Anda di halaman 1dari 113

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

AUDIT DELAY
(Studi Kasus pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia)

Oleh :
DEVI FRILDAWATI
NIM: 205082000214

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
AUDIT DELAY
(Studi Kasus pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi


Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Devi Frildawati
NIM: 205082000214

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
AUDIT DELAY
(Studi Kasus pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-
Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:
Devi Frildawati
NIM: 205082000214

Dibawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Rini, SE, Ak, M.Si


NIP. 131 474 891 NIP. 150 370 231

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
Hari ini Senin tanggal Dua puluh Sembilan bulan Juni tahun Dua ribu Sembilan
Telah dilakukan ujian Komprehensif atas nama Devi Frildawati NIM:
205082000214 dengan judul skripsi ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI AUDIT DELAY (Studi Kasus pada Perusahaan di
Bursa Efek Indonesia). Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Juni 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Rahmawati, SE., MM Hepi Prayudiawan, SE., AK., MM


Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni


Penguji Ahli
Hari ini Kamis tanggal Enam bulan Agustus tahun Dua ribu Sembilan Telah
dilakukan ujian Skripsi atas nama Devi Frildawati NIM: 205082000214 dengan
judul skripsi ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
AUDIT DELAY (Studi Kasus pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia).
Memperhatikan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini
sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 06 Agustus 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si Rini, SE, Ak, M.Si


Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni


Penguji Ahli
DEVI FRILDAWATI
Jl. Taruma Negara, Gg. Sedap Malam, Pisangan, Ciputat, Tangerang
Banten 15419
Telp: 021-95439854
E-mail: d_frildawati@yahoo.com

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Devi Frildawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tgl lahir : Kuningan, 17 April 1987
Kewarganegaraan : Indonesia
Tinggi, berat badan : 150 cm, 43 Kg
Agama : Islam
Alamat Tinggal : Jl. Taruma Negara, Gg. Sedap Malam, Pisangan, Ciputat,
Tangerang Banten 15419
Alamat Rumah : Jl. RE. Martadinata No.48, RT/RW 001/003, Blok
Babakan, Desa Kertawangunan, Kec. Sindang Agung,
Kab. Kuningan, Jawa Barat 45571
Telepon : 021-95439854/08568565454
Email : d_frildawati@yahoo.com
Orang Tua
Bapak : Jojo Sutarjo
Ibu : Titin Mulyati
Anak ke : 2 dari 5 Bersaudara
Nama Saudara : 1. Gina Fanduwinata
2. Wulan Purnamawati
3. Bayu Fajriaturrohman
4. Ade Aira Rahmanatullah
Pendidikan

Formal

1993-1999 : SD Negeri 1 Kertawangun, Kuningan

1999-2002 : SMP Negeri 4 Kuningan

2002-2005 : SMA Negeri 2 Kuningan

Non Formal

2002 : Kursus Komputer, di SMA Negeri 2 Kuningan

2009 : Kursus B. Inggris, di LECC Ciputat

Juni 2009 : Kursus Preparation TOEFL di LECC Ciputat

Pengalaman Organisasi

1. Pramuka SMP Negeri 4 Kuningan, sebagai Bendahara

2. Osis SMA Negeri 2 Kuningan sebagai Pengurus

3. SMANDARIKAL klub pecinta alam di SMA Negeri 2 Kuningan sebagai


Pengurus dan Anggota

4. SMANDA Seni di SMA Negeri 2 Kuningan sebagai Anggota Seni Rupa


Pengalaman Kerja
2007 : Magang dan Bekerja di BMT Cita Sejahtera,

Ciputat, Tangerang Banten.

Sebagai Teller.

2008 : Magang di KAP Ishak Saleh Soewondo Rekan,

Tebet, Jakarta Selatan.

Sebagai Auditor Junior.

2008-sekarang : Magang di Yayasan Cendekia Internasional Jakarta,

Ciputat, Tangerang Banten.

