Anda di halaman 1dari 63

Makalah Pencemaran Lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

Dewasa ini, bersamaan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin


global, kondisi lingkungan hidup juga semakin berubah. Lingkungan hidup sebagai
tempat melaksanakan segala aktifitas kehidupan, kini menunjukan perkembangan
menuju ke arah yang memprihatinkan. Semakin maraknya kebutuhan manusia yang
harus mutlak dipenuhi tanpa memandang dampak terhadap kondisi lingkungan hidup
hayati itulah salah satu penyebab semakin kritisnya kondisi lingkungan hidup tersebut.

Khususnya di Negara Indonesia ini, padahal Negara Indonesia adalah negara yang
agraris. Sebuah kebanggaan bagi yang merasa sebagai warga negara Indonesia
karena mempunyai kekayaan baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia
begitu melimpah dari tanah Indonesia ini. Dan juga semakin dibanggakan karena
kekayaan Indonesia bukan hanya dapat digunakan sebagai mata pencaharian atau
sumber kehidupan dan penghasilan, namun juga menjadi tempat tinggal yang nyaman
dan aman secara ekologis.
Akan tetapi itu semua merupakan kondisi terdahulu, eksploitasi yang berlebihan,
pembabatan hutan liar, budaya membuang sampah sembarangan, dan hal-hal lainnya
yang berjalan tanpa memperhatikan keberlanjutan sebuah sistem yang utuh dan
menyeluruh dan akhirnya merusak bahkan bisa dibilang menghancurkan alam. Secara
menyeluruh, hal ini dapat menimbulkan penderitaan, penyakit, bencana, hingga
akhirnya kemiskinan masyarakat.
Banyak sekali hal ataupun kejadian yang dapat dilihat dan akhirnya jelas dirasakan
akan adanya sebuah kerugian. Hutan Kalimantan yang rusak sehingga mengganggu
siklus maupun habitat dari beberapa spesies dan keanekaragama hayati, eksploitasi
tambang yang berlebihan yang hanya menghasilkan rusaknya struktur tanah juga
polusi, eksploitasi air.Belum lagi sampah yang membludak di tiap sungai, pemakaian
AC, dan asap kendaraan.
Akibat yang kemudian muncul, bukan hanya menjadi keprihatinan bersama yang cukup
untuk direnungkan saja, namun juga menyangkut mentalitas masing-masing individu
atau pribadi yang menunjukkan rendahnya kesadaran akan Peduli Lingkungan Hidup.
Untuk itu perlu digerakkan upaya pemberdayaan lingkungan hidup dan pemantapan
atau perubahan mentalitas tiap individu secara mendasar. Karena perlu disadari bahwa
Semua makhluk dan ciptaanNya merupakan sebuah proses hidup yang saling
berkesinambungan.
BAB II
ISI

A. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP

Lingkungan hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Kebutuhan masyarakat meningkat
Berdampak pada terwujudnya perilaku masyarakat yang eksploitatif terhadap Sumber
Daya Alam (SDA) yang ada sehingga berakibat pada menurunnya tingkat maupun
kualitas SDA di Indonesia secara cepat.

B. PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting
untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita.
Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan
ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke
lingkungan yang lebih luas.
Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama
diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan,
kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan
ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.
Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus
mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan
bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh
alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas
pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan
dikendalikan.
Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran
lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi
pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan
kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkngan.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan. Syarat-syarat
suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap
makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah
bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila :
1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.
2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada di tempat yang tidak tepat.
Sifat polutan adalah :
Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak
merusak lagi.
Merusak dalam waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah.
Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai
tingkat yang merusak.

C. SUMBER PENCEMARAN
a. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya atau di masukannya makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkanya.
Pencemaran air dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: Sumber Sumber
Langsung Tidak Langsung Pencemaaran Air
# Sumber sumber langsung
adalah buangan (effluent) yang berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil
pabrik atau suatu kegiatan dan limbah domestik berupa buangan tinja dan buangan air
bekas cucian,serta sampah. Pencemaran terjadi karena buangan ini langsung di buang
ke dalam badan air, (system) seperti sungai , kanal, parit atau selokan.
# Sumber Tidak Langsung
adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air
permukaan baik dari limbah industri maupun dari limbah domestik...

Sumber & Karakteristik Limbah Cair


# Sumber Limbah Cair
Limbah cair domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat
perdagangan maupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat umum, lalu lintas, dll.
BOD5 (biological oxygen dmand)
Limbah Cair Industri adalah limbah yang berasal dari industri. Sifat-sifat air limbah
industri relative bervariasi tergantung dari bahan baku yang di gunakan, pemakaian air
dalam proses, dan bahan aditif yang digunakan selama proses produksi.
Limbah Cair Pertanian berasal dari buangan air irigasi yg disalurkan kembali ke
saluran drainase atau meresap ke dalam tanah. Limbah ini akan mempengruhi tingkat
kekeruhan BOD5, COD ,pH . tetapi juga kadar unsure N, P, dan pestisida, insektisida
Limbah Pertambangan berasal dari buangan pemrosesan yang terjadi diarea
pertambangan misalnya tambang emas. Limbah ini akan mempengaruhi tingkat
kekeruhan BOD5,COD,pH, tetapi juga kadar kimia yg digunakan dalam proses
penambangan
# Karakteristik Limbah Cair
Karakteristik limbah cair dinyatakan dalam bentuk kualitas limbah cair dan jumlah aliran
limbah cair yang dihasilkan.
Kualitas limbah cair diukur terhadap kadar fisik, kimiawi dan biologis.
Parameter yang diukur antara lain sebagai berikut:
Parameter fisik
berupa padatan (partikel padat) yang ada dalam air (padatan total,padatan tersuspensi
dan padatan terlarut) ;warna;bau dan temperature

Parameter kimia
selain berupa kadar BOD5,COD, dan TOC yang menggambarkan kadar bahan organik
dalam limbah, juga senyawa yg terkait dengan anomia bebas, nitrogen organik, nitrit,
nitrat, fosfor organik dan fosfor anorganik,sulfat,klorida,belerang,logam berat (Fe,Al,Mn
dan Pb), dan gas (H2O,CO2,O2, dan CH4)
Parameter biologis
merupakan hal penting karena ada beribu-ribu bakteri per millimeter
dalam air limbah yang belum diolah. Jenis bakteri yang diukur adalah
bakteri golongan Coli.

b. Pencemaran Udara
Pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat ditimbulkan dari 6
(enam) sumber utama, yaitu:
1. pengangkutan dan transportasi
2. kegiatan rumah tangga
3. pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar fosil
4. pembakaran sampah
5. pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan
6. pembakaran bahan bakar dan emisi proses
Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil
pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok

1. CO2
Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya kadar CO2 di
udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan
bakar fosil (batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan
pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak segera diubah menjadi
oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh dunia yang ditebang.
Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat mengakibatkan efek rumah kaca.
2. Karbon monoksida (CO)
yaitu Gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mudah larut dalam air
beracun dan berbahaya..Dapat bertahan lama di muka bumi karena kemampuan
atmosfer untuk menyerapnya adalah antara 1 dan 5 tahun.
Di kota-kota besar, sumber utama penghasil CO adalah kendaraan
bermotor seperti mobil, truck, bus, dan sepeda motor karena pembakaran BBM yang
tidak sempurna . CO dapat terbentuk secara alamiah maupun sebagai hasil sampingan
kegiatan manusia.
Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran. Misalnya, menghidupkan mesin
mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses pembakaran di mesin tidak sempurna, maka
proses pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon monoksida) yang keluar
memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di garasi tersebut.
Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dalam keadaan tertutup juga
berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke dalam mobil, sehingga dapat
menyebabkan kematian
3. Timbal (Pb)
4. NO
5. Ozon
6. dll

c. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah saling terkait dengan pencemaran udara. Sampah-sampah yang tak
bisa terurai ditimbun langsung ditanah menyebabkan rusaknya tanah bagi terutama
bagi kegiatan pertanian. Belum lagi pencemaran udara yang mengkontaminasi udara
dan dibawa air hujan ke tanah. Sehingga tanah menyerap bahan-bahan pencemar
tersebut. Jika tumbuh-tumbuhan menyerap bahan pencemar tersebut maka akan terjadi
akumulasi pada tubuh tanaman dan seterusnya dikonsumsi manusia. Kebanyakan
sampah buangan rumah tangga juga sering ditimbun pada tanah, seperti yang terjadi di
seluruh kota di Indonesia di TPA (tempat pembuangan akhir) sampah. Padahal tanah
tidak bisa merubah segala bahan pencemar tersebut secara alami karena kemampuan
tanah terbatas.
Tanah yang manusia butuhkan untuk tanaman bagi kebutuhan makanan adalah
sangatlah vital. Kegiatan pertanian dewasa ini juga umumnya menggunakan bahan-
bahan kimia untuk merangsang dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Di sisi lain
suatu saat pertanian secara intensif akan berakhir karena tanah tidak berdaya lagi
mendukung tanaman tumbuh. Seperti pestisida dapat memproteksi tanaman dari hama
dan penyakit.
Di pabrik-pabrik, kantor, hotel, restoran, juga di rumah, manusia memproduksi
berton-ton sampah. Selama bertahun-tahun hak ini menjadi masalah yang masih belum
terpecahkan. Sampah dapat dibakar, tetapi dapat mengakibatkan pencemaran udara.
Juga dapat dibuang di sungai atau di laut, namun dapat mengakibatkan pencemaran air
dan laut. Namun, sampah harus diletakkan di suatu tempat. Kebanyakan sampah tanpa
dipilah langsung ditimbun dalam tanah (landfill). Tanah digali kemudian sampah
diletakkan, ketika suatu tempat telah penuh ditimbun kembali dan lokasi ini tentunya
tidak bisa dijadikan lahan pertanian.
Di dalam tanah terjadi proses dimana terjadi pembusukan kotoran yang memproduksi
gas beracun methane yang bisa terlepas ke permukaan tanah. Bahan-bahan kimia
lainnya dalam sampah tersebut larut dalam lapisan air tanah dan lewat jalur air
(drainase) bawah tanah akan tersebar ke tempat lain. Aliran air dalam tanah yang telah
terkontaminasi ini akan terbawa dan mencemari sumber-sumber mata air, sungai dan
laut sehingga air tidak bisa diminum. Hal inilah yang secara tidak langsung menjadi
sumber bagi pencemaran di sungai dan laut. Pada tanah tumbuhan yang hidup tak bisa
dimakan, demikian pula halnya pada organisme di sungai dan di laut, begitu
seterusnya.
Biasanya bersumber dari :
Aktivitas Rumah Tangga/Pribadi
1. Sampah Dapur
2. Tas Belanjaan
3. Limbah cucian
4. Sampah kosmetik
5. Pembalut
Aktivitas di tempat kerja/sekolah
1. Kertas
2. Karbon
3. Pita Mesin Ketik
4. Wadah bekas tinta/printer/tip ex
5. Plastik

d. Pencemaran Suara :
Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan
emosional, ada kasus-kasus di mana akibat-akibat serius seperti kehilangan
pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan
suara atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tersebut. Sangat
penting mengetahui tingkatan intensitas suara yang dapat menimbulkan pencemaran
suara.
Unit yang digunakan untuk menguku intensitas suara dalam lingkungan disebut decibel
(dBA). Skala decibel dimulai dari 0 yaitu kurang lebih suara terhalus yang dapat
didengar manusia. Skala ini meningkat secara logaritmik setiap 10 desibel. Contohnya
suara mesin blender 90 desibel, mesin pabrik 100 desibel, konser rock dan subway 120
desibel, suara pesawat jet 150
desibel dan suara peluncuran roket 190 desibel.
Standar yang dikeluarkan OHSA (Occupational Safety and Health Administration)
mengindikasikan bahwa mendengarkan terus suara lebih dari 85 dBA dapat merusak
sistem pendengaran. Jika frekwensi suara 95 dBA didengarkan terus selama lebih dari
4 jam maka akan mengakibatkan pendengaran hilang. Pada frekwensi 115 dbA yang
didengarkan hanya 15 menit setiap hari dapat pula menghilangkan pendengaran.
Demikian pula orang yang mendengarkan musik setiap hari, walaupun hanya beberapa
jam lambat laun sisem pendengaran akan berkurang. Pada komunitas kita, setiap saat
kita dibombardir oleh suara. Suara mobil, kemacetan lalu lintas, mesin, alarm, suara
kendaran dan pesawat dan lain-lain. Bahkan pada suasana rekreasi seperti
mendengarkan konser musik dan mendengarkan stereo dari radio dan tape. Tidak
hanya itu transportasi umum juga selain menghasilkan pencemaran udara juga
menghasilkan pencemaran suara dari suara mesin sampai suara tape stereo di dalam
mobil yang sering terdengar keras. Dan ironisnya sopir tidak menghiraukan
pencemaran yang ditimbulkannya bagi penumpang dan orang sekitarnya
Berbagai penelitian menunjukan bahwa kebisingan menjadi penyebab utama
kehilangan pendengaran 28 juta orang di Amerika Serikat. Karena kehilangan
pendengaran berdampak pada komunikasi maka hal ini menimbulkan efek
bergelombang. Dengan dampak negative pada keberadaan emosional dan sosial
seseorang. Kebisingan akan menghilangkan pendengaran secara permanent. Bahkan
pada hewan, kebisingan dapat mempengaruhi tingkah lakunya dan pada akhirnya
berdampak pada ekosistem.
Penelitian lanjut yang berhubungan juga mengindikasikan bahwa kebisingan
mempengaruhi perkembangan kognitif, tingkah laku sosial dan juga pembelajaran. Dan
ini mempengaruhi perubahan fisiologi waktu tidur, darah tinggi dan pencernaan. Seperti
kita ketahui, stress terjadi juga akibat dari kebisingan. Bahkan kebisingan kurang dari
85 dBA selama 8 jam perhari yang menjadi standar kebisingan dapat membuat kita
marah dan naik darah.
Sebagai suatu isu lingkungan bagi kesehatan manusia, kebisingan di berbagai tempat
tidak diberi prioritas status oleh pemerintah namun teramat penting. Kebisingan
sebenarnya dapat dicegah dan dikurangi, dengan mengenal sumber-sumber kebisingan
di dalam lingkungan dan memproteksi diri kita dari dampak sumber ini. Sumber-sumber
kebisingan sebenarnya dapat dikontrol manusia relatif mudah dan hal ini tergantung
pada penguasaan dan perkembangan teknologi yang telah ada.
Ternyata tidak ada cara yang benar-benar dipakai untuk tidak merusak lingkungan.
Pencemaran telah merambah dalam semua aspek kehidupan manusia lewat udara,
tanah, air bahkan suara. Segala aktifitas manusia berdampak pada kerusakan
lingkungan dan manusia akhirnya menuai akibat tersebut.

F. PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP


Pengendalian pencemaran adalah upaya dalam mencapai produksi bersih. Dalam
konsep ini limbah didefinisikan sebagai sumber daya yang tidak pada tempatnya.
Upaya/kegiatan pencegahan dan atau pemulihan terhadap pencemaran dan atau
penanggulangan dan atau pemulihan terhadap pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup, meliputi perencanaan, penataan, pemanfaatan, pengembanagn,
pemeliharaan, pemulihan, monitoring, evaluasi, dan pengawasan serta penataan.
# Skema Penanganan Limbah Di Kawasan Industri Sistem Terpusat.
1. Daerah Pemukiman
2. Daerah Instalasi Industri Bak Jaringan Rlool Pengelolaan Badan Air
3. Daerah Kontrol Kota Limbah Cair Penerima Perdagangan
4. Daerah Perkantoran Pencemaaran Air
# Pengendalian Lingkungan Hidup dapat dilakukan dengan kita lebih peduli terhadap
Lingkungan Hidup sekitar kita masing-masing. Dengan cara sebagai berikut:
1. Mulailah dari diri sendiri
- Peduli hidup dan masa depan lingkungan
- Selalu menambahkan dan mencari tahu pengetahuan tantang perubahan iklim dan
cara pencegahannya.
- Sebarkan dan tularkan kepada orang dimana dan kapan saja
2. Hemat energi listrik
- Segera padamkan lampu bila sudah tidak dipakai
- Gunakan lampu yang hemat energi
- Gunakan pangkal listrik yang memiliki tombol On dan Off
- Matikan alat elektronik kita walau dalam kondisi Stand By
- Buat penerangan alami di rumah
3. Habis manis, sepah di daur ulang
- Pilih sampah organic dan non organic
- Jangan bakar sampah
- Galakan garage sale jika bosan dengan barang-barang lama
4. Hemat BBM dan bijak gunakan moda transportasi
- Jangan ngebut di jalan raya
- Gunakan Transport ramah lingkungan, emeisi rendah dan hemat BBM
- Berangkat dengan keluarga/teman dalam jalur searah
5. Hemat air
- Mandi sesuai kebutuhan
- Saat gosok gigi atau sedang menggosok badan dengan sabun, matikan air terlebih
dahulu.
- Siram tanaman pada waktu malam hari sehingga air tidak menguap banyak.
- Buat sumur resapan di rumah untuk menampung air hujan, yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan rumah tangga.
6. Hindari plastik.
- Plastik terbuat dari Polyethylene yang sulit terurai.
- Saat berbalanja, bawa dan gunakanlah tas atau keranjang belanja sendiri yang
terbuat dari bahan ramah lingkungan, misalnya eceng gondok atau serat tebu.
- Jika ada mintalah bungkus atau kantong yang terbuat dari bahan kertas kepada toko
tempat berbelanja
- Minimalkan penggunaan barang-barang dari plastik.
7. Daur ulang
# Bahan-bahan yang bisa didaur ulang :
- kardus
- koran,majalah, buku telepon, kertas-kertas bekas pekerjaan kantor dan sekolah,
brosur-brosur iklan.
- Karton bekas susu dan jus
- Botol kaca dan toples
- Wadah plastik dengan kode PETE (1), HDPE (2) dan V (3). Kode lain dianggap kurang
berkualitas dan harus ditaruh di tempat sampah biasa.
- Kaleng aerosol, aluminium foil yang bersih.
# Tips Untuk Sampah Daur Ulang
- bersihkan toples dan kaleng dari sisa makanan yang menempel
- penyokkan botol plastik dan kaleng untuk menghemat tempat
- gunting boks kardus yang besar sehingga dapat keluar dari tempat sampah dengan
mudah
- pisahkan tutup botol plastik dan tutup botol kaca, keduanya harus masuk ke tempat
sampah biasa
# Bahan yang tidak bisa didaur ulang:
- kantong plastic, jangan membungkus sampah daur ulang dengan kantong plastik
- pecahan kaca jendela, gelas, atau peralatan makan lainnya
- kardus mengandung lapisan lilin
- kardus atau karton bekas pizza atau makanan lainnya yang menempel
- polystyrene (wadah foam putih).
- wadah bekas minyak untuk mesin atau bahan kimia
- sampah hijau (dari pohon)
- wadah plastik yang tidak bisa didaur ulang seperti wadah es krim, margarin dan pot
tanaman.
8. Kembali ke alam
9. Ayo tanam pohon dan berkebun
Hutan merupakan potensi yang sangat besar untuk mendukung pembangunan; dan di
lain pihak, hutan mempunyai fungsi yang sangat vital bagi kehidupan kita. Dengan
memanfaatkan hasil hutan, tidak sedikit lapangan kerja yang dapat kita buka dan tidak
sedikit pula devisa yang dapat kita hasilkan.
Perlindungan hutan dan pelestariannya diarahkan untuk memberikan perlindungan
terhadap proses ekologi yang dapat menunjang dan memelihara sistem penyangga
kehidupan umat manusia.Hal itu merupakan tanggung jawab bersama dalam menjaga
keberadaan dn menjamin pemanfaatan dan kelestarian plasma nutfah
keanekaragaman sumber daya alam beserta ekosistemnya, dari kemungkinan
terjadinya penurunan kuantitas maupun kualitasnya dan dalam pengendalian semua
bentuk gangguan,ancaman, hambatan , dan tantangan terhadap kelestarian sumber
daya hutan.
Akibat rusaknya hutan:
- akan mengakibatkan bertambah luasnya tanah gundul, tandus dan tidak produktip.
- tidak akan mampu lagi menjalankan berbagai fungsi yang sangat vital bagi kehidupan
kita tadi
- mengakibatkan cepatnya kedangkalan sungai sehingga menimbulkan ancaman banjir
di musim hujan dan ancaman kekeringan di musim kemarau.

