Anda di halaman 1dari 35

Praktikum Kimia Organik/V/S.

Genap/2014
1

Bab 1. Pendahuluan
1.1

Latar Belakang
Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat dari

keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit
atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga
memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama
untuk mencegah serangan jantung (Mutscler, 1991).
Asam asetil salisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisil asetat
dan yang paling terkenal adalah aspirin (brandname produk dari Bayer).
Serbuk atau kristal asam asetil salisilat adalah dari tidak berwarna sampai
berwarna putih. Asam asetil salisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi
perlahan jika terkena uap air menjadi asam asetat dan asam salisilat.Nilai titik
lebur dari asam asetil salisilat adalah 135C. Aspirin atau asam asetil salisilat atau
asetosal adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai
senyawa analgesik (anti nyeri), antipiretik (penurun panas), dan anti inflamasi
(anti peradangan). Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan
kelompok senyawa glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian
gula yang terikat pada non-glikosida L. Aglikon dalam salian adalah salian
alkohol dan tereduksi sempurna menjadi asam salisilat (mycek, 2001).
Aspirin dapat disintesis dengan mereaksikan asam salisilat dengan asam
asetat anhidrat. Pembuatan aspirin tidak terlepas dengan penambahan katalis asam
sulfat pekat yang juga berfungsi sebagai penghidrasi. Melihat banyaknya
kegunaan aspirin, karena itulah dilakukan praktikum pembuatan aspirin dalam
skala labor untuk mengamati reaksi yang terjadi dalam proses pembuatan aspirin
tersebut serta menghitung persentase rendemen yang dihasilkan. Pada pembuatan
aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester merupakan turunan
asam karboksilat yang gugus OH dari karboksilnya diganti dengan gugus OR
dari alkohol. Ester dapat dibuat dari asam dengan alkohol, atau dari anhidrida
asam dengan alkohol. Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang
mengandung gugus COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Alkohol

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


2

yang direaksikan dengan asam karboksilat dan turunan asam karboksilat


akanmembentuk ester asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi esterifikasi.
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat
menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi.Asam salisilat adalah
asam bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan COOH. Hal ini
menyebabkan asam salisilat dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda yaitu
reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan
aspirin, sedangkan reaksi dengan metanol akan menghasilkan metil salisilat
(Fessenden,1987).
Pada praktikum ini yang kita lakukan adalah mensintesis aspirin dari asam
salisilat yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida asetat, dimana hal ini
pertama kali dilakukan oleh oleh Felix Hofmann dari perusahaan Bayer, Jerman.

1.2
1.

Tujuan Praktikum
Pembuatan aspirin dalam skala labor

2. Memamahami dan mempelajari proses reaksi yang terjadi


3. Menghitung persentase aspirin yang dihasilkan

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


3

Bab 2. Tinjauan Pustaka

2.1

Asam Salisilat
Asam salisilat pada awalnya ditemukan oleh Indian Amerika pada kulit

pohon dan daun pohon willow dan meadow sweet. Keterangan ini didapat dari
hasil penelusuran tulisan Hippocrates. Dia menulis tentang bubuk pahit yang
dikenal dapat mengurangi sakit, nyeri, dan demam. Suku Indian Amerika akan
mengunyah kulit yang mengandung bentuk asli dari asam salisilat yang dikenal
dengan acetyl salicylic acid, dan digunakan untuk menyembuhkan sakit kepala
dan penyakit lainnya yang memerlukan anti-inflamasi (Jeffreys, 2005).

Gambar 2.1 Struktur Asam Salisilat (Damayuda, 2010)


Bahan baku utama dalam pembuatan asam salisilat adalah phenol, NaOH,
karbon dioksida dan asam sulfat. Asam salisilat kebanyakan digunakan sebagai
obatobatan dan sebagai bahan intermediet pada pabrik obat dan pabrik farmasi
seperti aspirin dan beberapa turunannya. Sebagai antiseptic, asam salisilat zat
yang mengiritasi kulit dan selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit,
tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek
langsung pada sel epidermis. Setelah pemakaian beberapa hari akan menyebabkan
terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang baru. Obat ini sangat spesifik untuk
rematik akut yang dapat mencegah kerusakan jantung yang biasanya terjadi akibat
rematik, menghilangkan sakit secara keseluruhan, dan beberapa saat setelah

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


4

pemakaiannya akan menurunkan temperatur suhu tubuh kembali normal (Robert,


2004).
Asam salisilat (10-20%) dalam larutan yang terdiri dari asam nitrat selulosa
dalam eter dan alkohol digunakan sebagai penghilang kutil dan katimumul pada
kaki. Dalam hal ini asam salisilat menyebabkan pelunakan lapisan kulit sehingga
katimumul dan kutil akan terlepas bersama kulit mati (Damayuda, 2010).
Selain digunakan sebagai bahan utama pembuatan aspirin, asam salisilat
juga dapat digunakan sebagai bahan baku obat yang menjadi turunan asam
salisilat. Misalnya sodium salisilat yang dapat digunakan sebagai analgesik dan
antipyretic serta untuk terapi bagi penderita rematik akut. Alumunium salisilat
yang berupa bubuk sehalus debu digunakan untuk mengatasi efek catarrhal pada
hidung dan tekak. Ammonium salisilat digunakan sebagai obat penghilang kuman
penyakit dan bakteri. Kalsium salisilat dapat digunakan untuk mengatasi diare
(Damayuda, 2010).
Menurut Damayuda (2010), asam salisilat memiliki beberapa sifat dapat
dilihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2
1
2
3
4
5
6
7

Tabel 2.1 Sifat-Sifat Fisik dari Asam Salisilat


Penampakan
Tidak berwarna menjadi kuning pada larutan dengan
bau kenari pahit
Titik lebur
1-2oC
Titik didih
197oC
Kerapatan
4,2
Tekanan uap
1 mmHg pada 33oC
Daya ledak
1,146 g/cm3
Titik nyala
76oC
Tabel 2.2 Sifat-Sifat Kimia Asam Salisilat

1 Berat Molekul
2 Menyublim
3
4

Bahaya
Kelarutan

Penampakan

Efek

138,12
76

jika dipanaskan dengan cepat pada tekanan

atmosfer tertentu dan terurai menjadi fenol dan CO2


Jika terkena sinar matahari langsung
Dalam air meningkat oleh Na phosphate,borax,alkali
asetat, atau sitrat
Asam salisilat berwarna kemerah-merahan jika diberi
garam Fe
Jika digunakan berlebihan akan menyebabkan efek
samping: muntah, sakit perut, gangguan pernafasan,

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


5

asidosis, gangguan mental dan kulit.


