Anda di halaman 1dari 9

4

Tabel 1. sifat asetil salisilat

Rumus Molekul C9H8O4


Berat molekul 180,16
Nama kimia Asam asetil salisilat
Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan
tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
Pemerian
lemah. Stabil di udara kering, di dalam udara lembab secara
bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam
Kelarutan
kloroform, dan dalam eter, agak larut dalam eter mutlak.

2.2 Sejarah Perkembangan Aspirin


Sejarah penemuan aspirin sudah diawali sejak ribuan tahun lalu sejak zaman
Yunani kuno di mana pada saat itu orang Yunani kuno dan Hippocrates
menggunakan kulit pohon Willow sebagai obat penghilang rasa sakit, demam, dan
peradangan kemudian khasiat obat ini tersebar luas.
Reverend Edward Stone dari Chipping Norton, Inggris, merupakan orang
pertama yang mempublikasikan penggunaan medis dari aspirin. Pada tahun 1763, ia
telah berhasil melakukan pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit dengan
menggunakan senyawa tersebut. Pada tahun 1826, peneliti berkebangsaan Italia,
Brugnatelli dan Fentana melakukan uji coba terhadap penggunaan suatu senyawa dari
daun willow sebagai agen medis. Dua tahun berselang, pada tahun 1828, seorang ahli
farmasi Jerman, Buchner, berhasil mengisolasi senyawa tersebut dan diberi nama
salicin yang berasal dari bahasa latin willow, yaitu salix. Senyawa ini memiliki
aktivitas antipretik yang mampu menyembuhkan demam. Penelitian ini kemudian
dilanjutkan oleh ahli farmasi Jerman bernama Merck pada 1833. Sebagai hasil
penelitiannya, ia berhasil mendapatkan kristal senyawa salisin dalam kondisi yang
sangat murni. Senyawa asam salisilat sendiri baru ditemukan pada tahun 1839 oleh
Raffaele Piria dengan rumus empiris C7H6O3.2(George Austin, 1984).
Bayer adalah perusahaan pertama yang berhasil menciptakan senyawa aspirin.
Pada tahun 1845, Arthur Eichengrum dari perusahaan Bayer mengemukakan idenya
untuk menambahkan gugus asetil dari senyawa asam salisilat untuk mengurangi efek
negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan toleransinya. Pada tahun 1897, Felix
5

Hoffman berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan senyawa asam


asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah aspirin.3(Marry, 2010).

2.3 Pembuatan Aspirin


Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu,
aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada cedera
ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat
antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40
juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan
aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya.
Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada
lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual
atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3-1
gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan kematian.
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan
asetatanhidratmenggunakan katalis asamsulfat (H2SO4) pekat sebagai zat
penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus
OH dan COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang
berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam
karboksilat. Berikut ini beberapa cara atau metode yang ditemukan oleh beberapa
tokoh :
a. Sintesa Aspirin menurut Kolbe
Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini
ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada sintesis ini,
sodium phenoxide dipanaskan bersamakarbondioksida(CO2) pada tekanan tinggi, lalu
ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat yang dihasilkan
kemudian di reaksikan dengan asetat anhidrat dengan bantuan asam sulfat sehingga
dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat.
b. Sintesa Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt
Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang
memiliki tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium phenoxide berubah menjadi
serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700 kPa
dan temperatur 100oC sehingga membentuk sodium salisilat. Sodium salisilat
dilarutkan keluar dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan menggunakan karbon
aktif. Kemudian ditambahkan asam sulfat untuk mengendapkan asam salisilat, asam
salisilat dimurnikan dengan sublimasi.
6

Untuk membentuk aspirin, asam salisilat di reflux bersama asetat anhidrat di


dalam pelarut toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam
tangki pendingin aluminium, asam asetil salisilat mengendap sebagai kristal besar.
Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian
dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk menghasilkan 1 ton asam salisilat,
dibutuhkan phenol 800 kg, NaOH 350 kg, CO2 500 kg, Seng 10 kg, Seng Sulfat 20
kg, dan karbon aktif 20 kg.4(George Austin, 1984).
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan aspirin memiliki sifat-sifat
tertentu, berikut ini nama dan sifat dari bahan-bahan tersebut :
1. Asam salisilat
Asam salisilat merupakan merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang
dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai
obat luar, yang terbagi atas dua kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari
asam organik. Turunannya yang paling dikenal adalah asam asetil salisilat
Tabel 2. Sifat fisika asam salisilat
% Unsur Penyusun C = 7 (43,75 %), H= 6 (37,5 %), O= 3 (18,75%)
Rumus Molekul C7H6O3
Bobot Molekul 138,12 gr/mol
Titik leleh 156oC
Densitas 1,443 g/ml
Titik nyala 76oC
Tekanan Uap 1 mmHg pada 330C
Daya Ledak 1,146 g/cm3

Tabel 3. Sifat kimia asam salisilat


Larut dalam 550 bagian air dandalam 4 bagian
Kelarutan etanol (95 %), mudah larut dalam kloroform dan
dalam eter.
SifatLainnya Tidak cepat menguap, tidak mudah terbakar.

