Genap/2014
1
Bab 1. Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari
keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit
atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga
memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama
untuk mencegah serangan jantung (Mutscler, 1991).
Asam asetil salisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisil asetat
dan yang paling terkenal adalah aspirin (brandname produk dari Bayer).
Serbuk atau kristal asam asetil salisilat adalah dari tidak berwarna sampai
berwarna putih. Asam asetil salisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi
perlahan jika terkena uap air menjadi asam asetat dan asam salisilat.Nilai titik
lebur dari asam asetil salisilat adalah 135C. Aspirin atau asam asetil salisilat atau
asetosal adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai
senyawa analgesik (anti nyeri), antipiretik (penurun panas), dan anti inflamasi
(anti peradangan). Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan
kelompok senyawa glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian
gula yang terikat pada non-glikosida L. Aglikon dalam salian adalah salian
alkohol dan tereduksi sempurna menjadi asam salisilat (mycek, 2001).
Aspirin dapat disintesis dengan mereaksikan asam salisilat dengan asam
asetat anhidrat. Pembuatan aspirin tidak terlepas dengan penambahan katalis asam
sulfat pekat yang juga berfungsi sebagai penghidrasi. Melihat banyaknya
kegunaan aspirin, karena itulah dilakukan praktikum pembuatan aspirin dalam
skala labor untuk mengamati reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan aspirin
tersebut serta menghitung persentase rendemen yang dihasilkan. Pada pembuatan
aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester merupakan turunan
asam karboksilat yang gugus OH dari karboksilnya diganti dengan gugus OR
dari alkohol. Ester dapat dibuat dari asam dengan alkohol, atau dari anhidrida
asam dengan alkohol. Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang
mengandung gugus COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Alkohol
1.2
1.
Tujuan Praktikum
Pembuatan aspirin dalam skala labor
2.1
Asam Salisilat
Asam salisilat pada awalnya ditemukan oleh Indian Amerika pada kulit
pohon dan daun pohon willow dan meadow sweet. Keterangan ini didapat dari
hasil penelusuran tulisan Hippocrates. Dia menulis tentang bubuk pahit yang
dikenal dapat mengurangi sakit, nyeri, dan demam. Suku Indian Amerika akan
mengunyah kulit yang mengandung bentuk asli dari asam salisilat yang dikenal
dengan acetyl salicylic acid, dan digunakan untuk menyembuhkan sakit kepala
dan penyakit lainnya yang memerlukan anti-inflamasi (Jeffreys, 2005).
1 Berat Molekul
2 Menyublim
3
4
Bahaya
Kelarutan
Penampakan
Efek
138,12
76
2.2
sebagai Ac2O, adalah salah satu anhidrida asam paling sederhana. Rumus
kimianya adalah (CH3CO)2O. Senyawa ini merupakan reagen penting dalam
sintesis organik. Senyawa ini tidak berwarna, dan berbau cuka karena reaksinya
dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat (Austin, 2008).
Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat yang struktur antar
molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara
lain sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa organik, berperan dalam
proses asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan untuk membuat
acetylmorphine. Asam asetat anhidrat paling banyak digunakan dalam industri
selulosa asetat untuk menghasilkan serat asetat, plastik, serat kain dan lapisan kain
(Myers, 2007).
Asetat anhidrat ((CH3CO)2O) merupakan larutan aktif, tidak berwarna, serta
memiliki bau yang tajam. Kapasitas produksi Amerika untuk produk asetat
anhidratini cukup besar, yaitu lebih dari 900.000 ton per tahun (Kirk othmer,
1981).
Asetat anhidrat, suatu senyawa yang memiliki kegunaan yang sangat
bervariasi. Asetat anhidrat digunakan dalam pembuatan cellulose asetate, serat
asetat, obatobatan, aspirin, dan berperan sebagai pelarut dalam penyiapan
senyawa organik (Kurniawan, 2004). Sifat sifat fisis dan kimia asam asetat
anhidrat dapat dilihat pada tabel 2.3 dan 2.4.
