Anda di halaman 1dari 19

Asam salisilat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Asam salisilat

Nama IUPAC[sembunyikan]
Asam 2-hidroksibenzoat
Identifikasi
Nomor CAS [69-72-7]
PubChem 338
Nomor EINECS 200-712-3
SMILES OC(=O)c1ccccc1O

Sifat
Rumus molekul C7H6O3
Massa molar 138,12 g/mol
Densitas 1,44 g/cm3
Titik lebur 159 C
Titik didih 211 C (2666 Pa)
Kelarutan dalam kloroform, kloroform 0,19 M; etanol 1,84
etanol, metanol M; metanol 2,65 M [1]
Senyawa terkait
Metil salisilat,
Asam benzoat,
Fenol, Aspirin,
Senyawa terkait Asam 4-hidroksibenzoat,
Magnesium salisilat,
Bismut subsalisilat,
Asam sulfosalisilat
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25C, 100 kPa)

Sangkalan dan referensi

Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang
dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar,
yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di
samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang paling dikenal asalah asam
asetilsalisilat.

Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa Latin: salix), yang memiliki
kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari situlah manusia mengisolasinya. Penggunaan
dedalu dalam pengobatan tradisional telah dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah
suku Indian seperti Cherokee. Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan dalam
pembuatan obat aspirin.

Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asa

Asam salisilat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Asam salisilat

Nama IUPAC[sembunyikan]
Asam 2-hidroksibenzoat
Identifikasi
Nomor CAS [69-72-7]
PubChem 338
Nomor EINECS 200-712-3
SMILES OC(=O)c1ccccc1O

Sifat
Rumus molekul C7H6O3
Massa molar 138,12 g/mol
Densitas 1,44 g/cm3
Titik lebur 159 C
Titik didih 211 C (2666 Pa)
Kelarutan dalam kloroform, kloroform 0,19 M; etanol 1,84
etanol, metanol M; metanol 2,65 M [1]
Senyawa terkait
Metil salisilat,
Senyawa terkait Asam benzoat,
Fenol, Aspirin,
Asam 4-hidroksibenzoat,
Magnesium salisilat,
Bismut subsalisilat,
Asam sulfosalisilat
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25C, 100 kPa)

Sangkalan dan referensi

Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang
dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar,
yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di
samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang paling dikenal asalah asam
asetilsalisilat.

Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa Latin: salix), yang memiliki
kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari situlah manusia mengisolasinya. Penggunaan
dedalu dalam pengobatan tradisional telah dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah
suku Indian seperti Cherokee. Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan dalam
pembuatan obat aspirin.

Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asa

Sabtu, 14 Februari 2009


Parasetamol dan Salisilamid

Parasetamol dan Salisilamid

Parasetamol dan salisilamid sama-sama berkhasiat sebagai analgetik dengan parasetamol juga
mempunyai khasiat antipiretik. tapi keduanya mempunyai efek anti inflamasi yang lemah sehingga tidak
bisa digunakan untuk mengobati rematik. Menurut beberapa literatur yang telah gw baca, penggunaan
kedua obat ini secara bersamaan tidak memberikan efek yang signifikan dalam artian gak sinergis. PCT
gak akan meningkatkan kerja salisilamid dan sebaliknya salisilamid gak kan membantu kerja PCT. tapi
dalam industri farmasi ini berguna dalam meraih benefit.

adalah suatu polifarmasi bagi pasien yang menggunakannya. alih2 mendapat efek yang lebih baik, efek
samping justru semakin meningkat. sebagaimana diketahui, golongan salisilat dapat mengiritasi
lambung sehingga harus dikonsumsi dalam keadaan perut berisi atau setelah makan. pemberian
sebelum makan justru akan meningkatkan keasaman lambung sehingga timbul nyeri.
suatu tindakan yang lebih efektif bila kita hanya mengkonsumsi salah satu jenis obat saja bila
mempunyai keluhan demam, sakit kepala, sakit gigi, dan atau nyeri2 ringan lainnya. inilah yang
dinamakan terapi obat secara rasional : tepat dosis, tepat indikasi, & waspada efek samping.

diposkan oleh FarmasiKu @ 11:38 AM

<< Beranda

http://sulungfarmasi.blogspot.com/2009/02/parasetamol-dan-salisilamid.html

Analgesik adalah obat penghilang rasa sakit atau nyeri, seperti sakit kepala atau
sendi. Obat-obatan analgesik mempunyai efek antipiretik, yakni mampu
menstabilkan suhu tubuh dan meredakan demam.