Upaya pemeliharaan, pengamanan, perlindungan, dan pengawetansumber daya


alam, baik yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan, dilakukan antara lain
melalui pembinaan hutan lindung dan suaka alam, pembangunan hutan wisata, taman
hutan raya dan taman nasional, rehabilitasi flora dan fauna, pemantauan dmpak
lingkungan, pembinaan cinta alam, serta kegiatan pengamanan dan perlindungan
hutan.
Upaya pelestarian hutan:
1. Upaya Pengamanan hutan
2. Reboisasi Hutan
Contohnya; Penanaman hutan kembali dengan tanaman Mindi di Perhutani KPH
Purwodadi tahun 2007 menjadi seluas 1.930,7 ha.

Merupakan salah satu sumber daya alam yang harus dikelola secara lestari untuk
mendapatkan manfaat yang optimal. Dampak yang luar biasa terhadap kerusakan
hutan akibat penjarahan menyisakan derita
3. Produksi Tanaman pangan dalam Kawasan Hutan
Manfaat langsung lainnya yang dihasilkan dari kawasan hutan adalah produksi
tanaman pangan yang terdiri dari jagung, padi, ketela pohon, kacang-kacangan dll,
yang ditanam dengan pola tumpangsari. Produksi tanaman pangan ini dipengaruhi oleh
keluasan hutan yang direboisasi setiap tahunnya. Kontribusi Perhutani kepada Kab.
Grobogan yang notabene adalah lumbung pangannya Propinsi Jawa Tengah berupa
Hasil panen Padi, Jagung, Kacang, Ketela pohon, Kedelai dll nilainya cukup tinggi.
Tahun 2003 kontribusi yang diberikan sebesar Rp. 133,5 milyar, Th. 2004 sebesar Rp.
109,09 milayar dan Tahun 2005 sebesar Rp. 99,5 milyar. Tahun 2006 kontribusinya
mencapai senilai Rp. 213,3 milyar.
5. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK)
Guna mendukung implementasi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM)dalam pemberdayaan masyarakat desa hutan, Perhutani KPH Purwodadi
secara simultan telah melaksanakan program kerja yaitu pemberian bantuan modal
Pemberdayaan Usaha Kecil dan Koperasi secara langsung dengan maksud memacu
perputaran roda perekonomian di desa hutan agar pendapatan mereka meningkat dan
terjadi perguliran modal.
10. Makan makanan yang sehat
- Konsumsi makanan sehat dengan memperbanyak asupan makanan yang berasal dari
nabati. Sehingga manusia mendapatkan tujuh kali lipat nutrisi daripada bahan nabati
diberikan sebagai pakan ternak yang dikonsumsi dagingnya.
- Kurangi konsumsi makanan kemasan, selain mengandung bahan kimia yang
berbahaya bagi tubuh, tetapi juga bungkus atau kemasan yang digunakan dapat
menjadi sumber sampah yang tidak ramah lingkungan.
- Mengembangkan bioteknologi yang sangat diharapkan membantu menemukan bibit
unggul tahan hama dan kekeringan yang pada lahan yang sama dapat menghasilkan
pangan lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat, sehingga dapat dijadikan sebagai
alternatif penghematan air dan lahan. Namun berbagai manipulasi transgenik membuat
ketakutan tersendiri akan munculnya spesies baru yang justru dalam jangka panjang
tidak ramah lingkungan.
11. Berlibur dengan berpiknik.
12. Gunakan produk lokal ramah lingkungan.
13. Jadilah pejuang lingkungan.
# Tujuannya :
- untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam,
- mencegah terjadinya prncemaran lingkungan
- mengurangi terbentuknya limbah mulai dari sumbernya sehingga dapat memperkecil
resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan.
# Manfaat Produksi Bersih
- Penggunaan sumberdaya alam lebih efisien.
- Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar.
- Mencegah berpindahnya pencemar dari satu media ke media lainnya.
- Terhindar dari biaya pemulihan lingkungan.
- Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional.
- Mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
- Mendorong dikembangkannya teknologi pengurangan limbah pada sumbernya dan
produk akrab lingkungan.

Pencemaran dan Bahaya


Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat
energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal
gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang
disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan.
Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan
tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran,
mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
lingkungannya agar tidak mencemari lingkngan.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan. Syarat-syarat
suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makluk
hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila
lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak. Suatu zat dapat disebut polutan apabila :
1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.
2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada di tempat yang tidak tepat.
Sifat polutan adalah :
1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.

2. Merusak dalam waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi
dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang
merusak.
A. Macam-macam Pencemaran Lingkungan
1. Berdasarkan Tempat Terjadinya
Menurut tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran udara, air, dan tanah.
a. Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO hasil pembakaran, SO, SO ,
2 2

CFC, CO, dan asap rokok.


1. CO 2
Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya kadar CO di udara. 2

Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil
(batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu.
Meningkatnya kadar CO di udara tidak segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena
2

banyak hutan di seluruh dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal
demikian dapat mengakibatkan efek rumah kaca.
2. CO
Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran. Misalnya, menghidupkan mesin
mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses pembakaran di mesin tidak sempurna, maka proses
pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon monoksida) yang keluar memenuhi ruangan. Hal
ini dapat membahayakan orang yang ada di garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di
dalam mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk
ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kematian

Kompos Mengurangi Pencemaran Lingkungan.

Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah. Tumpukan sampah yang berada di
selokan dan sungai dapat menyebabkan banjir ketika musim hujan dating. Tempat pembuangan
sampah juga dapat menjadi tempat berkembang-biaknya organisme pathogen yang berbahaya
bagi kesehatan manusia. Air yang keluar dari timbunan sampah juga dapat mencemari air sungai
dan air tanah.

Mungkin kita masih ingat dengan peristiwa yang terjadi pada awal tahun 2005, tepatnya tanggal
21 Februari, terjadinya longsor tumpukan sampah di TPA Leuwigajah, Bandung, Jawa Barat,
yang memakan korban jiwa ratusan orang. Kejadian serupa juga terulang pada tahun 2006
tepatnya tanggal 8 September 2006 di Zona 3 TPA Bantargebang, Bekasi. Di TPA Bantargebang
inilah sampah Jakarta dikelola, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membayar tipping fee kepada
Pemda Bekasi sekitar Rp. 60 juta/ton sampah. TPA Bantargegebang sampah dikelola dengan
penerapan system tumpukan yang dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS)
dan system drainase. Sistem drainase ini untuk menmpung air buangan atau lindi hitam
(leachate) ke dalam IPAS dan membuangnya ke sungai terdekat. (baca info/berita selanjutnya hal
Model Pengolahan Sampah kota-kota besar di Indonesia pada Blog ini juga)

Kejadian longsor sampah di dua tempat pembuangan akhir (TPA) ini menunjukkan volume
sampah yang dibuang ke tempat tersebut sudah melebihi daya tampungnya. Ini berindikasi
bahwa produksi sampah setiap harinya sangat banyak (sampah rumah tangga dari penduduk
Jakarta menyumbangkan sekitar 6.000 s/d 7.000 ton per hari). Sebenarnya, tumpukan sampah
yang menggunung seperti itu tidak harus terjadi jika setiap atau sebagian orang mau mendaur-
ulangnya.
Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

1. Sampah Organik; Misalnya dedaunan, jerami, serasah sisa panen, kotoran ternak, dan sisa
sayuran atau hijauan lainnya. Jenis sampah ini bisa di olah menjadi pupuk organic atau
kompos.
2. Sampah Anorganik; Sampah yang bisa didaur ulang, misalnya; sampah plastic bisa didaur
ulang menjadi biji plastic, jenis kertas, besi, kaleng, dll. Termasuk jenis sampah yang
sama sekali tidak akan hancur.

Pengolahan sampah organik menjadi kompos sangat sederhana. Bisa dimulai dari lingkungan
rumah dengan memisahkan sampah organic dan sampah anorganik. Selanjutnya, sampah organik
dikumpulkan dan diproses menjadi pupuk organic atau kompos. Dengan cara seperti ini, niscaya
gunungan sampah itu tidak akan terbentuk. Tentunya, lingkungan sekitar juga jadi bersih,
nyaman, dan asri.

Apabila pekarangan rumah sempit, pengumpulan sampah bisa dilakukan di lingkungan


kompleks. Sampah dari masing-masing rumah dikumpulkan di satu lokasi didalam kompleks
yang dikhususkan menjadi tempat pembuangan sampah (TPS). Sampah kering dan sampah basah
dipisahkan. Sampah basah ditumpuk dan dibiarkan selama dua bulan, maka sampah akan
menjadi kompos dengan proses tidak terlalu rumit, selanjutnya sampah tersebut akan menjadi
kompos. Kompos yang sudah jadi bisa dibagikan kesetiap rumah yang membutuhkan pupuk
organik sisanya bisa dijual untuk kepentingan lingkungan itu sendiri. Dengan cara seperti ini,
disamping menambah pndapatan dan membuka lapangan pekerjaan juga persoalan sampah dapat
teratasi dengan mudah. Namun saying masyarakat kita tidak terbiasa untuk memilah antara
sampah organic dan sampah anorganik. Masyarakat di Negara maju seperti Amerika, Jepang dan
Negara tetangga Singapura sudah terbiasa untuk memisahkan sampah organic dan anorganik.
Proses penyadaran masyarakat kita tentang sampah harus dipaksa sebelum kerusakan lingkungan
yang lebih besar terjadi. Paradigma msyarakat tentang sampah harus dirobah, pemerintah dan
masyarakat peduli lingkungan harus lebih aktif mensosialisasi masalah ini, bahwa sampah
sesungguhnya membawa berkah sampah itu emas bukan sebaliknya menganggap sampah yang
harus disepelekan dandibiarkan atau menganggap sampah membawa bencana, tapi justru sampah
sebuah peluang usaha, pula bila dikelola dengan cerdas akan meningkatkan derajat kesehatan
dan lingkungan yang bersahabat. Mari kita merubah mindset masyarakat atau diri kita sendiri
tentang sampah ini, semoga!

Konservasi Lingkungan III


Saat ini, banyaknya kekhawatiran yang timbul terhadap hilangnya hutan tropis berasal dari
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan sebagai gudang keanekaragaman
hayati. Akan tetapi pengetahuan tentang keadaan/status dan luasan keanekaragaman hayati yang
hilang akibat gangguan hutan masih sangat terbatas.
Penelitian CIFOR di bidang tersebut mencakup kajian diantaranya yaitu, penentuan dampak
akibat adanya gangguan seperti kegiatan pembalakan, pemanenan hasil hutan non-kayu dan
fragmentasi hutan di dalam kawan konservasi keanekaragaman hayati in situ. Kegiatan ini
bertujuan agar data yang diperoleh dari lokasi studi yang terwakili secara ecoregional dapat
digeneralisasikan sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji model proses dan
spasial.
Dalam sebuah proyek berskala luas, peneliti dari India, Thailand dan Indonesia melakukan
kegiatan penelitian dengan bantuan CIFOR dan International Plant Genetic Resources Institute
(IPGRI) yang bertujuan untuk menyelidiki pengaruh kegiatan manusia terhadap sumberdaya
genetik hutan. Kegiatan yang mencakup berbagai bidang ilmu ini terdiri dari kajian terhadap
komponen sumberdaya genetik, ekologi reproduksi jenis yang diteliti dan aspek sosial ekonomi
masyarakat sekitar lokasi hutan penelitian.
Di Malayasia, contohnya, meskipun berdasarkan temuan dinyatakan bahwa pembalakan terbukti
berpengaruh pada semua jenis yang diteliti, tetapi hilangnya keanekaragaman hayati genetik
tidak lebih dari 24 persen. Demikian pula hasil kajian dampak pemanenan kayu untuk keperluan
papan dan bahan bakar di Thailand yang menunjukkan perbedaan nyata hanya jika pemanenan
dilakukan dengan intensitas yang sangat tinggi. Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan di
Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa setelah pembalakan terjadi peningkatan yang nyata
terhadap inbreeding jenis-jenis yang diteliti -hasil selanjutnya akan diselidiki lebih jauh pada
jenis-jenis Dipterocarpaceae.
Pada tahun 1998, dengan masuknya seorang pakar dari Danish International Development
Agency yaitu Dr. John Poulsen, CIFOR meluncurkan suatu gagasan baru dengan proyek yang
dilaksanakan di Western Ghats, India. Penelitian yang memerlukan wawancara ekstensif
terhadap masyarakat suku setempat dan non-suku ini, berupaya mengevaluasi dampak skala-
bentang alam pemanenan hasil hutan non-kayu baik berupa flora dan fauna, termasuk burung,
kupu-kupu, mamalia kecil, pohon dan tumbuhan bukan pohon.
Kegiatan lainnya yang merupakan bagian dari proyek tersebut di India menyebutkan bahwa
keluarga miskin sangat tergantung pada kegiatan pengumpulan hasil hutan non-kayu. Dengan
banyaknya hasil hutan non-kayu yang masuk ke pasar maka pemanenan cenderung dilakukan
tanpa menghiraukan aspek kelestarian, demikian pula yang terjadi ditengah masyarakat asli yang
secara tradisional penghidupannya tergantung dari produk tersebut. Akibatnya, permudaan
beberapa jenis tumbuhan penting hampir tidak nampak di beberapa kawasan, sehingga hal ini
mengancam menurunnya keanekaragaman genetik jenis-jenis yang bersangkutan.
Di Kalimantan Tengah, para peneliti CIFOR juga melakukan kajian tentang dampak
kegiatan pembalakan terhadap keanekaragaman struktur vegetasi, burung, dan mamalia kecil
(tikus). Hasil sementara kajian yang membandingkan kondisi burung di lokasi bekas tebangan
dan yang tidak ditebang menunjukkan bahwa pembalakan dengan sistem tebang pilih berdampak
kurang nyata pada keanekaragaman dan jumlah jenisnya. Hal ini dipengaruhi diantara oleh
rendahnya intensitas pembalakan. Dilain pihak kegiatan pembalakan dan faktor bentang alam
(posisi topografi dan tingkat kebasahan) berpengaruh negatif terhadap pola struktur komunitas,
komposisi jenis serta kelimpahan relatifnya.
Sementara itu data dasar keanekaragaman hayati yang diperoleh dari survey terpadu di
Indonesia, Thailand dan daerah cekungan (basin) Western Amazon dan Kamerun memberikan
suatu gambaran lebih jauh tentang reaksi penjerapan karbon dan keanekaragaman hayati yang
terjadi pada berbagai tingkat intentitas pemanfaatan lahan. Hal baru lainnya adalah
ditemukannya suatu indikator umum dari pola reaksi tersebut diatas yang dapat diketahui dengan
menggunakan Plant Functional Types (PFTs), yang dapat menggambarkan adaptasi tumbuhan
terhadap perubahan fisik lingkungan. Kajian berbagai disiplin ilmu terkait yang dilakukan di
dataran rendah Sumatra, Indonesia, berhasil membuktikan adanya hubungan yang sangat
potensial dan bermanfaat antara struktur vegetasi, kelompok kunci jenis flora dan fauna, PTFs
dan ketersediaan unsur hara tanah.
Terakhir, di Afrika, peneliti CIFOR bersama dengan mitra kerjanya mempelajari dampak
fragmentasi terhadap keanekaragaman genetik. Kajian ini dilakukan di sebuah kawasan yang
terdiri dari 22 fragment riverine sebuah bentang alam yang dibuka untuk areal utama peternakan.
Penelitian ini dirancang untuk menentukan apakah fragmentasi ini berdampak merugikan bagi
mekanisme kerja serangga penyerbuk serta akibat-akibat yang mungkin timbul terhadap
keanekaragaman genetik empat jenis pohon penting.

Dampak Pencemaran Lingkungan terhadap Kesehatan

Pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan sangat penting agar dapat
menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpada dan tuntas. Dewasa ini lingkungan
hidup sedang menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia umumnya.
Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat yang ditimbulkan dan
kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh apabila ada penumpukan sampah dikota maka
permasalahan ini diselesaikan dengan cara mengangkut dan membuangnya ke lembah yang jauh
dari pusat kota, maka hal ini tidak memecahkan permasalahan melainkan menimbulkan
permasalahan seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah lalat, tikus dan bau
yang merusak, pemandangan yang tidak mengenakan. Akibatnya menderita interaksi antara
lingkungan dan manusia yang akhirnya menderita kesehatan.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan
terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan daya
dukung lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
Masalah lingkungan hidup sebenatnya sudah ada sejak dahulu, masalah lingkungan hidup
bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau dihadapi oleh negaranegara maju ataupun negara-
negara miskin, tapi masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia dan
masalah kita semua.
Keadaan ini ternyata menyebabkan kita betpikir bahwa pengetahuan tentang hubungan antara
jenis lingkungan ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara
terpadu dan tuntas.
Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus dihadapi, kegiatan pembangunan
terutama di bidang industri yang banyak menimbulkan dampak negatif merugikan masyarakat.
Masalah lingkungan hidup adalah merupakan masalah yang komplek dan harus diselesaikan
dengan berbagai pendekatan multidisipliner.
Industrialisasi merupakan conditio sine quanon keberhasilan pembangunan untuk memacu laju
pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi juga mengandung resiko lingkungan. Oleh
karena itu munculnya aktivitas industri disuatu kawasan mengundang kritik dan sorotan
masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif limbahnya yang diantisipasikan
mengganggu kesehatan lingkungan.

