Gibson, John 2002 : Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi . Jakarta : EGC.
3. Etiologi
Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4 (baca : virus dengue tipe 1-4). infeksi oleh satu tipe virus dengue akan
memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang
akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas yang sementara dan parsial terhadap infeksi
virus lainnya. Wabah dengue juga telah dissertai Aedes albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess
sscuttellariss tetapi vector tersebut kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk
tersebut banyak terdapat didaerah perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes aegypti
banyak tinggal di sekitar pemukiman penduduk.
Adapun ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah
a. Berbadan kecil, warna hitam dan belang-belang
b. Menggigit pada siang hari, yaitu rentang waktunya antara Pkl 08.00 10.00 pagi.
c. Gemar hidup di tempat yang gelap dan lembab dan di baju-baju yang bergantungan
d. Badannya mendatar saat hinggap
e. Jarak terbangnya kurang dari 100 meter
f. Banyak bertelur di genangan air yang terdapat pada sisa-sisa kaleng bekas, tempat
penampungan air, bak mandi, ban bekas dan sebagainya.
4. Klasifikasi
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan, uji rumpeleede positf dan mudah
memar.
b. Derajat II
Tanda pada derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit berupa ptekiae dan ekimosis,
epistaksis, muntah darah (hematemesis), melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, gelisah.
d. Derajat IV
Syok berat dimana nadi tidak teraba, tekanan darah tidak dapat diukur, kulit lembab dan dingin,
tubuh berkeringat, kulit membiru. Merupakan manifestasi syok dan seringkali berakhir dengan
kematian.
5. Patofisiologi
Virus dengue ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti yang mempunyai 4 tipe yaiyu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4, dimana keempat jenis ini dapat menyebabkan manifestasi klinis yang
bermaca-macam dari asimptomatis sampai fatal. Dengue fever merupakan manifestasi klinis
yang ringan, sedang Dengue Haemorrhagic Fever merupakan manifestasi klinis yang berat.
Setelah virus masuk ke dalam tubuh, maka akan terjadi replikasi virus kemudian akan terjadi
viremia yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh , sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot
dan sendi, ruam atau bintik merah pada kulit, hiperemi tenggorokan dan pada keadaan yang lebih
berat mungkin akan terjadi pembesaran kelenjar getah bening, hepatomegali dan splenomegali.
Gigitan nyamuk yang pertama mungkin tidak menimbulkan gejala atau dapat juga terjadi dengue
fever yaitu reaksi tubuh ringan yang merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus.
Reaksi akan berat jika penderita mengalami infeksi berulang (ke-2) terutama jika oleh virus yang
berbeda pada infeksi yang pertama sehingga terjadi reaksi antigen-antibody dan akan
menimbulkan kompleks antigen-antibody (kompleks virus-antibody). Keadaan ini dapat
menyebabkan beberapa hal yaitu:
a. Aktivasi system komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoxin yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas dindingpembuluh darah dan terjadinya perembesan plasma dari ruang
intravascular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini menyebabkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura dan renjatan
(syok).
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepakan ADP akan mengalami metamorfosis.
Trombosit yang mengalami metamorfosis akan dimusnahkan oleh system retikuloendotel dengan
akibat trombositopenia hebat dan perdarahan
c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir terjadipembekuan
intravascular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini plasminogen akan menjadi plasmin yang
berperan dalam pembentukkan anafhilatoxin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation
product. Kemudian meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadinya
perembesan plasma dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular
.
6. Tanda dan gejala
a. Demam tinggi dan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari
b. Manifestasi perdarahan : uji rumpeleede positif, ptekiae, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, melena
c. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, nyeri ulu
hati
d. Nyeri sendi , nyeri kepala, nyeri otot, rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita),
hepatomegali, splenomegali
e. Kadang ditemui keluhan batuk pilek dan sakit menelan.