(Damayuda, 2010)

2.2

Asam Asetat Anhidrat


Anhidrida asam asetat, (Nama IUPAC: Etanoil etanoat) dan disingkat

sebagai Ac2O, adalah salah satu anhidrida asam paling sederhana. Rumus
kimianya adalah (CH3CO)2O. Senyawa ini merupakan reagen penting dalam
sintesis organik. Senyawa ini tidak berwarna, dan berbau cuka karena reaksinya
dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat (Austin, 2008).
Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat yang struktur antar
molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara
lain sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa organik, berperan dalam
proses asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan untuk membuat
acetylmorphine. Asam asetat anhidrat paling banyak digunakan dalam industri
selulosa asetat untuk menghasilkan serat asetat, plastik, serat kain dan lapisan kain
(Myers, 2007).
Asetat anhidrat ((CH3CO)2O) merupakan larutan aktif, tidak berwarna, serta
memiliki bau yang tajam. Kapasitas produksi Amerika untuk produk asetat
anhidratini cukup besar, yaitu lebih dari 900.000 ton per tahun (Kirk othmer,
1981).
Asetat anhidrat, suatu senyawa yang memiliki kegunaan yang sangat
bervariasi. Asetat anhidrat digunakan dalam pembuatan cellulose asetate, serat
asetat, obatobatan, aspirin, dan berperan sebagai pelarut dalam penyiapan
senyawa organik (Kurniawan, 2004). Sifat sifat fisis dan kimia asam asetat
anhidrat dapat dilihat pada tabel 2.3 dan 2.4.
Tabel 2.3 Sifat-Sifat Fisis Asam Asetat Anhidrat
1
2
3
4
5

Berat Molekul
Titik Didih Normal
Titik Leleh
Bau
Rasa

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

102,09 g/mol
139,9 C (283.8 F)
-73,1 (-99,6 F)
Kuat
Kuat

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


6

6
Wujud
(Sumber: Priyatmono, 2008)

Cair

Tabel 2.4 Sifat Kimia Asetat Anhidrat


1
2
3

Cairan Asetat Anhidrat


Bau Cuka
Dampak

4
5

Digunakan
Larut Dalam Air

Sangat reaktif
Sangat kuat
Menyebabkan iritasi dan matinya jaringan,
hindari kontak dengan kulit dan mata
Dalam bentuk cairan dan sebagai pelarut
Membentuk asam asetat, dengan alkohol
membentuk etil asetat, larut dalam
kloroform dan eter

(DIRJEN POM,1979)
2.3

Asam Sulfat Pekat


Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat

ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia.Walaupun asam
sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO 3 pada titik
didihnya dan menghasilkan 98,3% asam. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk
disimpan dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98%
pada umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat (Ananda, 2012).
Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Air memiliki massa jenis
yang lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung mengapung di atasnya,
sehingga apabila air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, ia akan dapat
mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan ion
hidronium:
H2SO4 + H2O H3O+ + HSO4-. (1)
HSO4- + H2O H3O+ + SO42-... (2)
Asam sulfat sangat korosif dan reaksi hidrasi dengan air sangat eksotermis.
Selalu tambahkan asam ini ke air untuk mengencerkannya, jangan sekali-kali
menuang air ke dalam asam sulfat. Asam sulfat juga sangat kuat sebagai
dehidrator dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Sifat korosif asam sulfat

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


7

dapat merusak benda-benda dari logam, karena logam akan teroksidasi baik
dengan asam sulfat encer maupun pekat (Amanda, 2013).

Asam sulfat memiliki sifat fisis dan kimia seperti pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Sifat Fisis Asam Sulfat Pekat
1 Asam sulfat berbentuk
2 Bau
3 Berat molekul
4 Penampakan
5 Titik didih
6 Titik Leleh
(DIRJEN POM, 1979)

Cairan berminyak tebal


Tidak berbau, tapi memiliki bau tersedak
ketika panas
98.08g/mol
Tidak berwarna
270C(518F)
-35C(-31F)

Sifat kimia asam sulfat


a.

Reaksi dengan air


Air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat dan

cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke dalam


asam sulfat pekat, air akan dapat mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi
yang terjadi adalah pembentukan ion hidronium :
H2SO4 + H2O H3O+ + HSO4-...................................................................... (3)
HSO4- + H2O H3O+ + SO42-...................................................................... (4)
b.

Bereaksi dengan Basa


Sebagai asam, asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan basa, menghasilkan

garam sulfat. Sebagai contoh, garam tembaga tembaga (II) sulfat dibuat dari
reaksi antara tembaga (II) oksida dengan asam sulfat:
CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O..................................................................... (5)
c.

Bereaksi dengan logam


Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam via reaksi penggantian

tunggal, menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat.H2SO4 encer menyerang


besi, aluminium, seng, mangan, magnesium dan nikel.Namun reaksi dengan timah
dan tembaga memerlukan asam sulfat yang panas dan pekat.
2.4

Besi III (Klorida)

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


8

Besi(III) klorida atau ferri klorida adalah senyawa yang digunakan sebagai
uji kemurnian aspirin, memiliki titik lebur yang relatif rendah dan mendidih pada
315C. Uapnya merupakan dimer Fe2Cl6. Pada suhu yang semakin tinggi, dimer
ini lebih cenderung terurai menjadi monomer. Jika dari pengujian tersebut warna
larutan menjadi ungu maka di dalam aspirin masih terdapat gugus fenolik.
Awalnya FeCl3 bereaksi dengan air membentuk Fe(H2O)63+. Reaksi yang terjadi antara
asam salisilat dengan FeCl3 dapat dilihat seperti pada Gambar 2.2 dan sifat-sifat fisis
dari Ferri Klorida dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Gambar 2.2 Reaksi asam salisilat dengan FeCl3 (Austin, 1984).


Menurut Austin, sifat-sifat fisika dan kimia dari ferri klorida adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.6 Sifat-Sifat Fisis Ferri Klorida
1
2
3

Rumus Molekul
Berat Molekul
Densitas

Titik Lebur

5
Titik Didih
(Sumber: Austin, 1984)

FeCl3
162,22 gram/mol
2,898 gram/cm3
282
315

Sifat-sifat kimia ferri klorida, yaitu :


1.
2.
3.
4.

Larut dalam air, larutan berwarnajingga.


Disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat.
Dapat digunakan sebagai indikator uji kemurniaan aspirin.
Mudah menguap.

2.5

Etanol

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


9

Etanol adalah alkohol 2-karbon dengan rumus molekul CH3CH2OH. Rumus


molekul dari etanol itu sendiri adalah CH3CH2OH dengan rumus empirisnya
C2H6O. Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau
alkohol saja adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol dan termometer modern.
Etanol dan alkohol membentuk larutan azeotrop. Etanol termasuk ke dalam
alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O.Ia
merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi
EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5) (Myers, 2007).
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut
yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.Etanol telah
digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam
minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang
berumur 9000 tahun dari Cina bagian utara menunjukkan bahwa minuman
beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik (Roach,
2005).
Sifat-sifat fisis dari Etanol dapat dilihat pada tabel 2.7.