Tabel 2.3 Sifat-Sifat Fisis Asam Asetat Anhidrat
1
2
3
4
5
Berat Molekul
Titik Didih Normal
Titik Leleh
Bau
Rasa
102,09 g/mol
139,9 C (283.8 F)
-73,1 (-99,6 F)
Kuat
Kuat
6
Wujud
(Sumber: Priyatmono, 2008)
Cair
4
5
Digunakan
Larut Dalam Air
Sangat reaktif
Sangat kuat
Menyebabkan iritasi dan matinya jaringan,
hindari kontak dengan kulit dan mata
Dalam bentuk cairan dan sebagai pelarut
Membentuk asam asetat, dengan alkohol
membentuk etil asetat, larut dalam
kloroform dan eter
(DIRJEN POM,1979)
2.3
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia.Walaupun asam
sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO 3 pada titik
didihnya dan menghasilkan 98,3% asam. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk
disimpan dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98%
pada umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat (Ananda, 2012).
Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Air memiliki massa jenis
yang lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung mengapung di atasnya,
sehingga apabila air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, ia akan dapat
mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan ion
hidronium:
H2SO4 + H2O H3O+ + HSO4-. (1)
HSO4- + H2O H3O+ + SO42-... (2)
Asam sulfat sangat korosif dan reaksi hidrasi dengan air sangat eksotermis.
Selalu tambahkan asam ini ke air untuk mengencerkannya, jangan sekali-kali
menuang air ke dalam asam sulfat. Asam sulfat juga sangat kuat sebagai
dehidrator dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Sifat korosif asam sulfat
dapat merusak benda-benda dari logam, karena logam akan teroksidasi baik
dengan asam sulfat encer maupun pekat (Amanda, 2013).
Asam sulfat memiliki sifat fisis dan kimia seperti pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Sifat Fisis Asam Sulfat Pekat
1 Asam sulfat berbentuk
2 Bau
3 Berat molekul
4 Penampakan
5 Titik didih
6 Titik Leleh
(DIRJEN POM, 1979)
garam sulfat. Sebagai contoh, garam tembaga tembaga (II) sulfat dibuat dari
reaksi antara tembaga (II) oksida dengan asam sulfat:
CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O..................................................................... (5)
c.
Besi(III) klorida atau ferri klorida adalah senyawa yang digunakan sebagai
uji kemurnian aspirin, memiliki titik lebur yang relatif rendah dan mendidih pada
315C. Uapnya merupakan dimer Fe2Cl6. Pada suhu yang semakin tinggi, dimer
ini lebih cenderung terurai menjadi monomer. Jika dari pengujian tersebut warna
larutan menjadi ungu maka di dalam aspirin masih terdapat gugus fenolik.
Awalnya FeCl3 bereaksi dengan air membentuk Fe(H2O)63+. Reaksi yang terjadi antara
asam salisilat dengan FeCl3 dapat dilihat seperti pada Gambar 2.2 dan sifat-sifat fisis
dari Ferri Klorida dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Rumus Molekul
Berat Molekul
Densitas
Titik Lebur
5
Titik Didih
(Sumber: Austin, 1984)
FeCl3
162,22 gram/mol
2,898 gram/cm3
282
315
2.5
Etanol
1
2
3
4
5
Titik Didih
6
Warna
(Sumber: Greenwood, 1997)
-114,3
78,4
Jernih (tidak berwarna)
Asam kuat yang sangat higroskopis seperti asam sulfat akan menyebabkan
dehidrasi etanol dan menghasilkan etilena maupun dietil eter:
2 CH3CH2OH CH3CH2OCH2CH3 + H2O (pada 120oC)............................ (8)
CH3CH2OH H2C=CH2 + H2O (pada 180oC)............................................... (9)
Pembakaran
Pembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air:
C2H5OH(g) + 3 O2(g) 2 CO2(g) + 3 H2O(l)
2.6
Air
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan
temperatur 273,15 K (0C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air
dapat melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh
dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya
intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air (Ball, 1984). Air memiliki
rumus H2O dan ditunjukkan strukturnya pada gambar berikut ini.
