LANDASAN TEORI
Aspirin juga merupakan obat antiradang bukan steroid atau yang lazim
dinamakan Non Streroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAIDs) atau Anti Inflamasi Non
Steroid (OAINS) adalah golongan obat yang bekerja terutama di perifer yang berfungsi
sebagai analgesik (pereda nyeri), antipirektik (penurun panas) dan anti inflamasi
(antiradang). Dibandingkan dengan obat antiradang bukan steroid yang lain, penggunaan
asam asetil salisilat jauh lebih banyak, bahkan termasuk produk farmasi yang paling
banyak digunakan dalam pengobatan dengan kebutuhan dunia mencapai 36.000 ton per
tahun. Obat antiradang nonsteroid (OAINS) menurut Insel (1991) dan Reynolds (1984)
dibagi dalarn 8 golongan yaitu turunan asam salisilat (asam asetil salisilat dan diflunisal),
turunan pirazolon (fenilbutazon, oksifenbutazon, antipirindan arninopirin), turunan
paraaminofenol (fenasetin), Indometasin (indometasin dan sulindak), turunan asam
propionat (ibuprofen, naproksen, fenoprofen, ketoprofen dan flurbiprofen), turunan asam
antranilat (asam flufenamat dan asam mafenamat), obat antiradang yang tidak
mempunyai penggolongan tertentu (tolmetin, piroksikam, diklofenak, etodolak,
nebumeton, senyawa emas) dan obat pirro (gout), kolkisin, alopurinol. Sifat-sifat umum
aspirin dapat dilihat pada table 2.1.
Table 2.1 Sifat-Sifat Umum Aspirin
Rumus molekul C9H8O4
Berat molekul 180,16
Nama kimia Asam Asetil Salisilat
Pemerian Hablur putih, umumnya seperti jarum atau
lempengan tersusun, atau serbuk hablur
putih, tidak berbau atau berbau lemah
Kelarutan Sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, larut dalam kloroform, agak sukar
larut dalam eter mutlak
(Sumber: Ditjen POM, 1995)
2.2.1 Mekanisme Kerja Aspirin
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan daya absorbsi 70%
dalam bentuk utuh dalam lambung, tetapi sebagian besar absorbsi terjadi dalam usus
halus bagian atas. Sebagian AAS dihidrolisa, kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh.
Salisilat segera menyebar ke seluruh tubuh dan cairan transeluler setelah diabsorbsi.
Kecepatan absorbsi tergantung dari kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, pH
permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung. Salisilat dapat ditemukan dalam
cairan sinovial, cairan spinal, liur dan air susu. Kadar tertingggi dicapai kira-kira 2 jam
setelah pemberian (Wilmana, 1995).
Sediaan OAINS memiliki aktivitas penghambat radang dengan mekanisme kerja
menghambat biosintesis prostaglandin dari asam arakhidonat melalui penghambatan
aktivitas enzim siklooksigenase (Nadi, 1992). Berbeda dengan OAINS lainnya, AAS
merupakan inhibitor irreversibel siklooksigenase (COX) (Kartasasmita, 2002).
Kerusakan yang terjadi pada sel dan jaringan karena adanya noksi akan membebaskan
berbagai mediator substansi radang. Asam arakhidonat mulanya merupakan komponen
normal yang disimpan pada sel dalam bentuk fosfolipid dan dibebaskan dari sel
penyimpan lipid oleh asil hidrosilase sebagai resep adanya noksi. Asam arakidonat
kemudian mengalami metabolisme menjadi dua alur. Alur siklooksigenase yang
membebaskan prostaglandin, prostasiklin, tromboksan. Alur lipoksigenase yang
membebaskan leukotrien dan berbagai substansi seperti HPETE
(Hydroperoxieicosatetraenoi) (Mansjoer, 2003).
Prostaglandin yang dihasilkan melalui jalur siklooksigenase berperan dalam
proses timbulnya nyeri, demam dan reaksi-reaksi peradangan. Selain itu, prostaglandin
juga berperanan penting pada proses-proses fisiologis normal dan pemeliharaan fungsi
regulasi berbagai organ. Pada selaput lendir saluran pencernaan, prostaglandin berefek
protektif dengan meningkatkan resistensi selaput lendir terhadap iritasi mekanis, osmotis,
termis atau kimiawi. Karena prostaglandin berperan dalam proses timbulnya nyeri,
demam, dan reaksi peradangan, maka AAS melalui penghambatan aktivitas enzim
siklooksigenase mampumenekan gejala-gejala tersebut (Mansjoer, 2003).