LINGKUNGAN DAN KESEHATAN


Kemampuan manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung
sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka
hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat.
Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup
sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup tersendiri yang
akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya
penyakit juga sesuai dengan prilakunya tadi.
Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya sosial ekonomi. WHO
menyatakan Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial
serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit.
Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1, Pasal
2 dinyatakan bahwa Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik), rohani (jiwa) dan
sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Definisi ini
memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan.
Masyarakat adalah terdiri dari individu-individu manusia yang merupakan makhluk
biologis dan makhluk sosial didalam suatu lingkungan hidup (biosfir). Sehingga untuk
memahami masyarakat perlu mempelajari kehidupan biologis bentuk interaksi sosial dan
lingkungan hidup.
Dengan demikian permasalahan kesehatan masyarakat merupakan hal yang kompleks dan usaha
pemecahan masalah kesehatan masyarakat merupakan upaya menghilangkan penyebab-
penyebab secara rasional, sistematis dan berkelanjutan.
Pada pelaksanan analisis dampak lingkungan maka kaitan antara lingkungan dengan kesehatan
dapat dikaji secara terpadu artinya bagaimana pertimbangan kesehatan masyarakat dapat
dipadukan kedalam analisis lingkungan untuk kebijakan dalam pelaksnaan pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya lebih baik,
walaupun aktivitas manusia membuat rona lingkungan menjadi rusak.
Hal ini tidak dapat disangkal lagi kualitas lingkungan pasti mempengaruhi status kesehatan
masyarakat. Dari studi tentang kesehatan lingkungan tersirat informasi bahwa status kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh faktor hereditas, nutrisi, pelayanan kesehatan, perilaku dan
lengkungan.
Menurut paragdima Blum tentang kesehatan dari lima faktor itu lingkungan mempunyai
pengaruh dominan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan seseorang itu dapat
berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial, linkungan rekreasi, lingkungan kerja.
Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat
perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan
penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah, pembuangan air limbah penggunaan
pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi
udara, abrasi pantai, penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat
menimbulkan satu model penyakit.
Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani. Masalah
pemukiman sangat penting diperhatikan.
Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan
yang utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik
ditinjau dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pengolalaan sampah domestik uang
dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur.
Perilaku pola makanan juga mengubah pola penyakit yang timbul dimasyarakat. Gizi masyarakat
yang sering menjadi topik pembicaraan kita kekurangan karbohidrat, kekurangan protein,
kekurangan vitamin A dan kekurangan Iodium. Di Indonesia sebagian besar penyakit yang
didapat berhubungan dengan kekurangan gizi.
Ada yang kekurangan kuantitas makanan saja (Maramus), tapi seringkali juga kualitas kurang
(Kwashiorkor). Sebagian besar penyakit yang didapat berhubungan dengan kekurangan gizi
terutama terdap[at pada anak-anak.
Industrialisasi pada saat ini akan menimbulkan masalah yang baru, kalau tidak dengan segera
ditanggulangi saat ini dengan cepat. Lingkungan industri merupakan salah satu contoh
lingkungan kerja. Walaupun seorang karyawan hanya menggunakan sepertiga dari waktu
hariannya untuk melakukan pekerjaan di lingkungan industri, tetapi pemaparan dirinya di
lingkungan itu memungkinkan timbulnya gangguan kesehatan dengan resiko trauma fisik
gangguan kesehatan morbiditas, disabilitas dan mortalitas.
Dari studi yang pernah dilakukan di Amerika Serikat oleh The National Institute of Occupational
Safety and Health pada tahun 1997 terungkap bahwa satu dari empat karyawan yang bekerja di
lingkungan industri tersedia pada bahan beracun dan kanker. Lebih dari 20.000.000 karyawan
yang bekerja di lingkungan industri setiap harinya menggarap bahan-bahan yang diketahui
mempunyai resiko untuk menimbulkan kanker, penyakit paru, hipertensi dan gangguan
metabolisme lain.
Paling sedikit ada 390.000 kasus gangguan kefaalan yang terinduksi oleh dampak negatif
lingkungan industri dan100.000 kematian karena sebab okupasional dilaporkan setiap tahun.
Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi menuju
ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya,
maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian ibu,
meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan status gizi.
Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat. Dengan kemampuan daya pikir manusia, maka manusia mulai
menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja lebih cepat dan efisien si dari tenaga manusia.
Peristiwa ini mulai dikenal dengan penemuan mesin uap oleh James Waat. Fase industri ini
menimbulkan dampak yang sangat menyolok selain kemakmuran yang diperoleh juga exploitasi
tenaga kerja, kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan, penyakit, wabah.
Pencemaran udara yang disebabkan industri dapat menimbulkan asphyxia dimana darah
kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas CO2disebabkan gas beracun besar konsentrasinya
dedalam atmosfirseperti CO2, H2S, CO, NH3, dan CH4. Kekurangan ini bersifat akurat dan
keracunan bersifat sistemik penyebab adalah timah hitam, Cadmium,Flour dan insektisida.
Pengaruh air terhadap kesehatan dapat menyebabkan penyakit menular dan tidak
menular. Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam
terjadinya penyakit dan wabah. Lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit penyakit
umpama penyakit malaria karena udara jelek dan tinggal disekitar rawa-rawa. Orang
beranggapan bahwa penyakit malaria terjadi karena tinggal pada rawa-rawa padahal nyamuk
yang bersarang di rawa menyebabkan penyakit malaria. Dipandang dari segi lingkungan
kesehatan, penyakit terjadi karena interaksi antara manusia dan lingkungan. di sadur dari
malikmakassar.wordpress.com/2008/10/05/

Pencemaran Tanah

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian kerusakan tanah
untuk produksi bio massa: Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa lapisan teratas
kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik,
kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Tetapi akibat kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah. Di dalam PP No.
150 th. 2000 disebutkan bahwa Kerusakan / pencemaran tanah untuk produksi biomassa
adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah. Dalam
rubrik ini kita akan melihat beberapa hal tentang; penyebab pencemaran tanah, dampaknya,
dan cara penanggulangannya.

Penyebab Pencemaran Tanah


Tanah adalah bagian penting dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Kita
ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan.
sebagian besar makanan kita berasal dari permukaan tanah, walaupun memang ada tumbuhan
dan hewan yang hidup di laut. Sudah sepatutnya kita menjaga kelestarian tanah sehingga bisa
mendukung kehidupan di muka bumi ini. Sebagaimana pencemaran air dan udara, pencemaran
tanah pun merupakan akibat kegiatan manusia.
Pencemaran tanah bisa disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian .

Limbah domestik
Limbah domestik yang bisa menyebabkan pencemaran tanah bisa berasal dari daerah:
pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan
misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, bisa berupa limbah padat dan
cair.
1. Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa diuraikan oleh
mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng minuman, bekas
botol plastik air mineral, dsb.
2. Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak
kandungan air tanah dan bisa membunuh mikro-organisme di dalam tanah.

Limbah industri
Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari daerah: pabrik,
manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair.
1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan industri berupa
padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik
gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa
pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak,
khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses industri pelapisan logam
Limbah pertanian
Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah merupakan sisa-sisa pupuk
sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas hama
tanaman, misalnya DDT.

Dampak Pencemaran Tanah


Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/ mencemari karena:
lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah
sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan.

Timbunan sampah bisa menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom
dan arsen pada timbunan sampah bisa timbulkan pencemaran tanah / gangguan terhadap bio
tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lainnya adalah oksida
logam, baik yang terlarut maupun tidak menjadi racun di permukaan tanah.

Yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air
adalah Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, sehingga peresapan air dan mineral yang
dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan
berkurang, oleh sebab itu tanaman sulit tumbuh dan bahkan mati sebab tidak mendapatkan
makanan untuk berkembang.

Tinja, deterjen, oli bekas, cat, adalah limbah cair rumah tangga; peresapannya kedalam tanah
akan merusak kandungan air tanah dan zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat
membunuh mikro-organisme di dalam tanah, inilah salah satunya yang disebutkan sebagai
pencemaran tanah.

Padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan adalah limbah padat hasil
buangan industri. Adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu menyebabkan
penimbunan limbah padat ini busuk yang selain menyebabkan pencemaran tanah juga
menimbulkan bau di sekitarnya karena .

Tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama menyebabkan permukaan tanah menjadi
rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi bakteri tertentu dan berakibat
turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau oleh karena telah terjadinya pencemaran
tanah. Timbunan yang mengering akan dapat mengundang bahaya kebakaran.

Sisa hasil industri pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal,
perak,khrom, arsen dan boron adalah limbah cair yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme. Peresapannya ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah dan dalam hal
ini pun menyebabkan pencemaran tanah.

Pupuk yang digunakan secara terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah,
yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu
karena hara tanah semakin berkurang. Dalam kondisi ini tanpa disadari justru pupuk juga
mengakibatkan pencemaran tanah.

Pestisida yang digunakan bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme
yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di
dalamnya. Selain pencemaran tanah penggunaan pestisida yang terus menerus akan
mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.

Cara Menanggulangi Pencemaran Tanah


Penanganan khusus terhadap limbah domestik yang berjumlah sangat banyak diperlukan agar
tidak mencemari tanah. Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke dalam sampah organik yang
dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan sampah yang tidak dapat diuraikan
oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Akan sangat baik jika setiap rumah tangga bisa
memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik dan anorganik dalam dua
wadah berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.

Sampah organik yang terbiodegradasi bisa diolah, misalnya dijadikan bahan urukan, kemudian
kita tutup dengan tanah sehingga terdapat permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi; dibuat
kompos; khusus kotoran hewan dapat dibuat biogas dll sehingga dalam hal ini bukan
pencemaran tanah yang terjadi tetapi proses pembusukan organik yang alami.
Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme. Cara penanganan yang
terbaik dengan daur ulang. Kurangilah penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia
untuk pemberantasan hama seperti pestisida.
Limbah industri harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang kesungai atau kelaut.
Kurangilah penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable). Salah satu contohnya adalah dengan mengganti plastik sebagai bahan
kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang atau
daun jati. Penutup Kekayaan kita sebagian besarnya diperoleh dari tanah. Kehidupan di bumi
ini sangat bergantung pada tanah. Tumbuhan memperoleh air dan mineral dari tanah. Makanan
yang kita peroleh dan hewan bergantung pada tumbuhan. Jadi makanan kita sebenarnya berasal
dari tanah.

Lingkungan Penghasil Uang

1.Sig Up (Gratis 100 %) 2. Log in 3. Klik pada bagian *EARN MONEY5 4. Beri Centang pada kotak
I Agree.trus Klik pada bagian *Click Here To Start Surf Junky Browser5 akan muncul browser window
baru yang akan menampilkan beberapa website secara bergantian. Jangan Tutup browser Windows ini!!
karena dari Browser Window yang satu inilah sumber pendapatan uang anda. Anda tidak perlu
melakukan apa-apa, biarkan saja berjalan sendiri!! jika anda ada pekerjaan atau aktifitas lain minimize
aja window-nya.. Mudah Bukan..!! 6. Jika ingin tau pendapatan uang anda Klik pada bagian *STATISTIK5
Untuk lebih akuratnya Log Out dulu kemudian Log In lagi dan klik menu \STATISTIK\ * Kita akan dibayar
USD$0.45 (Rp.4.140, mengikuti Nilai Tukar Rupiah sekarang untuk setiap jam program ini berjalan). *
Pembayaran bisa lewat Cek (bank draft) akan dikirim lewat pos (first class U.S. Mail Service) langsung ke
alamat anda. Jadiisilah data anda dengan sejelas-jelasnya.!! Bisa juga melalui rekening e- gold, Paypall,
stormpay. untuk Cek(Bank draft) bisa ditukarkan dengan mata uang rupiah di bank-bank besar di
Indonesia. * Ada bonus lagi.. jika anda menawarkan web ini ke banyak orang maka anda bisa
mendapatkan jasa referal (referensi) dari internet, dan bonusnya tidak sedikit lho! TIDAK ADA SALAHNYA
UNTUK MENCOBA&!!GRATIS..TIDAK RUGI APA-APA!! klik aj http://www.surfjunky.com/?r=Akhriwal
Kunjungi Website : http://www.surfjunky.com/?r=Akhriwal
Tags iklan: klik ini aja http://www.surfjunky.com/?r=Akhriwal

Water Treatment System


Water Treatment System atau proses pengolahan air yang merupakan pengolahan air yang tidak layak
pakai ( air kotor ) menjadi air bersih yang layak higienis dan terbebas dari unsur - unsur berlebih dari segi
fisika maupun kimia.

Proses pengolahan air bersih ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan
antara lain dengan proses :

A. Proses Fisika

a. Macro filtration
b. Micro filtration
c. Ultra filtration ( UF / NF )
d. Hiper Filtration ( RO / Reverse Osmosis )

B. Proses Kimia

a. Oksidasi
b. Koagulasi
c. Sedimentasi

C. Proses Kimia & Fisika


a. Ozonisasi

D. Proses Biologi

Perlakuan cara proses - proses pengolahan diatas dapat dilakukan baik secara Single /tunggal maupun
secara kombinasi dari berbagai proses tergantung dari kondisi output yang diharapkan .

Proses diatas yang akan diterapkan untuk pengolahan air sebaiknya dilakukan tahapan tahapan yang
penting sebagai berikut :

a) Sumber air baku

Sumber air yang akan diolah sebagai langkah utama yaitu dengan melakukan pengujian laboratorium
baik unsur unsur fisika maupun kimia

b) Output air hasil


Output air yang dihasilkan sesuai dengan baku mutu yang diharapkan baik dari segi fisika maupun
secara kimia

c) Proses yang cocok yang akan digunakan

A. Proses Fisika

Proses Fisika merupakan perlakuan yang didalam terjadi proses secara fisika yang antara lain :
a. Proses penyaringan koloid kasar diatas 20 micron
b. Proses penyaringan koloid halus antara 20 1 micron
c. Proses penyaringan koloid antara 1 0,1 micron
d. Proses penyaringan antara 0,01 0,1 micron
e. Proses penyaringan molekul antara 0,001 0,01 micron
f. Proses penyaringan atom dibawah 0,0001 micron

B. Proses Kimia
a. Proses oksidasi adalah proses perubahan ion terlarut menjadi ion tak Mn2O3 dll Fe2O3, Mn2+ +
O2terlarut misalnya---------- O2 + Fe2+

b. Proses koagulasi adalah proses selanjutnya dari proses oksidasi yaitu proses penggumpalan ion tak
terlarut menjadi endapan yang mempunyai berat jenis lebih berat dari berat jenis air. Proses ini biasanya
dilakukan dengan penambahan bahan koagulator seperti PAC, Tawas , Dll

c. Proses ion exchange adalah proses pertukaran ion atau pengikatan ion positive dan ion negative.
Proses ini pengikatan ion + / - atau pertukaran +/- oleh media yang disebut media yang mempunyai KTK (
Kapasitas Tukar Kation ). Biasanya media yang digunakan yaitu Resin Cation , Resin Anion ( Buatan )
atau Zeolite ( alami ).

C. Proses Fisika & Kimia


a. Proses sedimentasi adalah proses pengendapan setelah proses oksidasi proses ini hampir sama
dengan proses koagulasi
b. Proses absorp , proses penyerapan oleh media yang mempunyai daya serap tinggi, biasanya proses
ini mengabsorb kimia yang bersifat gas seperti NH4+ , NO3-, H2S dll. Media yang biasa digunakan yaitu
Carbon active, Zeolite Actived dll
c. Oksidasi dengan gas Ozone adalah proses oksidasi dengan menggunakan gas ozone yang diperoleh
secara electro fisika.

D. Proses Biologis
a. Proses permentasi

Pengolahan air bersih biasanya ada system yang dilakukan yaitu dengan mengkombinasi dari beberapa
proses .

Seperti pada alur system berikut ini :

I. Konvensional

FISIKA: - Oksidasi dengan O2(udara terbuka)


- Absorpi / penyerapan
- Penyaringan diatas 20 micron
II. Semi Konvensional

KIMIA : - Oksidasi
- Koagulasi
-Sedimentasi

FISIKA : - Absorb
- Penyaringan

III. Semi Modern

KIMIA : - Oksidasi
- Koagulasi
- Sedimentasi

FISIKA : - Absorb
- Fisika --> micro filter
- Penyaringan

IV. Modern

KIMIA : - Oksidasi
- Koagulasi
- Sedimentasi

FISIKA : - Absorb
- Fisika ; - Absorb
- fisika : - micro filtrasi
- Ultrafiltrasi
- Penyaringan
- Sedimentasi

V. Hi- Tech

KIMIA : - Oksidasi
- Koagulasi
- Sedimentasi

FISIKA : - Absorb
- Fisika : - Micro filtrasi
- Penyaringan - Ultrafltrasi

= reverse Osmosis

Proses diatas dilakukan tergantung dari kondisi air baku dan Qualitas air hasil yang diharapkan.
Pada Zaman sekarang dengan teknologi yang maju dan keberadaan teknologi serta pendukungnya yang
tersedia dan juga kondisi air baku yang sudah tidak memenuhi persyaratan baku mutu air bersih dan juga
susahnya mencari air yang baik dan memenuhi persyaratan air bersih, maka teknologi yang cocok untuk
digunakan pada saat ini dengan teknologi yang Hi-Tech.

I. Hi-Tech

KIMIA ; - Oksidasi
- Koagulasi
- Sedimentasi

FISIKA :- Absorb
- Fisika : - Absorb
- Penyaringan

Fisika : - micro filtrasi


- Ultra Filtrasi
- Reverse Osmosis

SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM


(Reverse Osmosis & Ultra Filtration System )

Sistem pengolahan air minum dengan sumber air bersih dengan skala atau standar air minum,
memerlukan beberapa proses yang perlu diterapkan, adapun proses yang diperlukan tergantung dari
kualitas air baku antara lain :

Proses penampungan air dalam bak penampungan air yang bertujuan sebagai tolak ukur dari debit air
bersih yang dibutuhkan. Ukuran bak penampungan disesuaikan dengan kebutuhan (debit air) yang mana
ukuran bak minimal 2 kali dari kebutuhan

Proses oksidasi atau dengan kata lain penambahan oksigen kedalam air agar kadar-kadar logam berat
serta zat kimiawi lainnya yang terkandung dalam air mudah terurai. Dalam proses ini ada beberapa
perlakuan yang bisa dilakukan seperti dengan penambahan oksigen dengan sistem aerasi (dengan
menggunakan alat aerator) dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan katalisator bahan kimia
untuk mempercepat proses terurainya kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya (dengan
menggunakan clorine, kaporite, kapur dll)

Proses pengendapan atau koagulasi, proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
seperti bahan koagulan (Hipoklorite/PAC dengan rumus kimia Al2O3), juga proses ini bisa dilakukan
dengan menggunakan teknik lamela plate

Proses filtrasi, proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran air yang masih terkandung
dalam air. Biasanya proses ini menggunakan bahan sand filter yang disesuaikan dengan kebutuhan baik
debit maupun kualitas air dengan media filter (silica sand/quarsa, zeolite, dll)

Proses filtrasi (carbon actived), proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air agar air yang
dihasilkan tidak mengandung bakteri (sterile)dan rasa serta aroma air

Proses demineralisasi, proses ini berfungsi untuk mengurangi bahkan menghilangkan kadar kadar
logam serta mineral-mineral yang terkandung dalam air.

Proses Reverse Osmosis system , proses ini merupakan proses utama dalam proses pemurnian air
dengan hasil qualitas air non mineral. Proses ini melalui alat yang disebut Membrane semipermiable,
membrane ini mempunyai lubang air 1/10000 micron dimana air yang melewati lubang tersebut sudah
merupakan air bebas meniral bactery, virus dan logam-logam berat lainnya.

Proses terakhir, adalah proses pembunuhan bakteri, virus, jamur, makroba dan bakteri lainnya yang
tujuannya air itu tidak perlu dimasak kembali, proses ini menggunakan proses ultra violet atau dengan
kata lain sterilisasi dengan menggunakan penyinaran ultra violet serta dengan ozonisasi.

