Genap/2017 1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga
biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol. Senyawa
ini stabil, mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam
kuat, dan pengoksidasi kuat.Turunan yang terpenting dari asam salisilat ini adalah
asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai aspirin.Berbeda dengan asam salisilat,
aspirin memiliki efek analgesik, antipiretik, dan anti inflamasi yang lebih besar
jika dibandingkan dengan asam salisilat. Penggunaan obat ini sangat luas di
masyarakat dan digolongkan ke dalam obat bebas (Simatupang, 2009).
Asam salisilat bebas hanya memiliki efek antipiretik dan analgetik yang
rendah. Karena timbulnya ransangan pada mukosa lambung akibat diperlukannya
dosis tinggi, maka asam salisilat hanya dipergunakan dalam bentuk garamnya.
Turunannya yang terpenting adalah asam asetil salisilat yang aktivitas analgetik,
antipiretik, tetapi juga antiflogistiknya besar. Asam salisilat merupakan suatu
unsur aktif dari salisilat dan asam salisilat itu sendiri adalah obat penawar dan
pembunuh rasa sakit pemakaiannya dapat melalui mulut, tetapi merupakan asam
yang cukup kuat mengiritasi perut (Ebel, 1992).
Salah satu turunan dari asam salisilat adalah metil salisilat. Metil salisilat
adalah cairan kuning kemerahan dengan bau wintergreen. Senyawa ini merupakan
senyawa yang tidak larut dalam airakan tetapi larut dalam alkohol dan eter. Metil
salisilat sering digunakan sebagai bahanfarmasi, penyedap rasa pada makanan,
minuman, gula-gula, pasta gigi, antiseptik,dan kosmetik serta parfum. Metil
salisilat telah digunakan untuk pengobatan sakit syaraf, sakit pinggang, radang
selaput dada, dan rematik, juga sering digunakan sebagai obat gosok dan balsem.
Oleh karena itu asam salisilat ini mempunyai banyak peranan dan keguanaan
dalam kehidupan sehari-hari (Supardani, et al. 2006).
Gambar 2.3 Reaksi pengasaman garam salisilat dengan asam sulfat (Ebel,1992).
ditambahkan asam sulfat pekat akan mampu mendidih, sehingga suhu reaksi akan
tinggi. Makin tinggi suhu reaksi, makin banyak molekul yang memiliki tenaga
lebih besar dari tenaga aktivasi, sehingga makin cepat reaksinya (Sukardjo, 1985).
Selain karena alasan diatas, asam sulfat pekat mampu mengikat air
(higroskopis). Reaksi dehidrasi asam karboksilat menjadi anhidrida asam dapat
terjadi dengan menggunakan katalis H2SO4. Contohnya adalah reaksi dehidrasi
pada asam asetat dengan katalis H2SO4 akan menghasilkan anhidrida asam asetat
dan air (Asyifa, 2013).
2.4 Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empirisC2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari
dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5). Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah
satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan manusia (Purba, 2009).
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia
yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada
parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah
pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia
lainnya. Pada masyarakat umum, etanol dikenal dengan nama alkohol saja yang
mana senyawa ini digunakan sebagai bahan minuman. Dalam sejarahnya etanol
telah lama digunakan sebagai bahan bakar (Purba, 2009).
2.6 Akuades
Akuades adalah air hasil destilasi/penyulingan sama dengan air murni atau
H2O. Sedangkan air mineral adalah pelarut yang universal. Oleh karena itu air
dengan mudah menyerap atau melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan
dengan mudah menjadi tercemar. Dalam siklusnya di dalam tanah, air terus
bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat dan
mikroorganisme. Jadi, air mineral bukan akuades (H2O) karena mengandung
banyak mineral (Purba, 2009).
dan jika berwarna kuning atau kuning kecoklatan itu berarti aspirin sudah
terbentuk dengan baik (Fessenden & Fessenden, 1987).
Gambar 2.7Reaksi Asam Salisilat dengan ferri klorida (Fessenden & Fessenden,
1987).
-spir- dari nama bunga spiraea, dan in merupakan akhiran untuk obat pada waktu
itu (Synyster, 2013).
5 Larut dalam air, mudah larut Dalam udara lembab secara bertahap
dalam etanol, kloroform dan eter terhidrolisa menjadi asam salisilat
namun tidak pada eter mutlak. dan asetat anhidrat.
Bentuk murni dari asam asetat ialah asam asetat glasial. Asam asetat
glasial mempunyai ciri-ciri tidak berwarna, mudah terbakar (titik beku 17C dan
titik didih 118C) dengan bau menyengat, dapat bercampur dengan air dan banyak
pelarut organik. Dalam bentuk cair atau uap, asam asetat glasial sangat korosif
terhadap kulit dan jaringan lain suatu molekul asam asetat mengandung gugus-
OH dan dengan sendirinya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air(Hewitt,
2003).
