BAB I
PENDAHULUAN
Khususnya di Negara Indonesia ini, padahal Negara Indonesia adalah negara yang
agraris. Sebuah kebanggaan bagi yang merasa sebagai warga negara Indonesia
karena mempunyai kekayaan baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia
begitu melimpah dari tanah Indonesia ini. Dan juga semakin dibanggakan karena
kekayaan Indonesia bukan hanya dapat digunakan sebagai mata pencaharian atau
sumber kehidupan dan penghasilan, namun juga menjadi tempat tinggal yang nyaman
dan aman secara ekologis.
Akan tetapi itu semua merupakan kondisi terdahulu, eksploitasi yang berlebihan,
pembabatan hutan liar, budaya membuang sampah sembarangan, dan hal-hal lainnya
yang berjalan tanpa memperhatikan keberlanjutan sebuah sistem yang utuh dan
menyeluruh dan akhirnya merusak bahkan bisa dibilang menghancurkan alam. Secara
menyeluruh, hal ini dapat menimbulkan penderitaan, penyakit, bencana, hingga
akhirnya kemiskinan masyarakat.
Banyak sekali hal ataupun kejadian yang dapat dilihat dan akhirnya jelas dirasakan
akan adanya sebuah kerugian. Hutan Kalimantan yang rusak sehingga mengganggu
siklus maupun habitat dari beberapa spesies dan keanekaragama hayati, eksploitasi
tambang yang berlebihan yang hanya menghasilkan rusaknya struktur tanah juga
polusi, eksploitasi air.Belum lagi sampah yang membludak di tiap sungai, pemakaian
AC, dan asap kendaraan.
Akibat yang kemudian muncul, bukan hanya menjadi keprihatinan bersama yang cukup
untuk direnungkan saja, namun juga menyangkut mentalitas masing-masing individu
atau pribadi yang menunjukkan rendahnya kesadaran akan Peduli Lingkungan Hidup.
Untuk itu perlu digerakkan upaya pemberdayaan lingkungan hidup dan pemantapan
atau perubahan mentalitas tiap individu secara mendasar. Karena perlu disadari bahwa
Semua makhluk dan ciptaanNya merupakan sebuah proses hidup yang saling
berkesinambungan.
BAB II
ISI
Lingkungan hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Kebutuhan masyarakat meningkat
Berdampak pada terwujudnya perilaku masyarakat yang eksploitatif terhadap Sumber
Daya Alam (SDA) yang ada sehingga berakibat pada menurunnya tingkat maupun
kualitas SDA di Indonesia secara cepat.
B. PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting
untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita.
Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan
ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke
lingkungan yang lebih luas.
Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama
diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan,
kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan
ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.
Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus
mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan
bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh
alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas
pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan
dikendalikan.
Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran
lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi
pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan
kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkngan.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan. Syarat-syarat
suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap
makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah
bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila :
1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.
2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada di tempat yang tidak tepat.
Sifat polutan adalah :
Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak
merusak lagi.
Merusak dalam waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah.
Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai
tingkat yang merusak.
C. SUMBER PENCEMARAN
a. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya atau di masukannya makhluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkanya.
Pencemaran air dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: Sumber Sumber
Langsung Tidak Langsung Pencemaaran Air
# Sumber sumber langsung
adalah buangan (effluent) yang berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil
pabrik atau suatu kegiatan dan limbah domestik berupa buangan tinja dan buangan air
bekas cucian,serta sampah. Pencemaran terjadi karena buangan ini langsung di buang
ke dalam badan air, (system) seperti sungai , kanal, parit atau selokan.
# Sumber Tidak Langsung
adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air
permukaan baik dari limbah industri maupun dari limbah domestik...
Parameter kimia
selain berupa kadar BOD5,COD, dan TOC yang menggambarkan kadar bahan organik
dalam limbah, juga senyawa yg terkait dengan anomia bebas, nitrogen organik, nitrit,
nitrat, fosfor organik dan fosfor anorganik,sulfat,klorida,belerang,logam berat (Fe,Al,Mn
dan Pb), dan gas (H2O,CO2,O2, dan CH4)
Parameter biologis
merupakan hal penting karena ada beribu-ribu bakteri per millimeter
dalam air limbah yang belum diolah. Jenis bakteri yang diukur adalah
bakteri golongan Coli.
b. Pencemaran Udara
Pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat ditimbulkan dari 6
(enam) sumber utama, yaitu:
1. pengangkutan dan transportasi
2. kegiatan rumah tangga
3. pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar fosil
4. pembakaran sampah
5. pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan
6. pembakaran bahan bakar dan emisi proses
Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil
pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok
1. CO2
Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya kadar CO2 di
udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan
bakar fosil (batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan
pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak segera diubah menjadi
oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh dunia yang ditebang.
Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat mengakibatkan efek rumah kaca.
2. Karbon monoksida (CO)
yaitu Gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mudah larut dalam air
beracun dan berbahaya..Dapat bertahan lama di muka bumi karena kemampuan
atmosfer untuk menyerapnya adalah antara 1 dan 5 tahun.
Di kota-kota besar, sumber utama penghasil CO adalah kendaraan
bermotor seperti mobil, truck, bus, dan sepeda motor karena pembakaran BBM yang
tidak sempurna . CO dapat terbentuk secara alamiah maupun sebagai hasil sampingan
kegiatan manusia.
Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran. Misalnya, menghidupkan mesin
mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses pembakaran di mesin tidak sempurna, maka
proses pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon monoksida) yang keluar
memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di garasi tersebut.
Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dalam keadaan tertutup juga
berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke dalam mobil, sehingga dapat
menyebabkan kematian
3. Timbal (Pb)
4. NO
5. Ozon
6. dll
c. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah saling terkait dengan pencemaran udara. Sampah-sampah yang tak
bisa terurai ditimbun langsung ditanah menyebabkan rusaknya tanah bagi terutama
bagi kegiatan pertanian. Belum lagi pencemaran udara yang mengkontaminasi udara
dan dibawa air hujan ke tanah. Sehingga tanah menyerap bahan-bahan pencemar
tersebut. Jika tumbuh-tumbuhan menyerap bahan pencemar tersebut maka akan terjadi
akumulasi pada tubuh tanaman dan seterusnya dikonsumsi manusia. Kebanyakan
sampah buangan rumah tangga juga sering ditimbun pada tanah, seperti yang terjadi di
seluruh kota di Indonesia di TPA (tempat pembuangan akhir) sampah. Padahal tanah
tidak bisa merubah segala bahan pencemar tersebut secara alami karena kemampuan
tanah terbatas.
Tanah yang manusia butuhkan untuk tanaman bagi kebutuhan makanan adalah
sangatlah vital. Kegiatan pertanian dewasa ini juga umumnya menggunakan bahan-
bahan kimia untuk merangsang dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Di sisi lain
suatu saat pertanian secara intensif akan berakhir karena tanah tidak berdaya lagi
mendukung tanaman tumbuh. Seperti pestisida dapat memproteksi tanaman dari hama
dan penyakit.
Di pabrik-pabrik, kantor, hotel, restoran, juga di rumah, manusia memproduksi
berton-ton sampah. Selama bertahun-tahun hak ini menjadi masalah yang masih belum
terpecahkan. Sampah dapat dibakar, tetapi dapat mengakibatkan pencemaran udara.
Juga dapat dibuang di sungai atau di laut, namun dapat mengakibatkan pencemaran air
dan laut. Namun, sampah harus diletakkan di suatu tempat. Kebanyakan sampah tanpa
dipilah langsung ditimbun dalam tanah (landfill). Tanah digali kemudian sampah
diletakkan, ketika suatu tempat telah penuh ditimbun kembali dan lokasi ini tentunya
tidak bisa dijadikan lahan pertanian.
Di dalam tanah terjadi proses dimana terjadi pembusukan kotoran yang memproduksi
gas beracun methane yang bisa terlepas ke permukaan tanah. Bahan-bahan kimia
lainnya dalam sampah tersebut larut dalam lapisan air tanah dan lewat jalur air
(drainase) bawah tanah akan tersebar ke tempat lain. Aliran air dalam tanah yang telah
terkontaminasi ini akan terbawa dan mencemari sumber-sumber mata air, sungai dan
laut sehingga air tidak bisa diminum. Hal inilah yang secara tidak langsung menjadi
sumber bagi pencemaran di sungai dan laut. Pada tanah tumbuhan yang hidup tak bisa
dimakan, demikian pula halnya pada organisme di sungai dan di laut, begitu
seterusnya.
Biasanya bersumber dari :
Aktivitas Rumah Tangga/Pribadi
1. Sampah Dapur
2. Tas Belanjaan
3. Limbah cucian
4. Sampah kosmetik
5. Pembalut
Aktivitas di tempat kerja/sekolah
1. Kertas
2. Karbon
3. Pita Mesin Ketik
4. Wadah bekas tinta/printer/tip ex
5. Plastik
d. Pencemaran Suara :
Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan
emosional, ada kasus-kasus di mana akibat-akibat serius seperti kehilangan
pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan
suara atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tersebut. Sangat
penting mengetahui tingkatan intensitas suara yang dapat menimbulkan pencemaran
suara.