Aspirin
Aspirin adalah zat sintetik pertama di dunia dan penyebab utama
ditemukan. Pada proses pembuatan reaksi esterifikasi ini dibantu oleh suatu
katalis asam yaitu H3PO4 85% untuk mempercepat reaksi. Tetapi pada
penambahan katalis ini tidak terlalu berefek maka dilakukanlah pemanasan untuk
mempercepat reaksinya. Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk
melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan akan terbentuk endapan. Endapan
inilah yang merupakan aspirin (Cartense, 1985).
Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin. Sedangkan
reaksi dengan methanol akan menghasilkan metil salisilat. Uji terhadap asam
salisilat dan aspirin komersiil digunakan untuk menguji kemurnian aspirin.
Kemurnian aspirin bisa diuji dengan menggunakan FeCl3. FeCl3 bereaksi dengan
gugus fenol membentuk kompleks ungu.
Selain itu kemurnian aspirin juga dapat ditentukan dengan uji titik leleh,
dimana seharusnya titik leleh aspirin murni adalah 136 C. Sedangkan untuk
kandungan analisis aspirin dapat digunakan titrasi asam basa menggunakan NaOH
setelah kristal aspirin dilarutkan dalam etanol (pelarut organik).
Menurut George T. Austin dalam bukunya yang berjudul Shreves Chemical
Process Industries menyebutkan bahwa sifat-sifat fisika aspirin adalah sebagai
berikut :
1.
Rumus molekulnya C9H8O4 dan dengan berat molekulnya 180,2 serta berat
2.
3.
4.
Berat molekul
180,2 gram
Titik didih
140
3
4
Nama lain
Larut
2- acetyloxybenzoic acid
Dalam air, mudah larut dalam etanol,
larut dalam kloroform,dan dalam eter,
Titik lebur
138
-140
(Austin, 1984).
2
3
4
5
Larut
Senyawa
Tidak terhidrolisis
Dalam suasana basa
6 Penyimpanan
(Austin, 1984)
ketika
seorang
Leroux
berhasil
: Gugus asetil
: nama bunga tersebut dalam bahasa Latin
: suku kata tambahan yang sering kali digunakan
: untuk zat pada masa tersebut.
kulit pohon. Karena nama Latin dari pohon willow putih adalah Salix alba,
senyawa baru yang terkandung di dalam kulit pohon itu dinamakan salicin.
Sepuluh tahun kemudian, ahli kimia Perancis berhasil memisahkan senyawa yang
lebih murni dan dikenal dengan nama asam salisilat. Asam salisilat menjadi dasar
dari banyak produk farmasi lainnya termasuk asam asetil salisilat, yang dikenal
dengan nama aspirin pada saat sekarang ini.
Sedangkan
tromboksan
bertanggungjawab
dalam
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain
itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada
cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan
zat antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari
40 juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata
penggunaan aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak
setiap tahunnya.Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan
pendarahan pada lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan
reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis
rata-rata adalah 0.3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat
mengakibatkan kematian (Fary,2009).
Meskipun cara kerja yang tepat dari asam salisilat tidak diketahui dengan
baik, efek-efek berguna dari ester-ester yang terdapat pada asam ini telah
diketahui sejak dahulu.Daun-daun yang mengandung jumlah asam salisilat yang
cukup telah dikelola oleh para dokter pada zaman dahulu sebagai penawar rasa
sakit dan demam (Fary,2009).
Menurut Prof. Thomas A. Pearson, aspirin memiliki banyak manfaat. Antara lain:
-
Berdasarkan data yang terkumpul dari British Doctors Trial & uji serangan
300 mg/hari dapat menurunkan resiko kanker kolerektal, juga kanker payudara,
prostat, paru, payudara, lambung dan esofageal.
-
Pemberian 325 mg/ hari dapat memperbaiki suplai darah ke otak dan
performa kognitif. studi longitudinal telah dilakukan terhadap 1.686 yang hasilnya
terjadi penurunan sebesar 60 persen atas resiko alzheimer di antara pengguna obat
antiinflamasi non streoid (NSAIDs, termasuk aspirin) lebih dari 2 tahun. hasil
meta analisis juga menyebutkan 15 penelitian menyimpulkan bahwa NSAIDs
memberikan perlindungan bagi perkembangnya penyakit alzheimer.