TAHAPAN TAHAPAN PROSES


A.WATER TREATMENT SYSTEM

Tahapan ini ada beberapa proses antara lain :

1. Proses penghilangan / pengikatan Lumpur / polutan tidak terlarut


2. Proses penghilangan / pengikatan logam logam berat
3. Proses penghilangan / pengikatan zat organic & anorganik
4. Proses penghilangan zat kapur / kesadahan dan magnesium

1. PROSES SAND FILTER

Proses ini bertujuan untuk mengurangi polutan-polutan yang ukurannya lebih besar dari 20 mikron, serta
menahan/ memfilter kadar-kadar logam-logam berat yang telah teroksidasi dalam proses sebelumnya.

2. PROSES GREENSAND FILTER (sand actived)

Proses ini mempunyai fungsi menghilangkan kadar logam berat serta zat kimia lainnya yang tidak sempat
teroksidasi pada awal proses. Proses filtrasi ini menggunakan media greensand yang mempunyai fungsi
mengikat/menukarkan ion (ion exchange) logam serta unsur kimia terlarut antara lain :

Fe 2+ ion besi
Mn 2+ ion Mangan
H2S Sulfida
NH4 Amoniak
Zn Zink
Cr Crom
NO2- Nitrit
NO3- Nitral
Balance pH
Dll

3. PROSES CARBON FILTER

Proses ini bertujuan menghilangkan aroma air yang tidak sedap serta membunuh bacteri serta mengikat
racun-racun dalam air, seperti diilustrasikan dalam perut yang diare menggunakan obat norite dengan
kata lain carbon powder yang kapsul atau di cetak yang bertujuan menghilangkan bacteri serta menyerap
racun-racun dalam perut.

4. PROSES SOFTENING

Proses ini bertujuan melunakan air serta rasa air agar tidak kesat serta mengurangi kadar kapur,
kesadahan, magnesium dalam air.

C. STERILISASI ULTRA VIOLET & OZONISASI

Proses Sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan atau membunuh bactery yang terkandung dalam
air hasil yang mungkin terkontaminasi dari instalasi pipa produk serta dari kemasan yang terkontaminasi.
Ada beberapa proses sterilisasi yang dilakukan pada proses air minum kemasan adalah :

1. Penambahan gas ozone ( Ozonisasi)


2. Penyinaran Ultra Violet Sterilisasi

Ozonisasi

Proses Ozonisasi bertujuan membunuh baktery, virus serta jamur jamur dan lumut serta untuk
mengawetkan air yang sudah dikemas dalam kemasan yang mana apabila terjadi kontaminasi pada
kemasan yang tidak steril/ bersih.
Proses Ozonisasi dilakukan dengan cara menginjeksikan serta mencampur ratakan dengan air yang
sudah melalui beberapa tahap water treatment sampai tahap proses pemurnian air (reverse osmosis)
didalam tangki reactor ( Reaktor Tank).

Ozonisasi merupakan gas Ozone yang diproduksi dari listrik tegangan tinggi sampai dengan 75.000 volt
DC yang mana kutub katoda dan anoda terjadi kilatan listrik. Oxigen atau udara dilewatkan kedalam
tabung reactor ozone , O3 yang akanoxygen diaktifkan dan dipecah molekulnya menjadi O2 --
menghasilkan gas ozone yang beraroma khas, yang berfungsi untuk membunuh serta mematikan.

Penyinaran Ultra Violet Sterilisasi

Perlakuan ini dilakukan pada akhir proses yaitu kondisi sebelum pada pengisian kedalam kemasan.
UV Sterlisasi yaitu merupakan Sinar Ultra Violet yang dihasilkan dari lampu yang menghasilkan cahaya
Ultra violet dengan panjang gelombang 254 nm (nano meter) yang mana cahaya UV pada panjang
gelombang ini mempunyai kemampuan membunuh bactery serta mikroorganisme lainnya.

STERILISASI

STERILISASI ADA DUA JENIS PROSES :

1. STERILISASI DENGAN MENGINJEKSIKAN GAS OZONE (O3) KEDALAM AIR PRODUKSI

MEMPUNYAI FUNGSI :

MEMBUNUH BAKTERIBAKTERI , VIRUS DAN PATHOGEN


LAINNYA :

ESCHERICHIA-COLI (E-COLI)
FECAL STREPTOCOCCI
STAPHYLOCOCCUS AUREUA
ASPERGILLUS NIGER
STAPHYLOCOCCUS AREUS
SALMONELLA CHOLERAESUIS
BACILLUS SUBTILLIS
BACILLUS ANTRACIS (ANTHRAX)
COLIFORM BACTERIA
PARASITIC INFUSORIAN
AHYDROPHILA
OMV,CSV,IPNV,IHNV,HIRRV,YAN

MENETRALISIR PESTISIDA
DDT
PCP
MALATHION
BAYGON
VAPAM

MENGOKSIDASI LOGAM BERAT


IRON (ZAT BESI/Fe)
MANGANESE (BESI HITAM Mn)

2. STERILISASI DENGAN PENYINARAN ULTRA VIOLET DENGAN WAVE LENGTH(PANJANG


GELOMBANG) 254 nm

MEMPUNYAI FUNGSI :
MEMBUNUH BAKTERI-BAKTERI DAN VIRUS SERTA PATHOGEN LAINNYA.

SISTEM STERILISASI DENGAN SINAR ULTRA VIOLET 254nm

MASTER TANK
SISTEM STERILISASI DENGAN MENGINJEKSIKAN GAS OZONE (O3)

CARA KERJA GAS OZONE MEMBUNUH BAKTERI & VIRUS


Oxigen - High Voltage -Ozone gas --Virus & Bactria ,microorganism --Return Oxigen
SISTEM PRODUKSI GAS OZONE / O3
SISTEM STERILISASI DENGAN MENGINJEKSIKAN GAS OZONE (O3)

SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM (Reverse Osmosis &
Ultra Filtration System )

Sistem pengolahan air minum dengan sumber air bersih dengan skala atau standar air
minum, memerlukan beberapa proses yang perlu diterapkan, adapun proses yang
diperlukan tergantung dari kualitas air baku antara lain :
Proses penampungan air dalam bak penampungan air yang bertujuan sebagai tolak ukur dari debit air
bersih yang dibutuhkan. Ukuran bak penampungan disesuaikan dengan kebutuhan (debit air) yang mana
ukuran bak minimal 2 kali dari kebutuhan

Proses oksidasi atau dengan kata lain penambahan oksigen kedalam air agar kadar-kadar logam berat serta
zat kimiawi lainnya yang terkandung dalam air mudah terurai. Dalam proses ini ada beberapa perlakuan
yang bisa dilakukan seperti dengan penambahan oksigen dengan sistem aerasi (dengan menggunakan
alat aerator) dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan katalisator bahan kimia untuk
mempercepat proses terurainya kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya (dengan menggunakan
clorine, kaporite, kapur dll)
Proses pengendapan atau koagulasi, proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti
bahan koagulan (Hipoklorite/PAC dengan rumus kimia Al2O3), juga proses ini bisa dilakukan dengan
menggunakan teknik lamela plate

Proses filtrasi, proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran air yang masih terkandung dalam
air. Biasanya proses ini menggunakan bahan sand filter yang disesuaikan dengan kebutuhan baik debit
maupun kualitas air dengan media filter (silica sand/quarsa, zeolite, dll)

Proses filtrasi (carbon actived), proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air agar air yang
dihasilkan tidak mengandung bakteri (sterile)dan rasa serta aroma air

Proses demineralisasi, proses ini berfungsi untuk mengurangi bahkan menghilangkan kadar kadar logam
serta mineral-mineral yang terkandung dalam air.

Proses Reverse Osmosis system , proses ini merupakan proses utama dalam proses pemurnian air dengan
hasil qualitas air non mineral. Proses ini melalui alat yang disebut Membrane semipermiable, membrane
ini mempunyai lubang air 1/10000 micron dimana air yang melewati lubang tersebut sudah merupakan
air bebas meniral bactery,virus dan logam-logam berat lainnya.

Proses terakhir, adalah proses pembunuhan bakteri, virus, jamur, makroba dan bakteri lainnya yang
tujuannya air itu tidak perlu dimasak kembali, proses ini menggunakan proses ultra violet atau dengan
kata lain sterilisasi dengan menggunakan penyinaran ultra violet serta dengan ozonisasi.

PARAMETER PENCEMAR UDARA DAN DAMPAKNYA TERHADAP


KESEHATAN

PARAMETER PENCEMAR UDARA


DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai
komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya
sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Pencemaran
udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran
udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan
perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang
dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam,
seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara
tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan
manusia.
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan
perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana
program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif
namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan
kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat
membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.
Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan kendaraan bermotor akan
meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Hasil studi yang
dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti
Jakarta, Yogyakarta dan Semarang menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu (SPM) 280
ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah
melebihi nilai ambang batas/standar kualitas udara. Hasil pemeriksaan kualitas udara disekitar stasiun
kereta api dan terminal di kota Yogyakarta pada tahun 1992 menunjukkan kualitas udara sudah
menurun, yaitu kadar debu rata-rata 699 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,030,086 ppm, kadar NOx sebesar
0,05 ppm dan kadar Hidro Karbon sebesar 0,350,68 ppm. Kondisi kualitas udara di Jakarta Khususnya
kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung rata-rata 155 ug/m3, dan Casablanca
rata-rata 680 ug/m3, Tingkat kebisingan pada terminal Tanjung Priok adalah rata-rata 74 dBA dan di
sekitar RSUD Koja 63 dBA.
Disamping kualitas udara ambien, kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) juga merupakan
masalah yang perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Timbulnya kualitas udara dalam ruangan
umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya sumber
kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material
bangunan (4%) , lain-lain (13%). Sumber pencemaran udara dapat pula berasal dari aktifitas rumah
tangga dari dapur yang berupa asap, Menurut beberapa penelitian pencemaran udara yang bersumber
dari dapur telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penyakit ISPA. Dari hasil penelitian
pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan yang dilakukan oleh FKMUI tahun 1987 terhadap
spesimen darah pekerja jalan tol Jagorawi, menunjukkan kadar Timah Hitam adalah 3,92-7,59 ug/dl.
Kemudian pada pengemudi dan petugas polantas diatas 40 ug/dl. Sedangkan kadar timah hitam di udara
kota Jakarta berkisar antara 0,2-1,8 ug/m3. Diperkirakan 1 ug/dl timbal di udara sudah dapat
menyebabkan tercemarnya darah oleh timbal sekitar 2,5- 5,3 ud/dl. Selanjutnya akumulasi timbal
sebesar 10 ug/dl dalam darah dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak-anak hingga 2,5 poin.
Diperkisakan pada tahun 1999 sebesar 1 juta poin tingkat kecerdasan anak-anak di Jakarta telah hilang.
Hasil penelitian 1998 pada 131 anak sekolah usia 7 tahun di Jakarta dilaporkan terdapat kandungan
Timbal dalam darah sebesar 7,7 ug/dl. Kejadian kebakaran hutan beberapa tahun yang lalu memberikan
pengalaman yang sangat berharga bagi berbagai pihak, khususnya sektor kesehatan. Akibat yang terjadi
tidak dapat dihindarkan adalah menurunnya kualitas udara sampai taraf yang membahayakan kesehatan
dan akhirnya menimbulkan dan meningkatkan gangguan penyakit saluran pernafasan seperti ISPA,
asthma dan pneumonia serta penyakit mata. Tercatat di beberapa lokasi debu mencapai 10 kali lebih
besar dibanding dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan, dan masyarakat yang memerlukan
pengobatan di berbagai sarana pelayanan kesehatan meningkat tajam. Penderita ISPA pada daerah
bencana asap meningkat sebesar 1,8-3,8 kali lebih besar dari jumlah penderita ISPA pada periode yang
sama tahun-tahun sebelumnya.
Pada saat kebakaran hutan tahun yang lalu, kualitas udara di wilayah Kalimantan Barat sudah pada taraf
membahayakan Kesehatan dimana kadar debu mencapai angka di atas 1.490 ug/m3, dimana batas
ambang yang diperkenankan sebesar 230 ug/m3. Kabut asap akibat kebakaran hutan yang telah
merambah ke berbagai propinsi, seperti Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan Riau, bahkan telah
berpengaruh sampai wilayah manca negara seperti Malaysia dan Thailand.
Mengingat bahayanya pencemaran udara terhadap kesehatan sebagaimana kasus-kasus tersebut diatas,
maka dipandang perlu bagi petugas kesehatan di daerah untuk mengetahui berbagai parameter
pencemar seperti : sifat bahan pencemar, sumber dan distribusi, dan dampak yang mungkin terjadi juga
cara pengendalian, maka diperlukan suatu pedoman atau acuan dalam rangka meminimalkan terjadi
dampak terhadap kesehatan . Jenis parameter pencemar udara dalam buku pedoman ini didasarkan
pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi :
Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro karbon (HC),
PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dustfall (debu jatuh). Empat parameter yang lain (Total
Fluorides (F), Fluor Indeks, Khlorine & Khlorine dioksida, Sulphat indeks) akan dibahas kemudian karena
merupakan parameter pencemaran udara yang diberlakukan untuk daerah/kawasan industri kimia dasar.
II. RUANG LINGKUP
Buku pedoman ini berisi tentang karakteristik sifat fisika dan kimia, sumber dan distribusi, dampak
terhadap kesehatan serta cara pengendalian bahan pencemar udara.
III. TUJUAN
A. UMUM
Terwujudnya kualitas udara yang memenuhi syarat serhingga dapat memberikan kenyamanan dan
kesehatan bagi masyarakat.
B. KHUSUS
1. Dapat diketahuinya karakteristik dan sumber pencermar udara di lingkungan.
2. Dapat diketahuinya dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh parameter pencemar udara dan dapat
mengambil
tindakan pengandalian.
IV. SASARAN
Buku pedoman ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi petugas kesehatan dan pihak-pihak lain yang
berhubungan dengan pencemaran udara dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
BAB II
PARAMETER PENCEMAR UDARA
1. SULFUR DIOKSIDA
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak
berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida
(SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara,
sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang
mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relative masing-masing
tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar.
Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut :
S + O2 < --------- > SO2
2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3
SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika
konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan
segera bergabung membentuk droplet asam sulfat ( H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut :
SO SO2 + H2O2 ------------ > H2SO4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir
lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga
berasal dari mekanisme lainnya.
Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh
proses-proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa
faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar matahari,
Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada malam hari atau kondisi lembab atau
selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk
membentuk sulfat di dalam droplet.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan
kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2.
Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk
H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah
ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak
merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber
alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan
sumber pencemaran Sox, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya Sumber
SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum, industri asam sulfat,
industri peleburan baja dan sebagainya.
Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan Sox. Hal ini disebabkan adanya
elemen penting alami dalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga ( CUFeS2 dan CU2S ), zink (ZnS),
Merkuri (HgS) dan Timbal (PbS). Kerbanyakan senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di
udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan
kontaminan yang tidak dikehandaki didalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur
dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu SO2 secara
rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian akan terdapat di udara.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi
pada kadasr sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar
5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2
dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang
mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan
kadar yang relative rendah. Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai
berikut :

Konsentrasi ( ppm ) Pengaruh


3 5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8 12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
20 Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama
50 100 Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat ( 30 menit )
400 -500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala
c) Memasang filter pada knalpot
D.1.2 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
c) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar Sulfur rendah.
D.1.3 Bahan Baku
a) Pengelolaan bahan baku SO2 sesuai dengan prosedur pengamanan.
D.1.4 Manusia
g/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuranApabila kadar SO2 dalam udara ambien telah
melebihi Baku Mutu (365
24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan, dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas diluar rumah.
2. PENANGGULANGAN
1) Memperbaiki alat yang rusak
2) Penggantian saringan/filter
3) Bila terjadi/jatuh korban, maka lakukan :
Pindahkan korban ke tempat aman/udara bersih.
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
Kirim segera ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2. CARBON MONOKSIDA
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil
pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna.
Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal
berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang
berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari
kegiatan manusia, Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di
atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan
bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO dari
sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari
kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak
bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik.
Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi
kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat memajan
dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya. Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk
dari tungku dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan
kadar CO yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus. Kadar CO diperkotaan cukup
bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan
umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam
hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya.
Pemajanan CO dari udara ambien dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi-haemoglobin (HbCO)
dalam darah yang terbentuk dengan sangat pelahan karena butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya
keseimbangan antara kadar CO diudara dan HbCO dalam darah Oleh karena itu kadar CO didalam
lingkungan, cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam pemajanan Data CO yang
dinyatakan dalam rata-rata setiap 8 jam pengukuran sepajang hari (moving 8 hour average
concentration) adalah lebih baik dibandingkan dari data CO yang dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali
pengukuran pada periode waktu 8 jam yang berbeda dalam sehari. Perhitungan tersebut akan lebih
mendekati gambaran dari respons tubuh manusia tyerhadap keracunan CO dari udara.
Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama berasal dari alat pemanas ruang
yang menggunakan bahan bakar fosil dan tungku masak. Kadar nya akan lebih tinggi bila ruangan tempat
alat tersebut bekerja, tidak memadai ventilasinya. Namun umunnya pemajanan yang berasal dari dalam
ruangan kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap rokok.
Beberapa Individu juga dapat terpajan oleh CO karena lingkungan kerjanya. Kelompok masyarakat yang
paling terpajan oleh CO termasuk polisi lalu lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas
industri logam, industri bahan bakar bensin, industri gas kimia dan pemadam kebakaran. Pemajanan Co
dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di
bengkel kendaraan bermotor ditemukan mencapai setinggi 600 mg/m3 dan didalam darah para pekerja
bengkel tersebut bias mengandung HbCO sampai lima kali lebih tinggi dari kadar nomal. Para petugas
yang bekerja dijalan raya diketahui mengandung HbCO dengan kadar 47,6% (porokok) dan 1,43,8%
(bukan perokok) selama sehari bekarja. Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum jarang yang
melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di 18 kota besar di Amerika Utara menunjukan bahwa 45
% dari masyarakat bukan perokok yang terpajan oleh CO udara, di dalam darahnya terkandung HbCO
melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui bahwa manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat proses
metabolismenya yang normal. Produksi CO didalam tubuh sendiri ini (endogenous) bisa sekitar 0,1+1%
dari total HbCO dalam darah.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan
haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan
pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin
(HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen
tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius,
bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim
intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO
sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah
periferal yang parah. Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang pada saat
terpajan .Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO
dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau
paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 510%. Pengaruh CO
kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun
respon dari masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu
panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus mempunyai
kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang
tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat
terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara
kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3) Pengaruh ini terlalu
terlihat pada perokok, karena kemungkinan sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap
rokok. Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan berbadan sehat yang melakukan
latihan berat (studi untuk melihat penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang
pada kadar HbCO 50% dengan latihan yang lebih ringan, kesadaran hilang pada HbCo 70% selama 5-60
menit. Gangguan tidak dirasakan pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung meningkat cepat dan tidak
proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih panjang terhadap pekerja yang bekerja selama 4 jam
dengan kadar HbCO 5-6% menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap denyut jantung, tetapi agak
berbeda. Hasil studi diatas menunjukkan bahwa paling sedikit untuk para bukan perokok, ternyata ada
hubungan yang linier antara HbCO dan menurunnya kapasitas maksimum oksigen.
Walaupun kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut
jantung, ritme jantung menjadi abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal, tidak
banyak didapatkan data tentang pengaruh pemajanan CO kadar rendah terhadap sistim kardiovaskular.
Hubungan yang telah diketahui tentang merokok dan peningkatan risiko penyakit jantung koroner
menunjukkan bahwa CO
kemungkinan mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit tersebut (perokok berat tidak jarang
mengandung kadar HbCO sampai 15 %). Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon
monoksida menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru, tetapi jelas bahwa CO mampu untuk
mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh yang dapat berakibat serius pada seseorang yang telah
menderita sakit jantung atau paru-paru. Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat
penyakit jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan wilayah, sangat sulit untuk ditafsirkan.
Namun dada terasa sakit pada saat melakukan gerakan fisik, terlihat jelas akan timbul
pada pasien yang terpajan CO dengan kadar 60 mg/m3, yang menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%.
Walaupun wanita
hamil dan janin yang dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh (endogenous) dengan kadar
yang lebih tinggi,
pajanan tambahan dari luar dapat mengurangi fungsi oksigenasi jaringan dan plasental, yang
menyebabkan bayi dengan berat badan rendah. Kondisi seperti ini menjelaskan mengapa wanita
merokok melahirkan bayi dengan berat badan lebih rendah dari normal. Masih ada dua aspek lain dari
pengaruh CO terhadap kesehatan yang perlu dicatat. Pertama, tampaknya binatang percobaan dapat
beradaptasi terhadap pemajanan CO karena mampu mentolerir dengan mudah pemajanan akut pada
kadar tinggi, walaupun masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Kedua, dalam kaitannya dengan CO di
lingkungan kerja yang dapat menggangggu pertubuhan janin pada pekerja wanita, adalah kenyataan
bahwa paling sedikit satu jenis senyawa hidrokarbon-halogen yaitu metilen khlorida (dikhlorometan),
dapat menyebabkan meningkatnya kadar HbCO karena ada metobolisme di dalam tubuh setelah
absorpsi terjadi. Karena senyawa diatas termasuk kelompok pelarut (Sollvent) yang banyak digunakan
dalam industri untuk menggantikan karbon tetrakhlorida yang beracun, maka keamanan lingkungan
kerja mereka perlu ditinjau lebih lanjut.