Unit yang digunakan untuk menguku intensitas suara dalam lingkungan disebut decibel
(dBA). Skala decibel dimulai dari 0 yaitu kurang lebih suara terhalus yang dapat
didengar manusia. Skala ini meningkat secara logaritmik setiap 10 desibel. Contohnya
suara mesin blender 90 desibel, mesin pabrik 100 desibel, konser rock dan subway 120
desibel, suara pesawat jet 150
desibel dan suara peluncuran roket 190 desibel.
Standar yang dikeluarkan OHSA (Occupational Safety and Health Administration)
mengindikasikan bahwa mendengarkan terus suara lebih dari 85 dBA dapat merusak
sistem pendengaran. Jika frekwensi suara 95 dBA didengarkan terus selama lebih dari
4 jam maka akan mengakibatkan pendengaran hilang. Pada frekwensi 115 dbA yang
didengarkan hanya 15 menit setiap hari dapat pula menghilangkan pendengaran.
Demikian pula orang yang mendengarkan musik setiap hari, walaupun hanya beberapa
jam lambat laun sisem pendengaran akan berkurang. Pada komunitas kita, setiap saat
kita dibombardir oleh suara. Suara mobil, kemacetan lalu lintas, mesin, alarm, suara
kendaran dan pesawat dan lain-lain. Bahkan pada suasana rekreasi seperti
mendengarkan konser musik dan mendengarkan stereo dari radio dan tape. Tidak
hanya itu transportasi umum juga selain menghasilkan pencemaran udara juga
menghasilkan pencemaran suara dari suara mesin sampai suara tape stereo di dalam
mobil yang sering terdengar keras. Dan ironisnya sopir tidak menghiraukan
pencemaran yang ditimbulkannya bagi penumpang dan orang sekitarnya
Berbagai penelitian menunjukan bahwa kebisingan menjadi penyebab utama
kehilangan pendengaran 28 juta orang di Amerika Serikat. Karena kehilangan
pendengaran berdampak pada komunikasi maka hal ini menimbulkan efek
bergelombang. Dengan dampak negative pada keberadaan emosional dan sosial
seseorang. Kebisingan akan menghilangkan pendengaran secara permanent. Bahkan
pada hewan, kebisingan dapat mempengaruhi tingkah lakunya dan pada akhirnya
berdampak pada ekosistem.
Penelitian lanjut yang berhubungan juga mengindikasikan bahwa kebisingan
mempengaruhi perkembangan kognitif, tingkah laku sosial dan juga pembelajaran. Dan
ini mempengaruhi perubahan fisiologi waktu tidur, darah tinggi dan pencernaan. Seperti
kita ketahui, stress terjadi juga akibat dari kebisingan. Bahkan kebisingan kurang dari
85 dBA selama 8 jam perhari yang menjadi standar kebisingan dapat membuat kita
marah dan naik darah.
Sebagai suatu isu lingkungan bagi kesehatan manusia, kebisingan di berbagai tempat
tidak diberi prioritas status oleh pemerintah namun teramat penting. Kebisingan
sebenarnya dapat dicegah dan dikurangi, dengan mengenal sumber-sumber kebisingan
di dalam lingkungan dan memproteksi diri kita dari dampak sumber ini. Sumber-sumber
kebisingan sebenarnya dapat dikontrol manusia relatif mudah dan hal ini tergantung
pada penguasaan dan perkembangan teknologi yang telah ada.
Ternyata tidak ada cara yang benar-benar dipakai untuk tidak merusak lingkungan.
Pencemaran telah merambah dalam semua aspek kehidupan manusia lewat udara,
tanah, air bahkan suara. Segala aktifitas manusia berdampak pada kerusakan
lingkungan dan manusia akhirnya menuai akibat tersebut.
Merupakan salah satu sumber daya alam yang harus dikelola secara lestari untuk
mendapatkan manfaat yang optimal. Dampak yang luar biasa terhadap kerusakan
hutan akibat penjarahan menyisakan derita
3. Produksi Tanaman pangan dalam Kawasan Hutan
Manfaat langsung lainnya yang dihasilkan dari kawasan hutan adalah produksi
tanaman pangan yang terdiri dari jagung, padi, ketela pohon, kacang-kacangan dll,
yang ditanam dengan pola tumpangsari. Produksi tanaman pangan ini dipengaruhi oleh
keluasan hutan yang direboisasi setiap tahunnya. Kontribusi Perhutani kepada Kab.
Grobogan yang notabene adalah lumbung pangannya Propinsi Jawa Tengah berupa
Hasil panen Padi, Jagung, Kacang, Ketela pohon, Kedelai dll nilainya cukup tinggi.
Tahun 2003 kontribusi yang diberikan sebesar Rp. 133,5 milyar, Th. 2004 sebesar Rp.
109,09 milayar dan Tahun 2005 sebesar Rp. 99,5 milyar. Tahun 2006 kontribusinya
mencapai senilai Rp. 213,3 milyar.
5. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK)
Guna mendukung implementasi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM)dalam pemberdayaan masyarakat desa hutan, Perhutani KPH Purwodadi
secara simultan telah melaksanakan program kerja yaitu pemberian bantuan modal
Pemberdayaan Usaha Kecil dan Koperasi secara langsung dengan maksud memacu
perputaran roda perekonomian di desa hutan agar pendapatan mereka meningkat dan
terjadi perguliran modal.
10. Makan makanan yang sehat
- Konsumsi makanan sehat dengan memperbanyak asupan makanan yang berasal dari
nabati. Sehingga manusia mendapatkan tujuh kali lipat nutrisi daripada bahan nabati
diberikan sebagai pakan ternak yang dikonsumsi dagingnya.
- Kurangi konsumsi makanan kemasan, selain mengandung bahan kimia yang
berbahaya bagi tubuh, tetapi juga bungkus atau kemasan yang digunakan dapat
menjadi sumber sampah yang tidak ramah lingkungan.
- Mengembangkan bioteknologi yang sangat diharapkan membantu menemukan bibit
unggul tahan hama dan kekeringan yang pada lahan yang sama dapat menghasilkan
pangan lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat, sehingga dapat dijadikan sebagai
alternatif penghematan air dan lahan. Namun berbagai manipulasi transgenik membuat
ketakutan tersendiri akan munculnya spesies baru yang justru dalam jangka panjang
tidak ramah lingkungan.
11. Berlibur dengan berpiknik.
12. Gunakan produk lokal ramah lingkungan.
13. Jadilah pejuang lingkungan.
# Tujuannya :
- untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam,
- mencegah terjadinya prncemaran lingkungan
- mengurangi terbentuknya limbah mulai dari sumbernya sehingga dapat memperkecil
resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan.
# Manfaat Produksi Bersih
- Penggunaan sumberdaya alam lebih efisien.
- Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar.
- Mencegah berpindahnya pencemar dari satu media ke media lainnya.
- Terhindar dari biaya pemulihan lingkungan.
- Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional.
- Mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
- Mendorong dikembangkannya teknologi pengurangan limbah pada sumbernya dan
produk akrab lingkungan.
2. Merusak dalam waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi
dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang
merusak.
A. Macam-macam Pencemaran Lingkungan
1. Berdasarkan Tempat Terjadinya
Menurut tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran udara, air, dan tanah.
a. Pencemaran Udara
Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO hasil pembakaran, SO, SO ,
2 2
Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil
(batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu.
Meningkatnya kadar CO di udara tidak segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena
2
banyak hutan di seluruh dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal
demikian dapat mengakibatkan efek rumah kaca.
2. CO
Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran. Misalnya, menghidupkan mesin
mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses pembakaran di mesin tidak sempurna, maka proses
pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon monoksida) yang keluar memenuhi ruangan. Hal
ini dapat membahayakan orang yang ada di garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di
dalam mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk
ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kematian
Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah. Tumpukan sampah yang berada di
selokan dan sungai dapat menyebabkan banjir ketika musim hujan dating. Tempat pembuangan
sampah juga dapat menjadi tempat berkembang-biaknya organisme pathogen yang berbahaya
bagi kesehatan manusia. Air yang keluar dari timbunan sampah juga dapat mencemari air sungai
dan air tanah.
Mungkin kita masih ingat dengan peristiwa yang terjadi pada awal tahun 2005, tepatnya tanggal
21 Februari, terjadinya longsor tumpukan sampah di TPA Leuwigajah, Bandung, Jawa Barat,
yang memakan korban jiwa ratusan orang. Kejadian serupa juga terulang pada tahun 2006
tepatnya tanggal 8 September 2006 di Zona 3 TPA Bantargebang, Bekasi. Di TPA Bantargebang
inilah sampah Jakarta dikelola, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membayar tipping fee kepada
Pemda Bekasi sekitar Rp. 60 juta/ton sampah. TPA Bantargegebang sampah dikelola dengan
penerapan system tumpukan yang dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS)
dan system drainase. Sistem drainase ini untuk menmpung air buangan atau lindi hitam
(leachate) ke dalam IPAS dan membuangnya ke sungai terdekat. (baca info/berita selanjutnya hal
Model Pengolahan Sampah kota-kota besar di Indonesia pada Blog ini juga)
Kejadian longsor sampah di dua tempat pembuangan akhir (TPA) ini menunjukkan volume
sampah yang dibuang ke tempat tersebut sudah melebihi daya tampungnya. Ini berindikasi
bahwa produksi sampah setiap harinya sangat banyak (sampah rumah tangga dari penduduk
Jakarta menyumbangkan sekitar 6.000 s/d 7.000 ton per hari). Sebenarnya, tumpukan sampah
yang menggunung seperti itu tidak harus terjadi jika setiap atau sebagian orang mau mendaur-
ulangnya.
Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
1. Sampah Organik; Misalnya dedaunan, jerami, serasah sisa panen, kotoran ternak, dan sisa
sayuran atau hijauan lainnya. Jenis sampah ini bisa di olah menjadi pupuk organic atau
kompos.
2. Sampah Anorganik; Sampah yang bisa didaur ulang, misalnya; sampah plastic bisa didaur
ulang menjadi biji plastic, jenis kertas, besi, kaleng, dll. Termasuk jenis sampah yang
sama sekali tidak akan hancur.
Pengolahan sampah organik menjadi kompos sangat sederhana. Bisa dimulai dari lingkungan
rumah dengan memisahkan sampah organic dan sampah anorganik. Selanjutnya, sampah organik
dikumpulkan dan diproses menjadi pupuk organic atau kompos. Dengan cara seperti ini, niscaya
gunungan sampah itu tidak akan terbentuk. Tentunya, lingkungan sekitar juga jadi bersih,
nyaman, dan asri.
Pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan sangat penting agar dapat
menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpada dan tuntas. Dewasa ini lingkungan
hidup sedang menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia umumnya.
Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat yang ditimbulkan dan
kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh apabila ada penumpukan sampah dikota maka
permasalahan ini diselesaikan dengan cara mengangkut dan membuangnya ke lembah yang jauh
dari pusat kota, maka hal ini tidak memecahkan permasalahan melainkan menimbulkan
permasalahan seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah lalat, tikus dan bau
yang merusak, pemandangan yang tidak mengenakan. Akibatnya menderita interaksi antara
lingkungan dan manusia yang akhirnya menderita kesehatan.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan
terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan daya
dukung lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
Masalah lingkungan hidup sebenatnya sudah ada sejak dahulu, masalah lingkungan hidup
bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau dihadapi oleh negaranegara maju ataupun negara-
negara miskin, tapi masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia dan
masalah kita semua.
Keadaan ini ternyata menyebabkan kita betpikir bahwa pengetahuan tentang hubungan antara
jenis lingkungan ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara
terpadu dan tuntas.
Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus dihadapi, kegiatan pembangunan
terutama di bidang industri yang banyak menimbulkan dampak negatif merugikan masyarakat.
Masalah lingkungan hidup adalah merupakan masalah yang komplek dan harus diselesaikan
dengan berbagai pendekatan multidisipliner.
Industrialisasi merupakan conditio sine quanon keberhasilan pembangunan untuk memacu laju
pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi juga mengandung resiko lingkungan. Oleh
karena itu munculnya aktivitas industri disuatu kawasan mengundang kritik dan sorotan
masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif limbahnya yang diantisipasikan
mengganggu kesehatan lingkungan.
Pencemaran Tanah
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian kerusakan tanah
untuk produksi bio massa: Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa lapisan teratas
kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik,
kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Tetapi akibat kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah. Di dalam PP No.
150 th. 2000 disebutkan bahwa Kerusakan / pencemaran tanah untuk produksi biomassa
adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah. Dalam
rubrik ini kita akan melihat beberapa hal tentang; penyebab pencemaran tanah, dampaknya,
dan cara penanggulangannya.
Limbah domestik
Limbah domestik yang bisa menyebabkan pencemaran tanah bisa berasal dari daerah:
pemukiman penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan
misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, bisa berupa limbah padat dan
cair.
1. Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa diuraikan oleh
mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng minuman, bekas
botol plastik air mineral, dsb.
2. Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak
kandungan air tanah dan bisa membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
Limbah industri
Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari daerah: pabrik,
manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair.
1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan industri berupa
padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik
gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa
pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak,
khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari proses industri pelapisan logam
Limbah pertanian
Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah merupakan sisa-sisa pupuk
sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas hama
tanaman, misalnya DDT.
Timbunan sampah bisa menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom
dan arsen pada timbunan sampah bisa timbulkan pencemaran tanah / gangguan terhadap bio
tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lainnya adalah oksida
logam, baik yang terlarut maupun tidak menjadi racun di permukaan tanah.
Yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air
adalah Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, sehingga peresapan air dan mineral yang
dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan
berkurang, oleh sebab itu tanaman sulit tumbuh dan bahkan mati sebab tidak mendapatkan
makanan untuk berkembang.
Tinja, deterjen, oli bekas, cat, adalah limbah cair rumah tangga; peresapannya kedalam tanah
akan merusak kandungan air tanah dan zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat
membunuh mikro-organisme di dalam tanah, inilah salah satunya yang disebutkan sebagai
pencemaran tanah.
Padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan adalah limbah padat hasil
buangan industri. Adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu menyebabkan
penimbunan limbah padat ini busuk yang selain menyebabkan pencemaran tanah juga
menimbulkan bau di sekitarnya karena .
Tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama menyebabkan permukaan tanah menjadi
rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi bakteri tertentu dan berakibat
turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau oleh karena telah terjadinya pencemaran
tanah. Timbunan yang mengering akan dapat mengundang bahaya kebakaran.
Sisa hasil industri pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal,
perak,khrom, arsen dan boron adalah limbah cair yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme. Peresapannya ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah dan dalam hal
ini pun menyebabkan pencemaran tanah.
Pupuk yang digunakan secara terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah,
yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu
karena hara tanah semakin berkurang. Dalam kondisi ini tanpa disadari justru pupuk juga
mengakibatkan pencemaran tanah.
Pestisida yang digunakan bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme
yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di
dalamnya. Selain pencemaran tanah penggunaan pestisida yang terus menerus akan
mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
Sampah organik yang terbiodegradasi bisa diolah, misalnya dijadikan bahan urukan, kemudian
kita tutup dengan tanah sehingga terdapat permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi; dibuat
kompos; khusus kotoran hewan dapat dibuat biogas dll sehingga dalam hal ini bukan
pencemaran tanah yang terjadi tetapi proses pembusukan organik yang alami.
Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme. Cara penanganan yang
terbaik dengan daur ulang. Kurangilah penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia
untuk pemberantasan hama seperti pestisida.
Limbah industri harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang kesungai atau kelaut.
Kurangilah penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable). Salah satu contohnya adalah dengan mengganti plastik sebagai bahan
kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang atau
daun jati. Penutup Kekayaan kita sebagian besarnya diperoleh dari tanah. Kehidupan di bumi
ini sangat bergantung pada tanah. Tumbuhan memperoleh air dan mineral dari tanah. Makanan
yang kita peroleh dan hewan bergantung pada tumbuhan. Jadi makanan kita sebenarnya berasal
dari tanah.
1.Sig Up (Gratis 100 %) 2. Log in 3. Klik pada bagian *EARN MONEY5 4. Beri Centang pada kotak
I Agree.trus Klik pada bagian *Click Here To Start Surf Junky Browser5 akan muncul browser window
baru yang akan menampilkan beberapa website secara bergantian. Jangan Tutup browser Windows ini!!
karena dari Browser Window yang satu inilah sumber pendapatan uang anda. Anda tidak perlu
melakukan apa-apa, biarkan saja berjalan sendiri!! jika anda ada pekerjaan atau aktifitas lain minimize
aja window-nya.. Mudah Bukan..!! 6. Jika ingin tau pendapatan uang anda Klik pada bagian *STATISTIK5
Untuk lebih akuratnya Log Out dulu kemudian Log In lagi dan klik menu \STATISTIK\ * Kita akan dibayar
USD$0.45 (Rp.4.140, mengikuti Nilai Tukar Rupiah sekarang untuk setiap jam program ini berjalan). *
Pembayaran bisa lewat Cek (bank draft) akan dikirim lewat pos (first class U.S. Mail Service) langsung ke
alamat anda. Jadiisilah data anda dengan sejelas-jelasnya.!! Bisa juga melalui rekening e- gold, Paypall,
stormpay. untuk Cek(Bank draft) bisa ditukarkan dengan mata uang rupiah di bank-bank besar di
Indonesia. * Ada bonus lagi.. jika anda menawarkan web ini ke banyak orang maka anda bisa
mendapatkan jasa referal (referensi) dari internet, dan bonusnya tidak sedikit lho! TIDAK ADA SALAHNYA
UNTUK MENCOBA&!!GRATIS..TIDAK RUGI APA-APA!! klik aj http://www.surfjunky.com/?r=Akhriwal
Kunjungi Website : http://www.surfjunky.com/?r=Akhriwal
Tags iklan: klik ini aja http://www.surfjunky.com/?r=Akhriwal
Proses pengolahan air bersih ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan
antara lain dengan proses :
A. Proses Fisika
a. Macro filtration
b. Micro filtration
c. Ultra filtration ( UF / NF )
d. Hiper Filtration ( RO / Reverse Osmosis )
B. Proses Kimia
a. Oksidasi
b. Koagulasi
c. Sedimentasi
D. Proses Biologi
Perlakuan cara proses - proses pengolahan diatas dapat dilakukan baik secara Single /tunggal maupun
secara kombinasi dari berbagai proses tergantung dari kondisi output yang diharapkan .