-
Studi acak yang telah dilakukan terhadap 139 wanita beresiko pre-
3.
4.
pada asam asetat anhidrat dibantu dengan katalis H2SO4 sebagai penghidrasi.
Gugus alkanol dan gugus asetil saling bertukaran tempat
Struktur dari asam salisilat berubah (-OH menjadi CH 3COO-) yang disebut
sebagai Asam Asetil Salisilat dengan nama dagang Aspirin dengan reaksi
samping asam asetat.
ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe.Pada sintesis
ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO2 pada tekanan tinggi, lalu
ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat.Asam salisilat yang
dihasilkan kemudian direaksikan dengan asetat anhidrat dengan bantuan asam
sulfat sehingga dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat.
2.
memiliki tekanan vakum dan panas (130 ).Sodium phenoxide berubah menjadi
serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700
kPa dan temperatur 100
karbon
aktif.Kemudian
ditambahkan
asam
sulfat
untuk
Ada beberapa tahap yang dilakukan pada proses rekristalisasi secara umum
adalah sebagai berikut :
1.
Penyaringan
Larutan disaring dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang
Pendinginan filtrat
Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Selain pada
suhu kamar, pendinginan ini biasanya juga dilakukan di dalam wadah yang berisi
air dan es. Penambahan umpan (feed) yang berupa kristal murni ke dalam larutan
atau penggoresan dinding wadah dengan batang pengaduk dapat mempercepat
proses rekristalisasi.
5.
kemurnian aspirin yang dihasilkan dari praktikum. Jika dari pengujian tersebut
warna larutan menjadi ungu maka di dalam aspirin masih terdapat gugus fenolik
(Respati, 1976).
Mekanisme reaksi antara asam salisilat dengan FeCl3 adalah :
1.
2.
3.
3.1
3.2
Asam salisilat sebanyak 3 gram dimasukkan kedalam labu didih dasar bulat.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Campuran pada labu didih dasra bulat didinginkan di dalam wadah yang
berisi batu es selama 1 jam.
8.
9.
40 ml air hangat.
Campuran tersebut kemudian dipanaskan dalam penangas air sampai kristal
3.
4.
panas.
Larutan jernih yang telah diperoleh didinginkan pada temperatur kamar
kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es dan air selama 1.5
5.
jam.
Kertas saring ditimbang lalu diletakkan di atas corong Buchner yang telah
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
FeCl3.
Apabila larutan aspirin-alkohol berubah menjadi ungu, berarti aspirin yang
telah dibuat belum murni. Bila larutan aspirin tidak berwarna ungu berarti
5.
3.4
Rangkaian alat
Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Bahan yang Digunakan
Bahan
Asam salisilat
Asetat anhidrat
Asam sulfat pekat
Akuades
Jumlah
3 gram
9 ml
4 tetes
40 ml
Hasil Pengamatan
Larutan bening
Larutan bening
Terbentuk endapan
Endapan berkurang
60 menit
sedikit
Kristal putih
Tabel 4.3 Perbandingan Aspirin dan Asam Salisilat pada Tes Kemurnian
Perlakuan
Sampel
Ditambahkan 1 ml alcohol
Ditambahkan 3 tetes FeCl3
Tabung Reaksi I
Aspirin
Larutan bening
Kuning-orange
Tabung Reaksi II
Asam Salisilat
Larutan bening
Ungu
Jumlah
3,267 gram
3,091 gram
78,05%
Pembahasan
Kesimpulan
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat
anhidrida menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis.Pada pembuatan
aspirin sebanyak 3 gram asam salisilat dan 9 ml asetat anhidratdihasilkan
2.
3.
82,5 %.
Pada uji kemurnian aspirin, larutan aspirin berubah menjadi coklat bening.
Hal ini menunjukkan bahwa aspirin sudah murni, sehingga tidak perlu
dilakukan rekristalisasi kembali.
5.2
1.
Saran
Bahan-bahan yang di gunakan harus sesuai dengan prosedur percobaan
agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2.
Usahakan agar tidak ada aspirin yang tertinggal didalam wadah (labu didih
dasar bulat) sehingga tidak mengurangi rendemen.
3.