Kondisi inilah yang menyebabkan beberapa obat analgesik disebut sebagai


analgesik-antiperitik, seperti; aspirin, parasetamol, dan antalgin.

Analgesik-antiperitik biasanya digunakan untuk


mengobati penyakit dengan gejala demam (suhu
tubuh meningkat) dan nyeri, seperti influenza dan
salesma.

Karena mempunyai efek samping yang ringan, obat


golongan analgesik-antiperitik dijual bebas di
pasaran.

Saat dikonsumsi, obat analgesik ini bekerja di pusat pengatur suhu yang terletak
pada batang otak. Selain itu mampu melebarkan pembuluh darah kulit dan
memicu produksi keringat sehingga semakin banyak panas yang dibuang. Selain
bekerja pada susunan syaraf pusat, analgesik-antiperitik dapat mencegah
pembentukan prostaglandin, yakni zat yang menimbulkan rasa nyeri
dan peningkatan suhu tubuh.
Analgesik-antiperitik terdiri dari empat golongan, yaitu;
Salisilat
Salisilat di pasaran dikenal sebagai aspirin. Dalam dosis tinggi, aspirin mempunyai
khasiat antiradang sehingga sering digunakan untuk mengobati radang sendi
(rematik). Obat ini juga bersifat mengurangi daya ikat sel-sel pembeku darah
sehingga penting untuk segera diberikan pada penderita angina (serangan
jantung), untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah jantung karena
penggumpalan/pembekuan darah. Aspirin dapat menimbulkan nyeri dan
perdarahan lambung, karena itu sebaiknya dikonsumsi setelah makan. Dosis yang
berlebihan dapat menyebabkan telinga berdenging, tuli, penglihatan kabur, bahkan
kematian.
Asetaminofen

Asetaminofen di pasaran dikenal sebagai parasetamol. Obat ini mempunyai


khasiat antiradang yang jauh lebih lemah dari aspirin sehingga tidak bisa
digunakan untuk mengobati rematik. Asetaminofen tidak merangsang
lambung sehingga dapat digunakan oleh penderita sakit lambung.

Piralozon

Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin,


neuralgin, dan novalgin. Obat ini amat manjur
sebagai penurun panas dan penghilang rasa
nyeri. Namun piralozon diketahui
menimbulkan efek berbahaya yakni
agranulositosis (berkurangnya sel darah putih),
karena itu penggunaan analgesik yang
mengandung piralozon perlu disertai resep
dokter.

Asam-mefenamat

Asam mefenamat termasuk obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai


NSAID (Non Steroidal Antiinflammatory Drugs). Asam mefenamat
digunakan untuk mengatasi berbagai jenis rasa nyeri, namun lebih sering
diresepkan untuk mengatasi sakit gigi, nyeri otot, nyeri sendi dan sakit
ketika atau menjelang haid. Seperti juga obat lain, asam mefenamat dapat
menyebabkan efek samping.

Salah satu efek samping asam mefenamat yang paling menonjol adalah
merangsang dan merusak lambung. Sebab itu, asam mefenamat sebaiknya
tidak diberikan pada pasien yang mengidap gangguan lambung.

OBAT ANALGESIK ANTIPIRETIK

Obat saraf dan otot golongan analgesik atau obat yang dapat menghilangkan rasa sakit/ obat
nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh.

Analgesik sendiri dibagi dua yaitu :


1. Analgesik opioid / analgesik narkotika Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang
memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.

Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk


mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan
mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi.

Ada 3 golongan obat ini yaitu :

1. Obat yang berasal dari opium-morfin,


2. Senyawa semisintetik morfin, dan
3. Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

2. Analgesik lainnya, Seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino fenol seperti
paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibuprofen, asam mefenamat, naproksen/naproxen
dan banyak lagi.

Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia :

1. Paracetamol/acetaminophen

Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai


analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik,
parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati
analgesik.

Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.

Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan


efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
2. Ibuprofen

Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini
bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya
sama dengan aspirin.

Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.

3. Asam mefenamat

Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada
protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek
samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain
terhadap mukosa lambung.

4. Tramadol

Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol
pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang
memerlukan waktu yang lama.

Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum dengan dosis lebih besar
atau lebih lama dari yang diresepkan dokter.

Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari.

5. Benorylate

Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan
sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini
bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang
terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk
anak yang mengidap Sindrom Reye.

6. Fentanyl

Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan


sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl
digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.

Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara
menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat
Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika.
Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa
efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian
yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila
pemakaiannya sesuai dengan aturan.

Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga


untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap
dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.

7. Naproxen

Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja dengan


cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.

8. Obat lainnya

Metamizol, Aspirin (Asetosal/ Asam asetil salisilat), Dypirone/Methampiron,


Floctafenine, Novaminsulfonicum, dan Sufentanil.

Untuk pemilihan golongan obat analgesik dan antipiretik yang tepat ada baiknya anda harus
periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Di medicastore anda dapat mencari informasi obat seperti : kegunaan atau indikasi obat, generik
atau kandungan obat, efek samping obat, kontra indikasi obat, hal apa yang harus menjadi
perhatian sewaktu konsumsi obat, gambar obat yang anda pilih hingga harga obat dengan
berbagai sediaan yang dibuat oleh pabrik obat. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat sesuai
dengan kebutuhan anda.

Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan
sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang non-steroid (NSAID) seperti
salisilat, obat narkotika seperti morfin dan obat sintesis bersifat narkotik seperti tramadol.

NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja melegakan sakit, malah obat ini
juga bisa mengurangi demam dan kepanasan. Analgesik bersifat narkotik seperti opioid dan
opidium bisa menekan sistem saraf utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan (noisepsi).
Obat jenis ini lebih berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan NSAID.

Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersama parasetamol dan
kodein dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep). Gabungan obat ini juga turut
dijumpai bersama obat pemvasocerut seperti pseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat
antihistamin untuk alergi.

Jenis-jenis obat analgesik ialah:


Aspirin
Asetaminofen
Kodein

Analgesik, antiinflamasi

Analgesik

adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan
memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita.

Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena
mikroorganisme (non infeksi).

Gejala inflamasi

Inflamasi dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya
terganggu.
Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya permeabilitas vaskuler dan
migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit,
fungsinya terganggu. Mediator yang dilepaskan antara lain histamin, bradikinin, leukotrin,
Prostaglandin dan PAF.

Penanganan inflamasi

1 Derivat Asam Salisilat Aspirin, Benorilat, Diflunisal, Salsalat


2 Derivat Asam Propionat As.Tiaprofenat, Fenbufen, Flurbiprofen,
Ibuprofen, Ketoprofen, Naproksen
3 Derivat.As.Fenamat As.Mefenamat, Meklofenamat
4 Derivat As.Fenilasetat Diklofenak, Fenklofenak
5 Derivat Oksikam Piroksikam, Tenoksikam
6 Der.As.Asetat inden/indol Indometasin, Sulindak, Tolmetin
7 Deriva Pirazolon Azapropazon, Fenilbutazon, Oksifenbutazon
Analgesik, antipiretik

Analgesik

adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan
memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan,
berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan
kerusakan tersebut.

Sedangkan antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi).
Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik.

Gejala Nyeri dapat digambarkan sebagai rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas seperti
rasa terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri yang hilang timbul dan
berbeda tempat nyeri.

Apa yang menyebab kan nyeri ?

Nyeri terjadi jika organ tubuh, otot, atau kulit terluka oleh benturan, penyakit, keram, atau
bengkak. Rangsangan penimbul nyeri umumnya punya kemampuan menyebabkan sel-sel
melepaskan enzim proteolitik (pengurai protein) dan polipeptida yang merangsang ujung saraf
yang kemudian menimbulkan impuls nyeri. Senyawa kimia dalam tubuh yang disebut
prostaglandin beraksi membuat ujung saraf menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri oleh
polipeptida ini.
Penanganan Nyeri

Obat-obat yang dapat mengurangi nyeri antara lain:

Golongan Para amino fenol asetaminofen (Parasetamol ), fenasetin


Golongan Pirazolon dipiron (antalgin)
Derivat Asam Salisilat Aspirin, Benorilat, Diflunisal, Salsalat