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Labotatorium
1) Darah
a) Trombosit
b) Hemoglobin
c) Hematokrit
d) Elektrolit serum
e) Pemeriksaan gas darah
2) Urine
b. Pemeriksaan radiology
c. USG
8. Penatalaksanaan medis
a. Pemberian minum 1- 2 liter per hari, pemberiaan oralit, jus buah juga baik untuk mengatasi
kekurangan volume cairan
b. Antipiretik
c. Kompres hangat
d. Monitor TTV dan tanda-tanda perdarahan
e. Antibiotic
f. Diazepam, jika kejang
g. Pemberian cairan intravena (Ringer Lactat, Nacl 0,9 %, Dextrose 5 %)
h. Bila hematokrit meningkat beri cairan plasma (Dekstran, albumin 5 %)
i. Pemberian tranfusi darah
j. Jika asidosis metabolic beri natrium Bikarbonat
9. Komplikasi
a. Syok hipovolemik
b. Anoksia jaringan
c. Asidosis metabolic
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang berhubungan dengan pindahnya cairan
dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular
c. Risiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang
tidak adekuat
e. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Kebutuhan pembelajaran mengenai kondisi, prognosis dan program pengobatan mengenai
penyakit DHF yang berhubungan dengan kurangnya pemajanan informasi
3. Rencana Keperawatan
a. Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : hipertermi dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
1) Suhu tubuh normal (36-370 C)
2) Pasien mengatakan tidak panas lagi
Rencana tindakan :
1) Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
Rasional : keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien di rumah sakit
3) Beri kompres hangat di daerah ketiak dan dahi
Rasional : kompres hangat memberikan efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat
meningkatkan pengeluaran panas tubuh melalui pori-pori
4) Anjurkan klien banyak minum 1-2 liter / hari
Rasional : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
5) Anjurkan klien untuk istirahat di tempat tidur / tirah baring
Rasional : mencegah terjadinya peningkatan metabolisme tubuh dan membantu proses
penyembuhan
b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang berhubungan dengan pindahnya cairan
dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
1) Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan vaskuler yang ditandai dengan TTV stabil
dalam batas normal
2) Produksi urine 1 cc/KgBb/jam
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Rencana tindakan :
1) Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan (selaput mukosa kering, rasa haus dan produksi
urine menurun)
Rasional : deteksi dini kurang volume cairan
3) Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar
Rasional : mengetahui keseimbangan cairan yang masuk dan keluar
4) Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan jumlah cairan infuse
Rasional ; minum cukup untuk menambah volume cairan dan sesuaikan dengan cairan infuse
untuk mencegah kelebihan cairan
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena
Rasional : program cairan intravena sangat penting bagi pasien yang mengalami deficit volume
cairan dengan keadaan umum yang jelek karena cairan yang masuk langsung ke pembuluh darah
6) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan trombosit, hematokrit dan
hemoglobin
Rasional : mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang
tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sasaran :
1) Klien mengalami peningkatan selera makan dan mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang
disediakan
2) Mual, muntah hilang
3) Berat badan dalam batas normal
Rencana tindakan :
1) Kaji keluhan mual, muntah dan anoreksia yang dialami pasien
Rasional : untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien
2) Kaji pola makan pasien, catat porsi makan yang dihabiskan setiap hari
Rasional : mengetahui masukan nutrisi pasien
3) Timbang berat badan pasien setiap hari
Rasional : mengetahui kecukupan nutrisi pasien
4) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makan dalam porsi kecil tetapi sering
Rasional : mencegah pengosongan lambung
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy antiemetik dan vitamin
Rasional : antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah, vitamin untuk meningkatkan selera
makan dan daya tahan tubuh pasien
Sasaran :
1) Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
2) Klien dapat mandiri untuk mandi, makan, eliminasi dan berpakaian
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas
Rasional : mengetahui kemampuan pasien dalam beraktivitas
2) Libatkan keluarga/orang tua dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien
Rasional : memberikan dorongan kepada pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
3) Anjurkan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien
Rasional : agar klien berpartisipasi dalam perawatan diri
4) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari jika pasien belum mampu sendiri
Rasional : bantuan yang tepat perlu dilakukan agar pasien tidak memaksakan diri beraktivitas
sementara dirinya belum mampu sehingga kelelahan pasien dapat dihindari
4. Evaluasi
a. Suhu tubuh normal (36-370 C).