D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter pada knalpot.
D.1.2 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
c) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah.
D.1.3 Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-
rata
waktu pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
a) Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker gas.
b) Menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti sumur tua , Goa , dll.
E. PENANGGULANGAN
a) Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
b) Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan
Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
3. NITROGEN DIOKSIDA
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen
monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi
kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat
kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada
NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga
membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen
membentuk NO2. Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar,
hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang
lebih tinggi C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak(diatas 1210 sehingga
mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu C, oleh karena itu reaksiyang
digunakan biasanya mencapai 1210 1.765 ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi
pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah
dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami
ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang
menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan
meningkat pada tempat-tempat tertentu.
Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx
diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran
dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan
sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari
pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin. NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari
tergantung dari intensitas sinar mataharia dan aktivitas kendaraan bermotor. Perubahan kadar NOx
berlangsung sebagai berikut :
a) Sebelum matahari terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar sedikit lebih tinggi dari kadar
minimum seharihari.
b) Setelah aktifitas manusia meningkat ( jam 6-8 pagi ) kadar NO meningkat terutama karena
meningkatnya aktivitas lalulintas yaitu kendaraan bermotor. Kadar NO tetinggi pada saat ini dapat
mencapai 1-2 ppm.
c) Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet kadar NO2 ( sekunder ) kadar
NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm.
d) Kadar ozon meningkat dengan menurunnya kadar NO sampai 0,1 ppm.
e) Jika intensitas sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam ) kadar NO meningkat kembali.
f) Energi matahari tidak mengubah NO menjadi NO2 (melalui reaksi hidrokarbon) tetapi O3 yang
terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan kadar NO2 dan
penurunan kadar O3.
g) Produk akhir dari pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat, yang kemudian diendapkan
sebagai garamgaram nitrat didalam air hujan atau debu. Merkanisme utama pembentukan asam nitrat
dari NO2 di udara masih terus dipelajari Salah satu reaksi dibawah ini diduga juga terjadi diudara tetapi
diudara tetapi peranannya mungkin sangat kecil dalam menentukan jumlah asam nitrat di udara.
h) Kemungkinan lain pembentukan HNO3 didalam udara tercemar adalah adanya reaksi dengan ozon
pada kadar NO2 maksimum O3 memegang peranan penting dan kemungkinan terjadi tahapan reaksi
sebagai berikut :
NO3 + O2O3 + NO2 ----
N2O5NO3 + NO2 -----
2HNO3N2O5 + 2HNO3 ----
Reaksi tersebut diatas masih terus dibuktikan kebenarannya, tetapi yang penting adalah bahwa proses-
proses diudara mengakibatkan perubahan NOx menjadi HNO3 yang kemudian bereaksi membentuk
partikel-partikel.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2
empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO
yang mengakibatkan kematian. Diudara ambient yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi
NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang
sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syarat dan kekejangan. Penelitian lain
menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7
menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali setelah 46 menit. Tetapi jika
pemajanan NO pada kadar tersebut berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan
kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati.
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan
sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala
pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100%
kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan
kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
D. PENGENDALIAN
D.1. PENCEGAHAN
D.1.1. Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter pada knalpot.
D.1.2. Sumber Tidak Bergerak
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Memasang scruber pada cerobong asap.
c) Memodifikasi pada proses pembakaran.
D.1.3. Manusia
g/Nm3 dengan waktu pengukur 24 jam) maka untukApabila kadar NO2 dalam udara ambien telah
melebihi baku mutu ( 150
mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Mengatur pertukaran udara di dalam ruang, seperti mengunakan exhaust-fan.
b) Bila terjadi korban keracunan, maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasaan buatan.
Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
4. OKSIDAN
A. SIFAT FISIK DAN KIMIA
Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi.
Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang
membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh
oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena
interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar. Hidrokarbon merupakan komponen yang
berperan dalam produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO2. Polutan
sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan peroksiasetilnitrat.
OZON Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen
fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar
udara Ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk
diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara
perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung dari jumlah molekul O2
atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat
didaerah panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon didaerah
ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode-metode analitik.
PEROKSIASETILNITRAT
Proses-proses fotokimia menghasilkan jenis-jenis pengoksidasi lain selain ozon, termasuk
peroksiasilinitrat yang mempunyai struktur sebagai berikut :
O
RC
00NO2
R = CH3 : peroksiasetilnitrat ( PAN )
R = C2H5 : peroksipropionilnitrat ( PPN )
R = C6H5 : peroksibenzoilnitrat ( PBzN )
Meskipun untuk setiap jenis peroksiasetilnitrat sudah diberikan perhatian, data monitoring yang tersedia
hanya untuk peroksiasetilnitrat. Peroksiasrtilnitrat mempunyai 2 ciri yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya peroksiasetilnitrat kadar rendah. Ciri pertama adalah absorpsi di daerah inframerah
dan kemampuan dalam menangkap elektron. Ciri kedua digunakan sebagai dasar metoda pengukuran
kadar peroksiasetilnitrat di udara secara khromatografi.
OKSIDAN LAIN
Hidrogen peroksida telah diidentifikasi sebagai oksidan fotokimia yang potensial. Akan tetapi hidrogen
peroksida ini merupakan senyawa yang sangat sulit dideteksi secara spesifik di udara. Oleh arena itu
tidak mungkin memperkirakan dengan pasti bahwa hidrogen peroksida sebagai pencemar fotokimia
udara.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Yang dimaksud dengan oksidan fotokimia meliputi Ozon, Nitrogen dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN)
karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk ozon maka hasil monitoring udara ambien
dinyatakan sebagai kadar ozon. Karena
pengaruh pencemaran udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya perubahan pola pencemaran
selama sehari dan dari suatu tempat ketempat lain, maka waktu dimana kadar Ozon paling tinggi secara
umum ditentukan dalam pemantauan. Mencatat jumlah perjam per hari, perminggu, per musim atau
per tahun selama kadar tertentu dilampaui juga merupakan cara yang berguna untuk melaporkan sejauh
mana Ozon menjadi masalah. Kadar ozon alami yang berubah-ubah sesuai dengan musim pertahunnya
berkisar antara g/m3 (0,0050,05 ppm). Diwilayah pedesaan kadar ozon dapat10100 menjadi tinggi
karena adanya kiriman jarak jauh O3 dari udara yang berasal dari perkotaan. Didaerah perkotaan yang
besar, tingkat ozon atau g/ m3total oksidan maksimum 1 jam dapat berkisar dari 300800 (0,15-0,40
ppm) atau lebih.
530% hasil pemantauan di beberapa kota besar didapatkan kadar oksida g/m3 (0,1 ppm).
Peroksiasetilnitratmaksimum 1jam yang melampaui 200 umumnya terbentuk secara serentak bersama
dengan ozon. Pengukuran kadar PAN di udara ambien yang telah dilakukan relatif sedikit, tetapi dari hasil
pengukuran Pb dapat diamati perbandingan antara PAN dengan ozon antara 1:50 dan 1:100, dan variasi
kadar kadang-kadang mengikuti ozon.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses pernafasan
normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata. Beberapa gejala yang dapat
diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak
ditemukan pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan.
Kontak dengan Ozon pada kadar 1,03,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat
mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon
dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema pulmonari.
Pada kadar di udara ambien yang normal, peroksiasetilnitrat (PAN) dan Peroksiabenzoilnitrat (PbzN)
mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan. Peroksibenzoilnitrat (PbzN)
lebih cepat menyebabkan iritasi mata.
5. HIDROKARBON
A. SIFAT / KARASTERISTIK
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik HC dipengaruhi oleh
jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan pencemar udara yang dapat
berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung
berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1-4 atom karbon akan berbentuk gas
pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan. HC yang
berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC
akan membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat
dan akhirnya menggumpal menjadi debu.
Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu hidrokarban
alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung
cincin atom karbon dan semua atom karbon tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Sebagai bahan pencemar udara, Hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang diemisikan ke udara
dan kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon. HC merupakan polutan primer karena dilepas ke
udara ambien secara langsung, sedangkan oksidan fotokima merupakan polutan sekunder yang
dihasilkan di atmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang melibatkan polutan primer. Kegiatan industri yang
berpotensi menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah industri plastik, resin, pigmen, zat warna,
pestisida dan pemrosesan karet. Diperkirakan emisi industri sebesar 10 % berupa HC. Sumber HC dapat
pula berasal dari sarana transportasi. Kondisi mesin yang kurang baik akan menghasilkan HC. Pada
umumnya pada pagi hari kadar HC di udara tinggi, namun pada siang hari menurun. Sore hari kadar HC
akan meningkat dan kemudian menurun lagi pada malam hari. Adanya hidrokarbon di udara terutama
metana, dapat berasal dari sumber-sumber alami terutama proses biologi aktivitas geothermal seperti
explorasi dan pemanfaatan gas alam dan minyak bumi dan sebagainya Jumlah yang cukup besar juga
berasal dari proses dekomposisi bahan organik pada permukaan tanah, Demikian juga pembuangan
sampah, kebakaran hutan dan kegiatan manusia lainnya mempunyai peranan yang cukup besar dalam
memproduksi gas hidrakarbon di atmosfir.
C. DAMPAK KESEHATAN
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang
disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan padat
lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya
sel-sel kanker.
Pengaruh hidrokarbon aromatic pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah ini. Jenis
Hidrokarbon Konsentrasi ( ppm ) Dampak Kesehatan Benzene ( C6H6 ) 100 Iritasi membran mukosa
3.000 Lemas setelah - 1 Jam
7.500 Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam
20.000 Kematian setelah pemaparan 5 10 menit
Toluena ( C7H8 ) 200 Pusing lemah dan berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam 600 Kehilangan
koordinasi bola mata terbalik setelah pemaparan 8 jam
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi secara berkala dan KIR kendaraan.
c) Memasang filter pada knalpot.
D.1.2 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Memodifikasi pada proses pembakaran.
D.1.3 Manusia
Apabila kadar oksidan dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (235 g/Nm3 dengan waktu
pengukuran 1jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
2. PENANGGULANGAN
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Mengatur pertukaran udara didalam ruang, seperti menggunakan exhaust-fan.
c) Bila jatuh korban keracunan maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
6. KHLORIN
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Senyawa khlorine yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau mengkonversi zat inert atau zat
kurang aktif dalam air, yang termasuk senyawa khlorin adalah asam hipokhlorit (HOCL) dan garam
hipokhlorit (OCL).
Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47
kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai
gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.
B. SUMER DAN DISTRIBUSI
Khlorin merupakan bahan kimia penting dalam industri yang digunakan untuk khlorinasi pada proses
produksi yang menghasilkan produk organik sintetik, seperti plastik (khususnya polivinil khlorida),
insektisida (DDT, Lindan, dan aldrin) dan herbisida (2,4 dikhloropenoksi asetat) selain itu [juga digunakan
sebagai pemutih (bleaching agent) dalam pemrosesan sellulosa, industri kertas, pabrik pencucian
(tekstill) dan desinfektan untuk air minum dan kolam renang.
Terbentuknya gas khlorin di udara ambien merupakan efek samping dari proses pemutihan (bleaching)
dan produksi zat/ senyawa organik yang mengandung khlor. Karena banyaknya penggunaan senyawa
khlor di lapangan atau dalam industry dalam dosis berlebihan seringkali terjadi pelepasan gas khlorin
akibat penggunaan yang kurang efektif. Hal ini dapat menyebabkan terdapatnya gas pencemar khlorin
dalam kadar tinggi di udara ambien.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan.
Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat
membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan.
diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan oksigen seperti terlihat
dalam reaksi dibawah ini :
HCL + HOCLCL2 + H2O ---------
6 HCl + 2HclO3 + O38 HOCl ---------
Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi
menjadi asam khlorida dan oksigen. Selain itu gas khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar
antara 3,0 6,0 ppm gas khlorin terasa pedas dan memerahkan mata. Dan bila terpapar dengan kadar
sebesar 14,0 21,0 ppm selama 30 60 menit dapat menyebabkan penyakit paru-paru ( pulmonari
oedema ) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang paru-paru.
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1. Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Memodifikasi pada proses pembakaran.
D.1.2. Manusia
Apabila kadar khlorin dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (150 g/Nm3 dengan waktu
pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
2. PENANGGULANGAN
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Mengatur pertukaran udara di dalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
c) Bila terjadi korban keracunan chlorin maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
7. PARTIKEL DEBU
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit
dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil,
mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di
udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang di udara dan masuk kedalam tubuh
manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel
debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di
udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan
berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya. Karena
Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan
pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah
digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti : Suspended Particulate
Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada
tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic
particulate yang terutama mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah pangkal
tenggorokan (larynx ). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10 (partikulat debu dengan ukuran
diameter aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan
sampel.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau
berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang
mengandung senyawa karbon akan murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya
penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik. Partikulat debu melayang (SPM) juga
dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari
butir-butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada
umunya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam
pada total emisi partikulat debu. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial
bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan
dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh
emisi kendaraan bermotor.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan
dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung
pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh
melalui rute lain.
Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada
ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat tergantung
kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1
mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan
partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini
bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat
yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan
ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara
juga.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada
mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun
yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada
umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari
seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan
dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang
terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis
sama yang besaral dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada
partikulat patut mendapat perhatian .
D. PENGENDALIAN
D.1. PENCEGAHAN
a) Dengan melengkapi alat penangkap debu ( Electro Precipitator ).
b) Dengan melengkapi water sprayer pada cerobong.
c) Pembersihan ruangan dengan sistim basah.
d) Pemeliharaan dan perbaikan alat penangkap debu.
e) Menggunakan masker.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Memperbaiki alat yang rusak
8. TIMAH HITAM
A. SIFAT FISIK DAN KIMIA
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan C dan titik didihatau abu-abu
keperakan dengan titik leleh pada 327,5 C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-
tetraetil1.740 dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat
aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. PB-tetraetil dan
Pb tetrametil berbentuk C. Karena dayaC dan 200larutan dengan titik didih masing masing 110
penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur
lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-
tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan
senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau oksidator.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor merupakan bagian
terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer berdasarkan estimasi skitar 8090% Pb di udara ambien
berasal dari pembakaran bensin tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena tergantung
pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk mereduksi kandungan pb pada bensin.
Penambangan dan peleburan batuan Pb di beberapa wilayah sering menimbulkan masalah pencemaran
Tingkat kontaminasi Pb di udara dan air sekitar wilayah tersebut tergantung pada jumlah Pb yang
diemisikan tinggi cerobong pembakaran limbah tpopgrafi dan kondisi lokal lainnya. Peleburan Pb
sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, dan insinerator
juga dapat menambah emisi Pb ke lingkungan. Karena batubara seperti juga mineral lainnya (batuan dan
sedimen) pada umumnya mengandung Pb kadar rendah, maka kegiatan berbagai industri yang terutama
menghasilkan besi dan baja peleburan tembaga dan pembakaran batubara, harus dipandang sebagai
sumber yang dapat menambah emisi Pb ke udara. Penggunaan pipa air yang mengandung Pb dirumah
tangga terutama pada daerah yang kesadahan airnya rendah (lunak) dapat menjadi sumber pemajanan
Pb pada manusia. Demikian juga didaerah dengan banyak rumah tua yang masih menggunakan cat yang
mengandung Pb dapat menjadi sumber pemajanan Pb.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Pemajanan Pb dari industri telah banyak tercatat tetapi kemaknaan pemajanan di masyarakatvluas masih
kontroversi, Kadar Pb di alam sangat bervariasi tetapi kandungan dalam tubuh manusia berkisar antara
100400 mg.
Sumber masukan Pb adalah makanan terutama bagi mereka yang tidak bekerja atau kontak dengan Pb
Diperkirakan rata rata masukkan Pb melalui g perhari.makanan adalah 300 ug per hari dengan kisaran
antara 100500 g dengan kisaran antaraRata-rata masukkan melalui air minum adalah 20 g. Hanya
sebagian asupan (intake) yang diabsorpsi melalui10100 pencernaan. Pada manusia dewasa absorpsi
untuk jangka panjang berkisar antara 510% bila asupan tidak berlebihan kandungan Pb dalam tinja
dapat untuk memperkirakan asupan harian karena 90% Pb dikeluarkan dengan cara ini. Kontribusi Pb di
udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan. Distribusi ukuran partikel dan kelarutan pb
dalam partikel g/m3juga harus dipertimbangkan biasanya kadar pb di udara sekitar 2 dan dengan
asumsi 30% mengendap disaluran pernapasan dan absorpsi g/per hari. Mungkin perhitungan ini bisa
dianggap terlalusekitar 14 besar dan partikel Pb yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor ternyata
bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil dari yang diperkirakan m) jumlah yang tertahan
diwalaupun agregat ini sangat kecil (0,1 alveoli mungkin kurang dari 10%. Uji kelarutan menunjukkan
bahwa Pb berada dalam bentuk yang sukar larut. Hampir semua organ tubuh mengandung Pb dan kira-
kira 90% dijumpai di tulang, kandungan dalam darah kurang dari 1% kandungan dalam darah
dipengaruhi oleh asupan yang baru (dalam 24 Jam terakhir) dan Oleh pelepan dari sistem rangka. g
Pb/100 g darahManusia dengan pemajanan rendah mengandung 1030 Manusia yang mendapat
pemajanan kadar tinggi mengandung lebih dari 100 g Pb/100g dianggapg/100 g darah kandungan
dalam darah sekitar 40 terpajan berat atau mengabsorpsi Pb cukup tinggi walau tidak terdeteksi tanda-
tanda keluhan keracunan. Terdapat perbedaan tingkat kadar Pb di perkantoran dan pedesaan wanita
cenderung mengandung Pb lebih rendah disbanding pria, dan pada perokok lebih tinggi dibandingkan
bukan perokok.
Gejala klinis keracunan timah hitam pada individu dewasa tidak akan g Pb/100 gtimbul pada kadar Pb
yang terkandung dalam darah dibawah 80 darah namun hambatan aktivitas enzim untuk sintesa
haemoglobin sudah g). Timah Hitam berakumulasi diterjadi pada kandungan Pb normal (3040 rambut
sehingga dapat dipakai sebagai indikator untuk memperkirakan tingkat pemajanan atau kandungan Pb
dalam tubuh Anak-anak merupakan kelompok risika tinggi Menelan langsung bekas cat yang
mengandung Pb merupakan sumber pemajanan, selain emisi industri dan debu jalan yang berasal dari
lalu lintas yang padat Mungkin keracunan Pb ada juga hubungannya dengan keterbelakangan mental
tetapi belum ada bukti yang jelas. Senyawa Pb organik bersifat neurotoksik dan tidak menyebabkan
anemia Hampir semua Pbtetraetil diubah menjadi Pb Organik dalam proses pembakaran bahan bakar
bermotor dan dilepaskan ke udara. Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu
waspada terhadap pemajanan jangka panjang Timah Hitam dalam tulang tidak beracun tetapi pada
kondisi tertentu bisa dilepaskan karena infeksi atau proses biokimia dan memberikan gejala keluhan
garam Pb tidak bersifat karsiogenik terhadap manusia.
Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang
menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan akut
didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut.
Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala, anemia,
kelumpuhan anggota badan, Kejang dan gangguan penglihatan.
D. PENGENDALIAN
D.1 PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Memodfikasi pada proses pembakaran.
D.1.2 Manusia
Apabila kadar timah hitam dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (2 ug/Nm3 dengan waktu
pengukuran 24 jam)
maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri seperti masker.
b) Mengurangi aktifitas diluar rumah.