2. AsetatAnhidridat
Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat yang struktur antar
molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara lain
7

sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa organik, berperan dalam proses
asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan untuk membuat acetylmorphine.
Asam asetat anhidrat paling banyak digunakan dalam industri selulosa asetat untuk
menghasilkan serat asetat, plastik, serat kain dan lapisan kain.

Tabel 4. Sifat fisika asetat anhidrat


% Unsur Penyusun C= 1(16,67%), H= 4 (66,67%), O= 1 (16,67%)
Rumus molekul (CH3CO)2O
Berat molekul 102,09 gr/mol
Titik didih (760
139,060C
mmHg)
Titik beku -730C
Panas pembakaran 431,9 kkal/mol
Tekanan kritis 46.81 atm
Suhu kritis 2960C
Densitas pada 20C 1.08 g/ml
Viskositas pada
0.843a.s
25C

Tabel 5. Sifat kimia asetat anhidrat


Mudah menguap, mudah terbakar, disimpan di
Sifat Lainnya
lemari asam.

3. Asam sulfat
Asam sulfat H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan
dan merupakan salah satu produk utama industri kimia.5(Baysinger,2004).

Tabel 6. Sifat fisika Asam Sulfat


% UnsurPenyusun H=2 (28,57%), S=1 (14,28 %), O = 4 (57,14%)
RumusMolekul H2SO4
Bobotmolekul 98,07 gr/mol
Titikdidih 340oC
8

Titikbeku 10,49oC
Densitas 1,9224 gr/cm3

Tabel 7. Sifat kimia asam sulfat


Kegunaan Sebagaikatalisator
Mudahmenguap, terbakar,
SifatLainnya
disimpanpadalemariasam.

4. Aspirin
Aspirin adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai
senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri), antipiretik (terhadap demam) dan
peradangan
Tabel 8, Sifat fisika Aspirin
BobotMolekul 180,2 gr/mol
Titikdidih 1400C
Titiklebur 1380C 1400C
Beratjenis 1.40 g/cm
Kelarutandalam air10 mg/mL (20C)

Tabel 9 Sifat kimia aspirin


Larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut
Kelarutan dalam kloroform,dan dalam eter, sukar larut
dalam eter mutlak.
Tidak mudah terbakar, disimpan pada tempat
SifatLainnya
yang steril.

Mekanisme reaksi pembentukan aspirin adalah sebagai berikut:


Asam salisilat + Anhidra asetat Aspirin + Asam asetat
C7H6O3 C4H6O3 C9H8O4 CC2H4O2
9

Gambar 2. Mekanisme reaksi pembentukan aspirin

2.4 Proses KristalisasidanRekristalisasi

Kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan
atau suatu lelehan. Disamping untuk pemisahan bahan padat dari larutan, kristalisasi
juga sering digunakan untuk memurnikan bahan padat yang sudah berbentuk kristal.
Proses pemurnian ini disebut kristalisasi ulang atau rekristalisasi. Jika suatu larutan
senyawa tersebut dijenuhkan dalam keadaan panas dan kemudian
didinginkan,senyawa terlarut akan berkurang kelarutannya dan mulai mengendap,
10