Ketika larutan aspirin dalam labu didinginkan dengan batu es, perhatikan
kristal yang terbentuk. Hentikan pendinginan jika kristal yang diperoleh
sudah banyak. Hal ini juga akan mempengaruhi rendemen.
4.
Suhu harus dijaga pada rentang 50oC-60oC pada saat pemanasan. Jika suhu
pemanasan dibawah 50oC maka reaksi pembentukan aspirin akan berjalan
lambat, sedangkan jika suhunya diatas 60oC maka aspirin akan terurai
sehingga hasil yang diperoleh menjadi tidak akurat.
Daftar Pustaka
Amanda, 2013, Fungsi Asam Sulfat, http: //logku.blogspot.com/2011/02/fungsiasam -sulfat-dan-pembuatannya.html, Diakses tanggal 3 mei 2014
Austin, George T, 1984, Shreves Chemical Process Industries, McGraw-Hill
Book Co, Singapura.
Ball, Philip, Water and life: Seeking the solution, Nature, 436, 1084-1085.
Carstensen, J. T. & F. Attarchi, 1985, Decomposition of Aspirin in The Solid
State in The Presence of Limited Amounts of Moisture III, Effect of
Temperature and A Possible Mechanism, Journal of Pharmaceutical
Sciences, 77, 318-321.
Damayuda, 2010, Asam Salisilat (C7H602), http:// damayuda. blogspot. com/
2010/12/asam-salisilat-c7h6o2.html, Diakses tanggal 12 mei 2014
Dirjen POM ,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, DepKes RI : Jakarta.
Fary, 2009, Rekristalisasi Pembuatan Aspirin dan Penentuan Titik Leleh
Aspirin, http://faryjackazz.com/rekristalisasi_aspirin.html, Diakses 28
Maret 2014.
Fessenden, Ralph J. & Joan S. Fessenden (alih Bahasa oleh Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka Ph.D), 1987, Kimia Organik Jilid 1 dan 2, Edisi ke 3,
Jakarta, Erlangga.
Greenwood, A. Earnshaw, 1997, Chemistry of the Elements, 2nd ed.,
Butterworth-Heinemann, Oxford, United Kingdom.
Hendriayana, Ari, 2003, Pembuatan Aspirin, http:// gundul share.com /2008/05/
pembuatan-aspirin.html, Diakses 28 Maret 2014.
Jeffreys, Diarmuid, 2005, Aspirin : The Remarkable Story of A Wonder Drug,
Bloomsbury, New York.
Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin
Kirk, R.E and Othmer, D.F, 1995, Encyclopedia of Chemical and Technology,
2nd cd, vl 13, John Wiley and Sons Inc, New York.
Kurniawan,2004, Kegunaan Asam Salisilat,http://www.kimia.web.id, Diakses
tanggal 10 Mei 2014.
Mutschler, Ernst, 1999, Dinamika Obat, ITB : Bandung.
Mycek, Marry.J, 2001, Formakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Widya Medika,
Jakarta
Myers, Richard L., 2007, The 100 Most Important Chemical Compounds: A
Reference Guide, Greenwood Press, Westport, Conn.
Nicolaou, K. C., 2008, Molecules That Changed The World: A Brief History of
The Art and Science of Synthesis and Its Impact Society, Wiley VCH,
Weinheim.
Palleros, Daniel R, 2000, Experimental Organic Chemistry, John Wiley &
Sons, New York.
Priyatmono, Aris, 2008, Aspirin,http://kimiadotcom.com, Diakses21 Maret
2014.
Respati, 1976, Pembuatan Aspirin, http://ml.scribd.com/doc/131762487/
Aspirin, Diakses 28 Maret 2014.
Roach, J., 2005, 9,000-Year-Old Beer Re-Created From Chinese Recipe,
National Geographic News, Diakses 16 Mei 2014 pukul 10.51 WIB.
Roberts, W. E., 2004, Chemical Peeling in Ethnic/Dark Skin, Dermatologic
Therapy, 17, 196-205.
Vane, J. R., 1971,Inhibition of Prostaglandin Synthesis as AMechanism of Action
for Aspirin-Like Drugs, Nature New Biology, 231, 230-235.