1 Derivat.As.Fenamat As.Mefenamat, Meklofenamat


2 Derivat Asam Propionat As.Tiaprofenat, Fenbufen, Flurbiprofen, Ibuprofen, Ketoprofen,
Naproksen
3 Derivat As.Fenilasetat Diklofenak, Fenklofenak

yeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan tanda
bahaya tentang adanya gangguan di tubuh. Mekanisme nyeri adalah sebagai berikut rangsangan
diterima oleh reseptor nyeri, di ubah dalam bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri di
korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di kembalikan ke perifer dalam bentuk
persepsi nyeri.
Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan
dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik seperti tekanan,
tusukan jarum, irisan pisau dan lain-lain.
2. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu, Rata-rata manusia akan
merasakan nyeri jika menerima panas diatas 45 C, dimana mulai pada suhu tersebut jaringan
akan mengalami kerusakan
3. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat yang di
sebut mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antaralain: bradikinin, serotonin,
histamin, asetilkolin dan prostaglandin. Bradikinin merupakan zat yang paling berperan dalam
menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang berperan dalam
menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik, Zat P dan ion K+ (ion K positif ).

Proses Terjadinya Nyeri


Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada
setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem
Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut A bermielin halus bergaris tengah 2-5 m, dengan
kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan
diameter 0.4-1.2 m, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.
Serabut A berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang
jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan
menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.
Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus
spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus
posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post
sentral dari korteks otak.
Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain
a. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis
- Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat contoh nyeri
trauma
- Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh kanker
b. Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya nyeri
- Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya kerusakan atau
gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah ditangani, contoh Nyeri karena tertusuk
- Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri karena trauma di
hati atau paru-paru.
- Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh nyeri angina.
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
- Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas
- Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. contohnya Nyeri yang
diakitbatkan oleh kelainan pada susunan saraf.
Semoga Bermanfaat
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan
jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui
serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula
spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan
didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi
sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan
nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang
dilepaskan karena trauma/inflamasi.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah
berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke
system saraf pusat.
Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:
1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus
mekanis terhadap nosiseptor.
2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf
( neliola, et at, 2000 ).
3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.
4. Nyeri spikologik

Berdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai dalam istilah nyeri
osteoneuromuskuler, yaitu :
1. Nociceptor mechanism.
2. Nerve or root compression.
3. Trauma ( deafferentation pain ).
4. Inappropiate function in the control of muscle contraction.
5. Psychosomatic mechanism.

Apabila elektroterapi ditujukan untuk menghambat mekanisme aktivasi nosiseptor baik