1
2
3
4

Tabel 2.7 Sifat-Sifat Fisis Etanol


Rumus Molekul
C2H5OH
Berat Molekul
46,07 gram/mol
Densitas
0,789 gram/cm3
Titik Lebur

5
Titik Didih
6
Warna
(Sumber: Greenwood, 1997)

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

-114,3
78,4
Jernih (tidak berwarna)

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


10

Sifat-sifat kimia etanol :


Reaksi asam-basa
Etanol dapat diubah menjadi konjugat basanya, ion etoksida (CH3CH2O),
dengan mereaksikannya dengan logam alkali seperti natrium. Reaksi seperti ini
tidak dapat dilakukan dalam larutan akuatik, karena air lebih asam daripada
etanol, sehingga pembentukan hidroksida lebih difavoritkan daripada pembentuk
etoksida :
2CH3CH2OH + 2Na 2CH3CH2ONa + H2..................................................... (6)
CH3CH2OH + NaH CH3CH2ONa + H2........................................................ (7)
Dehidrasi

Asam kuat yang sangat higroskopis seperti asam sulfat akan menyebabkan
dehidrasi etanol dan menghasilkan etilena maupun dietil eter:
2 CH3CH2OH CH3CH2OCH2CH3 + H2O (pada 120oC)............................ (8)
CH3CH2OH H2C=CH2 + H2O (pada 180oC)............................................... (9)
Pembakaran
Pembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air:
C2H5OH(g) + 3 O2(g) 2 CO2(g) + 3 H2O(l)
2.6

(Hr = 1409 kJ/mol) (10)

Air
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia

H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan
temperatur 273,15 K (0C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air
dapat melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh
dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya
intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air (Ball, 1984). Air memiliki
rumus H2O dan ditunjukkan strukturnya pada gambar berikut ini.

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


11

Gambar 2.3 Struktur air (Ball, 1984)


Berdasarkan strukturnya air merupakan molekul yang bersifat polar. Polar
adalah kecenderungan suatu senyawa untuk bermuatan dikarenakan tidak
meratanya sebaran elektron, atau dengan kata lain elektron terkumpul pada salah
satu sisi. Hal ini dikarenakan elektron yang memiliki muatan negatif, sehingga
bila elektron ini berkumpul maka sisi itu akan cenderung bermuatan negatif. Oleh
karena itu molekul air bersifat polar (Ball, 1984).
2.7

Aspirin
Aspirin adalah zat sintetik pertama di dunia dan penyebab utama

perkembangan industri farmateutikal. Bayer mendaftarkan aspirin sebagai merek


dagang pada 6 Maret 1899. Felix Hoffmann bukanlah orang pertama yang
berusaha untuk menciptakan senyawa aspirin ini. Sebelumnya pada tahun 1853,
seorang ilmuwan Perancis bernama Frederick Gerhardt telah mencoba untuk
menciptakan suatu senyawa baru dari gabungan asetil klorida dan sodium
salisilat. Aspirin dijual sebagai obat pada tahun 1899 setelah Felix Hoffmann
berhasil memodifikasi asam salisilat, senyawa yang ditemukan dalam kulit kayu
dedalu (Gerhardt CF,1855).
Asam asetil salisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisil asetat
dan yang paling terkenal adalah aspirin (brandname produk dari Bayer).
Serbuk atau kristal asam asetil salisilat dari tidak berwarna sampai berwarna
putih. Asam asetil salisilat stabil dalam udara kering tapi terdegradasi perlahan
jikaterkena uap air menjadi asam asetat dan asam salisilat. Nilai titik lebur dari
asam asetil salisilat adalah 1350C (Cartense, 1985).

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


12

Gambar 2.4 Stuktur Kimia Aspirin (Hendriayana,2003)


Aspirin atau asam asetil salisilat atau asetosal adalah sejenis obat turunan
dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (anti nyeri),
antipiretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti peradangan). Aspirin juga
memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo
lama untuk mencegah serangn jantung.
Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok
senyawa glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula yang
terikat pada non-glikosida L. Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan
tereduksi sempurna menjadi asam salisilat.
Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya
dengan anhidrida asetat, hal ini dilakukan pertama kali oleh Felix Hofmann dari
perusahaan bayer, Jerman. Dalam tablet aspirin komersil sering kali masih
terdapat asam salisilat didalamnya, juga ada yang kadar aspirinnya tidak
memenuhi standar, karena itu perlu diuji kandungannya dengan uji FeCl3 dan
diuji kadarnya dengan titrasi asam basa. Pada percobaan ini aspirin komersiil
masih mengandung asam salisilat sedangkan kandungannya adalah 66,15% yang
berarti telah memenuhi kadar kelayakan aspirin dalam sediaan farmasi oral
menurut standar FDA (Cartense, 1985).
Aspirin dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin yaitu
asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrida atau dapat juga
direaksikan dengan asam asetat glacial bila asam asetat anhidrida sulit untuk

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


13

ditemukan. Pada proses pembuatan reaksi esterifikasi ini dibantu oleh suatu
katalis asam yaitu H3PO4 85% untuk mempercepat reaksi. Tetapi pada
penambahan katalis ini tidak terlalu berefek maka dilakukanlah pemanasan untuk
mempercepat reaksinya. Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air untuk
melakukan rekristalisasi berlangsung cepat dan akan terbentuk endapan. Endapan
inilah yang merupakan aspirin (Cartense, 1985).
Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin. Sedangkan
reaksi dengan methanol akan menghasilkan metil salisilat. Uji terhadap asam
salisilat dan aspirin komersiil digunakan untuk menguji kemurnian aspirin.
Kemurnian aspirin bisa diuji dengan menggunakan FeCl3. FeCl3 bereaksi dengan
gugus fenol membentuk kompleks ungu.
Selain itu kemurnian aspirin juga dapat ditentukan dengan uji titik leleh,
dimana seharusnya titik leleh aspirin murni adalah 136 C. Sedangkan untuk
kandungan analisis aspirin dapat digunakan titrasi asam basa menggunakan NaOH
setelah kristal aspirin dilarutkan dalam etanol (pelarut organik).
Menurut George T. Austin dalam bukunya yang berjudul Shreves Chemical
Process Industries menyebutkan bahwa sifat-sifat fisika aspirin adalah sebagai
berikut :
1.

Rumus molekulnya C9H8O4 dan dengan berat molekulnya 180,2 serta berat

2.
3.
4.

jenisnya 1.40 g/cm3


Titik didihnya adalah 140Cdengan titik lebur 138C 140C
Nama IUPAC-nya adalah 2-acetyloxybenzoicacid
Mudah larut dalam air, etanol, kloroform dan eter, tatapi sukar larut dalam
eter mutlak.