Proses diatas yang akan diterapkan untuk pengolahan air sebaiknya dilakukan tahapan tahapan yang
penting sebagai berikut :
Sumber air yang akan diolah sebagai langkah utama yaitu dengan melakukan pengujian laboratorium
baik unsur unsur fisika maupun kimia
A. Proses Fisika
Proses Fisika merupakan perlakuan yang didalam terjadi proses secara fisika yang antara lain :
a. Proses penyaringan koloid kasar diatas 20 micron
b. Proses penyaringan koloid halus antara 20 1 micron
c. Proses penyaringan koloid antara 1 0,1 micron
d. Proses penyaringan antara 0,01 0,1 micron
e. Proses penyaringan molekul antara 0,001 0,01 micron
f. Proses penyaringan atom dibawah 0,0001 micron
B. Proses Kimia
a. Proses oksidasi adalah proses perubahan ion terlarut menjadi ion tak Mn2O3 dll Fe2O3, Mn2+ +
O2terlarut misalnya---------- O2 + Fe2+
b. Proses koagulasi adalah proses selanjutnya dari proses oksidasi yaitu proses penggumpalan ion tak
terlarut menjadi endapan yang mempunyai berat jenis lebih berat dari berat jenis air. Proses ini biasanya
dilakukan dengan penambahan bahan koagulator seperti PAC, Tawas , Dll
c. Proses ion exchange adalah proses pertukaran ion atau pengikatan ion positive dan ion negative.
Proses ini pengikatan ion + / - atau pertukaran +/- oleh media yang disebut media yang mempunyai KTK (
Kapasitas Tukar Kation ). Biasanya media yang digunakan yaitu Resin Cation , Resin Anion ( Buatan )
atau Zeolite ( alami ).
D. Proses Biologis
a. Proses permentasi
Pengolahan air bersih biasanya ada system yang dilakukan yaitu dengan mengkombinasi dari beberapa
proses .
I. Konvensional
KIMIA : - Oksidasi
- Koagulasi
-Sedimentasi
FISIKA : - Absorb
- Penyaringan
KIMIA : - Oksidasi
- Koagulasi
- Sedimentasi
FISIKA : - Absorb
- Fisika --> micro filter
- Penyaringan
IV. Modern
KIMIA : - Oksidasi
- Koagulasi
- Sedimentasi
FISIKA : - Absorb
- Fisika ; - Absorb
- fisika : - micro filtrasi
- Ultrafiltrasi
- Penyaringan
- Sedimentasi
V. Hi- Tech
KIMIA : - Oksidasi
- Koagulasi
- Sedimentasi
FISIKA : - Absorb
- Fisika : - Micro filtrasi
- Penyaringan - Ultrafltrasi
= reverse Osmosis
Proses diatas dilakukan tergantung dari kondisi air baku dan Qualitas air hasil yang diharapkan.
Pada Zaman sekarang dengan teknologi yang maju dan keberadaan teknologi serta pendukungnya yang
tersedia dan juga kondisi air baku yang sudah tidak memenuhi persyaratan baku mutu air bersih dan juga
susahnya mencari air yang baik dan memenuhi persyaratan air bersih, maka teknologi yang cocok untuk
digunakan pada saat ini dengan teknologi yang Hi-Tech.
I. Hi-Tech
KIMIA ; - Oksidasi
- Koagulasi
- Sedimentasi
FISIKA :- Absorb
- Fisika : - Absorb
- Penyaringan
Sistem pengolahan air minum dengan sumber air bersih dengan skala atau standar air minum,
memerlukan beberapa proses yang perlu diterapkan, adapun proses yang diperlukan tergantung dari
kualitas air baku antara lain :
Proses penampungan air dalam bak penampungan air yang bertujuan sebagai tolak ukur dari debit air
bersih yang dibutuhkan. Ukuran bak penampungan disesuaikan dengan kebutuhan (debit air) yang mana
ukuran bak minimal 2 kali dari kebutuhan
Proses oksidasi atau dengan kata lain penambahan oksigen kedalam air agar kadar-kadar logam berat
serta zat kimiawi lainnya yang terkandung dalam air mudah terurai. Dalam proses ini ada beberapa
perlakuan yang bisa dilakukan seperti dengan penambahan oksigen dengan sistem aerasi (dengan
menggunakan alat aerator) dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan katalisator bahan kimia
untuk mempercepat proses terurainya kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya (dengan
menggunakan clorine, kaporite, kapur dll)
Proses pengendapan atau koagulasi, proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
seperti bahan koagulan (Hipoklorite/PAC dengan rumus kimia Al2O3), juga proses ini bisa dilakukan
dengan menggunakan teknik lamela plate
Proses filtrasi, proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran air yang masih terkandung
dalam air. Biasanya proses ini menggunakan bahan sand filter yang disesuaikan dengan kebutuhan baik
debit maupun kualitas air dengan media filter (silica sand/quarsa, zeolite, dll)
Proses filtrasi (carbon actived), proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air agar air yang
dihasilkan tidak mengandung bakteri (sterile)dan rasa serta aroma air
Proses demineralisasi, proses ini berfungsi untuk mengurangi bahkan menghilangkan kadar kadar
logam serta mineral-mineral yang terkandung dalam air.
Proses Reverse Osmosis system , proses ini merupakan proses utama dalam proses pemurnian air
dengan hasil qualitas air non mineral. Proses ini melalui alat yang disebut Membrane semipermiable,
membrane ini mempunyai lubang air 1/10000 micron dimana air yang melewati lubang tersebut sudah
merupakan air bebas meniral bactery, virus dan logam-logam berat lainnya.
Proses terakhir, adalah proses pembunuhan bakteri, virus, jamur, makroba dan bakteri lainnya yang
tujuannya air itu tidak perlu dimasak kembali, proses ini menggunakan proses ultra violet atau dengan
kata lain sterilisasi dengan menggunakan penyinaran ultra violet serta dengan ozonisasi.
Proses ini bertujuan untuk mengurangi polutan-polutan yang ukurannya lebih besar dari 20 mikron, serta
menahan/ memfilter kadar-kadar logam-logam berat yang telah teroksidasi dalam proses sebelumnya.
Proses ini mempunyai fungsi menghilangkan kadar logam berat serta zat kimia lainnya yang tidak sempat
teroksidasi pada awal proses. Proses filtrasi ini menggunakan media greensand yang mempunyai fungsi
mengikat/menukarkan ion (ion exchange) logam serta unsur kimia terlarut antara lain :
Fe 2+ ion besi
Mn 2+ ion Mangan
H2S Sulfida
NH4 Amoniak
Zn Zink
Cr Crom
NO2- Nitrit
NO3- Nitral
Balance pH
Dll
Proses ini bertujuan menghilangkan aroma air yang tidak sedap serta membunuh bacteri serta mengikat
racun-racun dalam air, seperti diilustrasikan dalam perut yang diare menggunakan obat norite dengan
kata lain carbon powder yang kapsul atau di cetak yang bertujuan menghilangkan bacteri serta menyerap
racun-racun dalam perut.
4. PROSES SOFTENING
Proses ini bertujuan melunakan air serta rasa air agar tidak kesat serta mengurangi kadar kapur,
kesadahan, magnesium dalam air.
Proses Sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan atau membunuh bactery yang terkandung dalam
air hasil yang mungkin terkontaminasi dari instalasi pipa produk serta dari kemasan yang terkontaminasi.
Ada beberapa proses sterilisasi yang dilakukan pada proses air minum kemasan adalah :
Ozonisasi
Proses Ozonisasi bertujuan membunuh baktery, virus serta jamur jamur dan lumut serta untuk
mengawetkan air yang sudah dikemas dalam kemasan yang mana apabila terjadi kontaminasi pada
kemasan yang tidak steril/ bersih.
Proses Ozonisasi dilakukan dengan cara menginjeksikan serta mencampur ratakan dengan air yang
sudah melalui beberapa tahap water treatment sampai tahap proses pemurnian air (reverse osmosis)
didalam tangki reactor ( Reaktor Tank).
Ozonisasi merupakan gas Ozone yang diproduksi dari listrik tegangan tinggi sampai dengan 75.000 volt
DC yang mana kutub katoda dan anoda terjadi kilatan listrik. Oxigen atau udara dilewatkan kedalam
tabung reactor ozone , O3 yang akanoxygen diaktifkan dan dipecah molekulnya menjadi O2 --
menghasilkan gas ozone yang beraroma khas, yang berfungsi untuk membunuh serta mematikan.
Perlakuan ini dilakukan pada akhir proses yaitu kondisi sebelum pada pengisian kedalam kemasan.
UV Sterlisasi yaitu merupakan Sinar Ultra Violet yang dihasilkan dari lampu yang menghasilkan cahaya
Ultra violet dengan panjang gelombang 254 nm (nano meter) yang mana cahaya UV pada panjang
gelombang ini mempunyai kemampuan membunuh bactery serta mikroorganisme lainnya.
STERILISASI
MEMPUNYAI FUNGSI :
ESCHERICHIA-COLI (E-COLI)
FECAL STREPTOCOCCI
STAPHYLOCOCCUS AUREUA
ASPERGILLUS NIGER
STAPHYLOCOCCUS AREUS
SALMONELLA CHOLERAESUIS
BACILLUS SUBTILLIS
BACILLUS ANTRACIS (ANTHRAX)
COLIFORM BACTERIA
PARASITIC INFUSORIAN
AHYDROPHILA
OMV,CSV,IPNV,IHNV,HIRRV,YAN
MENETRALISIR PESTISIDA
DDT
PCP
MALATHION
BAYGON
VAPAM
MEMPUNYAI FUNGSI :
MEMBUNUH BAKTERI-BAKTERI DAN VIRUS SERTA PATHOGEN LAINNYA.
MASTER TANK
SISTEM STERILISASI DENGAN MENGINJEKSIKAN GAS OZONE (O3)
SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM (Reverse Osmosis &
Ultra Filtration System )
Sistem pengolahan air minum dengan sumber air bersih dengan skala atau standar air
minum, memerlukan beberapa proses yang perlu diterapkan, adapun proses yang
diperlukan tergantung dari kualitas air baku antara lain :
Proses penampungan air dalam bak penampungan air yang bertujuan sebagai tolak ukur dari debit air
bersih yang dibutuhkan. Ukuran bak penampungan disesuaikan dengan kebutuhan (debit air) yang mana
ukuran bak minimal 2 kali dari kebutuhan
Proses oksidasi atau dengan kata lain penambahan oksigen kedalam air agar kadar-kadar logam berat serta
zat kimiawi lainnya yang terkandung dalam air mudah terurai. Dalam proses ini ada beberapa perlakuan
yang bisa dilakukan seperti dengan penambahan oksigen dengan sistem aerasi (dengan menggunakan
alat aerator) dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan katalisator bahan kimia untuk
mempercepat proses terurainya kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya (dengan menggunakan
clorine, kaporite, kapur dll)
Proses pengendapan atau koagulasi, proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti
bahan koagulan (Hipoklorite/PAC dengan rumus kimia Al2O3), juga proses ini bisa dilakukan dengan
menggunakan teknik lamela plate
Proses filtrasi, proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran air yang masih terkandung dalam
air. Biasanya proses ini menggunakan bahan sand filter yang disesuaikan dengan kebutuhan baik debit
maupun kualitas air dengan media filter (silica sand/quarsa, zeolite, dll)
Proses filtrasi (carbon actived), proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air agar air yang
dihasilkan tidak mengandung bakteri (sterile)dan rasa serta aroma air
Proses demineralisasi, proses ini berfungsi untuk mengurangi bahkan menghilangkan kadar kadar logam
serta mineral-mineral yang terkandung dalam air.
Proses Reverse Osmosis system , proses ini merupakan proses utama dalam proses pemurnian air dengan
hasil qualitas air non mineral. Proses ini melalui alat yang disebut Membrane semipermiable, membrane
ini mempunyai lubang air 1/10000 micron dimana air yang melewati lubang tersebut sudah merupakan
air bebas meniral bactery,virus dan logam-logam berat lainnya.
Proses terakhir, adalah proses pembunuhan bakteri, virus, jamur, makroba dan bakteri lainnya yang
tujuannya air itu tidak perlu dimasak kembali, proses ini menggunakan proses ultra violet atau dengan
kata lain sterilisasi dengan menggunakan penyinaran ultra violet serta dengan ozonisasi.
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter pada knalpot.
D.1.2 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
c) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah.
D.1.3 Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-
rata
waktu pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
a) Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker gas.
b) Menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti sumur tua , Goa , dll.
E. PENANGGULANGAN
a) Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
b) Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan
Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
3. NITROGEN DIOKSIDA
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen
monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi
kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat
kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada
NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga
membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen
membentuk NO2. Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar,
hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang
lebih tinggi C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak(diatas 1210 sehingga
mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu C, oleh karena itu reaksiyang
digunakan biasanya mencapai 1210 1.765 ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi
pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah
dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami
ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang
menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan
meningkat pada tempat-tempat tertentu.
Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx
diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran
dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan
sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari
pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin. NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari
tergantung dari intensitas sinar mataharia dan aktivitas kendaraan bermotor. Perubahan kadar NOx
berlangsung sebagai berikut :
a) Sebelum matahari terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar sedikit lebih tinggi dari kadar
minimum seharihari.
b) Setelah aktifitas manusia meningkat ( jam 6-8 pagi ) kadar NO meningkat terutama karena
meningkatnya aktivitas lalulintas yaitu kendaraan bermotor. Kadar NO tetinggi pada saat ini dapat
mencapai 1-2 ppm.
c) Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet kadar NO2 ( sekunder ) kadar
NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm.
d) Kadar ozon meningkat dengan menurunnya kadar NO sampai 0,1 ppm.
e) Jika intensitas sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam ) kadar NO meningkat kembali.
f) Energi matahari tidak mengubah NO menjadi NO2 (melalui reaksi hidrokarbon) tetapi O3 yang
terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan kadar NO2 dan
penurunan kadar O3.
g) Produk akhir dari pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat, yang kemudian diendapkan
sebagai garamgaram nitrat didalam air hujan atau debu. Merkanisme utama pembentukan asam nitrat
dari NO2 di udara masih terus dipelajari Salah satu reaksi dibawah ini diduga juga terjadi diudara tetapi
diudara tetapi peranannya mungkin sangat kecil dalam menentukan jumlah asam nitrat di udara.
h) Kemungkinan lain pembentukan HNO3 didalam udara tercemar adalah adanya reaksi dengan ozon
pada kadar NO2 maksimum O3 memegang peranan penting dan kemungkinan terjadi tahapan reaksi
sebagai berikut :
NO3 + O2O3 + NO2 ----
N2O5NO3 + NO2 -----
2HNO3N2O5 + 2HNO3 ----
Reaksi tersebut diatas masih terus dibuktikan kebenarannya, tetapi yang penting adalah bahwa proses-
proses diudara mengakibatkan perubahan NOx menjadi HNO3 yang kemudian bereaksi membentuk
partikel-partikel.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2
empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO
yang mengakibatkan kematian. Diudara ambient yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi
NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang
sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syarat dan kekejangan. Penelitian lain
menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7
menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali setelah 46 menit. Tetapi jika
pemajanan NO pada kadar tersebut berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan
kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati.
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan
sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala
pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100%
kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan
kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
D. PENGENDALIAN
D.1. PENCEGAHAN
D.1.1. Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter pada knalpot.
D.1.2. Sumber Tidak Bergerak
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Memasang scruber pada cerobong asap.
c) Memodifikasi pada proses pembakaran.
D.1.3. Manusia
g/Nm3 dengan waktu pengukur 24 jam) maka untukApabila kadar NO2 dalam udara ambien telah
melebihi baku mutu ( 150
mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Mengatur pertukaran udara di dalam ruang, seperti mengunakan exhaust-fan.
b) Bila terjadi korban keracunan, maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasaan buatan.
Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
4. OKSIDAN
A. SIFAT FISIK DAN KIMIA
Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi.
Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang
membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh
oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena
interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar. Hidrokarbon merupakan komponen yang
berperan dalam produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO2. Polutan
sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan peroksiasetilnitrat.
OZON Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen
fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar
udara Ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk
diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara
perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung dari jumlah molekul O2
atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat
didaerah panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon didaerah
ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode-metode analitik.
PEROKSIASETILNITRAT
Proses-proses fotokimia menghasilkan jenis-jenis pengoksidasi lain selain ozon, termasuk
peroksiasilinitrat yang mempunyai struktur sebagai berikut :
O
RC
00NO2
R = CH3 : peroksiasetilnitrat ( PAN )
R = C2H5 : peroksipropionilnitrat ( PPN )
R = C6H5 : peroksibenzoilnitrat ( PBzN )
Meskipun untuk setiap jenis peroksiasetilnitrat sudah diberikan perhatian, data monitoring yang tersedia
hanya untuk peroksiasetilnitrat. Peroksiasrtilnitrat mempunyai 2 ciri yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya peroksiasetilnitrat kadar rendah. Ciri pertama adalah absorpsi di daerah inframerah
dan kemampuan dalam menangkap elektron. Ciri kedua digunakan sebagai dasar metoda pengukuran
kadar peroksiasetilnitrat di udara secara khromatografi.
OKSIDAN LAIN
Hidrogen peroksida telah diidentifikasi sebagai oksidan fotokimia yang potensial. Akan tetapi hidrogen
peroksida ini merupakan senyawa yang sangat sulit dideteksi secara spesifik di udara. Oleh arena itu
tidak mungkin memperkirakan dengan pasti bahwa hidrogen peroksida sebagai pencemar fotokimia
udara.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Yang dimaksud dengan oksidan fotokimia meliputi Ozon, Nitrogen dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN)
karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk ozon maka hasil monitoring udara ambien
dinyatakan sebagai kadar ozon. Karena
pengaruh pencemaran udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya perubahan pola pencemaran
selama sehari dan dari suatu tempat ketempat lain, maka waktu dimana kadar Ozon paling tinggi secara
umum ditentukan dalam pemantauan. Mencatat jumlah perjam per hari, perminggu, per musim atau
per tahun selama kadar tertentu dilampaui juga merupakan cara yang berguna untuk melaporkan sejauh
mana Ozon menjadi masalah. Kadar ozon alami yang berubah-ubah sesuai dengan musim pertahunnya
berkisar antara g/m3 (0,0050,05 ppm). Diwilayah pedesaan kadar ozon dapat10100 menjadi tinggi
karena adanya kiriman jarak jauh O3 dari udara yang berasal dari perkotaan. Didaerah perkotaan yang
besar, tingkat ozon atau g/ m3total oksidan maksimum 1 jam dapat berkisar dari 300800 (0,15-0,40
ppm) atau lebih.
530% hasil pemantauan di beberapa kota besar didapatkan kadar oksida g/m3 (0,1 ppm).
