Anda di halaman 1dari 3

Obat adalah salah satu unsur penting dan paling tepat untuk pelaksanaan

upaya kesehatan, terutama untuk upaya pencegahan dan penyembuhan. Pemilihan


parasetamol sebagai objek penelitian disebabkan karena parasetamol merupakan salah
satu obat analgetik - antipiretik yang banyak digunakan khususnya di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah, karena selain harganya yang terjangkau juga
memiliki aktivitas yang mampu menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif dan
relatif aman dengan penggunaan dosis terapi. Pada industri Farmasi, pengawasan
mutu merupakan salah satu bagian dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
untuk memberikan kepastian bahwa produk mempunyai mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya, agar hasil produksi yang dipasarkan memenuhi persyaratan
CPOB. Pada persyaratan ini perlu dilakukan penetapan kadar parasetamol dalam
tablet, yang menurut persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995 yaitu
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.

Obat analgesic adalah salah satu obat yang digunakan sebagai penahan
rasa sakit atau nyeri minor, diantarnya sakit kepala, sakit gigi. Sakit kepala,
demam dan sakit gigi sering dialami oleh masyarakat, oleh karena itu obat
analgesic dapat didapatkan di apotik terdekat tanpa resep dokter sekalipun. Salah
satu obat analgesic adalah aspirin.
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit
atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan).
Badan POM Indonesia menyebutkan bahwa obat ini merupakan analgesik
antiinflamasi pilihan pertama (Badan POM, 2003).
Asam asetilsalisilat dapat juga mengurangi resiko penyakit asma pada orang
dewasa (Graham, et al., 2006). Pada treatment menggunakan asam asetilsalisilat
dosis rendah dengan kombinasi clopidogrel memperlihatkan adanya kemampuan
untuk mencegah serangan stroke. (Connolly, et al., 2009).
Selain memiliki fungsi seperti diatas aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung.

Aspirin termasuk dalam salah satu obat komersil yang bisa didapatkan di
apotik mana saja. Untuk pemakaian jangka panjang dengan dosis yang sedikit
obat ini dapat mencegah penyakit serangan jantung, sedangkan efek sampingnya
adalah darah menjadi sukar membek. Hal ini terjadi karena pada aspirin
terkandung zat antikoagulan.

Yang kedua adalah konsumsi aspirin dapat

menimbulkan sindrom reye terutama terjadi pada anak-anak. Sindrom reye adalah
penyait mematikan yang mengganggu fungsi otak dan hati.
Karena itu untuk mengantisipasi dan menanggulangi efek samping dari
aspirin kita perlu untuk mengetahui berapa kadar aspirin yang boleh kita
konsumsi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa kadar aspirin pada tablet
yang dijual secara komersil, tujuannya adalah agar kita mengetahui apakah
kandungan pada tablet itu sudah sesuai atau tidak. Sebagai analis kesehatan untuk
kedepannya pengukuran kadar aspirin ini berguna untuk mengetahui dan
memantau kadar aspirin pada darah pasien yang sering mengkonsumsi aspirin
sehingga efek samping
yang timbul dapat diminimalisir.
O
COOH
Aspirin
merupakan senyawa bersifat asam yang dapat disintetis dari asam

salisilat yang diisolasikan dengan asetil klorida atau anhidrida asam asetat yang
C kimianya
persamaan reaksi
O

CH3
O
OH

COOH

O
CH3

O
CH3

COOH

H2SO4

CH3COOH

O
C
O
COONa CH3

Konsentrasi aspirin dapat ditentukan dengan melakukan titrasi dengan larutan


NaOH 0,1 M. Dalam reaksi

netralisasi ini, gugusan - gugusan

C dalam persamaan reaksi kima sebagai berikut:


mengalami reaksi
O

CH3

karbonil

NaOH

H 2O

O
COONa

Titk ekuivalen ditandai oleh terjadinya perubahan warna larutan, dengan indikator
PP yang konstan selama satu menit. Kadar titran NaOH yang berlebih
mengakibatkanCterjadi reaksi sebagai berikut:
O

CH3
ONa

COONa

+ NaOH

CH COOH
3

Aspirin pertama kali digunakan dalam pengobatan oleh Dresser pada


tahun 1899. Aspirin pertama kali dibuat olah kalbe pada tahun 1874 dengan
mengubah asam salisilat dengan anhidrid asam asetat. Asam hidrogen pada gugus
hidroksil dari asm salisilat telah diganti dengan gugus acid yang juga dapat
dilakukan dengan menggunakan asetil klorida dengan asam salisilat pada keton.
Aspirin merupakan senyawa ester fenil yang tersubstitusi. Sebagaimana bentuk
ester aromatik pada umunya. Aspirin mempunyai gugus rawan yang sangat peka,
dengan kata lain, aspirin relatif tidak stabil terhadap pengaruh hidrolisis dan
proses pemindahan hasil yang lain, profil laju pH nya terkesan sebagai reaksi
hidrolisis terhatifis asam spesifik dan basa spesifik. Ditambah bentuk kurva yang
sigmoid sebagai hasil dari hidrolisis antar aspirin.
(Gisvold, wilson 1982)

Anda mungkin juga menyukai