Sedangkan sifat-sifat kimia aspirin adalah sebagai berikut.


1.
2.
3.

Tidak mudah terbakar, disimpan pada tempat yang steril.


Kristal aspirin berwarna putih.
Hampir tidak berbau.
Tabel 2.8 Sifat Fisika Aspirin
1

Berat molekul

180,2 gram

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


14

Titik didih

140

3
4

Nama lain
Larut

2- acetyloxybenzoic acid
Dalam air, mudah larut dalam etanol,
larut dalam kloroform,dan dalam eter,

Titik lebur

138

-140

(Austin, 1984).

Tabel 2.9 Sifat Kimia Aspirin


1 Kelarutan aspirin

Dalam air 10 mg/ml pada suhu 20

2
3
4
5

Dalam eter, etanhol, dan air


Polar
Dalam asam lemak
Terhidrolisis menghasilkan asam salisilat
bebas
Tidak mudah terbakar, disimpan pada
tempat yg steril

Larut
Senyawa
Tidak terhidrolisis
Dalam suasana basa

6 Penyimpanan
(Austin, 1984)

2.7.1 Sejarah Aspirin


Senyawa alami dari tumbuhan yang digunakan sebagai obat ini telah ada
sejak awal mula peradaban manusia. Di mulai pada peradaban Mesir kuno, bangsa
tersebut telah menggunakan suatu senyawa yang berasal dari daun willow untuk
menekan rasa sakit. Pada era yang sama, bangsa Sumeria juga telah menggunakan
senyawa yang serupa untuk mengatasi berbagai jenis penyakit. Hal ini tercatat
dalam ukiran-ukiran pada bebatuan di daerah tersebut. Barulah pada tahun 400
SM, filsafat Hippocrates menggunakannya sebagai tanaman obat yang kemudian
segera tersebar luas. Reverend Edward Stone dari Chipping Norton, Inggris,
merupakan orang pertama yang mempublikasikan penggunaan medis dari aspirin
(Nicolaou, 2008).

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


15

Pada tahun 1763, ia telah berhasil melakukan pengobatan terhadap berbagai


jenis penyakit dengan menggunakan senyawa tersebut. Padatahun 1826, peneliti
berkebangsaan Italia, Brugnatelli dan Fontana, melakukan uji coba terhadap
penggunaan suatu senyawa dari daun willow sebagai agen medis. Dua tahun
berselang, pada tahun 1828, seorang ahli farmasi Jerman, Buchner, berhasil
mengisolasi senyawa tersebut dan diberi nama salicin yang berasal dari bahasa
latin willow, yaitu salix. Senyawa ini memiliki aktivitas antipiretik yang mampu
menyembuhkan demam. Penelitian mengenai senyawa ini berlanjut hingga pada
tahun 1830

ketika

seorang

ilmuwan Perancis bernama

Leroux

berhasil

mengkristalkan salicin. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh ahli farmasi


Jerman bernama Merck pada tahun 1833. Sebagai hasil penelitiannya, ia berhasil
mendapatkan kristal senyawa salicin dalam kondisi yang sangat murni. Senyawa
asam salisilat sendiri baru ditemukan pada tahun 1839 oleh Raffaele Piria dengan
rumus empiris C7H6O3 (Nicolaou, 2008).
Bayer meupakan perusahaan pertama yang berhasil menciptakan senyawa
aspirin (asam asetilsalisilat). Ide untuk memodifikasi senyawa asam salisilat
dilatarbelakangi oleh banyaknya efek negatif dari senyawa ini. Pada tahun 1945,
Arthur Eichengrun dari perusahaan Bayer mengemukakan idenya untuk
menambahkan gugus asetil dari senyawa asam salisilat untuk mengurangi efek
negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan toleransinya. Pada tahun 1897, Felix
Hoffmann berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan senyawa asam
asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah aspirin. Aspirin
merupakan akronim dari:
A
Spir
Spiraea
In

: Gugus asetil
: nama bunga tersebut dalam bahasa Latin
: suku kata tambahan yang sering kali digunakan
: untuk zat pada masa tersebut.

2.7.2 Sejarah Penamaan Aspirin


Pada tahun 1828, ahli kimia Italia Raffaele Piria dan apoteker Perancis
Henri Leroux menemukan dan memisahkan bahan aktif yang terkandung di dalam

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


16

kulit pohon. Karena nama Latin dari pohon willow putih adalah Salix alba,
senyawa baru yang terkandung di dalam kulit pohon itu dinamakan salicin.
Sepuluh tahun kemudian, ahli kimia Perancis berhasil memisahkan senyawa yang
lebih murni dan dikenal dengan nama asam salisilat. Asam salisilat menjadi dasar
dari banyak produk farmasi lainnya termasuk asam asetil salisilat, yang dikenal
dengan nama aspirin pada saat sekarang ini.

2.7.3 Cara Kerja Aspirin


Salah satu bahan aktif dalam aspirin adalah asam asetil salisilat yang
merupakan turunan sintetis dari senyawa salisin yang biasanya secara alami
terdapat pada tanaman, terutama pohon willow. Menurut kajian John Vane, aspirin
menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang dikenal sebagai
prostaglandins. Siklooksigenase merupakan sejenis enzim yang terlibat dalam
pembentukan prostaglandins dan tromboksanakan berhenti bekerja apabila aspirin
mengasetil enzim tersebut.
Prostaglandins ialah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh yang berfungsi
dalam proses penghantaran rangsangan sakit ke otak dan pemodulatan
termostathipotalamus.

Sedangkan

tromboksan

bertanggungjawab

dalam

pengagregatan platlet.Serangan jantung disebabkan oleh penggumpalan darah dan


rangsangan sakit menuju ke otak. Oleh karena itu, pengurangan gumpalan darah
dan rangsangan sakit ini disebabkan konsumsi aspirin pada kadar yang sedikit
sehingga dianggap baik dari segi pengobatan.Namun, konsumsi aspirin dapat
memberikan efek yaitu darah menjadi lambat membeku dan menyebabkan
terjadinya pendarahan secara berlebihan. Oleh karena itu, mereka yang akan
menjalani pembedahan atau mempunyai masalah pendarahan tidak diperbolahkan
mengonsumsi aspirin (Vane, 1971).
2.7.4 Manfaat Asprin

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


17

Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain
itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada
cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan
zat antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari
40 juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata
penggunaan aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak
setiap tahunnya.Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan
pendarahan pada lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan
reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis
rata-rata adalah 0.3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat
mengakibatkan kematian (Fary,2009).

Gambar 2.5 Aspirin Berbentuk Tablet (Hendriayana, 2003).