2.2.2 Manfaat Aspirin
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu,
aspirin juga merupakan zat anti inflammatory, untuk mengurangi sakit pada cedera ringan
seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik yang
berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin
diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan aspirin mencapai 300
tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya. Penggunaan aspirin
secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung dan pada dosis
yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing
dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30
gram dapat mengakibatkan kematian (Reynolds, 1984).
Menurut Celanase (2010) beberapa reaksi yang dapat terjadi pada asetat anhidrat adalah:
1. Asetilasi
C6H4CH3NH2 + (CH3CO)2O C6H4CH3NHCOCH3 + CH3COOH
2. Hidrolisis menjadi asam asetat
(CH3CO)2O + H 2O 2CH3COOH
3. Amonolisis manjadi acetamida
(CH3CO)2O + 2NH3 CH3CONH2 + CH3COONH
4. Alkoholisis menjadi ester
(CH3CO)2O + CH3OH CH3COOCH3 + CH3COOH
5. Pembentukan ketone melalui Friedel-Crafts acylation
(CH3CO)2O + ArH CH2COAr + CH3COOH
6. Reaksi kondensasi (Perkin)
C6H5CHO + (CH3CO)2O C6H5CH=CHCOOCH3 + CH3COOH
Austin, 1984, “Shreve’s Chemical Process Industries”, 5th ed. McGraw- Hill Book Co,
Singapura.
Baysinger, G., 2004, “CRC Handbook Of Chemistry and Physics”, 85th ed. (hal : 132)
Celanase, 2010, “Poduktion description acetic anhydride”, Universitas Sumatra Utara
Delgado, J.N & Remmers, W.A.,1998, “Wilson & Gisvold’s Textbook of Organic
Medicinal and Pharmaceutical”, 10th Edition. Lippincott-raven publisher.
Philadelphia: USA.
Ditjen POM, 1995, “Farmakope Indonesia”, Edisi IV, Halaman : 43-44, Departemen
Kesehatan RI: Jakarta.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1991, “Kimia Organik”, Erlangga, Jakarta.
Ganiswara, S.G., 1995, “Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi”, Edisi 4,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Harwood JR, McKendrick & Heat W., 2009, “At A Glance Kimia Organik”, Jakarta:
Erlangga.
Holleman, A.F., 2001, “Inorganic Chemistry”, San diego
Insel, P.A., 1991, “Analgesic-Antipyretics and Antiinflammatory Agents: Drugs
Employed in the Treatment of Rheumatoid Arthritis and Gout. Dalam: Goodman
and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics”, Ed 8. Editor:
Gilman, A.G. etal. New York: Pergamon Press. Vol. I. Halaman
639,648,665,667
Kartasasmita, R.E., 2002, “Perkembangan obat anti radang bukan steroid”, Acta
Pharmaceutica Indonesia. 27:75-91.
Kirk, R.E., 1981, “Encyclopedia of Chemical Engineering Technology”, halaman 160
Kurniawan, Alvin dkk., 2004, “Perancangan awal pabrik acetic anhydride”,
www.undip.co.id
Mansjoer, S., 2003, “Mekanisme kerja obat radang”, Bagian Farmasi Fakultas
Kedokteran USU.
Nadi, S., 1992, “Hasil Pengobatan Gastritis dengan Traksat empat kali sehari
dibandingkan dengan dua kali sehari”, Cermin Dunia Kedokteran. 79:18-21
Perry, R.H., 1997, “Perry’s Chemical Engineers’ Handbook”, 7 ed., Mc.Graw Hill Book
Company, Inc., New York.
Perry, R.H.,1999, “Pysical Chemistry”, 6th ed., P321, MC. Graw Hill Companies
Inc.,USA.
Reynolds, J.E.F., 1984, “The Martindale: The Extra Pharmacopoeia”, Edisi ke-28. The
Pharmaceutical Press: London.
Sitorus, M., 2010, “Kimia Organik Umum”, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tjay, T.H., Rahardja, Kirana, 2007, “Obat-obat Penting (Khasiat, Penggunaan dan Efek
Samping)”, Jakarta: Gramedia.
Wilmana, P.F., 1995,” Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid dan
Obat Pirai “: Farmakologi dan Terapi. Edisi ke 4, Halaman : 217- 218, Jakarta:
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.