Beberapa anggota awal dari deret asam karboksilat yakni asam asetat
berwujud cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Asam asetat yang menyusun
sekitar 4-5% cuka, memberi ciri bau dan cita rasanya. Asam karboksilat tergolong
polar dan dapat membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya atau dengan
molekul 5 lain. Jadi asam karboksilat seperti asam asetat memiliki titik didih
tinggi untuk bobot molekulnya.Asam karboksilat seperti asam asetat mengurai di
dalam air, menghasilkan anion karboksilat dan ion hidronium.
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga
memberikan sifat asam.Asam asetat adalah asam lemah monoprotik basa
konjugasinya adalah asetat (CH3COO).Asam asetat adalah pelarut protik
hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol.Asam asetat bercampur
denganmudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform
dan heksana (Hart, 2003).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.2 Hasil praktikum pembuatan aspirin menggunakan reaktan 4 gram asam
salisilat
No Prosedur Praktikum Hasil Praktikum
1 4 gram Asam Salisilat
ditambahkan 7 ml Asetat
Anhidrat dan beberapa tetes
Campuran berwarna putih keruh dan tidak
Asam Sulfat Pekat. Lalu
ada endapan.
dipanaskan dengan suhu
50oC-60oC sambil diaduk
selama 15 menit.
2 Campuran ditambahkan 40
Terbentuk banyak endapan berwarna putih
ml aquades
3 Pendinginan menggunakan Terbentuk banyak endapan berupa kristal
batu es selama 60 menit berwarna putih
4 Kristal disaring Filtrat berwarna kuning jernih, sedangkan
menggunakan pompa sentrat berupa kristal aspirin berwarna
vakum putih
5 Rekristalisasi dengan
melarutkan kristal dengan
Larutan berwarna keruh dan tidak ada
etanol hangat dan air panas
endapan
hangat. Lalu dipanaskan
hingga larut.
6 Pendinginan menggunakan Terbentuk banyak kristal aspirin berwarna
batu es selama 90 menit putih
7 Pengeringan Massa Kertas Saring = 0,798 gram
Aspirin + Kertas (basah) = 6,591 gram
Aspirin + Kertas (Oven I) = 6,036 gram
Aspirin + Kertas (Oven II) = 5,775 gram
Aspirin + Kertas (Oven III) = 5,382 gram
Aspirin + Kertas (Oven IV) = 5,137 gram
Aspirin + Kertas (Oven V) = 4,796 gram
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembuatan Aspirin
Pada praktikum ini, reaktan yang digunakan untuk pembuatan aspirin yaitu
asam salisilat dan asetat anhidrat, dengan katalis asam sulfat pekat. Praktikum ini
menggunakan 2 variasi sampel, perbedaannya terletak pada jumlah asam salisilat
yang digunakan. Sampel I menggunakan asam salisilat sebanyak 3 gram, dan
sampel II menggunakan asam salisilat sebanyak 4 gram. Hal ini dilakukan untuk
melihat pengaruh dari jumlah asam salisilat terhadap produk yang akan
dihasilkan.
Asam salisilat sebanyak 3 gram pada sampel I dan 4gram pada sampel II
direaksikan dengan 7 ml asetat anhidrat dalam labu didih dasar bulat. Asetat
anhidrat digunakan karena asetat anhidrat merupakan senyawa yang tidak
mengandung molekul air. Aspirin memiliki sifat mudah terhidrolisis
menghasilkan asam salisilat, dengan menggunakan reaktan asetat anhidrat, air
yang dihasilkan dari proses reaksi akan terserap oleh asetat anhidrat dan aspirin
yang terbentuk tidak mengalami hidrolisis.
Setelah kedua zat dimasukkan, beberapa tetes asam sulfat pekat
ditambahkan ke dalam labu didih dasar bulat sebagai katalis. Asam sulfat pekat
digunakan sebagai katalis karena sifatnya yang mampu mengikat air
(higroskopis). Kemudian dilakukan pemanasan pada suhu 50C-60C selama 15
menit sambil menggoyangkan labu didih dasar bulat untuk mempercepat reaksi
(meningkatkan energi kinetik molekul) dan menghomogenkan campuran.
yang dibuat menggunakan reaktan asam salisilat 3 gram memiliki berat 1,066
gram dan memiliki nilai yield 28,2 %. Sedangkan aspirin yang dibuat
menggunakan reaktan asam salisilat 4 gram memiliki berat 2,774 gram dan
memiliki nilai yield 53,14 %.