Meskipun cara kerja yang tepat dari asam salisilat tidak diketahui dengan
baik, efek-efek berguna dari ester-ester yang terdapat pada asam ini telah
diketahui sejak dahulu.Daun-daun yang mengandung jumlah asam salisilat yang
cukup telah dikelola oleh para dokter pada zaman dahulu sebagai penawar rasa
sakit dan demam (Fary,2009).
Menurut Prof. Thomas A. Pearson, aspirin memiliki banyak manfaat. Antara lain:
-

Berdasarkan data yang terkumpul dari British Doctors Trial & uji serangan

iskemik di Inggris menunjukkan bahwa penggunaan aspirin secara rutin sebanyak

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


18

300 mg/hari dapat menurunkan resiko kanker kolerektal, juga kanker payudara,
prostat, paru, payudara, lambung dan esofageal.
-

Pemberian 325 mg/ hari dapat memperbaiki suplai darah ke otak dan

performa kognitif. studi longitudinal telah dilakukan terhadap 1.686 yang hasilnya
terjadi penurunan sebesar 60 persen atas resiko alzheimer di antara pengguna obat
antiinflamasi non streoid (NSAIDs, termasuk aspirin) lebih dari 2 tahun. hasil
meta analisis juga menyebutkan 15 penelitian menyimpulkan bahwa NSAIDs
memberikan perlindungan bagi perkembangnya penyakit alzheimer.
-

Studi acak yang telah dilakukan terhadap 139 wanita beresiko pre-

eklampsia, 35 persen menerima aspirin dan 62 persen menerima plasebo


mengalami pre-eklampsia. selain itu, meta analisis dari 14 penelitian, 12.416
wanita menunjukkan manfaat apirin untuk mengurangi resiko kematian dari
perinatal & pre-eklampsia.
2.7.5 Pembentukan Aspirin
Reaksi acetylasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil kedalam
suatu substrat yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-C-OO (dimana R = alkil atau
aril). Sintesis aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi. Esterifikasi
merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan suatu alkohol membentuk
suatu ester (Palleros, 2000)
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida
asam asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi.
Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan
COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang
berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam
karboksilat (Fessenden,1987). Proses pembentukan aspirin dapat dilihat pada
gambar berikut :

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


19

Gambar 2.6 Mekanisme Pembuatan Aspirin (Fessenden,1987)


Mekanisme Reaksi Pembuatan Aspirin yaitu (Fessenden,1987) :
1.
2.

Asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrat


Sehingga gugus alkanol pada asam salisilat akan bereaksi dengan gugus asetil

3.
4.

pada asam asetat anhidrat dibantu dengan katalis H2SO4 sebagai penghidrasi.
Gugus alkanol dan gugus asetil saling bertukaran tempat
Struktur dari asam salisilat berubah (-OH menjadi CH 3COO-) yang disebut
sebagai Asam Asetil Salisilat dengan nama dagang Aspirin dengan reaksi
samping asam asetat.

2.7.6 Metode Pembuatan Aspirin


Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida
asam asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi.
Berikut ini adalah beberapa cara atau metode pembuatan aspirin yang ditemukan
oleh beberapa tokoh, yaitu :
1.

Sintesa Aspirin menurut Kolbe


Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini

ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe.Pada sintesis
ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO2 pada tekanan tinggi, lalu
ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat.Asam salisilat yang
dihasilkan kemudian direaksikan dengan asetat anhidrat dengan bantuan asam
sulfat sehingga dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat.
2.

Sintesa Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt


Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang

memiliki tekanan vakum dan panas (130 ).Sodium phenoxide berubah menjadi
serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700
kPa dan temperatur 100

sehingga membentuk sodium salisilat.Sodium salisilat

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


20

dilarutkan kemudiandikeluarkan dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan


menggunakan

karbon

aktif.Kemudian

ditambahkan

asam

sulfat

untuk

mengendapkan asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan sublimasi.


Untuk membentuk Aspirin, asam salisilat direfluks bersama asetat anhidrat
didalam pelarut toluena selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian didinginkan
dalam tangki pendingin aluminium. Asam asetil salisilat akanmengendap sebagai
kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan
kemudian dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk menghasilkan 1 ton asam
salisilat, dibutuhkan fenol sebanyak 800 kg, NaOH 350 kg, CO2 500 kg, Seng 10
kg, Seng Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg (Austin, 1984).

2.7.7 Rekristalisasi Aspirin


Rekristalisasi merupakan cara yang paling efektif untuk memurnikan zatzat organik dalam bentuk padat untuk mendapatkan aspirin yang lebih murni.
Oleh karena itu teknik ini secara rutin digunakan untuk pemurnian senyawa hasil
sintesis atau hasil isolasi dari bahan alami, sebelum dianalisis lebih lanjut,
misalnya dengan instrumebn spektoskopi seperti UV, IR, NMR, dan MS.
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang
panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah
dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian
sebab kemudahannya ( tidak perlu alat khusus ) dan karena keefektifannya.
Kedepannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan.
Metoda ini sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang
cocok pada suhu tinggi ( pada atau dekat titik didih pelarutnya ) untuk
mendapatkan jumlah larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas perlahan
didinginkan, Kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun
bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena
konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh
(Ilham,2011).

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


21

Ada beberapa tahap yang dilakukan pada proses rekristalisasi secara umum
adalah sebagai berikut :
1.

Memilih pelarut yang cocok


Pelarut yang umum digunakan jika dilarutkan sesuai dengan kenaikan

kepolarannya adalah petroleum eter (n-heksana), toluene, kloroform, aseton, etil


asetat, etanol, metanol, dan air. Pelarut yang cocok untuk merekristalisasi suatu
sampel zat tertentu adalah pelarut yang dapat melarutkan secara baik zat tersebut
dalam keadaan panas, tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin.
2.

Melarutkan senyawa dengan pelarut


Zat yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas dengan

volum sesedikit mungkin, sehingga dapat diperkirakan dengan tepat titik


jenuhnya. Apabila digunakan kombinasi dua pelarut, mula mula zat itu
dilarutkan dalam pelarut yang yang bekerja baik dalam keadaan panas sampai
larut, kemudian ditambahkan pelarut yang lain setetes demi setetes sampai timbul
kekeruhan.Selanjutnya, tambahkan beberapa tetes pelarut yang baik agar
kekeruhannya hilang kemudian disaring.
3.

Penyaringan
Larutan disaring dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor yang

tidak larut.Penyaringan larutan dalam keadaan panas dimaksudkan untuk


memisahkan zat zat pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam larutan,
seperti debu, pasir, dan lainnya.Agar penyaringan berjalan cepat, biasanya
digunakan corong Buchner.Jika larutannya mengandung zat warna pengotor, maka
sebelum disaring ditambahkan sedikit ( 2 % berat) arang aktif untuk
mengadsorbsi zat warna tersebut.Penambahan arang aktif tidak boleh terlalu
banyak karena dapat mengadsorbsi senyawa yang dimurnikan.
4.