b. Kekurangan volume cairan vascular tidak terjadi dan pasien tidak mengalami kekurangan
volume cairan.
c. Syok hipovolemik tidak terjadi, pasien tidak mengalami perdarahan yang berlebihan seperti
hematemesis, melena, perdarahan gusi, epistaksis dan ptekiae.
d. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
e. Aktivitas dan latihan pasien dapat dilakukan secara mandiri
f. pengetahuan pasien / keluarga tentang kondisi, prognosis dan program pengobatan penyakit
DHF bertambah
Patoflow
Infeksi virus dengue I
(tidak ada gejala , dengue fever ringan membaik)
Viremia
Aktivasi system agregasi Aktivasi faktor Hageman
Komplemen trombosit (faktor XII)
Demam (Dp 1)
Mual, muntah (Dp 4) Dikeluarkannya zat ADP Plasminogen
anafilatoxin dilepaskan menjadi plasmin
Anoreksia (Dp 4)
Lemah (Dp 5) Peningkatan permeabilitas metamorfosis Penghancuran fibrin
Kapiler trombosit dan pembentukan
Nyeri otot anafilatoxin
Nyeri kepala Perembesan plasma dari trombosit di
ruang intra ke ekstravaskular musnahkan oleh RES Peningkatan
Hepatomegali permeabilitas
Splenomegali kapiler
Trombositopenia
Perembesan plasma
Kadang diare dari ruang intra
konstipasi, Tanda-tanda perdarahan ke ruang ektra
sakit menelan, ringan : ptekiae,perdarahan vascular (Dp 2)
batuk,pilek gusi, mimisan (Dp 3)
Tidak teratasi
Perdarahan hebat
( dapat terjadi di seluruh bagian tubuh)
Saluran pencernaan : hematemesis, melena
Saluran perkemihan : hematuri (Dp 3)
Hemokonsentrasi
Volume plasma berkurang
Efusi
Syok
Anoksia jaringan
Asidosis metabolic
Kematian
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual-Moyet.(2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :
EGC.
Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF edisi 1. Jakarta : EGC
Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta ; EGC
Mansjoer, Arif et all. 2000. Kapita selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media aesculapius
Monica, Ester. 1999. Demam Berdarah Dengue ( Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan
Pengendalian. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2001. Fisiologi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika
Suyono, Slamet. 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 3. Jakarta ; FKUI
Like this:
Suka
Be the first to like this.
Posts navigation
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Ca Mamae
ASKEP KEGAWATDARURATAN AKIBAT ASMA
2 comments on Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF
1.
makasih,,
Balas
2.
mksih.
Balas
Tinggalkan Balasan
guest
1342353917
GUDANG:
LARIS MANIS:
o Asuhan Keperawatan Anak dengan
o ASKEP KEGAWATDARURATAN AKIBAT
o ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
o ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
o ASKEP GAWAT DARURAT KETOASIDOS
o ASKEP OSTEOMIELITIS
o PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELE
o ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
o ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
o ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
HOT THREADS
o Pilih Yesus Ketimbang Obama atau Romney
o ASKEP PADA PADA PENYAKIT ADDISON (KRISIS ADRENAL)
o ASKEP OSTEOMIELITIS
o YANG HARUS ANDA TAHU TENTANG FLORENCE NIGHTINGALE
(PELOPOR PERAWAT MODERN) 4
o PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
o ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GOUT
o ASKEP GAWAT DARURAT KETOASIDOSIS DIABETIK
o ASKEP KEGAWATDARURATAN AKIBAT ASMA
Komentar Terakhir
Franklin on ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
KOMPAS
o Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi
nanti.
DETIK
o Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi
nanti.
KESEHATAN
o 5 Penyebab Dehidrasi pada Bayi
o Nikmatnya Posisi Missionary
o Aktivitas Selama Hamil Bikin Jantung Bayi Sehat
o Cara Mudah untuk Tidur Lebih Nyenyak
o Cegah Perut Buncit dengan Kedelai
o Peran Ibu Menumbuhkan Kecerdasan Anak
o Penyakit Hubungan Seksual
Follow Nurse87
Get every new post delivered to your Inbox.
Enter your
Sign me up
Powered by WordPress.com