pada tingkat perifer maupun tingkat supra spinal. TENS sebagai salah satu cara/upaya
dalam aplikasi elektroterapi terhadap nyeri.
Nociceptor:
Sensor elemen yang dapat mengirim signal ke CNS akan halhal yang berpotensial
membahayakan. Sangat banyak dalam tubuh kita, serabut-serabut afferentnya terdiri dari:
1. A delta fibres, yaitu serabut saraf dengan selaput myelin yang tipis.
2. C fibres, serabut saraf tanpa myelin.
Tidak semua serabut-serabut tadi berfungsi sebagai nosiseptor, ada juga yang bereaksi
terhadap rangsang panas atau stimulasi mekanik. Sebaliknya nosiseptor tidak dijumpai
pada serabut-serabut sensory besar seperti A Alpha, A Beta atau group I, II. Serabut-
serabut sensor besar ini berfungsi pada propioception dan motor control.
Nociceptor sangat peka tehadap rangsang kimia (chemical stimuli). Pada tubuh kita
terdapat algesic chemical substance seperti: Bradykinine, potassium ion, sorotonin,
prostaglandin dan lain-lain.
Subtansi P, suatu neuropeptide yang dilepas dan ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C,
mengakibatkan peningkatan mikrosirkulasi local, ekstravasasi plasma. Phenomena ini
disebut sebagai neurogenic inflammation yang pada keadaan lajut menghasilkan
noxious/chemical stimuli, sehingga menimbulkan rasa sakit. Deregulasi Sistem Motorik
yang Menyebabkan Rasa Sakit
Kita ketahui hypertonus otot dapat menyebabkan rasa sakit. Pada umumnya otot-otot yang
terlibat adalah postural system. Nosiseptif stimulus diterima oleh serabut-serabut
afferent ke spinal cord, menghasilkan kontraksi beberapa otot akibat spinal motor
reflexes. Nosiseptif stimuli ini dapat dijumpai di beberapa tempat seperti kulit visceral
organ, bahkan otot sendiri. Reflek ini sendiri sebenarnya bermanfaat bagi tubuh kita,
misalnya withdrawal reflex merupakan mekanisme survival dari organisme.
Disamping berfungsi tersebut, kita juga sadari bahwa kontraksi-kontraksi tadi dapat
meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Makin sering dan
kuat nosiseptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflek aktifitas terhadap otot-otot
tersebut. Hal ini akan meningkatkan rasa sakit, sehingga menimbulkan keadaan vicious
circle, kondisi ini akan diperburuk lagi dengan adanya ischemia local, sebagai akibat dari
kontrksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai
akibat dari disregulasi system simpatik.
Pada gambar 1, terlihat input serabut afferent dan organ visceral, kulit, sendi, tendons,
otot-otot atau impuls dan otak yang turun ke spinal dapat mempengaruhi rangsangan
(exitability) dan alpha dan gamma motorneurons yang berakibat kontraksi otot (muscle
stiffness), misalnya meningkatkan input nosiseptif dari viscus abdominalis akan
meningkatkan tonus otot-otot abdomen. Atau input nosiseptif dari sendi kapsul dapat
meningkatkan reflex excitability dan beberapa otot-otot antagonis yang bersangkutan
dengan pergerakan sendi tersebut sehingga hal ini dapat memblok sendi tersebut, disebut
juga sebagai neurogenic block. Pengaruh yang paling besar berasal dari otak, stress dan
emosi dapat mengakibatkan descending excitatory pathways, sehingga merangsang
peningkatan reflek dari otot-otot postural.
Perasaan nyeri tergantung pada pengaktifan serangkaian sel-sel saraf, yang meliputi
reseptor nyeri afferent primer, sel-sel saraf penghubung (inter neuron) di medulla spinalis
dan batang otak, sel-sel di traktus ascenden, sel-sel saraf di thalamus dan sel-sel saraf di
kortek serebri. Bermacam-macam reseptor nyeri primer ditemukan dan memberikan
persarafan di kulit, sendi-sendi, otot-otot dan alat-alat dalam pengaktifan reseptor nyeri
yang berbeda menghasilkan kuatitas nyeri tertentu. Sel-sel saraf nyeri pada kornu dorsalis
medulla spinalis berperan pada reflek nyeri atau ikut mengatur pengaktifan sel-sel traktus
ascenden. Sel-sel saraf dari traktus spinothalamicus membantu memberi tanda perasaan
nyeri, sedangkan traktus lainnya lebih berperan pada pengaktifan system kontrol
desenden atau pada timbulnya mekanisme motivasi-afektif.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa thalamus lebih berperan dalam sensasi nyeri
dibandingkan daerah kortek serebri (willis WD, 1995). Meskipun demikian penelitian-
penelitian lain membuktikan peranan yang cukup berarti dan kortek serebri dalam sensasi
nyeri. Struktur diensepalik dan telesepalik seperti thalamus bagian medial, hipotalamus,
amygdala dan system limbic diduga berperan pada berbagai reaksi motivasi dan afektif
dari nyeri.
Nyeri merupakan pengalaman individu yang melibatkan sensasi sensori dan emosional
yang tidan menyenangkan. Nyeri dapat dibagi 2. Pertama, nyeri nosiseptf yang terjadi
akibat aktifasi nosi reseptor A-d dan C sebagai respon terhadap rangsangan noxius (termal
, mekanik , kimia). Kedua, neyri neuropatik merupakan nyeri yang timbul akibat
kerusakan/perubahan patologis pada system saraf perifer atau sentral. Pada kasus
reumatik nyeri yang ditimbulkan adalah mixed pain, yaitu kombinasi antara nyeri
nosiseptif dan neuropatik.

JENIS OBAT

enis-jenis obat Analgesic pereda nyeri I

#Analgesic ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang
digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang non-steroid
(NSAID) seperti salisilat, obat narkotika seperti morfin dan #obat sintesis bersifat
narkotik seperti tramadol.

NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja melegakan sakit, malah obat
ini juga bisa mengurangi demam dan kepanasan. Analgesik bersifat narkotik seperti
opioid dan opidium bisa menekan sistem saraf utama dan mengubah persepsi terhadap
kesakitan (noisepsi). Obat jenis ini lebih berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan
NSAID.

#Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersama


parasetamol dan kodein dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep). Gabungan
obat ini juga turut dijumpai bersama obat pemvasocerut seperti pseudoefedrin untuk obat
sinus, atau obat antihistamin untuk alergi.

Jenis-jenis obat analgesik ialah:

1. Aspirin
...atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering
digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik
(terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada
tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.[1]
Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang
menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam
asetilsalisilat yang dikenal saat ini.

Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat
diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Dalam menyambut Piala Dunia FIFA 2006
di Jerman, replika tablet aspirin raksasa dipajang di Berlin sebagai bagian dari pameran
terbuka Deutschland, Land der Ideen ("Jerman, negeri berbagai ide").

2. Parasetamol
...atau asetaminen adalah obat analgesik and antipiretik yang populer dan digunakan
untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan
dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar,
tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering
terjadi.

Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak
memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID.
Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau
mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin.

3. Kodeina
...atau kodein (bahasa Inggris: codeine, methylmorphine) ialah asam opiat alkaloid yang
dijumpai di dalam candu dalam konsentrasi antara 0,7% dan 2,5%. Kebanyakan kodein
yang digunakan di Amerika Serikat diproses dari morfin melalui proses metilasi.
Kodein yang terkonsumsi akan teraktivasi oleh enzim CYP2D6[1] di dalam hati[2]
menjadi morfin, sebelum mengalami proses glusuronidasi, sebuah mekanisme
detoksifikasi bagi xenobiotik.[3]

Walau bagaimanapun, morfin tersebut tidak dapat digunakan, mengingat 90% kodein
yang diambil akan dimusnahkan dalam usus halus (rembesan dari hati) sebelum berhasil
memasuki peredaran darah. Oleh itu, kodein seolah-olah tidak brpengaruh atas
penggunanya, namun efek samping seperti analgesia, sedasi, dan kemurungan pernafasan
masih terasa.

Kodein digunakan sebagai peredam sakit ringan. Kodein selalu dibuat dalam bentuk pil
atau cairan dan bisa diambil baik secara sendirian atau gabungan dengan kafein, aspirin,
asetaminofen, atau ibuprofen. Kodein sangat berperan untuk meredakan batuk.

Seperti semua jenis opioid, penggunaan kodeina yang berkelanjutan mengakibatkan


ketergantungan secara fisik dan psikologi. Sebuah kelompok yang bernama Codeine Free
didirikan untuk membantu mereka yang mengalami ketergantungan pada kodeina.

Kodein merupakan obat yang paling banyak digunakan dalam perawatan kesehatan.

Source I
Info terkait II Posted 6 months ago by hydroxide

spirin Menjadi Merek Dagang

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) merupakan jenis obat dari keluarga salisilat. Obat itu
sering digunakan sebagai analgesik terhadap rasa sakit atau nyeri minor, antipiretik terhadap
demam, dan antiinflamasi.

Aspirin juga memiliki efek antikoagulan. Aspirin berasal dari masa Yunani kuno. Obat itu
diperkenalkan Hippocrates, bapak kedokteran. Tentu saja Hippocrates tidak menyebut Aspirin,
tetapi tumbuhan bernama willow yang bila batangnya dikeringkan dan dijadikan bubuk, dapat
menghilangkan rasa sakit.

Pada 1829, para ilmuwan berhasil mengisolasi bahan dalam tumbuhan willow yang berfungsi
meredakan rasa sakit. Bahan tersebut bernama salicin. Namun sayang, salicin memiliki efek
samping terhadap perut.

Pada 1853, seorang ahli kimia Prancis bernama Charles Frederic Gerhardt berhasil menetralkan
salicin alami menjadi asam salisilat lewat penyanggaan dengan natrium dan asam asetat. Asam
salisilat itu lebih 'ramah' terhadap perut.

Pada 1899 Felix Hoffmann, ahli kimia Jerman yang bekerja bagi Bayer, menemukan kembali
formula Gerhardt. Hoffmann membujuk Bayer untuk memasarkan obat itu, yang selanjutnya
muncul di pasar dengan nama pasaran Aspirin.

Nama itu didaftarkan Bayer sebagai merek dagang pada 6 Maret 1899. Aspirin obat pertama
yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk bubuk
(puyer).

Anda mungkin juga menyukai