Pendinginan filtrat
Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Selain pada

suhu kamar, pendinginan ini biasanya juga dilakukan di dalam wadah yang berisi
air dan es. Penambahan umpan (feed) yang berupa kristal murni ke dalam larutan
atau penggoresan dinding wadah dengan batang pengaduk dapat mempercepat
proses rekristalisasi.
5.

Penyaringan dan pendinginan kristal

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


22

Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, kristal yang diperoleh


perlu disaring dengan cepat menggunakan corong Buchner. Kemudian kristal
yang diperoleh dikeringkan dalam eksikator.
2.7.8

Reaksi Pengujian Aspirin


Reaksi aspirin dengan penambahan FeCl3 bertujuan untuk menguji

kemurnian aspirin yang dihasilkan dari praktikum. Jika dari pengujian tersebut
warna larutan menjadi ungu maka di dalam aspirin masih terdapat gugus fenolik
(Respati, 1976).
Mekanisme reaksi antara asam salisilat dengan FeCl3 adalah :
1.

Pertama, FeCl3.6H2O dengan struktur Fe ditengah dan dikelilingi oleh 6 H 2O


direaksikan dengan Asam Salisilat yang mengandung 2 buah gugus fungsi

2.

yaitu : OH dan COOH.


Kemudian atom oksigen baik pada gugus hidroksi maupun gugus karboksilat
dari asam salisilat akan berikatan dengan ion kompleks Fe(H2O)63+ tersebut
yang menyebabkan warna ungu pada larutan dan atom H pada gugus hidroksi
dan gugus karboksilat akan bereaksi dengan Cl3 pada FeCl3.6H2O membentuk

3.

HCl sebagai reaksi samping.


Kemudian untuk pengujian aspirin dengan ferri klorida, larutan tidak
berwarna ungu, hal ini terjadi karena pada aspirin hanya gugus karboksilat
yang berikatan dengan ion kompleks tersebut, gugus asetil tidak berikatan.
Jika warna larutan berwarna ungu berarti pada aspirin yang dihasilkan masih
mengandung asam salisilat.

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


23

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


24

Bab 3. Metodologi Praktikum

3.1

3.2

Bahan bahan yang digunakan :


Asam Salisilat
Asetat Anhidrat
Asam Sulfat Pekat
Etanol
Ferri Klorida
Akuades
Alat alat yang digunakan :
Labu Didih Dasar Bulat
Erlenmeyer 200 ml
Erlenmeyer 250 ml
Gelas Piala
Corong Bucnher
Kaca Arloji
Pipet Tetes
Termometer
Batang Pengaduk
Gelas Ukur 10 ml
Tabung Reaksi
Penangas air
Kertas saring
Pompa vakum
Statip dan klem
Timbangan analitik

3.3 Prosedur Praktikum


3.3.1 Pembuatan Aspirin
1.

Asam salisilat sebanyak 3 gram dimasukkan kedalam labu didih dasar bulat.

2.

Kemudian ditambah 9 ml asetat anhidrat dan 4 tetes asam sulfat pekat


kedalam labu didih tersebut.

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


25

3.

Campuran diaduk sam tercampur dengan sempurna, dilakukan dalam lemari


asam.

4.

Campran dipanaskan di atas penangas air pada temperatur 50-60 oC sambil


diaduk selama 15 menit.

5.

Campuran di biarkan dingin pada suhu kamar sambil diaduk sesekali.

6.

Larutan diencerkan dengan menambahkan 40 ml akuades aduk dengan


sempurna.

7.

Campuran pada labu didih dasra bulat didinginkan di dalam wadah yang
berisi batu es selama 1 jam.

8.

Kemudian kertas saring ditimbang lalu diletakkan di atas corong Buncher


yang terhubung dengan menggunakan pompa vakum.

9.

Setelah pembentukan kristal aspirin telah sempurna, kristal disaring dengan


menggunakan pompa vakum.

3.3.2 Rekristalisasi Aspirin


1.
Aspirin dilarutkan ke dalam 7 ml etanol hangat kemudian ditambah dengan
2.

40 ml air hangat.
Campuran tersebut kemudian dipanaskan dalam penangas air sampai kristal

3.

aspirin terlarut sempurna.


Bila terjadi endapan, larutan tersebut disaring dengan cepat dalam keadaan

4.

panas.
Larutan jernih yang telah diperoleh didinginkan pada temperatur kamar
kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es dan air selama 1.5

5.

jam.
Kertas saring ditimbang lalu diletakkan di atas corong Buchner yang telah

6.

terhubung dengan pompa vakum.


Setelah pembentukan kristal aspirin telah sempurna, kristal disaring dengan

7.
8.

menggunakan pompa vakum.


Selanjutnya kristal di oven selama 10 menit dalam suhu 55C .
Kristal aspirin yang telah diperoleh ditimbang kemudian dihitung
rendemennya.

3.3.3 Uji Kemurnian Aspirin

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


26

1.

Kristal aspirin yang telah diperoleh diambil sedikit kemudian dilarutkan

2.

dengan 1 ml alkohol dalam tabung reaksi.


Pada tabung reaksi yang lain, asam salisilat diambil sedikit kemudian

3.

dilarutkan dengan 1 ml alkohol.


Selanjutnya ke dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan 3 tetes

4.

FeCl3.
Apabila larutan aspirin-alkohol berubah menjadi ungu, berarti aspirin yang
telah dibuat belum murni. Bila larutan aspirin tidak berwarna ungu berarti

5.

aspirin yang terbentuk telah murni.


Jika belum murni, rekristalisasi terhadap aspirin diulangi dengan cara diatas
agar diperoleh aspirin yang murni.

3.4

Rangkaian alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Pemanasan

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


27

Gambar 3.2 Proses Pengeringan Kristal Aspirin dengan Pompa Vakum

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


28

Bab 4. Hasil dan Pembahasan


2.7

Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Bahan yang Digunakan
Bahan
Asam salisilat
Asetat anhidrat
Asam sulfat pekat
Akuades

Jumlah
3 gram
9 ml
4 tetes
40 ml

Tabel 4.2 Pengamatan Selama Pembuatan Aspirin


Perlakuan

Hasil Pengamatan

3 gram asam salisilat + 7 ml asam asetat


anhidrat + 4 tetes asam sulfat pekat dalam
labu didih dasar bulat
Larutan dipanaskan pada suhu 50C-60C
selama 15 menit.
Larutan didinginkan pada suhu kamar + 7 ml
alkohol hangat

Larutan bening

Larutan bening
Terbentuk endapan

Ditambahkan 40 ml akuades hangat

Endapan berkurang

Dipanaskan pada suhu 50C-60C

Terbentuk endapan kasar

Disaring dengan corong

Larutan terpisah dari endapan kasar

Larutan didiamkan pada suhu kamar selama

Terbentuk kristal putih sedikit demi

60 menit

sedikit

Dipisahkan dengan pompa vakum

Kristal putih

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


29

Tabel 4.3 Perbandingan Aspirin dan Asam Salisilat pada Tes Kemurnian
Perlakuan
Sampel
Ditambahkan 1 ml alcohol
Ditambahkan 3 tetes FeCl3