Peroksiasetilnitratmaksimum 1jam yang melampaui 200 umumnya terbentuk secara serentak bersama
dengan ozon. Pengukuran kadar PAN di udara ambien yang telah dilakukan relatif sedikit, tetapi dari hasil
pengukuran Pb dapat diamati perbandingan antara PAN dengan ozon antara 1:50 dan 1:100, dan variasi
kadar kadang-kadang mengikuti ozon.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses pernafasan
normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata. Beberapa gejala yang dapat
diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm tidak
ditemukan pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan.
Kontak dengan Ozon pada kadar 1,03,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat
mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon
dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema pulmonari.
Pada kadar di udara ambien yang normal, peroksiasetilnitrat (PAN) dan Peroksiabenzoilnitrat (PbzN)
mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan. Peroksibenzoilnitrat (PbzN)
lebih cepat menyebabkan iritasi mata.
5. HIDROKARBON
A. SIFAT / KARASTERISTIK
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik HC dipengaruhi oleh
jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan pencemar udara yang dapat
berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung
berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1-4 atom karbon akan berbentuk gas
pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan. HC yang
berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC
akan membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat
dan akhirnya menggumpal menjadi debu.
Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu hidrokarban
alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung
cincin atom karbon dan semua atom karbon tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Sebagai bahan pencemar udara, Hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang diemisikan ke udara
dan kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon. HC merupakan polutan primer karena dilepas ke
udara ambien secara langsung, sedangkan oksidan fotokima merupakan polutan sekunder yang
dihasilkan di atmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang melibatkan polutan primer. Kegiatan industri yang
berpotensi menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah industri plastik, resin, pigmen, zat warna,
pestisida dan pemrosesan karet. Diperkirakan emisi industri sebesar 10 % berupa HC. Sumber HC dapat
pula berasal dari sarana transportasi. Kondisi mesin yang kurang baik akan menghasilkan HC. Pada
umumnya pada pagi hari kadar HC di udara tinggi, namun pada siang hari menurun. Sore hari kadar HC
akan meningkat dan kemudian menurun lagi pada malam hari. Adanya hidrokarbon di udara terutama
metana, dapat berasal dari sumber-sumber alami terutama proses biologi aktivitas geothermal seperti
explorasi dan pemanfaatan gas alam dan minyak bumi dan sebagainya Jumlah yang cukup besar juga
berasal dari proses dekomposisi bahan organik pada permukaan tanah, Demikian juga pembuangan
sampah, kebakaran hutan dan kegiatan manusia lainnya mempunyai peranan yang cukup besar dalam
memproduksi gas hidrakarbon di atmosfir.
C. DAMPAK KESEHATAN
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang
disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan padat
lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya
sel-sel kanker.
Pengaruh hidrokarbon aromatic pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah ini. Jenis
Hidrokarbon Konsentrasi ( ppm ) Dampak Kesehatan Benzene ( C6H6 ) 100 Iritasi membran mukosa
3.000 Lemas setelah - 1 Jam
7.500 Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam
20.000 Kematian setelah pemaparan 5 10 menit
Toluena ( C7H8 ) 200 Pusing lemah dan berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam 600 Kehilangan
koordinasi bola mata terbalik setelah pemaparan 8 jam
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi secara berkala dan KIR kendaraan.
c) Memasang filter pada knalpot.
D.1.2 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Memodifikasi pada proses pembakaran.
D.1.3 Manusia
Apabila kadar oksidan dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (235 g/Nm3 dengan waktu
pengukuran 1jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
2. PENANGGULANGAN
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Mengatur pertukaran udara didalam ruang, seperti menggunakan exhaust-fan.
c) Bila jatuh korban keracunan maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
6. KHLORIN
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Senyawa khlorine yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau mengkonversi zat inert atau zat
kurang aktif dalam air, yang termasuk senyawa khlorin adalah asam hipokhlorit (HOCL) dan garam
hipokhlorit (OCL).
Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47
kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai
gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.
B. SUMER DAN DISTRIBUSI
Khlorin merupakan bahan kimia penting dalam industri yang digunakan untuk khlorinasi pada proses
produksi yang menghasilkan produk organik sintetik, seperti plastik (khususnya polivinil khlorida),
insektisida (DDT, Lindan, dan aldrin) dan herbisida (2,4 dikhloropenoksi asetat) selain itu [juga digunakan
sebagai pemutih (bleaching agent) dalam pemrosesan sellulosa, industri kertas, pabrik pencucian
(tekstill) dan desinfektan untuk air minum dan kolam renang.
Terbentuknya gas khlorin di udara ambien merupakan efek samping dari proses pemutihan (bleaching)
dan produksi zat/ senyawa organik yang mengandung khlor. Karena banyaknya penggunaan senyawa
khlor di lapangan atau dalam industry dalam dosis berlebihan seringkali terjadi pelepasan gas khlorin
akibat penggunaan yang kurang efektif. Hal ini dapat menyebabkan terdapatnya gas pencemar khlorin
dalam kadar tinggi di udara ambien.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan.
Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat
membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan.
diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan oksigen seperti terlihat
dalam reaksi dibawah ini :
HCL + HOCLCL2 + H2O ---------
6 HCl + 2HclO3 + O38 HOCl ---------
Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi
menjadi asam khlorida dan oksigen. Selain itu gas khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar
antara 3,0 6,0 ppm gas khlorin terasa pedas dan memerahkan mata. Dan bila terpapar dengan kadar
sebesar 14,0 21,0 ppm selama 30 60 menit dapat menyebabkan penyakit paru-paru ( pulmonari
oedema ) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang paru-paru.
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1. Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Memodifikasi pada proses pembakaran.
D.1.2. Manusia
Apabila kadar khlorin dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (150 g/Nm3 dengan waktu
pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
2. PENANGGULANGAN
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Mengatur pertukaran udara di dalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
c) Bila terjadi korban keracunan chlorin maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
7. PARTIKEL DEBU
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit
dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil,
mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di
udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang di udara dan masuk kedalam tubuh
manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel
debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di
udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan
berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya. Karena
Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan
pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah
digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti : Suspended Particulate
Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada
tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic
particulate yang terutama mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah pangkal
tenggorokan (larynx ). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10 (partikulat debu dengan ukuran
diameter aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan
sampel.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau
berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang
mengandung senyawa karbon akan murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya
penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik. Partikulat debu melayang (SPM) juga
dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari
butir-butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada
umunya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam
pada total emisi partikulat debu. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial
bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan
dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh
emisi kendaraan bermotor.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan
dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung
pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh
melalui rute lain.
Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada
ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat tergantung
kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1
mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan
partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini
bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat
yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan
ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara
juga.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada
mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun
yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada
umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari
seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan
dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang
terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis
sama yang besaral dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada
partikulat patut mendapat perhatian .
D. PENGENDALIAN
D.1. PENCEGAHAN
a) Dengan melengkapi alat penangkap debu ( Electro Precipitator ).
b) Dengan melengkapi water sprayer pada cerobong.
c) Pembersihan ruangan dengan sistim basah.
d) Pemeliharaan dan perbaikan alat penangkap debu.
e) Menggunakan masker.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Memperbaiki alat yang rusak
8. TIMAH HITAM
A. SIFAT FISIK DAN KIMIA
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan C dan titik didihatau abu-abu
keperakan dengan titik leleh pada 327,5 C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-
tetraetil1.740 dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat
aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. PB-tetraetil dan
Pb tetrametil berbentuk C. Karena dayaC dan 200larutan dengan titik didih masing masing 110
penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur
lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-
tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan
senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau oksidator.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor merupakan bagian
terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer berdasarkan estimasi skitar 8090% Pb di udara ambien
berasal dari pembakaran bensin tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena tergantung
pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk mereduksi kandungan pb pada bensin.
Penambangan dan peleburan batuan Pb di beberapa wilayah sering menimbulkan masalah pencemaran
Tingkat kontaminasi Pb di udara dan air sekitar wilayah tersebut tergantung pada jumlah Pb yang
diemisikan tinggi cerobong pembakaran limbah tpopgrafi dan kondisi lokal lainnya. Peleburan Pb
sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, dan insinerator
juga dapat menambah emisi Pb ke lingkungan. Karena batubara seperti juga mineral lainnya (batuan dan
sedimen) pada umumnya mengandung Pb kadar rendah, maka kegiatan berbagai industri yang terutama
menghasilkan besi dan baja peleburan tembaga dan pembakaran batubara, harus dipandang sebagai
sumber yang dapat menambah emisi Pb ke udara. Penggunaan pipa air yang mengandung Pb dirumah
tangga terutama pada daerah yang kesadahan airnya rendah (lunak) dapat menjadi sumber pemajanan
Pb pada manusia. Demikian juga didaerah dengan banyak rumah tua yang masih menggunakan cat yang
mengandung Pb dapat menjadi sumber pemajanan Pb.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Pemajanan Pb dari industri telah banyak tercatat tetapi kemaknaan pemajanan di masyarakatvluas masih
kontroversi, Kadar Pb di alam sangat bervariasi tetapi kandungan dalam tubuh manusia berkisar antara
100400 mg.