D.2. PENANGGULANGAN
a) Memperbaiki alat yang rusak
b) Bila terjadi keracunan maka lakukan :
Pemberian pengobatan.
Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.

<a href="http://www6.shoutmix.com/?lingkungan1">View shoutbox</a>

PEMBERIAN SURFAKTAN

PEMBERIAN SURFAKTAN PADA BAYI PREMATUR


DENGAN RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
Nur .A, Risa Etika, Sylviati M.Damanik , Fatimah Indarso., Agus Harianto
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK. Unair/RSUD Dr. Soetomo

ABSTRAK
Respiratory Distress Syndrome ( RDS ) didapatkan sekitar 5 -10% pada bayi kurang
bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001). Angka
kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan. Surfaktan adalah suatu
senyawa bahan kimia yang mempunyai sifat permukaan aktif. Surfaktan dapat diberikan
sebagai profilaksis dan terapi. Sebagai profilaksis diberikan pada bayi prematur kurang
dari 30 minggu dengan berat badan kurang dari 1250 gram yang diberikan segera
setelah lahir. Sebagai terapi diberikan untuk bayi dengan defisiensi surfaktan, salah
satunya pada bayi dengan Respiratory Distress Syndrome ( RDS )

PENDAHULUAN
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD),
merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada
bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.1,2,3Manifestasi dari RDS disebabkan
adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan
bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.
Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi premature adalah
Respiratory Distress Syndrome ( RDS ). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang
bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001). Angka
kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak
digunakan surfaktan eksogen ( Malloy & Freeman 2000). Saat ini RDS didapatkan
kurang dari 6% dari seluruh neonatus. 4,5 Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertamakali
oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai factor penyebab terjadinya RDS. Penemuan
surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang kedokteran, karena
pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan mengurangi
konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil dari uji coba klinik penggunaan surfaktan
buatan (Willkinson,1985), surfaktan dari cairan amnion manusia ( Merrit,1986), dan
surfaktan dari sejenis lembu/bovine (Enhoring,1985) dapat dipertanggungjawabkan dan
dimungkinkan. Surfaktan dapat diberikan sebagai pencegahan RDS maupun sebagai
terapi penyakit pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya defisiensi atau
kerusakan surfaktan.3,4

BAYI PREMATUR
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dalam usia gestasi kurang dari 37 minggu. ,
Secara fisiologis, kondisi bayi prematur adalah sebagian masih sebagai janin dan
sebagai bayi baru lahir. 9Bayi pematur yang dilahirkan dalam usia gestasi <37 minggu
mempunyai resiko tinggi terhadap pernyakit-penyakit yang berhubungan dengan
prematuritas, antara lain sindroma gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran
hialin), aspirasi pneumonia karena refleksi menelan dan batuk belum sempurna,
perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat kaitannya
dengan gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang),
hipotermia.7-9

2.1. Komplikasi prematur7,8 ,9


Kebanyakan komplikasi yang terjadi pada bayi prematur adalah yang berhubungan
dengan fungsi imatur dari sistem organ. Komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi
meliputi:
a. Paru-paru
Produksi surfaktan seringkali tidak memadai guna mencegah alveolar collapse dan
atelektasis, yang dapat terjadi Respitarory Distress Syndrome.
b. SSP ( Susunan syaraf pusat)
Disebabkan tidak memadainya koordinasi refleks menghisap dan menelan, bayi yang
lahir sebelum usia gestasi 34 minggu harus diberi makanan secara intravena atau
melalui sonde lambung. Immaturitas pusat pernafasan di batang otak mengakibatkan
apneic spells (apnea sentral).
c. Infeksi
Sepsis atau meningitis kira-kira 4X lebih berisiko pada bayi premature daripada bayi
normal.
d. Pengaturan suhu
Bayi prematur mempunyai luas permukaan tubuh yang besar dibanding rasio masa
tubuh, oleh karena itu ketika terpapar dengan suhu lingkungan di bawah netral, dengan
cepat akan kehilangan panas dan sulit untuk mempertahankan suhu tubuhnya karena
efek shivering pada prematur tidak ada
e. Saluran pencernaan (Gastrointestinal tract).
f. Volume perut yang kecil dan reflek menghisap dan menelan yang masih immatur
pada bayi prematur, pemberian makanan melalui nasogastrik tube dapat terjadi risiko
aspirasi.
f. Ginjal
Fungsi ginjal pada bayi prematur masih immatur, sehingga batas konsentrasi dan dilusi
cairan urine kurang memadai seperti pada bayi normal.
g. Hiperbilirubinemia
Pada bayi prematur bisa berkembang hiperbilirubinemia lebih sering daripada pada bayi
aterm, dan kernicterus bisa terjadi pada level bilirubin serum paling sedikit 10mg/dl (170
umol/L) pada bayi kecil, bayi prematur yang sakit.
h. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan penyebab utama kerusakan otak pada periode perinatal.
Kadar glukosa darah kurang dari 20 mg/100cc pada bayi kurang bulan atau bayi
prematur dianggap menderita hipoglikemia.
I. Mata
Retrolental fibroplasia, kelainan ini timbul sebagai akibat pemberian oksigen yang
berlebihan pada bayi prematur yang umur kehamilannya kurang dari 34 minggu.
Tekanan oksigen yang tinggi dalam arteri akan merusak pembuluh darah retina yang
masih belum matang (immatur).

2.2. Mekanisme imunologi kelahiran prematur


Telah disebutkan bahwa banyak faktor-faktor yang menyebabkan kelahiran prematur,
yaitu : nutrisi yang buruk, pecandu alkohol, perokok, infeksi, ketuban pecah prematur,
multipel gestasi, gangguan koagulasi, solusio plasenta. Faktor2 tersebut terjadi karena
adanya inflamasi pada plasenta yang diinduksi oleh proinflamatory cytokines sehingga
terjadi gangguan pada fetus yang disebabkan innate immune system10
Suatu mekanisme imunologi yang menjaga agar fetus dalam keadaan aman adalah
dengan meregulasi kadar cytokine pada plasenta. Beberapa literatur menyebutkan
bahwa produksi proinflamatory cytokines yang berlebihan pada plasenta , seperti
Interleukin (IL)-1 , Tumor Necrosis Factor (TNF)-, dan Interferon (IFN)-sangat
berbahaya pada kehamilan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa IL-10 yang
terdapat pada plasenta merupakan cytokine yang penting karena dapat menekan
produksi proinflamatory cytokines yang diproduksi sel lain. Imunomodulator yang
berperan pada pertahanan fetus adalah progesterone yang terdapat pada plasenta
dengan cara menghambat mitogen-stimulated lymphocyte proliferation , meningkatkan
survival time, mengatur produksi antibodi, menurunkan produksi monosit yang
berlebihan, mengurangi produksi proinflamatory cytokines oleh makrofag yang
merupakan hasil produksi bakteri dan perubahan sekresi cytokines dari T-cell ke IL-10.
Mekanisme tentang peran progesterone sebagai imunomodulator pada jaringan
reproduksi masih belum jelas tapi terlibat secara langsung dan tidak langsung pada
proses immune cell .10,11 Gambar.1. Alur biokimia terjadinya kelahiran prematur. ( Dikutip dari
Peltier.RM. Immunology of term and preterm labor. In: Reproductive Biology and Endocrinology 2003)

2.3. Perkembangan Paru Normal 13,14


Perkembangan paru normal dapat dibagi dalam beberapa tahap (tabel 1). Selama
tahap awal embryonik paru2 berkembang diluar dinding ventral dari primitive foregut
endoderm. Sel epithel dari foregut endoderm bergerak di sekitar mesoderm yang
merupakan struktur teratas dari saluran napas. Selama tahap canalicular yang terjadi
antara 16 dan 26 minggu di uterus, terjadi perkembangan lanjut dari saluran napas
bagian bawah dan terjadi pembentukan acini primer. Struktur acinar terdiri dari
bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli rudimenter. Perkembangan
intracinar capillaries yang berada disekeliling mesenchyme, bergabung dengan
perkembangan acinus. Lamellar bodies mengandung protein surfaktan dan fosfolipid
dalam pneumocyte type II ,dapat ditemui dalam acinar tubulus pada stadium ini.
Perbedaan antara pneumocyte tipe I terjadi bersama dengan barier alveolar-capillary.
Fase saccular dimulai dengan ditandai adanya pelebaran jalan napas perifer yang
merupakan dilatasi tubulus acinar dan penebalan dinding yang menghasilkan
peningkatan pertukaran gas pada area permukaan. Lamellar bodies pada sel type II
meningkat dan maturasi lebih lanjut terjadi dalam sel tipe I. Kapiler-kapiler sangat
berhubungan dengan sel tipe I , sehingga akan terjadi penurunan jarak antara
permukaan darah dan udara Selama tahap alveolar dibentuk septa alveolar sekunder
yang terjadi dari gestasi 36 minggu sampai 24 bulan setelah lahir. Septa sekunder
terdiri dari penonjolan jaringan penghubung dan double capillary loop. 13,14,15 Terjadi
perubahan bentuk dan maturasi alveoli yang ditandai dengan penebalan dinding alveoli
dan dengan cara apoptosis mengubah bentuk dari double capillary loop menjadi single
capillary loop . Selama fase ini terjadi proliferasi pada semua tipe sel . Sel-sel
mesenchym berproliferasi dan menyimpan matrix ekstraseluler yang diperlukan. Sel7
sel epithel khususnya pneumocytes tipe I dan II, jumlahnya meningkat pada dinding
alveoli dan sel-sel endothel tumbuh dengan cepat dalam septa sekunder dengan cara
pembentukan berulang secara berkelanjutan dari double capillary loop menjadi single
capillary loop. Perkiraan jumlah alveolus pada saat lahir dengan menggunakan rentang
antara 20 juta 50 juta sudah mencukupi. Pada dewasa jumlahnya akan bertambah
sampai sekitar 300 juta.

2.4. Tes Kematangan Paru


Tes yang dipercaya saat ini untuk menilai kematangan paru janin adalah Tes
Kematangan Paru yang biasanya dilakukan pada bayi prematur yang mengancam jiwa
untuk mencegah terjadinya Neonatal Respiratory Distress Syndrome (RDS). Tes
tersebut diklasifikasikan sebagai tes biokimia dan biofisika. 18,19
a. Tes Biokimia (Lesithin - Sfingomyelin rasio)
Paru-paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid dalam
cairan amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok ukur kematangan
paru, dengan cara menghitung rasio lesitin dibandingkan sfingomielin dari cairan
amnion. Tes ini pertamakali diperkenalkan oleh Gluck dkk tahun 1971, merupakan salah
satu test yang sering digunakan dan sebagai standarisasi tes dibandingkan dengan tes
yang lain. Rasio Lesithin dibandingkan Sfingomyelin ditentukan dengan thinlayer
chromatography (TLC). Cairan amnion disentrifus dan dipisahkan dengan pelarut
organik, ditentukan dengan chromatography dua dimensi; titik lipid dapat dilihat dengan
ditambahkan asam sulfur atau kontak dengan uap iodine. Kemudian dihitung rasio
lesithin dibandingkan sfingomyelin dengan menentukan fosfor organic dari lesithin dan
sfingomyelin.18,19
Sfingomyelin merupakan suatu membran lipid yang secara relatif merupakan komponen
non spesifik dari cairan amnion. Gluck dkk menemukan bahwa L/S untuk kehamilan
normal adalah < 0,5 pada saat gestasi 20 minggu dan meningkat secara bertahap pada
level 1 pada usia gestasi 32 minggu. Rasio L/S = 2 dicapai pada usia gestasi 35 minggu
dan secara empiris disebutkan bahwa Neonatal RDS sangat tidak mungkin terjadi bila
rasio L/S > 2. Beberapa penulis telah melakukan pemeriksaan rasio L/S dengan hasil
yang sama. Suatu studi yang bertujuan untuk mengevaluasi harga absolut rasio L/S
bayi immatur dapat memprediksi perjalanan klinis dari neonatus tersebut dimana rasio
L/S merupakan prediktor untuk kebutuhan dan lamanya pemberian bantuan
pernapasan. Dengan melihat umur gestasi, ada korelasi terbalik yang signifikan antara
rasio L/S dan lamanya hari pemberian bantuan pernapasan. Adanya mekonium dapat
mempengaruhi hasil interpretasi dari tes ini. Pada studi yang dilakukan telah
menemukan bahwa mekonium tidak mengandung lesithin atau sfingomyelin, tetapi
mengandung suatu bahan yang tak teridentifikasi yang susunannya mirip lesithin,
sehingga hasil rasio L/S meningkat palsu.
b. Test Biofisika :
1. Shake test diperkenalkan pertamakali oleh Clement pada tahun 1972.
Test ini bardasarkan sifat dari permukaan cairan fosfolipid yang membuat dan menjaga
agar gelembung tetap stabil . Dengan mengocok cairan amnion yang dicampur ethanol
akan terjadi hambatan pembentukan gelembung oleh unsur yang lain dari cairan
amnion seperti protein, garam empedu dan asam lemak bebas. Pengenceran secara
serial dari 1 ml cairan amnion dalam saline dengan 1 ml ethanol 95% dan dikocok
dengan keras. Bila didapatkan ring yang utuh dengan pengenceran lebih dari 2 kali
(cairan amnion : ethanol) merupakan indikasi maturitas paru janin. Pada kehamilan
normal, mempunyai nilai prediksi positip yang tepat dengan resiko yang kecil untuk
terjadinya neonatal RDS . 1,5,18,19,20
2. TDX- Maturasi paru janin (FLM II) tes lainnya yang berdasarkan prinsip tehnologi
polarisasi fluoresen dengan menggunakan viscosimeter, yang mengukur
mikroviskositas dari agregasi lipid dalam cairan amnion yaitu mengukur rasio surfaktan-
albumin. Tes ini memanfaatkan ikatan kompetitif fluoresen pada albumin dan surfaktan
dalam cairan amnion. Bila lompatan fluoresen kearah albumin maka jaring polarisasi
nilainya tinggi, tetapi bila mengarah ke surfaktan maka nilainya rendah. Dalam cairan
amnion, polarisasi fluoresen mengukur analisa pantulan secara otomatis rasio antara
surfaktan dan albumin, yang mana hasilnya berhubungan dengan maturasi paru janin.
Menurut referensi yang digunakan oleh Brigham and Womens Hospital, dikatakan
immatur bila rasio < 40 mg/dl; intermediet 40-59 mg/dl; dan matur bila lebih atau sama
dengan 60 mg/dl. Bila terkontaminasi dengan darah atau mekonium dapat menggangu
interpretasi hasil test.1,18

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME


Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak
napas berat (dyspnea ), frekuensi napas meningkat (tachypnea ), sianosis yang
menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,
1 ml Alkohol 95%
O,5 ml NaCl 0,9%
0,5 ml cairan lambung
Kocok 15 detik Diamkan tegak lurus 15 menit
Positif gelembung
> 2/3
Intermediate
gelembung
1/3- 2/3
Negatif
gelembung < 2/3
SHAKE TEST

adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya
atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membrane
pada saat otopsi.Sedangkan menurut Murray et.al (1988) disebut RDS bila ditemukan
adanya kerusakan paru secara langsung dan tidak langsung, kerusakan paru ringan
sampai sedang atau kerusakan yang berat dan adanya disfungsi organ non
pulmonar.Definisi menurut Bernard et.al (1994) bila onset akut, ada infiltrat bilateral
pada foto thorak, tekanan arteri pulmonal = 18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik
adanya hipertensi atrium kiri, adanya kerusakan paru akut dengan PaO2 : FiO2 kurang
atau sama dengan 300, adanya sindrom gawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2
kurang atau sama dengan 200, menyokong suatu RDS .21
Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria. Respiratory Distress Syndrome (RDS)
disebut juga Hyaline Membran Disease (HMD) didapatkan pada 10% bayi prematur,
yang disebabkan defisiensi surfaktan pada bayi yang lahir dengan masa gestasi
kurang. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk
menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang
paru kurang dan bayi akan mengalami sesak napas. Gejala tersebut biasanya tampak
segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat. 1,2,24
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel
dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan.Gejala klinis yang timbul yaitu : adanya sesak napas
pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit),
pernapasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala
menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut
kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
Stadium 1. Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara,
Stadium 2. Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi
bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru. Stadium 3. Kumpulan alveoli yang
kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan
jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas. Stadium 4. Seluruh thorax
sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat 1,2,21,24,44