Sebagai staf Keuangan dan Accounting


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,
Syukur alhamdulillah atas asma-Mu ya Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang. Segala puji hanya untuk-Mu maha kuasa pemilik alam semesta
maha berkehendak atas segala kehidupan dimuka bumi ini. Solawat dan salam
semoga selalu tercurahkan untukmu junjunanku pembawa berkah rahmatan lil
alamin nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada keluarga tercinta di kuningan
terutama kepada bapak, semoga beliau dianugrahi kesehatan selalu senantiasa
menjadi pelindungku dan tetap kuat menjagaku, aku sangat mencintaimu. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berjasa hingga
terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih kepada:
1. Bapak dan Mama, kalian adalah kebangganku, semangat terbesar dalam
hidupku, tongkat terkuat dalam perjuanganku takan pernah aku melupakanmu,
kupanjatkan doa selalu untukmu bapak dan mama, air mata ini mengalir tak
terhenti menetes saat aku mengingat kalian jauh disana, semua ini aku
persembahkan untuk bapak dan mama, meskipun kalian tak ada disampingku
tapi dari sejak aku lahir sampai saat ini bapak dan mama salu ada dalam hati
menjadi belahan jiwaku. Semoga bapak cepat sembuh dan merayakan
kebahagiaan ini bersama-sama dan semoga mama tetap sabar dan meberiku
kasih sayang yang tiada pernah bisa kubalas. Bapak mama tanpa kalian aku
takan mampu melakukan semua ini. Tak ada kata yang mampu
mengungkapkan betapa besar dan tulusnya ucapan terimakasihku untuk
kalian.
2. Teh Gina, Wulan, Bayu dan Ade Aira. Kalian semua adalah warna warni
dalam hidupku dan inspirasiku, sungguh aku bersyukur bisa dilahirkan
diantara kalian dan dibesarkan bersama-sama oleh bapak dan mama.
ingatanku bersama kalian selalu menyemangatiku. Terimaksih banyak teh
telah setia menemaniku menjagaku dan membantuku selama kuliah. Wulan,
Bayu dan Aira kalian sangat lucu kalian selalu menjadi motivasi untuku,

i
membuat aku lebih semangat dan lebih maju, teteh doakan semoga kalian
lebih bahagia dan sukses dari teteh. Semoga kita sekeluarga selalu dilindungi
oleh Allah SWT.
3. Ibu Rini selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan,
perhatian, semangat dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Abdul Hamid selaku dosen pembimbing I dan dekan Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Amilin selaku Sekretaris jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial.
6. Seluruh Staf pengajar/dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
atas segala limpahan ilmu dan pengetahuan, atas pelayanan administrasi dan
penyediaan referensi. Terutama untuk pak Yani dosen SIA yang sangat
penulis kagumi, terimakasih atas kuliah yang sangat bermanfaat.
7. Untuk mbahku dikuningan aku sangat sayang padamu teriimakasih selalu
menyayangiku dan memberikan aku nasehat yang sangat bermanfaat.
8. Untuk sahabat-sahabatku yang sangat aku sayangi Nurbaedah, Mayasari,
Kurrotul Aini, Qokhita dan Marfuah kalian adalah sahabat-sahabat yang takan
pernah kulupakan yang selalu ada dan berbagi disaat susah ataupun senang.
Terimakasih atas segala bantuannya, semangatnya, kegilaanya, belajarnya,
shoppingnya, karokeannya, gosipnya, narsisnya, doanya dan tentunya
kenanganya yang takan pernah kulupakan. Untuk Ita cepet nyusul kita dunk
bikin skripsi. Semangat!!!!!!!tanpa kalian masa kuliahku gakan seru : )
9. Untuk Rendy Adhitya Yuniardi dan Iwan Juniyadi terimakasih atas waktu dan
kebaikan hati kalian. Kalian adalah orang-orang yang sangat luar biasa dan
aku kagumi, terimakasih banyak membantuku dalam belajar dan memberikan
aku semangat.
10. Untuk Seluruh keluarga besar Akuntansi A ekstensi angkatan 2005 is the best
pokoknya dan semua yang pernah menjadi bagian kelas ini, maaf ga disebutin
satu-per satu. kelas yang super duper nyenengin, pa lagi jalan-jalan