Sumber masukan Pb adalah makanan terutama bagi mereka yang tidak bekerja atau kontak dengan Pb
Diperkirakan rata rata masukkan Pb melalui g perhari.makanan adalah 300 ug per hari dengan kisaran
antara 100500 g dengan kisaran antaraRata-rata masukkan melalui air minum adalah 20 g. Hanya
sebagian asupan (intake) yang diabsorpsi melalui10100 pencernaan. Pada manusia dewasa absorpsi
untuk jangka panjang berkisar antara 510% bila asupan tidak berlebihan kandungan Pb dalam tinja
dapat untuk memperkirakan asupan harian karena 90% Pb dikeluarkan dengan cara ini. Kontribusi Pb di
udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan. Distribusi ukuran partikel dan kelarutan pb
dalam partikel g/m3juga harus dipertimbangkan biasanya kadar pb di udara sekitar 2 dan dengan
asumsi 30% mengendap disaluran pernapasan dan absorpsi g/per hari. Mungkin perhitungan ini bisa
dianggap terlalusekitar 14 besar dan partikel Pb yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor ternyata
bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil dari yang diperkirakan m) jumlah yang tertahan
diwalaupun agregat ini sangat kecil (0,1 alveoli mungkin kurang dari 10%. Uji kelarutan menunjukkan
bahwa Pb berada dalam bentuk yang sukar larut. Hampir semua organ tubuh mengandung Pb dan kira-
kira 90% dijumpai di tulang, kandungan dalam darah kurang dari 1% kandungan dalam darah
dipengaruhi oleh asupan yang baru (dalam 24 Jam terakhir) dan Oleh pelepan dari sistem rangka. g
Pb/100 g darahManusia dengan pemajanan rendah mengandung 1030 Manusia yang mendapat
pemajanan kadar tinggi mengandung lebih dari 100 g Pb/100g dianggapg/100 g darah kandungan
dalam darah sekitar 40 terpajan berat atau mengabsorpsi Pb cukup tinggi walau tidak terdeteksi tanda-
tanda keluhan keracunan. Terdapat perbedaan tingkat kadar Pb di perkantoran dan pedesaan wanita
cenderung mengandung Pb lebih rendah disbanding pria, dan pada perokok lebih tinggi dibandingkan
bukan perokok.
Gejala klinis keracunan timah hitam pada individu dewasa tidak akan g Pb/100 gtimbul pada kadar Pb
yang terkandung dalam darah dibawah 80 darah namun hambatan aktivitas enzim untuk sintesa
haemoglobin sudah g). Timah Hitam berakumulasi diterjadi pada kandungan Pb normal (3040 rambut
sehingga dapat dipakai sebagai indikator untuk memperkirakan tingkat pemajanan atau kandungan Pb
dalam tubuh Anak-anak merupakan kelompok risika tinggi Menelan langsung bekas cat yang
mengandung Pb merupakan sumber pemajanan, selain emisi industri dan debu jalan yang berasal dari
lalu lintas yang padat Mungkin keracunan Pb ada juga hubungannya dengan keterbelakangan mental
tetapi belum ada bukti yang jelas. Senyawa Pb organik bersifat neurotoksik dan tidak menyebabkan
anemia Hampir semua Pbtetraetil diubah menjadi Pb Organik dalam proses pembakaran bahan bakar
bermotor dan dilepaskan ke udara. Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu
waspada terhadap pemajanan jangka panjang Timah Hitam dalam tulang tidak beracun tetapi pada
kondisi tertentu bisa dilepaskan karena infeksi atau proses biokimia dan memberikan gejala keluhan
garam Pb tidak bersifat karsiogenik terhadap manusia.
Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang
menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan akut
didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut.
Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala, anemia,
kelumpuhan anggota badan, Kejang dan gangguan penglihatan.
D. PENGENDALIAN
D.1 PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Memodfikasi pada proses pembakaran.
D.1.2 Manusia
Apabila kadar timah hitam dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (2 ug/Nm3 dengan waktu
pengukuran 24 jam)
maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri seperti masker.
b) Mengurangi aktifitas diluar rumah.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Memperbaiki alat yang rusak
b) Bila terjadi keracunan maka lakukan :
Pemberian pengobatan.
Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
PEMBERIAN SURFAKTAN
ABSTRAK
Respiratory Distress Syndrome ( RDS ) didapatkan sekitar 5 -10% pada bayi kurang
bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001). Angka
kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan. Surfaktan adalah suatu
senyawa bahan kimia yang mempunyai sifat permukaan aktif. Surfaktan dapat diberikan
sebagai profilaksis dan terapi. Sebagai profilaksis diberikan pada bayi prematur kurang
dari 30 minggu dengan berat badan kurang dari 1250 gram yang diberikan segera
setelah lahir. Sebagai terapi diberikan untuk bayi dengan defisiensi surfaktan, salah
satunya pada bayi dengan Respiratory Distress Syndrome ( RDS )
PENDAHULUAN
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD),
merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada
bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.1,2,3Manifestasi dari RDS disebabkan
adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan
bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.
Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi premature adalah
Respiratory Distress Syndrome ( RDS ). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang
bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001). Angka
kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak
digunakan surfaktan eksogen ( Malloy & Freeman 2000). Saat ini RDS didapatkan
kurang dari 6% dari seluruh neonatus. 4,5 Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertamakali
oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai factor penyebab terjadinya RDS. Penemuan
surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang kedokteran, karena
pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan mengurangi
konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil dari uji coba klinik penggunaan surfaktan
buatan (Willkinson,1985), surfaktan dari cairan amnion manusia ( Merrit,1986), dan
surfaktan dari sejenis lembu/bovine (Enhoring,1985) dapat dipertanggungjawabkan dan
dimungkinkan. Surfaktan dapat diberikan sebagai pencegahan RDS maupun sebagai
terapi penyakit pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya defisiensi atau
kerusakan surfaktan.3,4
BAYI PREMATUR
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dalam usia gestasi kurang dari 37 minggu. ,
Secara fisiologis, kondisi bayi prematur adalah sebagian masih sebagai janin dan
sebagai bayi baru lahir. 9Bayi pematur yang dilahirkan dalam usia gestasi <37 minggu
mempunyai resiko tinggi terhadap pernyakit-penyakit yang berhubungan dengan
prematuritas, antara lain sindroma gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran
hialin), aspirasi pneumonia karena refleksi menelan dan batuk belum sempurna,
perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat kaitannya
dengan gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang),
hipotermia.7-9
adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya
atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membrane
pada saat otopsi.Sedangkan menurut Murray et.al (1988) disebut RDS bila ditemukan
adanya kerusakan paru secara langsung dan tidak langsung, kerusakan paru ringan
sampai sedang atau kerusakan yang berat dan adanya disfungsi organ non
pulmonar.Definisi menurut Bernard et.al (1994) bila onset akut, ada infiltrat bilateral
pada foto thorak, tekanan arteri pulmonal = 18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik
adanya hipertensi atrium kiri, adanya kerusakan paru akut dengan PaO2 : FiO2 kurang
atau sama dengan 300, adanya sindrom gawat napas akut yang ditandai PaO2 : FiO2
kurang atau sama dengan 200, menyokong suatu RDS .21
Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria. Respiratory Distress Syndrome (RDS)
disebut juga Hyaline Membran Disease (HMD) didapatkan pada 10% bayi prematur,
yang disebabkan defisiensi surfaktan pada bayi yang lahir dengan masa gestasi
kurang. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk
menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang
paru kurang dan bayi akan mengalami sesak napas. Gejala tersebut biasanya tampak
segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat. 1,2,24
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel
dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan.Gejala klinis yang timbul yaitu : adanya sesak napas
pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit),
pernapasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala
menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut
kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
Stadium 1. Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara,
Stadium 2. Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi
bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru. Stadium 3. Kumpulan alveoli yang
kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan
jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas. Stadium 4. Seluruh thorax
sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat 1,2,21,24,44
3.3. Komplikasi
Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :24
1. Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan
RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau
adanya asidosis yang menetap.
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena
tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat2 respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler
terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan
ventilasi mekanik.
4 PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi
dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya. Komplikasi
jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas oksigen, tekanan yang tinggi dalam
paru, memberatnya penyakit dan kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ
lain.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang
disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD
berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu
menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A.
Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi.
2. Retinopathy prematur
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan
masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
SURFAKTAN
Suatu bahan senyawa kimia yang memiliki sifat permukaan aktif. Surfaktan pada paru
manusia merupakan senyawa lipoprotein dengan komposisi yang kompleks dengan
variasi berbeda sedikit diantara spesies mamalia. Senyawa ini terdiri dari fosfolipid
(hampir 90% bagian), berupa Dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC) yang juga disebut
lesitin, dan protein surfaktan sebagai SPA, SPB, SPC dan SPD (10% bagian). DPPC
murni tidak dapat bekerja dengan baik sebagai surfaktan pada suhu normal badan
37C, diperlukan fosfolipid lain (mis. fosfatidilgliserol) dan juga memerlukan protein
surfaktan untuk mencapai air liquid-interface dan untuk penyebarannya keseluruh
permukaan.3,12,30
Surfaktan dibuat oleh sel alveolus tipe II yang mulai tumbuh pada gestasi 22-24 minggu
dan mulai mengeluarkan keaktifan pada gestasi 24-26 minggu,yang mulai berfungsi
pada masa gestasi 32-36 minggu. Produksi surfaktan pada janin dikontrol oleh kortisol
melalui reseptor kortisol yang terdapat pada sel alveolus type
II. Produksi surfaktan dapat dipercepat lebih dini dengan meningkatnya pengeluaran
kortisol janin yang disebabkan oleh stres, atau oleh pengobatan deksamethason yang
diberikan pada ibu yang diduga akan melahirkan bayi dengan defisiensi surfaktan.