Perbedaan berat aspirin yang dihasilkan disebabkan oleh perbedaan mol
reaktan yang digunakan pada kedua sampel, dimana sampel I menggunakan asam
salisilat sebanyak 3 gram, dan sampel II menggunakan asam salisilat sebanyak 4
gram. Sehingga berat dari sampel II lebih banyak. Reaktan yang berperan sebagai
pereaksi pembatas adalah asam salisilat. Artinya, semakin banyak asam salisilat
yang digunakan, semakin besar mol aspirin yang dihasilkan, maka semakin
banyak kristal aspirin teoritis. Namun penambahan asam salisilat harus
diperhatikan agar mol reaktan asam salisilat melebihi mol reaktan asetat anhidrat.
Karena asam salisilat merupakan reaktan pembatas, maka mol asam salisilat tidak
boleh melebihi mol asetat anhidrat karena hal ini menyebabkan asam salisilat
yang digunakan berlebih dan tidak bereaksi membentuk kristal aspirin.
Perbedaan yield dari kedua sampel dikarenakan perbedaan variasi dari
asam salisilat yang digunakan. Penambahan jumlah asam salisilat yang digunakan
akan mengurangi jumlah asetat anhidrat yang bersisa. Sisa asetat anhidrat akan
bereaksi dengan air membentuk asam aseatat sehingga akan menambah konsetrasi
asam asetat dalam sistem yang merupakan produk samping.Penambahan
konsentrasi pada sisi produk (asam asetat) akan menggeser kesetimbangan ke arah
reaktan. Hal ini terjadi karena asam asetat bereaksi kembali dengan aspirin
membentuk asam salisilat.Sehingga yield sampel II dengan berat asam salisilat 4
gram lebih besar dari pada sampel I dengan berat aspirin 3 gram karena sisa asetat
anhidrat sampel I lebih banyak.
4.2.3 Uji Kemurnian Aspirin
Untuk mengetahui kemurnian aspirin yang didapatkan, maka dilakukan uji
kemurnian aspirin.Aspirin dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu dilarutkan
dalam 1 ml etanol. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada asam salisilat di
dalam tabung reaksi yang berbeda. Kemudian masing-masing tabung reaksi
ditambahkan beberapa tetes ferri klorida dan diamati perubahan warnanya. Hal ini
dilakukan untuk melihat perbandingan warna yang akan dihasilkan diakhir proses
uji kemurnian aspirin.
Setelah diteteskan dengan ferri klorida, aspirin dari sampel I tidak
mengalami perubahan warna. Sedangkan pada aspirin dari sampel II, aspirin
mengalami sedikit perubahan warna menjadi kekuningan. Asam salisilat
menghasilkan warna ungu setelah ditambahkan beberapa tetes ferri klorida. Asam
salisilat menghasilkan warna ungu karena gugus fenol pada asam salisilat
membentuk senyawa kompleks jika direaksikan dengan ferri klorida.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada pembuatan aspirin terjadi proses reaksi asetilasi. Reaksi asetilasi
adalah reaksi yang mana gugus hidroksil fenolik dikonversi menjadi
ester asetat.
2. Berat aspirin yang didapat pada sampel dengan asam salisilat 3 gram
yaitu 1,066 gram dan yield sebesar 28,2% sedangkan sampel dengan
asam salisilat 4 gram didapat berat aspirin yaitu 2,774 gram dan yield
sebesar 53,14%. Sehingga sampel dengan variasi asam salisilat 4 gram
menghasilkan aspirin yang lebih maksimal.
3. Semakin banyak jumlah asam salisilat yang direaksikan, semakin
besar yield yang didapat selama asam salisilat tetap menjadi reaktan
pembatas.
5.2 Saran
Pada saat pemanasan, suhu harus dijaga pada rentang 50oC-
60oC.Ketikaproses pemanasan dilakukan, tutup labu didih dasar bulat dengan
aluminium foil agar larutan tidak menguap.Ketika proses pendinginan dengan es
batu dilakukan, tutup labu didih dengan alumunium foil agar kristal yang
terbentuk lebih banyak, dan sebelum melakukan proses penimbangan, pastikan
aspirin dan kertas saring benar-benar dalam kondisi kering dan berat aspirin sudah
benar-benar konstan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
3. Perhitungan yieldsampel I
Massa aspirin hasil praktikum = 1,066 gram
Massa aspirin teoritis = 3,78 gram
Yield = Massa aspirin hasil praktikum
X100%
Massa aspirin teoritis
= 1,066 gram
X100%
3,78 gram
= 28,2 %
4. Perhitungan yieldsampel II
Massa aspirin hasil praktikum = 2,774 gram
Massa aspirin teoritis = 5,22 gram
Yield = Massa aspirin hasil praktikum
X100%
Massa aspirin teoritis
= 2,774 gram
X100%
5,22 gram
= 53,14 %
LAMPIRAN C