ii
kepuncaknya gakan pernah terlupakan deh. Temen belajar, seru-seruan dan
gila-gilaansemangat terus ya semuanya untuk lulus dari UIN.
11. Mba Julita dan mba-mba dikosan yang tercinta terimakasih banyak atas semua
bantuan referensi dan semangat skripsinya. Kalian sangat berjasa dalam
memulihkan semangatku yang sering menurun. hehe mba Jul tetep
semangat selesaikan ya skripsinya, terimakasih telah membagiku banyak
halselalu setia mendengarkan keluhanku dan mengajariku tentang agama.
12. Untuk Astari Budi Arfani, terimakasih ka Tari atas bantuanya dalam
penyusunan skripsi ini meskipun kita belum pernah bertemu tapi aku yakin
kakak wanit yang cantik dan baik hati terimakasi atas informasi data-data dan
semangatny, semoga kita bisa bertemu ya ka.:)
13. Untuk keluaga dan kerabatku ku yang di Jakarta dan di Kuningan terimakasih
banyak untuk ua, om, tante, teteh, aa, ade, aki, mimih, mang, bibi dan
semuanya atas bantuanya selama aku kuliah di Jakarta, terimakasih banyak.
14. Untuk semua temen-temenku di UIN kelas akuntansi, manajemen dan semua
jurusan yang ada di UIN terimakasih banyak.
15. Saudaraku (sama-sama kelahiran 17 april 1987, tapi kita ga kembar lho!!!)
Angga Kurniawan di UGM jogja terimakasih A kamu jadi Aa yang baik salu
memberikan De semangat. Sukses ya A!!!!
16. Untuk keluarga besar The scholars teteh, mas dan kakak-kakaku, ka haris, ka
Harun serta teman-temanku yang tergabung dalam tim Bajay saumi, oneng 2
alias syarah, Ira, Niken dan tentunya si bajuri alias si bocah
ahmad,hehetetep semangat y..:)
17. Sahabat-sahabat SMANDA ku, Ayu, Lia, Vidya, Lusi, Rena, Euis, Lani,
Andhika, Heru, Agri dan yang lainya pokoknya semua STYLEr n BREAK
OFFer kalian adalah inspirasiku untuk terus maju terimakasih untuk kenangan
yang tak terlupakan dan sangat bermanfaat.
18. Sahabat-sahabat ACS ku (Aku Cinta SMANDARIKAL) kenangan bersama
kalian tidakan pernah terlupakan Fauza S , Neni R , Dian, Yayat (Igem), Fajar
dan Popy akang teteh dan adik-adik ACS petualangan seru bersama kalian
solidaritas dan kasih sayang kalian takan terlupakan.

iii
19. Teman-teman dan Bapak/Ibu Ustad Madrasah Al-Amanah dan mushola di
kuningan terimakasih telah meberikan aku bekal agama islam yang sangat aku
butuhkan. Terimakasih banyak
20. Teman-teman Magang dan semua staf ISS dan Rekan terutama untuk bapak
Soewondo terimakasih banyak bapak.
21. Teman masa kecilku dan semua teman-temanku dimanapun kalian berada
terimakasih untuk segalanya.

Jakarta. Juni 2009


Penyusun,

iv
ABSTRACT

This Research purposed to anayize and measure firm specific factors that
influencing the audit delay, by using five independent variables there are: (1)
company size, (2) company age, (3) public accountant size, (4) structure of
ownership and (5) auditors opinion.
The data was used in this research is the secondary data gotten directly by
visiting the Indonesia Stock Exchange, there are the annual reports of financial
companies and manufacturer companies.
The result of this research showed that company size has significant
influence on audit delay, but company age, public accountant size, structure of
ownership and auditors opinion have not influence on audit delay.

Keywords: audit delay, company size, company age, public accountant size,
structure of ownership and auditors opinion.

v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengukur pengaruh
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, dengan menggunakan lima variabel
independen yaitu: (1) ukuran perusahaan (size), (2) umur perusahaan (age), (3)
ukuran kantor akuntan publik (KAP), (4) struktur kepemilikan perusahaan (SKP)
dan (5) opini audit.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh langsung dari Bursa Efek Indonesia, yaitu data laporan keuangan
perusahaan financial dan perusahaan manufaktur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan (size) dan ukuran
kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh terhadap audit delay, sedangkan umur
perusahaan (age), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit tidak
berpengaruh terhadap audit delay.

Kata kunci: audit delay, bahwa ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age),
ukuran kantor akuntan publik (KAP), struktur kepemilikan
perusahaan (SKP) dan opini audit.

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


ABSTRACT ................................................................................................ v
ABSTRAK.................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ................................................... 1
B. Perumusan Masalah.......................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat ......................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Atas Audit ............................................. 11
1. Pengertian Audit .......................................................... 11
2. Jenis Audit ................................................................... 15
3. Jenis Auditor ................................................................ 17
B. Audit Laporan Keuangan................................................. 21
1. Perlunya Audit Atas Laporan Keuangan ..................... 21
2. Tujuan Audit ................................................................ 24
3. Standar Audit ............................................................... 25
4. Proses Audit ................................................................. 27
5. Laporan Audit .............................................................. 32
C. Ketepatwaktuan Laporan Keuangan (Audit Delay)....... 35
1. Pengertian Ketepatwaktuan Laporan Keuangan
(Audit delay) ................................................................ 36
2. Pengukuran Audit Delay .............................................. 37
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay ............ 38

vii
E. Kerangka Berfikir ............................................................. 47
F. Penelitian Terdahulu dan Perumusan Hipotesis ............ 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 57
B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 57
C. Metode Pengumpulan Data .............................................. 58
D. Metode Analisis ................................................................. 58
1. Metode Analisis............................................................. 58
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 59
3. Uji Hipotesis.................................................................. 63
E. Operasional Variabel Penelitian ...................................... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 67


A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................ 67
B. Analisis Data ...................................................................... 69
1. Analisis Statistik Deskriptif .......................................... 69
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 72
3. Uji Hipotesis.................................................................. 77
BAB V PENUTUP ............................................................................... 90
A. Kesimpulan ........................................................................ 90
B. Implikasi............................................................................. 91
C. Saran................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 93


LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman


2.1 Nama KAP yang bermitra kerja dengan KAP Big Four .............. 43
2.2 Penelitia-Penelitian Terdahulu.......................................................... 54
3.1 Variabel Penelitian dan Pengukurannya ........................................... 66
4.1 Sampel Penelitian ............................................................................. 69
4.2 Analisis Statistik Deskriptif .............................................................. 69
4.3 Output Pengujian Multikolinearitas.................................................. 73
4.4 Output Pengujian Autokorelasi......................................................... 76
2
4.5 Uji Adjusted R ................................................................................. 77
4.6 Koefisien Regresi dan Uji t-statistik ................................................. 78
4.7 Uji F Statistik .................................................................................... 86

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman


2.1 Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen......... 48
4.1 Output Pengujian Normalitas Data .............................................. 72
4.2 Output Pengujian Heteroskedasitas.............................................. 75

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi perekonomian dan perkembangan dunia usaha di Indonesia

menyebabkan kebutuhan akan jasa akuntan publik semakin meningkat.

Keahlian para akuntan publik atau auditor yang profesional diharapkan

mampu mengatasi dampak global tersebut yang dapat menolong perusahaan

memperbaiki struktur lini usahanya demi peningkatan usaha. Jasa auditor

sangat bernilai karena pengetahuan teknis, kompetensi serta pengalaman

mereka dalam membantu perusahaan memperbaiki operasionalnya. Auditor

membuat dan membantu mengimplementasikan rekomendasi yang dapat

memperbaiki keuntungan dengan meningkatkan pendapatan atau mengurangi

biaya-biaya termasuk pengurangan kesalahan dan penipuan, dan dengan

memperbaiki kontrol operasional, yang disajikan dalam sebuah laporan

keuangan, yaitu laporan auditor independen.

Menurut Mulyadi (Mulyadi 2002) definisi dari Laporan audit adalah

sebagai berikut:

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam


berkomunikasi dengan masyarakat dilingkungannya. Dalam laporan audit
tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai laporan keuangan
auditan.

Dengan demikian melalui laporan audit tersebut auditor diharapkan

mampu memberikan informasi yang dapat memberikan bahan pertimbangan

bagi para pengguna laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan.


1
1
Hal ini sejalan dengan tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan

adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah

menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).

Informasi dalam laporan audit dapat bermanfaat bilamana disajikan

secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan dan

manfaat informasi yang ada dalam laporan akan makin berkurang seiring

dengan berjalannya waktu. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan merupakan

faktor penting bagi kemanfaatan laporan. Oleh karena itu, ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan sangatlah penting. Semakin cepat

disampaikan, informasi yang terkandung di dalamnya akan semakin

bermanfaat, dengan demikian para pengguna laporan keuangan akan dapat

mengambil keputusan, baik dari segi kualitas maupun waktu.

Keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan dapat

menyebabkan berkurangnya kualitas dari keputusan yang dibuat. Oleh karena

itu perlu diperhatikan lebih jauh, faktor faktor yang dapat menyebabkan

keterlambatan dalam penyelesaian penyajian laporan keuangan tersebut.

Keterlambatan dalam penyelesaian penyajian laporan keuangan dapat

memberikan indikasi yang positif maupun negatif mengenai informasi yang

terkandung dalam laporan keuangan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan

keterlambatan dalam penyelesaian penyajian laporan keuangan tersebut tidak

terbatas pada faktor finansial saja namun juga faktor non-finansial.

2
Beberapa peneliti terdahulu menyebutkan ketepetan waktu dalam

penyelesaian penyajian laporan keuangan auditor independen tersebut dengan

istilah audit delay. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang telah

dilakuakan untuk menguji hubungan ketepatan waktu (audit delay) dengan

faktor spesifik perusahaan, antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Sistya

Rachmawati (2008), dari hasil penelitiannya mengenai Pengaruh Faktor

Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness dapat

ditarik kesimpulan, sebagai berikut: 1) Faktor internal yang mempengaruhi

audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan

publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak

mempunyai pengaruh terhadap audit delay, 2) Faktor internal yang

mempunyai pengaruh terhadap timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas

sedangkan faktor eksternal seperti ukuran kantor akuntan publik sedangkan

profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh

terhadap timeliness, 3) Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti

profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan Kantor

Akuntan Publik (KAP) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang

signifikan baik terhadap audit delay maupun timeliness.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas (2006),

beberapa faktor yang mempengaruhi audit delay adalah: ukuran perusahaan

(size), umur perusahaan (age), profitabilitas (profitability), solvabilitas

(solvability), likuiditas (liquidity), dan itemitem luar biasa dan/atau

kontinjensi (extra) dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa variabel ukuran

3
perusahaan (size) dan umur perusahaan (age) mempengaruhi penyelesaian

penyajian laporan keuangan (audit delay). Sedangkan variabel profitabilitas

(profitability), solvabilitas (solvability), likuiditas (liquidity), dan itemitem

luar biasa dan/atau kontinjensi (extra) tidak memiliki pengaruh terhadap

penyelesaian penyajian laporan keuangan (audit delay).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik dan Maria 2005 mengenai

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan

keuangan yaitu: ukuran perusahaan (total asset), profitabilitas (profitability),

keberadaan divisi internal auditor, dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP).

Variabel asset signifikan mempengaruhi audit delay dan timelines sedangkan,

profitabilitas (profitability), keberadaan divisi internal auditor, dan ukuran

Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak signifikan mempengaruhi audit delay dan

timelines.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu belum diketahui secara

pasti faktor-faktor apasaja yang konsisten mmpengaruhi audit delay dan

mengingat akan pentingnya ketepatan waktu penyelesaian penyajian laporan

keuangan audit oleh auditor independen, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

Peneliti menggunakan beberapa variabel yang diprediksi dapat mempengaruhi

audit delay. Variabel-veriabel yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Ukuran perusahaan (Size), menurut Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana

dan Lucas (2006:4) ukuran perusahaan (size) dapat menunjukan seberapa

besar informasi yang terdapat didalamnya dan perusahaan besar cenderung

4
untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu dari pada

perusahaan yang lebih kecil. Selain itu ukuran perusahaan merupakan

variabel yang dianggap paling konsisten mempengaruhi audit delay, Hal

ini terlihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai

pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay, yang dijadikan sebagai

bahan rujukan dalam penelitian kali ini terbukti dalam empat penelitian

menunjukan bahwa ukuran perusahaan signifikan mempengaruhi audit

delay.

2. Umur perusahaan (age), Menurut Rachmaf Saleh dalam Luciana dan

Lucas (2006:8) perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk

lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan

informasi ketika diperlukan dibandin dengan perusahaan yang memiliki

umur lebih muda, karena perusahaan yang memiliki umur lebih tua telah

memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan

akan dapat disajikan lebih tepat waktu. Namun hanya beberapa penelitian

saja yang menggunakan variabel umur perusahaan sebagai salah salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi audit dalay. Berdasrkan beberapa

penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh umur perusahaan

terhadap audit delay, yang dijadikan sebagai bahan rujukan dalam

penelitian kali ini, penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas

menunjukan bahwa umur perusahaan sigifikan mempengaruhi audit delay.

5
3. Ukuran KAP (UK), Menurut Giling (1977) dalam penelitian yang

dilakukan oleh Luciana dan Lucas (2006:275) menunjukan bahwa kantor

akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai

the Big Four membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam

menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan

audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu

yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Namun

dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh ukuran

KAP terhadap audit delay, yang dijadikan sebagai bahan rujukan dalam

penelitian kali ini hanya satu penelitian yang membuktikan bahwa ukuran

KAP signifikan mempengaruhi audit delay, yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Sistya Rachmawati.

4. Struktur kepemilikan perusahaan (SKP), berdasrkan keterbatasan pada

penelitian terdahulu peneliti sebelumnya menyarankan untuk

menambahkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi audit delay,

salah satunya yaitu struktur kepemilikan perusahaan. Berdasarkan

beberapa penelitian mengenai struktur kepemilikan perusahaan dapat

disimpulkan bahwa struktur kepemilikan dapat mempengaruhi perfomansi

perilaku dan perusahaan, kaitannya dengan audit delay adalah perusahaan

yang melakukan pemisahan antara pemilik dan manager lalu akan

melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan

yang lebih jelek akan memperpanjang audit delay.

6
5. Opini audit (OA), dalam penelitian yang dilakukan oleh Whittred (1980)

membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh

perusahaan yang menerima pendapat qualified. Namun dari penelitian-

penelitian yang telah dilakukan mengenai audit delay yang dijadikan

sebagai bahan rujukan dalam penelitian kali ini hanya ada satu penelitian

yang menggunakan variabel opini audit dan hasilnya opini audit tidak

signifikan mempengaruhi audit delay.

Oleh karena itu penulis mencoba meneliti pengaruh dari variabel-

variabel tersebut terhadap audit delay dalam bentuk skripsi yang berjudul

"Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay" (Studi kasus

pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia), penelitian ini merujuk pada

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Titik dan Maria (2005) mengenai

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan

keuangan. Adapun kelebihan dari penelitian kali ini dibandingkan dengan

penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen. Variable independen pada penelitian kali ini salah

satunya menggunakan variabel yang sebelumnya belum pernah diteliti,

yaitu veriabel Struktur Kepemilikan Perusahaan (SKP). penggunaan

variabel ini disarankan dalam beberapa penelitian sebelumnya, salah

satunya dalam penelitian yang dilakukan oleh Astari Budi Arfani

mengenai Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

7
2. Sampel penelitian. Sampel penelitian pada penelitian kali ini lebih luas

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan sampel

perusahaan yang lebih banyak yaitu sampel perusahaan-perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang merupakan penggabungan

dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), sedangkan

sampel pada penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

3. Jenis perusahaan. Jenis perusahaan pada penelitian kali ini lebih bervariasi

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan sampel

jenis perusahaan financial dan manufaktur, sedangkan pada penelitian

sebelumnya hanya menggunakan sampel jenis perusahaan manufaktur

saja.

4. Periode penelitian. Peneliti menggunakan data tahun 2004 sampai dengan

tahun 2007 (4 tahun), sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan data

penelitian tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 (3 tahun).