membentuk kristal yang murni dan bebas dari pengotor. Kemurnian zat ini
disebabkan oleh pertumbuahan kristal zat telarut, sehingga za-zat ini dapat dipisahkan
dari pengotornya.6(Austin, 1984).
Sebagian materi padat baik alami maupun buatan terdapat dalam bentuk kristal.
Bentuk dari kristal dapat berupa kubik, orthorhombic, heksagonal, monoklinik,
triklinik, dan trigonal. Namun banyak dari kristal ini berupa polycrystalline yang juga
terbentuk dari kristal tunggal. Dalam kehidupan sehari-hari, kristal tunggal yang
sering dikonsumsi oleh manusia, antara lain kristal garam dan gula.
Seperti dijelaskan di atas, proses kristalisasi dimulai dengan menambahkan
senyawa yang akan dimurnikan dengan pelarut panas sampai kelarutan senyawa
tersebut berada pada level super jenuh. Pada keadaan ini, bila larutan tersebut
didinginkan, maka molekul-molekul senyawa terlarut akan saling menempel, tumbuh
menjadi kristal-kristal yang akan mengendap di dasar wadah. Sementara kotoran-
kotoran yang terlarut tidak ikut mengendap.7(Austin, 1984).
Pembentukkan kristal itu sendiri terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah
nukleasi primer atau pembentukkan inti, yaitu tahap dimana kristal-kristal mulai
tumbuh namun belum mengendap. Tahap ini membutuhkan keadaan superjenuh dari
zat terlarut. Saat larutan didinginkan, pelarut tidak dapat menahan semua za-zat
terlarut, akibatnya molekul-molekul yang lepas dari pelarut saling menempel dan
mulai tumbuh menjadi inti kristal. Semakin banyak inti-inti yang bergabung, maka
akan semakin cepat pula pertumbuhan kristal tersebut.Tahap kedua setelah nukleasi
primer adalah nukleasi sekunder. Pada tahap ini petumbuhan kristal semakin cepat,
yang ditandai dengan saling menempelnya inti-inti menjadi kristal-kristal padat.
Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristalin. Seringkali
senyawa yang diperoleh dari hasil suatu sintesis kimia memiliki kemurnian yang
tidak terlalu tinggi. Untuk memurnikan senyawa tersebut perlu dilakukan
rekristalisasi.Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang
cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan kedalam pelarut
yang sesuai kemudian dipanaskan (refluks) sampai semua senyawanya larut
sempurna. Apabila pada temperatur kamar, senyawa tersebut telah larut sempurna di
dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya
dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan
suhu kamar. Salah satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan
rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut.
11

Apabila zat atau senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi tidak
dikenal secara pasti, maka kita setidaknya harus mengenal komponen penting dari
senyawa tersebut. Jika senyawa tersebut adalah senyawa organik, maka yang kita
ketahui sebaiknya adalah gugus fungsional senyawa tersebut. Dengan kata lain, kita
minimal harus mengetahui polaritas senyawa yang akan kita kristalisasi atau
rekristalisasi.
Kegunaan dari aspirin adalah sebagai berikut :
1. Inhibitor
2. Antiseptik
3. Analgesik
4. Antiinflamasi

2.5 Esterifikasi

Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi yang merupakan prinsip dari
pembuatan aspirin. Reaksi esterifikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan
anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena
mempunyai gugus OH, sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida
asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil
(CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari
asam salisilat (pada gambar di atas gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping
reaksi ini adalah asam asetat. Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat
pekat yang berfungsi sebagai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil
samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil
samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat
akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja
dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti
setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.
Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-
benar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60C. Juga
pada percobaan ini baru terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan.
Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan
aspirin dari pengotornya. Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang
dihasilkan belum benar-benar murni.
12

Untuk pemurniannya, aspirin tak murni kemudian ditambahi larutan NaHCO3.


Reaksinya adalah sebagai berikut:
Aspirin akan larut, sedangkan hasil sampingnya tidak larut, sehingga ketika
disaring akan didapatkan filtrat aspirin murni berbentuk larutan jernih. Larutnya
aspirin ini juga diikuti oleh timbulnya gelembung gas CO2, membuktikan adanya
hasil reaksi aspirin dengan NaHCO3. Setelah itu filtrat diaduk dan terbentuk endapan
putih. Lalu didinginkan dengan air es membentuk kristal. Kristal akan lebih murni
setelah dicuci dengan air es. Selanjutnya kristal dikeringkan dengan cara ditaruh di
gelas arloji dan didapatkanlah kristal kering. Langkah terakhir pada percobaan ini
adalah rekristalisasi. Kristal yang kering tadi dilarutkan dalam benzena panas, lalu
dipanaskan. Benzena digunakan sebagai pelarut karena benzena merupakan pelarut
yang baik untuk zat organik. Air tidak bisa digunakan untuk rekristalisasi ini karena
air adalah pelarut polar dan aspirin adalah senyawa nonpolar. Setelah itu larutan tadi
disaring panas-panas dan filtratnya diambil untuk dikeringkan di oven. Kristal ini
merupakan kristal yang benar-benar murni.
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain
itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada
cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat
antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40
juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan
aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya.
Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada
lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual
atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3-1
gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan kematian. Aspirin
bekerja dengan mengasetilasi progtaglandin Hidrogen endoperoksida shyntashe
(PGHS) dan menghambat kerja enzim COX secara permanen. Kemurnian aspirin
dapat diuji dengan besi (III) klorida. Besi (III) klorida bereaksi dengan gugus fenol
membentuk kompleks ungu jika besi (III) klorida ditambahkan, karena asam salisilat
mempunyai gugus fenol. Selain itu kemurniannya juga dapat diuji titik leleh, dimana
titik leleh aspirin adalah berkisar antara 133,4C sampai dengan 136.

Anda mungkin juga menyukai