Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Material selulosa bakteri adalah hasil proses fermentasi air kelapa dengan
menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Secara kimiawi, serat yang terkandung
di dalam nata de coco adalah serat selulosa, yang dikenal sebagai selulosa bakteri
(Yoshinaga et al., 1997).  Bakteri selulosa mempunyai beberapa keunggulan  antara
lain memiliki kemurnian yang tinggi tanpa adanya lignin, pektin dan  hemiselulosa,
dimana zat-zat tersebut biasa ditemukan pada selulosa tanaman (Lapuz, et al.,
1967). Selain itu serat selulosa yang diproduksi oleh bakteri Acetobacter xylinum,
memiliki sifat-sifat fisik tertentu yang berbeda dari selulosa tumbuhan. Sifat fisik
yang unik dari selulosa yang berasal dari bakteri ini antara lain adalah memiliki
kemurnian, kristalinitas, kekuatan mekanik, dan porositas yang tinggi serta
memiliki kapasitas dalam menyerap air yang cukup besar dan mudah terurai, hal ini
yang membuat serat selulosa bakteri berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh
bukan hanya sebagai bahan olahan makanan atau minuman, tetapi juga dapat
digunakan untuk industri-industri penting seperti membrane separasi, bahan
pencampur dalam industri kertas, produksi  karbon film elektrokonduktif, alat optik
dan bahan-bahan untuk keperluan biomedis (Surdia, N. M., 2002).
Nata de coco atau bioselulosa merupakan salah satu produk pangan di negara
kita, dengan kualitas yang berbeda-beda. Di negara maju bioselulosa bukan hanya
sekedar untuk keperluan pangan, melainkan dapat digunakan untuk beberapa
macam keperluan. Salah satu produk yaitu kristalin murni sangat penting untuk
bahan baku industri, sebagai bahan material baru untuk digunakan dalam
memproduksi kertas berkualitas (Johnson dan Winslow., 1990). Uji coba lainnya,
selulosa bakteri dibuat sebagai kulit buatan (Fontana dkk., 1990), dan sebagai
membrane ultrafiltrasi (Takai dkk., 1991).

Universitas Sumatera Utara


2

Selulosa bakteri memiliki karakteristik yang lebih menguntungkan


dibanding selulosa dari tanaman. Karakteristik tersebut antara lain kemurniannya
tinggi, dapat terurai, seratnya halus (berdiameter 0.1 nm atau 300 kaIi lebih kecil
dibanding serat kayu), kekuatan tarik mekaniknya bagus, kapasitas pengikatan
airnya yang tinggi dan derajat kristalinitasnya yang tinggi (Ross ., 1991).
Istilah Nata diterjemahkan kedalam bahasa latin sebagai Natare yang berarti
terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, tetes tebu, limbah cair tahu,
maupun ekstrak buah nanas (Pambayun, R., 2002). Nata de coco merupakan
selulosa bakterial yang diperoleh melalui fermentasi oleh bakteri Acetobacter
Xylinium, bakteri ini merupakan aerob gram negatip yang mampu menyusun
glukosa alami yang terkandung dalam sari buah nanas maupun yang sengaja
ditambahkan kedalamnya menjadi serat-serat selulosa yang sangat halus. Material
selulosa bakteri dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan
yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain (Lapuz, et al., 1967).
Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa,
namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah A. xylinum (Swissa, et al.,
1980). Bakteri A. xylinum termasuk genus Acetobacter (Ley., 1974). Bakteri A.
xylinum bersifat gram negatip, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus (Moat,
1986., Forng, et al., 1989).
Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara
mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Dalam air kelapa terdapat berbagai
nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil selulosa bakteri. Nutrisi yang
terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang
beragam antara lain Mg+2 3,54 gr/l ( Pracaya., 1982), serta adanya faktor
pendukung pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang
mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobakter xylinum)
(Lapus, et al., 1967). Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh
A. xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk

Universitas Sumatera Utara


3

senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa. Senyawa peningkat pertumbuhan


mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba,
sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan aktifitas
enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel A. xylinum untuk menghasilkan
material selulosa bakteri.
Menurut para peneliti dari Lab of Active Bio-based Material-Kyoto
University, selulosa bakteri dapat dijadikan komposit yang sangat kuat dengan
teknik pengolahan yang cukup sederhana. Lembar selulosa bakteri yang sudah
dihilangkan airnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam perekat polifenol
formaldehid dengan berat molekul rendah. Setelah melalui proses pengeringan
kemudian dipres panas pada suhu 1800C selama 10 menit sehingga akan dihasilkan
komposit yang sangat kuat ( l_suryanegara (at) yahoo.com)
Material komposit tersebut mempunyai keteguhan patah (bending strength)
450 MPa, dengan kerapatan 1.4 g/cm3. Bahkan kekuatan komposit tersebut dapat
disetarakan dengan kekuatan baja ringan SS400 (kerapatan 1,8 g/cm3) yang
mempunyai keteguhan patah sekitar 500 MPa. Sumber:  Layar  Monitor  Fleksibel 
Berbahan Dasar Nata de Coco?  http://www.indoforum.org  
Komposit material selulosa bakteri bisa memiliki kekuatan yang sangat baik
karena memiliki microfibrils yang seragam dengan ukuran fiber kurang dari 10
nm, lurus serta membentuk jaringan seperti jaring laba-laba. Kekuatan jaringan
inilah yang menjadikan komposit selulosa bakteri mendekati kekuatan baja ringan
namun dengan kerapatan yang jauh lebih rendah bila dibandingkan baja
ringan. Keunggulan tersebut memungkinkan komposit selulosa bakteri untuk
dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi seperti industri otomotif, elektronik, maupun
konstruksi. Selain keunggulannya yang ringan, kuat, murah dan mudah dalam
proses pembuatannya, keunggulan lainnya adalah komposit tersebut dibuat dari
bahan alami (renewable resources) yang ketersediaannya di alam sangat melimpah.

Universitas Sumatera Utara


4

Berdasarkan penemuan mutakhir dari para peneliti Kyoto University, ukuran


fiber dari selulosa bakteri yang berskala nano, memungkinkannya untuk
mentransmisikan cahaya tanpa pembelokan. Sifatnya nyaris seperti kaca dengan
keunggulan lebih tahan terhadap panas dan memiliki kelenturan seperti plastic.
Hal ini menjadikan komposit selulosa bakteri sebagai material impian dengan
berbagai keunggulan.
Berdasarkan hal diatas dan merujuk pada penelitian sebelumnya, peneliti
ingin melakukan penelitian lanjutan tentang “Pembuatan Material Sellulosa
Bakteri Dari Limbah Air Kelapa Dengan Penambahan Ekstrak Buah Nanas
menggunakan Acetobacter Xylinum “

1.2 Perumusan masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan limbah air kelapa dengan ekstrak buah


nanas dalam membentuk material selulosa baktreri dengan kekuatan tarik
melalui medium nata de coco dengan bantuan A. Xylinum.
2. Apakah melalui penambahan variasi volume ekstrak buah nanas memberikan
pengaruh terhadap material selulosa bakteri yang dihasilkan.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Memanfaatkan limbah air kelapa dengan ekstrak buah nanas, dan


membandingkan variasi penambahan ekstrak buah nanas dalam menghasilkan
material selulosa bakteri,
2. Serta mencari perbandingan yang paling optimum antara limbah air kelapa
dengan ekstrak limbah buah nanas sebagai substrat campuran untuk
menghasilkan material selulosa bakteri dengan kekuatan tarik dan kemuluran
yang optimum.

Universitas Sumatera Utara


5

1.4 Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dengan panambahan variasi limbah ekstrak buah nanas dapat


membentuk material selulosa bakteri

2. Material selulosa bakteri dapat digunakan dengan baik sebagai kemasan


untuk elektronika, automotif dan pelapis kaca oleh masyarakat luas.

1.5 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Bio Kimia FMIPA USU Medan, dan


laboratorium Polimer FMIPA USU Medan. Karakterisasi secara spektroskopi FT-
IR di Laboratorium Organik FMIPA UGM Yogjakarta dan Uji Tarik dilakukan di
Laboratorium Penelitian FMIPA USU Medan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai