Anda di halaman 1dari 4

Dini Anindita Dalila

1508020106 / B
Tugas UU Etik

Uraikan dan jelaskan serta beri contoh penerapan kode etik apoteker yang berkaitan dengan:
a. Kewajiban terhadap penderita
b. Teman sejawat apoteker
c. Kewajiban terhadap tenaga kesehatan lain dalam praktek kefarmasian
Jawaban
a. Menurut Kode Etik Apoteker dan Pedoman Pelaksanaan tahun 2011 pada Pasal 9
menjelaskan tentang kewajiban apoteker terhadap pasien, dimana berbunyi seseorang
apoteker dalam melakukan praktek kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat, menghormati hak asasi pasien dan melindungi makhuk hidup insani.
Sehingga dapat disimpulkan kewajiban apoteker menerangkan peran apoteker dalam
mengutamakan patient safety untuk mencegah medication error. Apoteker harus selalu
menjalankan profesi sesuai standar kompetensi apoteker yang telah ditetapkan dan
dilandasi prinsip kemanusiaan. Secara etis epistemologis, apoteker harus menyadari
bahwa dia tidak hanya bekerja untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk masyarakat.
Dalam kode etik perihal kewajiban terhadap pasien bahwa apoteker harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan
melindungi makhluk hidup insani. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagai apoteker
sebaiknya tidak hanya berfokus untuk kepentingan pribadi namun lebih luas kepada
kepentingan pasien untuk mencegah medication error, menjaga keselamatan hidup
pasien (patient safety) dan lebih lanjut meningkatkan QoL (quality of life dari pasien).
Hal ini dapat dilakukan dengan terus meningkatkan kompetensi. Pemerintah pun telah
menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek. Adanya standar ini mengenai standar apa saja yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan kompetensinya.
Apoteker juga berperan sebagai sumber informasi. Sesuai kode etik apoteker
Indonesia pasal 7 : Menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. Apoteker
sebagai sumber informasi terkait dengan obat, baik kepada penderita atau teman kerja
(asisten apoteker). Bila sumber informasi tidak ditemukan dalam apotek, maka
pasien/asisten apoteker akan menemukan kesulitan kepada siapa akan menanyakan
berbagai hal terkait obat. Terlebih lagi saat ini masyarakat telah menyadari pentingnya
kesehatan sehingga masyarakat lebih kritis terhadap kesehatannya, sehingga informasi
obat sangat penting untuk disampaikan kepada pasien.
Apoteker juga perlu mereview peraturan pemerintah tentang kewajiban adanya
apoteker di apotek selama apotek buka. Jika apotek buka selama 13 jam dari jam 8
pagi sampai jam 9 malam, maka minimal dalam 1 apotek diperlukan 2 apoteker.
Ketika seorang apoteker tidak dapat memenuhi kewajibannya di suatu tempat kerja,
misalnya di apotek, dia dapat mengangkat apoteker pendamping dan/atau apoteker
pengganti maka syarat bahwa ada apoteker di apotek menjadi terpenuhi. Adanya
peraturan ini, secara jelas menjelaskan bahwa keberadaan apoteker di apotek adalah
mutlak. Bila dikaitkan dengan kode etik apoteker Indonesia pasal 5 : Di dalam
menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari
keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian. Bila apoteker tidak hadir di apotek, bisa dikatakan dia melanggar kode
etik yaitu mencari keuntungan diri semata dengan mendapat gaji buta. Hal ini sangat
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.Sebagai
profesional yang memiliki kode etik keprofesian yang berperan sebagai ujung tombak
dalam rantai pelayanan kesehatan khususnya obat dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien, maka sudah seharusnya apoteker berada di apotek untuk
melakukan pelayanan kefarmasian.
b. Menurut Kode Etik Apoteker dan Pedoman Pelaksanaan tahun 2011 pada Pasal 10
menjelaskan tentang kewajiban apoteker terhadap teman sejawat, dimana berbunyi
seseorang apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
Pasal 11 menjelaskan tentang sesama apoteker harus selalu saling mengingatkan dan
saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik
Pasal 12 menjelaskan tentang seseorang apoteker harus mempergunakan setiap
kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama apoteker didalam
memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling
mempercayai didalam menunaikan tugasnya.
Sehingga dapat disimpulkan kewajiban apotekernya adalah harus selalu menganggap
sejawatnya sebagai saudara kandung yang selalu saling mengingatkan dan saling
menasehatkan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik, harus menjauhkan diri
dari setiap tindakan yang dapat merugikan teman sejawatnya, baik moril maupun
materiil, harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerja sama
yang baik dalam memelihara, keluhuran martabat jabatan, kefarmasian, mempertebal
rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

c. Menurut Kode Etik Apoteker dan Pedoman Pelaksanaan tahun 2011 pada Pasal 13
menjelaskan tentang Seseorang Apoteker harus mempergunakan kesempatan untuk
membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai
dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14 menjelaskan tentang seseorang apoteker hendaknya menjauhkan diri dari
tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan bekurangnya atau hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
Sehingga dapat disimpulkan kewajiban apotekernya adalah harus mempergunakan
setiap kesempatan untuk meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat yang berkecimpung di bidang kesehatan,
hendaknya menjauhkan diri dari tindakannya atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurang / hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat
petugas kesehatan, melihat kemampuan Apoteker yang sesuai dengan pedidikannya,
menunjukkan betapa pentingnya peranan Apoteker dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat, yaitu dengan memberikan suatu informasi yang jelas kepada pasien
(masyarakat). Contoh : Penggunaan obat aturan pakai, akibat yang ditimbulkan oleh
obat dan sebagainya. Karena mengingat sebagaian besar masyarakat tidak mengetahui
hal tersebut, sehingga pemberian informasi yang jelas dan tepat sangat dibutuhkan
demi keamanan dan keselamatan pemakai obat.
Sebetulnya informasi obat ini dapat diberikan oleh Dokter di ruang prakteknya, pada
saat Dokter menulis resep. Namun Dokter sering sibuk dengan banyaknya pasien yang
harus dilayani, sehingga pemberian informasi tentang penggunaan obat dan
sebagainya kepada pasien sangat mendesak. Disinilah peranan Apoteker lebih banyak
diharapkan untuk menjelaskan secara langsung tentang obat yang akan
dipakainya Jusuf Hanafiah. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
Kedokteran ECG. 2001. Sebagaimana penulis kemukakan di atas bahwa obat
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan tugas dan fungsi Apotek, di dalam
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125 Tentang Wajib Daftar Obat.
Disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Pasal 1 ayat (1) yang
dimaksud dengan obat adalah:
Suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau hewan, memperolok badan atau badan manusia.
Dari ketentuan tersebut di atas dapatlah kita gambarkan bahwa obat merupakan
sesuatu yang berhubungan dengan masalah kesehatan manusia. Sehingga pemahaman
masalah penggunaan atau pemakaian obat perlu mendapatkan perhatian serius, demi
kesehatan dan keamanan bagi setiap orang yang menggunakan. Kesalahan dalam
pemakaian obat akan dapat mengancam jiwa paling tidak dalam kadar yang rendah
akan menyebabkan cacatnya fisik dan mental.

Anda mungkin juga menyukai