3.2. Patofisiologi Respiratory Distress Syndrome


Faktor2 yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli
masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena
dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal
tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru
(compliance) menurun 25 % dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting
intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan
asidosis respiratorik2,3,24
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli
tetap mengembang.
Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan
seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi
untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara
bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga
menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi
alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya
atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen,
menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal
sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran
hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium
mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses
penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang
berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).
Gambaran radiologi tampak adanya retikulogranular karena atelektasis,dan air
bronchogram Gejala klinis yang progresif dari RDS adalah :
- Takipnea diatas 60x/menit
- Grunting ekspiratoar
- Subcostal dan interkostal retraksi
- Cyanosis
- Nasal flaring
Pada bayi extremely premature ( berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat
berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada RDS yang tanpa komplikasi maka surfaktan
akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk
secara bertahap pada 24-36 jam pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam
maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu
pertama.2,3,4,24,25

3.3. Komplikasi
Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :24
1. Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan
RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau
adanya asidosis yang menetap.
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena
tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat2 respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler
terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan
ventilasi mekanik.
4 PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi
dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya. Komplikasi
jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas oksigen, tekanan yang tinggi dalam
paru, memberatnya penyakit dan kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ
lain.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang
disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD
berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu
menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A.
Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi.
2. Retinopathy prematur
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan
masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

SURFAKTAN
Suatu bahan senyawa kimia yang memiliki sifat permukaan aktif. Surfaktan pada paru
manusia merupakan senyawa lipoprotein dengan komposisi yang kompleks dengan
variasi berbeda sedikit diantara spesies mamalia. Senyawa ini terdiri dari fosfolipid
(hampir 90% bagian), berupa Dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC) yang juga disebut
lesitin, dan protein surfaktan sebagai SPA, SPB, SPC dan SPD (10% bagian). DPPC
murni tidak dapat bekerja dengan baik sebagai surfaktan pada suhu normal badan
37C, diperlukan fosfolipid lain (mis. fosfatidilgliserol) dan juga memerlukan protein
surfaktan untuk mencapai air liquid-interface dan untuk penyebarannya keseluruh
permukaan.3,12,30
Surfaktan dibuat oleh sel alveolus tipe II yang mulai tumbuh pada gestasi 22-24 minggu
dan mulai mengeluarkan keaktifan pada gestasi 24-26 minggu,yang mulai berfungsi
pada masa gestasi 32-36 minggu. Produksi surfaktan pada janin dikontrol oleh kortisol
melalui reseptor kortisol yang terdapat pada sel alveolus type
II. Produksi surfaktan dapat dipercepat lebih dini dengan meningkatnya pengeluaran
kortisol janin yang disebabkan oleh stres, atau oleh pengobatan deksamethason yang
diberikan pada ibu yang diduga akan melahirkan bayi dengan defisiensi surfaktan.
Karena paru-paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid
dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok ukur
kematangan paru, dengan cara menghitung rasio lesitin/sfingomielin dari cairan
amnion. Sfingomielin adalah fosfolipid yang berasal dari jaringan tubuh lainnya kecuali
paru-paru. Jumlah lesitin meningkat dengan bertambahnya gestasi, sedangkan
sfingomielin jumlahnya menetap. Rasio L/S
biasanya 1:1 pada gestasi 31-32 minggu, dan menjadi 2:1 pada gestasi 35 minggu.
Rasio L/S 2:1 atau lebih dianggap fungsi paru telah matang sempurna, rasio 1,5-1,9
sejumlah 50% akan menjadi RDS, dan rasio kurang dari 1,5 sejumlah 73% akan
menjadi RDS. Bila radius alveolus mengecil, surfaktan yang memiliki sifat permukaan
alveolus, dengan demikian mencegah kolapsnya alveolus pada waktu ekspirasi.
Kurangnya surfaktan adalah penyebab terjadinya atelektasis secara progresif dan
menyebabkan meningkatnya distres pernafasan pada 24-48 jam pasca lahir. 3,30,31

4.1. Fungsi Surfaktan


Pada tahun 1929 Von Neegard menyatakan bahwa tegangan permukaan paru lebih
rendah dari cairan biologi normal karena menemukan adanya perbedaan elastisitas
pada paru-paru yang terisi udara dan terisi larutan garam ( saline ). Disebutkan juga
bahwa tegangan permukaan adalah lebih penting dari kekuatan elastisitas jaringan
untuk kekuatan penarikan paru pada saat mengembang. 12,42,43 Tegangan permukaan
antara air-udara alveoli memberikan kekuatan penarikan melawan pengembangan
paru. Hukum Laplace menyatakan bahwa perbedaan tekanan antara ruang udara dan
lapisan (P) tergantung hanya pada tegangan permukaan (T) dan jarak dari alveoli
(P = 2T /r). Kekuatan sebesar 70 dynes/cm 2menghasilkan hubungan antara cairan
udara dalam alveoli dan dengan cepat akan menyebabkan kolapsnya alveoli dan
kegagalan nafas jika tidak berlawanan. 12
Pada tahun 1950, Clements dan Pattle secara independen mendemonstrasikan adanya
ekstrak paru yang dapat menurunkan atau mengurangi tegangan permukaan fosfolipid
paru. Beberapa tahun berikutnya yaitu pada tahun 1959 Avery dan Mead menyatakan
bahwa RDS pada bayi prematur disebabkan adanya defisiensi bahan aktif permukaan
paru yang disebut surfaktan paru. Surfaktan merupakan suatu komplek material yang
menutupi permukaan alveoli paru, yang mengandung lapisan fosfolipid heterogen dan
menghasilkan selaput fosfolipid cair, yang dapat menurunkan tegangan permukaan
antara air-udara dengan harga mendekati nol, memastikan bahwa ruang alveoli tetap
terbuka selama
siklus respirasi dan mempertahankan volume residual paru pada saat akhir ekspirasi.
Rendahnya tegangan permukaan juga memastikan bahwa jaringan aliran cairan adalah
dari ruang alveoli ke dalam intersisial. Kebocoran surfaktan menyebabkan akumulasi
cairan ke dalam ruang alveoli. Surfaktan juga berperan dalam meningkatkan klirens
mukosiliar dan mengeluarkan bahan particulate dari paru. Setelah beberapa percobaan
dengan pemberian surfaktan aerosol pada bayi-bayi RDS tidak berhasil , dilakukan
percobaan pemberian surfaktan secara intratrakeal pada bayi hewan prematur. Pada
tahun 1980 Fujiwara dkk melakukan uji klinik pemberian preparat surfaktan dari ekstrak
paru sapi (Surfaktan TA) pada 10 bayi dengan RDS berat. Penelitian secara
randomized controlled trials dengan sampel kecil pada tahun 1985 dengan memberikan
preparat surfaktan dari lavas alveoli sapi atau cairan amnion manusia memberikan hasil
yang signifikan terhadap penurunan angka kejadian pneumothorax dan angka kematian
Penelitian-penelitian yang dilakukan di berbagai pusat penelitian pada tahun 1989
menyatakan tentang keberhasilan tentang menurunnya angka kematian dan komplikasi
dari RDS di amerika. Pada tahun 1990 telah disetujui penggunaan surfaktan sintetik
untuk terapi RDS di amerika, dan tahun 1991 disetujui penggunaan terapi surfaktan dari
binatang.12.38.42.43

4.2. Komposisi Surfaktan Paru


Surfaktan paru merupakan komplek lipoprotein yang disintesa dan disekresi oleh sel
alveolar tipe II dan Clara sel di saluran napas pada lapisan epithel. Surfaktan paru
merupakan senyawa komplek yang komposisinya hampir 90% adalah lipid dan 10%
protein. Secara keseluruhan komposisi lipid dan fosfolipid dari surfaktan diisolasi dari
bermacam-macam spesies binatang yang komposisinya hampir sama. Pada manusia
phosphatidylcholine mengandung hampir 80% total lipid, yang separuhnya adalah
dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC), 8% lipid netral, dan 12% protein dimana sekitar
separuhnya merupakan protein spesifik surfaktan dan sisanya protein dari plasma atau
jaringan paru. Fosfolipid surfaktan terdiri dari 60% campuran saturated
phosphatidylcholine yang 80% mengandung dipalmitoylphosphatidylcholine, 25%
campuran unsaturated phosphatidylcholine, dan 15% phosphatidylglycerol dan
phosphatidylinositol dan sejumlah kecil phosphatidylserine,
phosphatidylethanolamine ,sphingomyeline, dan glycolipid.(dikutip dari Dobbs, 1989;
Van Golde, 1988; Wright and Clements, 1987). Fosfolipid saturasi ini merupakan
komponen penting untuk menurunkan tegangan permukaan antara udara dan cairan
pada alveolus untuk mencegah kolaps saluran napas pada waktu ekspirasi. Pada tahun
1973 menurut King dkk,dan Possmayer, 1988 terdapat 4 macam protein spesifik
surfaktan dengan struktur dan fungsi yang berbeda. Keempat macam protein tersebut
adalah SP-A, SP-B, SP-C dan SP-D. Protein tersebut didapat dari cairan lavage
bronkoalveoli ( BALF) dan dengan tehnik ultrasentrifugasi serta pemberian pelarut
organik kaya lemak, dapat dipisahkan dan dibedakan menjadi dua golongan yaitu
hydrofobik dengan berat molekul rendah SPB dan SP-C, sedangkan SP-A dan SP-D
merupakan hidrofilik dengan berat molekul tinggi. 12,31,38

4.3. Sintesa dan Sekresi Surfaktan


Surfaktan paru disintesa dalam sel alveoli type II, satu dari dua sel yang ada dalam
epithel alveoli. Surfaktan fosfolipid terbugkus dengan surfaktan protein B dan C dalam
lamelar bodies yang disekresi dalam rongga udara dengan cara eksositosis ( gambar
1 ). Secara ekstraseluler, fosfolipid dan lamelar bodies berinteraksi dengan SP-A dan
kalsium untuk membentuk tubular myelin yang merupakan bentukan suatu bahan kaya
lemak dari lapisan tipis fosfolipid yang terdiri dari lapisan tunggal dan lapisan ganda
yang dihasilkan antara permukaan udaraair. Lapisan tipis monomolekuler menurunkan
kekuatan tegangan permukaan yang cenderung mambuat kolapnya paru. Dalam
kondisi normal, sebagian besar surfaktan berada dalam rongga alveoli yang merupakan
bentuk fungsional aktif dalam jumlah besar ( large aggregates (LA), dengan sisa yang
ditemukan dalam bentuk kantong surfaktan kecil atau dalam jumlah kecil (small
aggregrates (LA) yang mengandung bahan degradasi. Surfaktan dibersihkan dengan
pengambilan kembali oleh sel type II, kemudian keduanya akan mengalami degradasi
oleh marofag alveoli dan sebagian kecil berada dalam saluran pernapasan dan
melintasi barier epithelendothel. 12,25,38,42,43
Lebih dari 40 tahun yang lalu, banyak penelitian yang dilakukan untuk mengenali
peranan surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan antara udara-cairan dan
perjalanan penyakit RDS pada bayi prematur. Gejala defisiensi surfaktan ditandai
adanya atelektasis, kolaps alveoli, dan hipoksemia. Pemberian secara intratrakeal
surfaktan eksogen yang merupakan campuran SP-B, SP-C, dan fosfolipid merupakan
kriteria standard untuk terapi bayi dengan RDS . Campuran surfaktan ini bekerja
dengan cepat untuk meningkatkan pengembangan dan volume paru, dengan hasil
menurunnya kebutuhan oksigen dan ventilasi tekanan positip. Keefektifan terapi
surfaktan kemungkinan disebabkan karena menurunnya tegangan permukaan dan
pengambilan kembali partikel surfaktan dari epitel saluran napas. Penggunaan terapi
surfaktan dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian tetapi kurang signifikan untuk barotrauma dan penyakit paru kronik. 25,38

4.4. Jenis Surfaktan


Terdapat 2 jenis surfaktan , yaitu :3,29
1. Surfaktan natural atau asli, yang berasal dari manusia, didapatkan dari cairan amnion
sewaktu seksio sesar dari ibu dengan kehamilan cukup bulan
2. Surfaktan eksogen barasal dari sintetik dan biologic
* Surfaktan eksogen sintetik terdiri dari campuran Dipalmitoylphosphatidylcholine
(DPPC), hexadecanol, dan tyloxapol yaitu Exosurf dan Pulmactant ( ALEC) dibuat dari
DPPC 70% dan Phosphatidylglycerol 30%, kedua surfaktan tersebut tidak lama di
pasarkan di amerika dan eropa.2,5 Ada 2 jenis surfaktan sintetis yang sedang
dikembangkan yaitu KL4 (sinapultide) dan rSPC ( Venticute), belum pernah ada
penelitian tentang keduanya untuk digunakan pada bayi prematur
* Surfaktan eksogen semi sintetik, berasal dari campuran surfaktan paru anak sapi
dengan dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC), tripalmitin, dan palmitic misalnya
Surfactant TA, Survanta
* Surfaktan eksogen biologik yaitu surfaktan yang diambil dari paru anak sapi atau babi,
misalnya Infasurf, Alveofact, BLES, sedangkan yang diambil dari paru babi adalah
Curosurf Saat ini ada 2 jenis surfaktan di indonesia yaitu : 3
Exosurf neonatal yang dibuat secara sintetik dari DPPC , hexadecanol, dan tyloxapol.
Surfanta dibuat dari paru anak sapi, dan mengandung protein, kelebihan surfanta
biologi dibanding sintetik terletak di protein.

PEMBERIAN SURFAKTAN PADA BAYI PREMATUR DENGAN RESPIRATORY


DISTRESS SYNDROME
Pemberian surfaktan merupakan salah satu terapi rutin yang diberikan pada bayi
prematur dengan RDS. Sampai saat ini ada dua pilihan terapi surfaktan, yaitu natural
surfaktan yang berasal dari hewan dan surfaktan sintetik bebas protein, dimana
surfaktan natural secara klinik lebih efektif. Adanya perkembangan di bidang genetik
dan biokimia, maka dikembangkan secara aktif surfaktan sintetik. Surfaktan paru
merupakan pilihan terapi pada neonatus dengan RDS sejak awal tahun 1990
(Halliday,1997), dan merupakan campuran antara fosfolipid, lipid netral, dan protein
yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan pada air-tissue interface . Semua
surfaktan derifat binatang mengalami berbagai proses untuk mengeluarkan SP-A dan
SP-D, menurunkan SP-B dan SP-C, dan merubah fosfolipid sehingga berbeda dengan
surfaktan binatang (Bernhard et al, 2000). 29,30 Human surfaktan dibuat dari 100ml
cairan amnion yang bersih (tidak mengandung mekonium dan darah) yang diambil pada
proses sectio sesar dan dapat menghasilkan 1 gram surfaktan (Robertson,1987).
Karena proses pembuatannya yang sulit dan adanya resiko blood borne viruses maka
penggunaanya sangat terbatas.Hasil dari studi meta analisis dengan Randomised
Control Trial (Soll,2003) menunjukkan bahwa hampir 40% menurunkan angka kematian
dan 30-70% menurunkan insiden pneumothorax pada RDS , akan tetapi surfaktan yang
diberikan pada komplikasi prematur ( chronic lung disease , patent ductus arteriosus ,
retinopathy premature ) memberikan efek yang tidak memuaskan.
Semua golongan surfaktan secara in vitro menurunkan tegangan permukaan, terutama
terdapat pada surfaktan kombinasi protein, dapat menurunkan pemakaian kebutuhan
oksigen dan ventilator dengan cepat. Pada suatu studi meta analisis yang
membandingkan antara penggunaan surfaktan derifat binatang dengan surfaktan
sintetik bebas protein pada 5500 bayi yang terdaftar dalam 16 penelitian random, 11
penelitian memberikan hasil yang signifikan bahwa surfaktan derifat binatang lebih
banyak menurunkan angka kematian dan pneumothorak dibandingkan dengan
surfaktan sintetik bebas protein (Soll and Blanco, 2003).
Golongan derifat binatang yang sering digunakan pada meta-analisis adalah Survanta.
Beberapa studi membandingkan efektifitas antara surfaktan derifat binatang, dan yang
sering dibandingkan pada golongan ini adalah Survanta dan Curosurf . Penelitian di
Inggris oleh Speer dkk (1995) yang membandingkan terapi Survanta dosis 100 mg/kg
dan Curosurf dosis 200 mg/kg, pada bayi dengan RDS yang diberi terapi Curosurf 200
mg/kg memberikan hasil perbaikan gas darah dalam waktu 24 jam. Penelitian lain oleh
Ramanathan dkk (2000) dengan dosis Curosurf 100 mg/kg dan 200 mg/kg
dibandingkan dengan Survanta dosis 100mg/kg dengan parameter perbaikan gas darah
menghasilkan perbaikan yang lebih baik dan cepat pada terapi Corosurf dengan kedua
dosis tersebut, tetapi pada penelitian ini tidak didapatkan data yang lengkap pada
jurnalnya. Data tentang penggunaan terapi surfaktan sintetik masih terbatas. Pada
penelitian pendahuluan yang dilakukan Sinha dkk,2003 secara randomised trial antara
Surfaxin dan Curosurf menunjukkan rata-rata angka kesakitan dan kematian yang sama
diantara kedua obat tersebut, akan tetapi penelitian ini banyak dikritik sehingga
dihentikan lebih awal oleh Badan Penelitian setelah lama mendapatkan pasien dan
sampai saat ini studi tentang kedua obat tersebut masih kesulitan memperoleh
pasien.29

5.1. Dosis dan Cara Pemberian Surfaktan


Dosis yang digunakan bervariasi antara 100mg/kg sampai 200mg/kg. Dengan dosis
100mg/kg sudah dapat memberikan oksigenasi dan ventilasi yang baik, dan
menurunkan angka kematian neonatus dibandingkan dosis kecil, tapi dosis yang lebih
besar dari 100mg/kg tidak memberikan keuntungan tambahan. Membaiknya oksigenasi
dan ventilasi lebih cepat dengan dosis 200mg/kg dibandingkan dosis 100mg/kg,tetapi
pada penelitian yang dilakukan pada babi dengan RDS berhubungan dengan
meningkatnya perubahan aliran sistemik dan aliran darah ke otak ( dikutip dari
Moen,dkk 1998 ). Saat ini dosis optimum surfaktan yang digunakan adalah 100mg/kg. 29
Sampai saat ini surfaktan diberikan secara injeksi bolus intratrakeal, karena diharapkan
dapat menyebarkan sampai saluran napas bagian bawah. Penyebaran surfaktan
kurang baik pada lobus bawah sehingga dapat menyebabkan penyebaran yang kurang
homogen (Oetomo,dkk 1990). Dengan pemberian secara bolus dapat mempengaruhi
tekanan darah pulmonar dan sistemik secara fluktuatif (Wagner,dkk 1996). Pemberian
secara perlahan-lahan dapat mengurangi hal tersebut tapi dapat menyebabkan
inhomogen yang lebih besar dan memberikan respon yang kurang baik (Segerer,dkk
1996). Menurut Henry,dkk 1996 pemberian surfaktan secara nebulasi mempunyai
beberapa efek samping pada jantung dan pernapasan tetapi kurang dari 15% dosis ini
akan sampai ke paru-paru. Berggren,dkk 2000 mengatakan bahwa pemberian secara
nebulasi pada neonatus kurang bermanfaat. Cosmi,dkk 1997 mengusulkan pemberian
secara intra amnion akan tetapi tehnik tersebut sulit karena harus memasukkan
catheter pada nares anterior fetus dengan bantuan USG dan penggunaan aminophilline
pada ibu hamil tidak dianjurkan.33 Pemberian secara injeksi bolus merupakan methode
yang optimal, beberapa kelompok melakukan studi tentang variasi dari methode ini.
Zola,dkk 1993 menyatakan bahwa pemberian survanta 2ml/kg sebanyak dua kali
menyebabkan terjadinya reflux up endotracheal tube dibandingkan pemberian 1ml/kg
sebanyak empat kali tapi pemberiannya membutuhkan waktu yang lebih lama. Menurut
Valls-i- Soler dkk,1997 pemberian surfaktan via lubang samping endotracheal tube tidak
menurunkan kejadian bradikardi dan atau hipoksia, tapi menurut Valls-i-Soller dkk,1998
kedua lubang endotrakeal tube dapat digunakan. Perbaikan oksigenasi yang cepat
karena pengaktifan alveoli dan peningkatan functional residual capacity (FRC). Menurut
Vender dkk, 1994 continuous capacity airway pressure (CPAP) juga meningkatkan FRC
dan penggunaan lebih awal dengan atau tanpa surfaktan menurunkan kebutuhan
pemakaian ventilasi selanjutnya.33 Percobaan awal yang dilakukan oleh Ten Centre
Study Group,1987 dengan variasi dosis interval 1 jam, sedangkan dosis interval 12 jam
telah dilakukan oleh Speer,dkk 1992 dan dengan kriteria apakah bayi tetap memakai
ventilasi dengan oksigen sesuai dengan kebutuhannya untuk memutuskan apakah bayi
tersebut akan menerima dosis tambahan. Meskipun jadwal pemberian dosis
ditingkatkan, beberapa surfaktan eksogen memakai interfal dosis setiap 12 jam.
Perbaikan klinis tergantung dari dosis terapi masing-masing individu, dimana menurut
Kattwinkel, dkk 2000 menyatakan bahwa bayi dengan ventilasi ringan dan RDS tanpa
komplikasi diberikan terapi tanpa menggunakan dosis tambahan, sedangkan Figueras
Aloy, dkk 2001 menyatakan bahwa pada kasus yang berat, perbaikan klinis tergantung
pada dosis tambahan yang diberikan sejak awal. 29 Surfaktan eksogen mempunyai dosis
dengan variasi volume yang berbeda, Curosurf dengan dosis 100 mg/kg volumenya
1,25 ml sedangkan survanta dengan dosis 100 mg/kg dengan volume 4 ml. Dalam
praktek,Curosurf lebih mudah diberikan sedangkan Survanta diberikan dengan dosis
terbagi. Menurut van der Bleek dkk, 1993 bahwa volume yang besar penyebarannya
lebih homogen.29,30
Surfaktan diberikan secara intratrakeal melalui endotrakeal tube (ETT) dengan bantuan
NG tube. Cateter (NG tube) dapat dimasukkan tanpa melepas ventilator dengan melalui
lubang penghisap sekret pada ETT. Sebagai alternatif, NGT dapat dimasukkan dengan
terlebih dahulu melepas dengan cepat sambugan antara ETT dengan slang ventilator.
Dosis diberikan secara terbagi menjadi 4 dosis supaya pemberiannya homogen sampai
ke lobus paru bagian bawah. Setiap seperempat dosis diberikan dengan posisi yang
berbeda. Sebelum surfaktan dimasukkan ke dalam ETT melalui NGT pastikan bahwa
ETT berada pada posisi yang benar dan ventilator di atur pada kecepatan 60x/menit,
waktu inspirasi 0,5 detik, dan FiO21,0. ETT dilepaskan dari ventilator dan kemudian :
1. Kepala dan badan bayi dimiringkan 5-10 ke bawah kepala menoleh ke kanan,
masukkan surfaktan seperempat dosis pertama melalui NGT selama 2-3 detik setelah
itu lepaskan NGT dan lakukan ventilasi manual untuk mencegah sianosis selama 30
detik,
2. Kepala dan badan bayi dimiringkan 5-10 ke bawah kepala menoleh ke kiri,
masukkan surfaktan seperempat dosis kedua melalui NGT selama 2-3 detik setelah itu
lepaskan NGT dan lakukan ventilasi manual untuk mencegah sianosis selama 30 detik,
3. Kepala dan badan bayi dimiringkan 5-10 ke atas kepala menoleh ke kanan,
masukkan surfaktan seperempat dosis ketiga melalui NGT selama 2-3 detik setelah itu
lepaskan NGT dan lakukan ventilasi manual untuk mencegah sianosis selama 30 detik,
4. Kepala dan badan bayi dimiringkan 5-10 ke atas kepala menoleh ke kiri, masukkan
surfaktan seperempat dosis keempat melalui NGT selama 2-3 detik setelah itu lepaskan
NGT dan lakukan ventilasi manual untuk mencegah sianosis selama 30 detik,
Pemberian dosis dapat diulang sebanyak 4x dengan interval 6 jam dan diberikan dalam
48 jam pertama setelah lahir

5.2. Profilaksis surfaktan dan terapi


Berdasarkan penelitian,surfaktan merupakan terapi yang penting dalam menurunkan
angka kematian dan angka kesakitan bayi prematur. Sampai saat ini masih ada
perbedaan pendapat tentang waktu pemberian surfaktan, apakah segera setelah lahir
(pada bayi prematur) atau setelah ada gejala Respiratory Distress Syndrome . Alasan
yang dikemukakan sehubungan dengan pemberian profilaksis berhubungan dengan
epithel paru pada bayi prematur akan mengalami kerusakan dalam beberapa menit
setelah pemberian ventilasi. Hal ini menyebabkan kebocoran protein pada permukaan
sehingga mengganggu fungsi surfaktan. Beberapa penelitian dengan binatang
menyebutkan bahwa terapi surfaktan yang diberikan segera setelah lahir akan
menurunkan derajat beratnya RDS dan kerusakan jalan napas, meningkatkan gas
darah, fungsi paru dan kelangsungan hidup. Beberapa percoban klinik menunjukkan
bahwa terapi surfaktan untuk bayi prematur sangat bermanfaat dan aman. Sepuluh
pusat penelitian dari ALEC menggunakan surfaktan sebagai terapi profilaksis, dan
disebutkan terjadi penurunan insiden RDS sebanyak
30% dibandingkan kontrol dan menurunkan angka kematian sebasar 48% tanpa
efek samping.33 Tidak mungkin bisa memprediksi bayi prematur yang akan terkena RDS
atau tidak sehingga sejauh ini terapi surfaktan masih sangat bermanfaat. Rendahnya
masa gestasi merupakan penyebab meningkatnya RDS, tetapi pada bayi dengan masa
gestasi yang lebih tua dapat juga beresiko terkena RDS dan komplikasinya. Beberapa
alasan yang dikemukakan tentang tidak diberikannya surfaktan pada saat bayi prematur
lahir (sebagai profilaksis) karena dianggap memberikan surfaktan yang tidak perlu pada
beberapa bayi yang tidak terkena RDS , disamping itu harganya mahal sehingga
sebaiknya digunakan bila memang benar diperlukan. Beberapa uji coba klinik
menyatakan bahwa pemberian surfaktan dini mungkin dapat membahayakan sehingga
hanya diberikan pada RDS yang berat. Ada juga yang berpendapat bahwa pemberian
surfaktan segera setelah bayi prematur lahir dapat mempengaruhi resusitasi dan
stabilisasi bayi. Bila pemberian surfaktan sama efektifnya jika diberikan beberapa jam
setelah lahir, maka pemberian surfaktan dini yaitu segera setelah lahir menjadi tidak
relevan.33 Cochrane meta analysis ( Soll and Morley, 2003 ) menyatakan bahwa yang
disebut terapi profilaksis bila surfaktan diberikan pada waktu pertolongan pertama pada
bayi prematur yang baru lahir melalui endotrakheal tube. Sedangkan sebagai terapi bila
surfaktan diberikan beberapa jam setelah lahir atau setelah ada gejala RDS .
Pemberian surfaktan profilaksis dapat menurunkan angka kematian, dan pneumothorax
tetapi mempunyai efek yang ringan pada komplikasi yang lain pada bayi prematur. Yost
dan Soll, 2003 menyatakan bahwa ada data yang menunjang tentang pemberian awal
(profilaksis) lebih baik daripada pemberian yang lebih lambat. Beberapa uji klinik
memberikan informasi yang berbeda tentang pengaruh pemberian dua surfaktan dalam
hal oksigenasi, ventilasi, dan beratnya gejala RDS. Semua uji coba menunjukkan
perbaikan dalam pertukaran gas, dan beratnya RDS dengan menggunakan surfaktan
profilaksis. Dunn dkk, menyebutkan bahwa terjadi perbaikan yang signifikan dalam
pertukaran gas pada kelompok terapi profilaksis mdalam 24-48 jam dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Kendig dkk, menyatakan bahwa bayi yang diberi terapi
profilaksis membutuhkan tambahan oksigen yang lebih rendah dan bantuan ventilasi
dalam 72 jam pertama serta didapatkan RDS yang tidak berat. Egberts dkk,
menyatakan bahwa terapi surfaktan pada saat lahir berhubungan dengan oksigenasi
yang baik dalam 6 jam, meningkatnya tcPO2 : FIO2 dari rasio 39,7 ke 28,1 dan 41%
membaik pada kelompok dengan terapi dini. Kelompok terapi profilaksis menerima
oksigen > 40% dalam jangka pendek. Ada penurunan insiden dari RDS berat.
Kattwinkel dkk, menunjukkan bahwa surfaktan profilaksis berhubungan dengan
rendahnya angka kejadian RDS sedang, terutama pada bayi dengan masa gestasi
kurang dari 30 minggu. Disamping itu dapat menurunkan pemakaian oksigen dan
ventilasi yang cenderung berlebihan pada beberapa hari pertama setelah lahir,
menurunkan tekanan jalan napas rata-rata lebih dari 48 jam pertama untuk bayi dengan
ventilasi dan beberapa bayi membutuhkan tambahan oksigen sampai 28 hari. Walti dkk,
menyatakan bahwa dalam 3-72 jam setelah lahir, kelompok profilaksis mempunyai pH
tinggi, dan rasio PaO2: FIO2 serta rasio a: ApO2 tinggi dan menurunnya FIO2, begitu
juga dengan frekuensi pernapasan, peak inspiratory pressure, dan mean airway
pressure. Menurut Bevilacqua dkk, FIO2 maksimum turun selama 28 hari pertama pada
bayi yang diberi profilaksis dibandingkan kelompok kontrol. Tidak ada satupun dalam uji
klinik pemberian surfaktan profilaksis yang memberikan efek merugikan pada saat
pemberian maupun sesudahnya 22,33.
Pada penelitian yang dilakukan oleh kelompok studi penelitian neonatus di
Texas tentang keberhasilan dan keselamatan pemberian surfaktan dini terhadap 132
bayi RDS ringan sampai sedang dengan berat = 1250 gram, masa gestasi = 36 minggu,
usia postnatal 4 -24 jam . Dalam peneltian ini disebutkan bahwa tanpa pemberian
surfaktan dini, didapatkan hanya 43% bayi RDS yang memakai ventilasi, dan dalam
waktu singkat yaitu 31 jam. Secara keseluruhan disebutkan bahwa pemberian rutin
yang direncanakan pada bayi prematur, tidak direkomendasikan. 34

PENUTUP
Respiratory Distress Syndrome (penyakit membran hialin) merupakan penyebab
terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur. Hal ini disebabkan
adanya defisiensi surfaktan yang menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan
berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang
menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak napas.
Pemberian surfaktan merupakan salah satu terapi rutin yang diberikan pada bayi
prematur dengan RDS. Berdasarkan penelitian,surfaktan merupakan terapi yang
penting dalam menurunkan angka kematian dan angka kesakitan bayi prematur.
Disebut terapi profilaksis bila surfaktan diberikan pada waktu pertolongan pertama pada
bayi prematur yang baru lahir melalui endotrakheal tube. Sampai saat ini masih ada
perbedaan pendapat tentang waktu pemberian surfaktan, apakah segera setelah lahir
(pada bayi prematur) atau setelah ada gejala Respiratory Distress Syndrome. Alasan
yang dikemukakan sehubungan dengan pemberian profilaksis berhubungan dengan
epithel paru pada bayi prematur akan mengalami kerusakan dalam beberapa menit
setelah pemberian ventilasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Honrubia.D; Stark.AR. Respiratory Distress Syndrome. Dalam : Cloherthy J,
Eichenwald EC, Stark AR,Eds. Manual of Neonatal Care,edisi 5. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins,2004:341-61.
2. Rennie JM, Roberton NRC. Respiratory Distress Syndrome. Dalam A Manual of
Neonatal Intensive Care, Edisi 4.London ; Arnold, 2002:128-78.
3. Pusponegoro TS. Penggunaan Surfaktan pada Sindrom Gawat Nafas Neonatal.
Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak no 27, Nopember 1997; 89-96
4. Jobe.A. Pulmonary Surfactant Therapy. N Engl J Med 1993;328:861-68
5. Gomella TL, Cunningham.MD, Eyal.FG, Eds. Hyaline Membran Disease
(Respiratory Distress Syndrome) .Dalam Neonatology-Management, Procedures,
On-Call Problems, Diseases, and Drugs; Edisi 5. McGraw-Hill.Co,2004;539-43.
6. Indarso F. Kegawatan nafas pada bayi baru lahir, respiratory distress syndrome
resusitasi awal dan lanjut: Dalam Forum Komunikasi Ilmiah ( FKI ) Lab/SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK.Unair/RSUD Dr. Soetomo , 17 Pebruari 1999,1-6
7. Damanik MS, Indarso F, Harianto A, Etika.R Masalah Perawatan Pada Bayi
Prematur. Pelatihan Perawatan Neonatologi, 8 Maret 8 Mei 2004, 1-12.
8. Anonimous. Premature infant. dari : www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article
2002. Updated nopember 16,2002.
9. Graham.P. Premature infant. dari: www.merck manual.com. Updated december
22,2002.
10.Goldenberg RL, Hauth JC, Andrews WW. Intrauterine Infection and preterm
delivery. N Engl J Med 2000,342:1500-07.
11.Peltier.RM. Immunology of term and preterm labor. In: Reproductive Biology and
Endocrinology 2003
12.Poynter.S, Marie Ann. Surfactan biology and clinical application. Crit Care Clin,
2003;19:459-73.
13.Dawn LD, Neil NF. Recent advances in the management of lung disease of
prematurity. Fetal and Maternal Review 2001,12;4:229-48
14.Kotecha.S. Lung growth: implications for the newborn infant. Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed. 2000;82:69-74
15. Burri. PH. Structural aspects of prenatal and postnatal development and growth
of the lung. In: Lung Growth and Development. Edited by McDonald JA. New
York: Marcell Dekker Inc,1997:1-35.
16.Jobe AH, Ikegami M. Antenatal infection/inflammation and postnatal lung
maturation and injury. Repir Res 2001,2:27-32
17.Haworth.S, Hislop.A. Lung development-the effect of chronic hypoxia. Seminars
in Neonatology, 2003;1-8.
18.Cosmi.EV. Fetal lung maturity tests. In: Prenat Neonat Med 2001;21-30.
19.Scarpelli.M. Fetal lung maturity tests assess the capacity to form surfactant foam
films at birth. Prenat Neonat Med 2001;15-20.
20.Anceschi MM, Breart G. Guidelines on fetal lung maturity tests. Prenat Neonat
Med 2001;6:75-7.
21.Ware.L, Matthay.M. The acute respiratory distress syndrome. Dari : http;//www.N
Engl J Med org. pada tgl 2 april 2005.
22.Colin M, Peter D. Surfactant treatment for premature lung disorders: A review of
best practices in 2002. Paed Respiratory Review 2004,299-304.
23.Michael SD, Maureen CR. Aproaches to the initial respiratory management of
preterm neonates. Paediatric Respiratory Review 2003, 2-8.
24.Pramanik.A.MD.Respiratory Distress Syndrome.dari
:http://www.emedicine.com/topic 1993 htm updated july 2,2002.
25.Wright Jo. Pulmonary surfactant: a front line of lung host defense.dari
:http://www.pediatrics.com/ updated juny 4, 2003.
26.Cedric.H. Lung Epithellium - specific proteins characteristics and potential
applications as markers. Am J Respir Crit Care Med,1999;159:646-78.
27.Mason.R. Pulmonarry Cell Biology. Am. J. Respir Crit Care Med,1998;157:72-81.
28.Goldenring.J. Respiratory Distress Syndrome. dari
:www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article. Updated july 15, 2004.
29.Ainsworth.SB, McCormack.K. Exogenaus surfactant and neonatal lung disease :
An update on the curent situation. Journal of neonatal nursing, 2004;10;1:6-11.
30.Morley.C, Davis.P. Surfactant treatment for premature lung disorders: A review of
best practices in 2002. In Paediatric Respiratory Reviews, 2004;299-304
31.Worthman.L. Surfactan Protein A (SP-A) affects Pulmonary Surfactant
Morphology and Biophysical Properties. Department of Biochemistry Memorial
University of Newfoundland, St. Johns, Newfoundland,1997;1-130.
32.Finer.N. Surfactant use for neonatal lung injury: beyond respiratory distress
syndrome. Paediatric Respiratory Reviews 2004;289-97.
33.Morley.CJ. Systematic review of prophylactic vs rescue surfactant.
Arch.Dis.Child. Fetal Neonatal Ed. 1997;77;70-74.
34.The Texas Neonatal Research Group. Early surfactant for neonates with mild to
moderate respiratory distress syndrome: a multicenter, randomized trial. J
Pediatr 2004; 144: 804-8.
35.Malloy, JL, Veldhuizen RA, McCormack FX, Korfhagen TR, Whitsett JA, and
Lewis JF. Pulmonary surfactant and inflammation in septic adult mice: role of
surfactant protein A. J Appl Physiol 2002;92:809-16.
36.Hudak ML, Farrell EE, Rosenberg AA, A multicenter randomized, masked
comparison trial of natural versus synthetic surfactant for the treatment of
respiratory distress syndrome. J Pediatr 1996;128:396-406
37.Lawson. PR, Reid. K.B.. The roles of surfactant proteins A and D in innate
immunity. Immunol. Rev. 2000;173:66-78
38.Griese. M. Pulmonary surfactant in health and human lung diseases: state of the
art. Eur. Respir. J. 1999;13:1455-76.
39.Madsen. J. Localization of lung surfactant protein D on mucosal surfaces in
human tissue. J. Immunol. 2000; 164: 5866-70.
40.Wright, JR. Immunomodulatory functions of surfactant. Physiol. Rev. 1997;
77:931-62.
41.Saugstad.OD, Bevilacqua.G, Katona.M. Surfactant therapy in the newborn.
Prenat Neonat Med 2001, 6:56-8.
42.Crouch E, Wright JR. Surfactan proteins A and D and pulmonary host defense.
Annu Rev Physiol 2001;63:521-54.
43.Gunther A, Ruppert C, Schmidt R. Surfactant alteration and replacement in acute
respiratory distress syndrome. Respir Res 2001;2:353-64.
44.Bermanshah E. Pencitraan pada kegawatan neonatus. Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan II (Continuing Medical Education) IDAI JAYA 2005;59-74.

Anda mungkin juga menyukai