yang
gugur salah satunya yaitu Emmy Saelan.
9. Agresi Militer Belanda I
Terjadi tanggal 21 Juli 1947 di mana Belanda telah melanggar Perjanjian Linggarjati dengan melancarkan serangan
secara tiba-tiba. Serangan tersebut diarahkan di kota-kota besar di Jawa dan Sumatra terutama daerah minyak dan
perkebunan.
10. Agresi Militer Belanda II
Terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta. Serangan ini telah melanggar Perjanjian Renville. Melihat
hal ini, Sukarno dan Hata mengirim radiogram kepada Mr Syarifudin Prawiranegara yang berkunjung di Bukittinggi
Sumatra untuk segera membentuk pemerintahan darurat RI di Bukittinggi.

2.3.2 Perjuangan Melalui Jalur Diplomasi (Perundingan).


1. Perundingan Soekarno Van Mook
Pertemuan dimulai tanggal 23 Oktober 1945 di Gambir. Dalam perundingan ini tidak menghasilkan apa-apa,
namun sebagai langkah awal merintis jalan perundingan selanjutnya.
2. Pertemuan Sutan Syahrir Van Mook Pertama
Pertemuan ini juga tidak menghasilkan keputusan apa-apa karena Belanda tetap berpegang teguh pada isi pidato
Ratu Wilhelmina tanggal 7 Desember 1942.
3. Perundingan Hooge Veluwe
Perundingan ini terjadi tanggal 14 21 April di Hooge Veluwe di kota kecil Belanda. Perundingan ini menemui
jalan buntu yang mengakibatkan hubungan Indonesia Belanda semakin memburuk.
4. Perundingan Linggarjati
Perundingan ini menghasilkan :
1. Belanda mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
2. Pemerintah Belanda bersama RI akan bersama-sama mendirikan Negara Indonesia Serikat (NIS) tanggal 1
Januari 1949
3. RI dan Belanda merupakan satu uni (gabungan) yang dikepalai Ratu Belanda
5. Perundingan Renville
Hasil dari perundingan ini :
1. Akan dibentuk RIS (Republik Indonesia Serikat)
2. Belanda akan tetap berkuasa di Indonesia sampai saat penyerahan kedaulatan.
3. Kedudukan RIS sejajar dengan Belanda
4. RI merupakan bagian dari RIS
5. Pasukan RI harus ditarik keluar dari daerah pendudukan yang berhasil direbutnya.
6. RI harus mengakui daerah yang berhasil diduduki Belanda sejak Agresi Militer Belanda Pertama.
6. Perundingan Roem Royen
Hasil pertemuan ini :
1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya
2. Pemerintah RI dikembalikan ke Yogyakarta
3. Pemerintah RI akan menghadiri KMB
4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan tawanan perang
7. Perundingan Inter Indonesia
Perundingan hanya ke dalam wilayah Indonesia yang diwakili dari RI dan BFO (Negara Bagian Indonesia).
Tujuannya untuk menyamakan langkah dalam menghadapi KMB di Den Haag.
8. Perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar)
Hasil KMB adalah :
1. Belanda mengakui kedaultan RIS (Republik Indonesia Serikat) kecuali wilayah Irian Barat yang akan diselesaikan
dalam waktu satu tahun.
2. Dibentuknya UNI Indonesia-Belanda dengan monarchi Belanda sebagai Kepala Negara.
3. Hutang Hindia Belanda diambil alih oleh RIS.

Anda mungkin juga menyukai