Tabung Reaksi I
Aspirin
Larutan bening
Kuning-orange

Tabung Reaksi II
Asam Salisilat
Larutan bening
Ungu

Tabel 4.4 Data Hasil


Hasil
Aspirin awal yang terbentuk
Aspirin setelah rekristalisasi
Rendemen
4.2

Jumlah
3,267 gram
3,091 gram
78,05%

Pembahasan

4.1.2 Pembuatan Aspirin


Aspirin adalah senyawa turunan asam salisilat yang dapat disintesis melalui reaksi
esterifikasi. Asam salisilat dilarutkan pada asam asetat anhidrat sehingga terjadi subtitusi
gugus hidroksi(-OH) pada asam salisilat dengan gugus asetil (OCOCH 3) pada anhidrat
asetat. Sebagai katalis, digunakan asam sulfat. Reaksi ini akan menghasilkan aspirin
sebagai produk utama dan asam asetat sebagai produk sampingan (Fessenden, 1987).

Persamaan reaksi sintesis aspirin tersebut terdapat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1Mekanisme Reaksi Pembuatan Aspirin (Fessenden, 1987)


Pada percobaan yang dilakukan, digunakan 3 gram asam salisilat dan 9 ml asam
asetat anhidrat sebagai reaktan. Sesuai dengan reaksi stoikiometri sebelumnya, asam
salisilat akan menjadi pereaksi pembatas. Artinya secara teoritis, jumlah aspirin yang
dihasilkan adalah setara dengan jumlah asam salisilat yang direaksikan. Asam asetat
aanhidrat ditambahkan berlebih agar asam salisilat habis bereaksi. Selain itu, dengan

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


30
bergesernya kesetimbangan kearah produk, aspirin yang dihasilkan akan semakin banyak.
Untuk mempercepat reaksi dilakukan pemanasan.
Aspirin ini dibuat dengan cara esterifikasi, dimana bahan aktif dari aspirin yaitu
asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrat atau dapat juga direaksikan dengan
asam asetat glasial. Asam asetat anhidrat ini dapat digantikan dengan asam asetat glasial
karena asam asetat glasial ini bersifat murni dan tidak mengandung air. Selain itu asam
asetat anhidrat juga terbuat dari dua asam asetat glasial sehingga pada pereaksian
volumenya semua digandakan. Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air agar ketika
melakukan rekristalisasi, reaksi dapat berlangsung cepat dan terbentuk endapan. Endapan
inilah yang merupakan aspirin. Pendinginan dimaksudkan untuk membentuk kristal,
karena ketika suhu dingin, molekul-molekul aspirin dalam larutan akan bergerak
melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan.
Campuran asam salisilat dengan anhidrida asetat kemudian ditambahkan 3 tetes
H2SO4 pekat. Asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus OH,
sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk
adalah asam asetilsalisilat (aspirin). Gugus asetil (CH 3COO-) berasal dari anhidrida asam
asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat. Hasil samping reaksi ini adalah
asam asetat.
Katalis yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam sulfat yang dapat
mempercepat laju reaksi pembentukan ester dengan menurunkan energi aktifasi sehingga
pembentukan produk berupa ester dapat dengan mudah terbentuk .Penambahan asam
sulfat pekat juga berfungsi sebagai zat penghidrasi. Hasil samping dari reaksi asam
salisilat dan anhidrida asam asetat yakni asam asetat akan terhidrasi membentuk
anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat ini akan kembali bereaksi dengan asam
salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat.
Sehingga reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis bereaksi dengan asam sulfat
pekat ini (Hendriayana, 2003).
Oleh sebab itu, setelah pencampuran ketiganya maka dilakukan pemanasan untuk
memastikan bahwa asam salisilat benar-benar telah habis bereaksi. Hal ini dilakukan
dengan memasukkan erlenmeyer ke dalam waterbach hingga suhu 50C-60C sambil
diaduk selama 15 menit. Hal ini dikarenakan suhu tersebut adalah suhu optimum untuk
pembentukan aspirin. Jika suhu berada di atas 50C-60C maka ester yakni aspirin yang
terbentuk akan terurai dan jika suhunya berada di bawah 50C-60C maka reaksi akan
berjalan lambat. Setelah pemanasan dilakukan pendinginan bertujuan untuk membentuk
kristal, karena ketika suhu dingin molekul-molekul aspirin dalam larutan akan bergerak
melambat dan pada akhirnya terkumpul membentuk endapan.

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


31
4.2.2 Rekristalisasi
Kemudian proses dilanjutkan dengan rekristalisasi, rekristalisasi (pembentukan
kristal kembali) bertujuan untuk mendapat kristal aspirin yang lebih murni. Aspirin yang
terbentuk dilarutkan dalam 7 ml alkohol hangat lalu ditambahkan 40 ml air hangat.
Larutan dipanaskan di atas penangas air. Bila terjadi endapan, segera saring larutan
tersebut dengan cepat dalam keadaan panas. Larutan jernih yang telah disaring tersebut
didinginkan pada temperatur kamar dan diamati hingga terbentuk kristal aspirin. Kristal
yang telah bercampur dengan akuades dan alkohol disaringdengan corong Buchner. Hal
ini akan menyebabkan kristal asam asetil salisilat dengan filtratnya menjadi terpisah.
Setelah itu kristal yang dihasilkan dikeringkan di dalam oven (Fary, 2009).
Proses rekristalisasi menggunakan 2 pelarut yaitu air hangat dan etanol. Jika
digunakan sendiri-sendiri kurang memenuhi syarat sebagai pelarut rekristalisasi. Pelarut
yang satu bersifat melarutkan, sedangkan pelarut yang lain tidak melarutkan, sehingga
dapat terbentuk kristal. Bila hanya menggunakan etanol saja maka jumlah etanol yang
dibutuhkan melebihi jumlah yang diberikan dalam formulasi. Selain itu etanol yang
ditambahkan berlebih akan membuat aspirin yang larut saat panas akan sulit mengkristal
kembali. Etanol dipanaskan di dalam erlenmeyer yang ditutup dengan aluminium
foiluntuk menghindari penguapan etanol. Begitu juga dengan air, bila menggunakan air
saja maka dibutuhkan air dalam jumlah banyak sehingga tidak efisien. Penambahan air
hangat ke dalam erlenmeyer harus setelah kristal larut dalam etanol. Hal ini agar aspirin
yang telah terbentuk tidak terhidrolisa kembali. Jadi, menggunakan 2 pelarut yaitu air dan
etanol dapat menghasilkan kristal yang bagus dan hasil yang maksimum. Massa aspirin
teoritis adalah 3.244 gram. Akan tetapi pada percobaan, massa aspirin yang diperoleh
adalah 3.091 gram dengan rendemen 79,05%. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan
selama proses pembuatan dan rekristalisasi, senyawa reaktan maupun produk mengalami
penguapan, sehingga hasil akhir yang diperoleh berbeda dengan hasil teoritis.