Karena paru-paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid
dalam cairan amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok ukur
kematangan paru, dengan cara menghitung rasio lesitin/sfingomielin dari cairan
amnion. Sfingomielin adalah fosfolipid yang berasal dari jaringan tubuh lainnya kecuali
paru-paru. Jumlah lesitin meningkat dengan bertambahnya gestasi, sedangkan
sfingomielin jumlahnya menetap. Rasio L/S
biasanya 1:1 pada gestasi 31-32 minggu, dan menjadi 2:1 pada gestasi 35 minggu.
Rasio L/S 2:1 atau lebih dianggap fungsi paru telah matang sempurna, rasio 1,5-1,9
sejumlah 50% akan menjadi RDS, dan rasio kurang dari 1,5 sejumlah 73% akan
menjadi RDS. Bila radius alveolus mengecil, surfaktan yang memiliki sifat permukaan
alveolus, dengan demikian mencegah kolapsnya alveolus pada waktu ekspirasi.
Kurangnya surfaktan adalah penyebab terjadinya atelektasis secara progresif dan
menyebabkan meningkatnya distres pernafasan pada 24-48 jam pasca lahir. 3,30,31
PENUTUP
Respiratory Distress Syndrome (penyakit membran hialin) merupakan penyebab
terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur. Hal ini disebabkan
adanya defisiensi surfaktan yang menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan
berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang
menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak napas.
Pemberian surfaktan merupakan salah satu terapi rutin yang diberikan pada bayi
prematur dengan RDS. Berdasarkan penelitian,surfaktan merupakan terapi yang
penting dalam menurunkan angka kematian dan angka kesakitan bayi prematur.
Disebut terapi profilaksis bila surfaktan diberikan pada waktu pertolongan pertama pada
bayi prematur yang baru lahir melalui endotrakheal tube. Sampai saat ini masih ada
perbedaan pendapat tentang waktu pemberian surfaktan, apakah segera setelah lahir
(pada bayi prematur) atau setelah ada gejala Respiratory Distress Syndrome. Alasan
yang dikemukakan sehubungan dengan pemberian profilaksis berhubungan dengan
epithel paru pada bayi prematur akan mengalami kerusakan dalam beberapa menit
setelah pemberian ventilasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Honrubia.D; Stark.AR. Respiratory Distress Syndrome. Dalam : Cloherthy J,
Eichenwald EC, Stark AR,Eds. Manual of Neonatal Care,edisi 5. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins,2004:341-61.
2. Rennie JM, Roberton NRC. Respiratory Distress Syndrome. Dalam A Manual of
Neonatal Intensive Care, Edisi 4.London ; Arnold, 2002:128-78.
3. Pusponegoro TS. Penggunaan Surfaktan pada Sindrom Gawat Nafas Neonatal.
Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak no 27, Nopember 1997; 89-96
4. Jobe.A. Pulmonary Surfactant Therapy. N Engl J Med 1993;328:861-68
5. Gomella TL, Cunningham.MD, Eyal.FG, Eds. Hyaline Membran Disease
(Respiratory Distress Syndrome) .Dalam Neonatology-Management, Procedures,
On-Call Problems, Diseases, and Drugs; Edisi 5. McGraw-Hill.Co,2004;539-43.
6. Indarso F. Kegawatan nafas pada bayi baru lahir, respiratory distress syndrome
resusitasi awal dan lanjut: Dalam Forum Komunikasi Ilmiah ( FKI ) Lab/SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK.Unair/RSUD Dr. Soetomo , 17 Pebruari 1999,1-6
7. Damanik MS, Indarso F, Harianto A, Etika.R Masalah Perawatan Pada Bayi
Prematur. Pelatihan Perawatan Neonatologi, 8 Maret 8 Mei 2004, 1-12.
8. Anonimous. Premature infant. dari : www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article
2002. Updated nopember 16,2002.
9. Graham.P. Premature infant. dari: www.merck manual.com. Updated december
22,2002.
10.Goldenberg RL, Hauth JC, Andrews WW. Intrauterine Infection and preterm
delivery. N Engl J Med 2000,342:1500-07.
11.Peltier.RM. Immunology of term and preterm labor. In: Reproductive Biology and
Endocrinology 2003
12.Poynter.S, Marie Ann. Surfactan biology and clinical application. Crit Care Clin,
2003;19:459-73.
13.Dawn LD, Neil NF. Recent advances in the management of lung disease of
prematurity. Fetal and Maternal Review 2001,12;4:229-48
14.Kotecha.S. Lung growth: implications for the newborn infant. Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed. 2000;82:69-74
15. Burri. PH. Structural aspects of prenatal and postnatal development and growth
of the lung. In: Lung Growth and Development. Edited by McDonald JA. New
York: Marcell Dekker Inc,1997:1-35.
16.Jobe AH, Ikegami M. Antenatal infection/inflammation and postnatal lung
maturation and injury. Repir Res 2001,2:27-32
17.Haworth.S, Hislop.A. Lung development-the effect of chronic hypoxia. Seminars
in Neonatology, 2003;1-8.
18.Cosmi.EV. Fetal lung maturity tests. In: Prenat Neonat Med 2001;21-30.
19.Scarpelli.M. Fetal lung maturity tests assess the capacity to form surfactant foam
films at birth. Prenat Neonat Med 2001;15-20.
20.Anceschi MM, Breart G. Guidelines on fetal lung maturity tests. Prenat Neonat
Med 2001;6:75-7.
21.Ware.L, Matthay.M. The acute respiratory distress syndrome. Dari : http;//www.N
Engl J Med org. pada tgl 2 april 2005.
22.Colin M, Peter D. Surfactant treatment for premature lung disorders: A review of
best practices in 2002. Paed Respiratory Review 2004,299-304.
23.Michael SD, Maureen CR. Aproaches to the initial respiratory management of
preterm neonates. Paediatric Respiratory Review 2003, 2-8.
24.Pramanik.A.MD.Respiratory Distress Syndrome.dari
:http://www.emedicine.com/topic 1993 htm updated july 2,2002.
25.Wright Jo. Pulmonary surfactant: a front line of lung host defense.dari
:http://www.pediatrics.com/ updated juny 4, 2003.
26.Cedric.H. Lung Epithellium - specific proteins characteristics and potential
applications as markers. Am J Respir Crit Care Med,1999;159:646-78.
27.Mason.R. Pulmonarry Cell Biology. Am. J. Respir Crit Care Med,1998;157:72-81.
28.Goldenring.J. Respiratory Distress Syndrome. dari
:www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article. Updated july 15, 2004.
29.Ainsworth.SB, McCormack.K. Exogenaus surfactant and neonatal lung disease :
An update on the curent situation. Journal of neonatal nursing, 2004;10;1:6-11.
30.Morley.C, Davis.P. Surfactant treatment for premature lung disorders: A review of
best practices in 2002. In Paediatric Respiratory Reviews, 2004;299-304
31.Worthman.L. Surfactan Protein A (SP-A) affects Pulmonary Surfactant
Morphology and Biophysical Properties. Department of Biochemistry Memorial
University of Newfoundland, St. Johns, Newfoundland,1997;1-130.
32.Finer.N. Surfactant use for neonatal lung injury: beyond respiratory distress
syndrome. Paediatric Respiratory Reviews 2004;289-97.
33.Morley.CJ. Systematic review of prophylactic vs rescue surfactant.
Arch.Dis.Child. Fetal Neonatal Ed. 1997;77;70-74.
34.The Texas Neonatal Research Group. Early surfactant for neonates with mild to
moderate respiratory distress syndrome: a multicenter, randomized trial. J
Pediatr 2004; 144: 804-8.
35.Malloy, JL, Veldhuizen RA, McCormack FX, Korfhagen TR, Whitsett JA, and
Lewis JF. Pulmonary surfactant and inflammation in septic adult mice: role of
surfactant protein A. J Appl Physiol 2002;92:809-16.
36.Hudak ML, Farrell EE, Rosenberg AA, A multicenter randomized, masked
comparison trial of natural versus synthetic surfactant for the treatment of
respiratory distress syndrome. J Pediatr 1996;128:396-406
37.Lawson. PR, Reid. K.B.. The roles of surfactant proteins A and D in innate
immunity. Immunol. Rev. 2000;173:66-78
38.Griese. M. Pulmonary surfactant in health and human lung diseases: state of the
art. Eur. Respir. J. 1999;13:1455-76.
39.Madsen. J. Localization of lung surfactant protein D on mucosal surfaces in
human tissue. J. Immunol. 2000; 164: 5866-70.
40.Wright, JR. Immunomodulatory functions of surfactant. Physiol. Rev. 1997;
77:931-62.
41.Saugstad.OD, Bevilacqua.G, Katona.M. Surfactant therapy in the newborn.
Prenat Neonat Med 2001, 6:56-8.
42.Crouch E, Wright JR. Surfactan proteins A and D and pulmonary host defense.
Annu Rev Physiol 2001;63:521-54.
43.Gunther A, Ruppert C, Schmidt R. Surfactant alteration and replacement in acute
respiratory distress syndrome. Respir Res 2001;2:353-64.
44.Bermanshah E. Pencitraan pada kegawatan neonatus. Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan II (Continuing Medical Education) IDAI JAYA 2005;59-74.