4.2.3 Uji Kemurnian


Selanjutnya adalah proses uji kemurnian aspirin. Kristal aspirin yang telah
diperoleh diuji dengan menggunakan FeCl3. Diuji dengan FeCl3 untuk mengetahui apakah
pada aspirin yang telah diperoleh masih mengandung asam salisilat atau tidak.
Sebelumnya aspirin dan asam salisilat dilarutkan dengan alkohol 1 ml pada tabung reaksi
yang berbeda. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu jika bereaksi dengan
FeCl3, karena asam salisilat mengandung gugus fenol. Jika tidak terdapat gugus fenol,
maka warna larutan berubah menjadi kuning. Jika hasil tesnya positif berwarna ungu,
maka aspirin tersebut masih mengandung OH - yang terikat pada gugus aromatis (asam

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


32
salisilat) yang berarti belum semua asam salisilat bereaksi dengan anhidrida asetat. Jika
aspirin tersebut tidak berubah warna menjadi ungu, berarti aspirin yang dihasilkan telah
murni. Pada percobaan ini, ketika aspirin yang telah direkristalisasi diuji dengan FeCl 3,
aspirin berwarna kuning keemasan.

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


33

Bab 5. Kesimpulan dan Saran


5.1
1.

Kesimpulan
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat
anhidrida menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis.Pada pembuatan
aspirin sebanyak 3 gram asam salisilat dan 9 ml asetat anhidratdihasilkan

2.

aspirin berupa bubuk putih.


Rekristalisasi aspirin dilakukan untuk menghilangkan pengotor pada aspirin,
sehingga diperoleh aspirin yang murni, dengan berat 3,267 gr dan rendemen

3.

82,5 %.
Pada uji kemurnian aspirin, larutan aspirin berubah menjadi coklat bening.
Hal ini menunjukkan bahwa aspirin sudah murni, sehingga tidak perlu
dilakukan rekristalisasi kembali.

5.2
1.

Saran
Bahan-bahan yang di gunakan harus sesuai dengan prosedur percobaan
agar mendapatkan hasil yang maksimal.

2.

Usahakan agar tidak ada aspirin yang tertinggal didalam wadah (labu didih
dasar bulat) sehingga tidak mengurangi rendemen.

3.

Ketika larutan aspirin dalam labu didinginkan dengan batu es, perhatikan
kristal yang terbentuk. Hentikan pendinginan jika kristal yang diperoleh
sudah banyak. Hal ini juga akan mempengaruhi rendemen.

4.

Suhu harus dijaga pada rentang 50oC-60oC pada saat pemanasan. Jika suhu
pemanasan dibawah 50oC maka reaksi pembentukan aspirin akan berjalan
lambat, sedangkan jika suhunya diatas 60oC maka aspirin akan terurai
sehingga hasil yang diperoleh menjadi tidak akurat.

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


34

Daftar Pustaka
Amanda, 2013, Fungsi Asam Sulfat, http: //logku.blogspot.com/2011/02/fungsiasam -sulfat-dan-pembuatannya.html, Diakses tanggal 3 mei 2014
Austin, George T, 1984, Shreves Chemical Process Industries, McGraw-Hill
Book Co, Singapura.
Ball, Philip, Water and life: Seeking the solution, Nature, 436, 1084-1085.
Carstensen, J. T. & F. Attarchi, 1985, Decomposition of Aspirin in The Solid
State in The Presence of Limited Amounts of Moisture III, Effect of
Temperature and A Possible Mechanism, Journal of Pharmaceutical
Sciences, 77, 318-321.
Damayuda, 2010, Asam Salisilat (C7H602), http:// damayuda. blogspot. com/
2010/12/asam-salisilat-c7h6o2.html, Diakses tanggal 12 mei 2014
Dirjen POM ,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, DepKes RI : Jakarta.
Fary, 2009, Rekristalisasi Pembuatan Aspirin dan Penentuan Titik Leleh
Aspirin, http://faryjackazz.com/rekristalisasi_aspirin.html, Diakses 28
Maret 2014.
Fessenden, Ralph J. & Joan S. Fessenden (alih Bahasa oleh Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka Ph.D), 1987, Kimia Organik Jilid 1 dan 2, Edisi ke 3,
Jakarta, Erlangga.
Greenwood, A. Earnshaw, 1997, Chemistry of the Elements, 2nd ed.,
Butterworth-Heinemann, Oxford, United Kingdom.
Hendriayana, Ari, 2003, Pembuatan Aspirin, http:// gundul share.com /2008/05/
pembuatan-aspirin.html, Diakses 28 Maret 2014.
Jeffreys, Diarmuid, 2005, Aspirin : The Remarkable Story of A Wonder Drug,
Bloomsbury, New York.
Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Praktikum Kimia Organik/V/S.Genap/2014


35

Kirk, R.E and Othmer, D.F, 1995, Encyclopedia of Chemical and Technology,
2nd cd, vl 13, John Wiley and Sons Inc, New York.
Kurniawan,2004, Kegunaan Asam Salisilat,http://www.kimia.web.id, Diakses
tanggal 10 Mei 2014.
Mutschler, Ernst, 1999, Dinamika Obat, ITB : Bandung.
Mycek, Marry.J, 2001, Formakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Widya Medika,
Jakarta
Myers, Richard L., 2007, The 100 Most Important Chemical Compounds: A
Reference Guide, Greenwood Press, Westport, Conn.
Nicolaou, K. C., 2008, Molecules That Changed The World: A Brief History of
The Art and Science of Synthesis and Its Impact Society, Wiley VCH,
Weinheim.
Palleros, Daniel R, 2000, Experimental Organic Chemistry, John Wiley &
Sons, New York.
Priyatmono, Aris, 2008, Aspirin,http://kimiadotcom.com, Diakses21 Maret
2014.
Respati, 1976, Pembuatan Aspirin, http://ml.scribd.com/doc/131762487/
Aspirin, Diakses 28 Maret 2014.
Roach, J., 2005, 9,000-Year-Old Beer Re-Created From Chinese Recipe,
National Geographic News, Diakses 16 Mei 2014 pukul 10.51 WIB.
Roberts, W. E., 2004, Chemical Peeling in Ethnic/Dark Skin, Dermatologic
Therapy, 17, 196-205.
Vane, J. R., 1971,Inhibition of Prostaglandin Synthesis as AMechanism of Action
for Aspirin-Like Drugs, Nature New Biology, 231, 230-235.

Reaksi Acetylasi Pembuatan Aspirin

Anda mungkin juga menyukai