8
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian

kali ini adalah: Apakah ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age),

ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit

(OA) mempengaruhi audit delay?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk menentukan: Pengaruh ukuran perusahaan (size), umur

perusahaan (age), ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan

(SKP) dan opini audit (OA) terhadap audit delay.

2. Manfaat Penelitian

a. Peneliti

Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi peneliti

khususnya, dalam menambah pengetahuan dan memberikan keyakinan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

b. Akademisi

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para

akademisi umumnya, yaitu semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan

referensi untuk menambah pengetahuan para akademisi mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

9
c. Auditor

Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi auditor,

sebagai bahan masukan dan pertimbamgan dalam memahami faktor-

faktor yang mempengaruhi audit delay.

d. Pembaca

Hasil penelitian ini semoga dapat digunakan sebagai bahan

referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Atas Audit

1. Pengertian Audit

a. Menurut Boynton (2003:5)

Report of the Committee on Basic Concepts of the American

Accounting Association (Accounting Review, vol.47) mendefinisikan

auditing sebagai berikut:

Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh serta


mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapikan sebelumnya serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

1) Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur

yang logis, terstruktur, dan terorganisir. ASB (Dewan Standar

Auditing) menerbitkan GAAS (Standar Auditing yang Berlaku

Umum) yang digunakan sebagai pedoman profesional berkaitan

dengan proses audit.

2) Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti

memeriksa daftar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksan

tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk atau

terhadap perorangan (atau entitas) yang membuat asersi tersebut.

11
11
3) Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan

representasi yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini

merupakan subjek pokok auditing.

4) Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan dimana asersi dapat

diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

5) Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-standar yang

digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan .

Misalnya GAAP.

6) Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang

menunjukan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah

ditetapkan.

7) Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang

menggunakan temuan-temuan auditor. Dalam lingkungan bisnis,

mereka adalah para pemegang saham, investor, manajemen,

kireditor, kantor pemerintah, dan masyarakat luas.

b. Menurut Abdul (2001) definisi audit yang sangat terkenal adalah

definisi yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Auditing

Concepts) yang mendefinisikan sebagai berikut:

Auditing adalah suatu proses sistematik untuk menghimpun dan


mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi
tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuain antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai
yang berkepentingan.

12
Dari definisi tersebut dapat diuraikan 7 elemen yang harus

diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu:

1) Proses yang sistematik

Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang

bersifat logis, terstruktur dan terorganisir.

2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif

Proses sistematik yang dilakukan tersebut, merupakan

proses untuk menghimpun bukti yang mendasari asersi yang dibuat

oleh individu maupun entitas.

3) Asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi

Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian

pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggungjawab

atas pernyataan tersebut.

4) Menentukan tingkat kesesuaian (Degree of correspondence)

Hal ini berarti menghimpun dan mengevaluasi bukti

dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai

tidaknya asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan.

5) Kriteria yang ditentukan

Kriteria yang ditentukan merupakan standar pengukur

untuk mempertimbangkan (judgment} asersi atau representasi.

13
6) Menyampaikan hasil-hasilnya

Hal ini berarti hasil audit dikomunikasikan melalui laporan

tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi dan

kriteria yang telah ditentukan.

7) Para pemakai yang berkepentingan

Para pemakai yang berkepentingan merupakan para

pengambil keputusan yang menggunakan dan mengandalkan

temuan yang diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan

lainnya.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga elemen

fundamental dalam auditing, yaitu:

1) Seorang auditor harus independen.

2) Auditor bekerja mengumpulkan bukti (evidence) untuk mendukung

pendapatnya.

3) Hasil pekerjaan auditor adalah laporan (report).

c. Menurut Arens (2008:4) definisi auditing adalah sebagai berikut:

Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang


informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasi itu dan criteria yang telah ditetapkan. Auditing harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

d. Menurut Susan (2008) definisi auditing adalah sebagai berikut:

Audit adalah suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan


mengevaluasi bukti-bukti audit mengenai kegiatan ekonomi yang
mencerminkan dari informasi keuangan suatu perusahaan tertentu.
Tujuannya adalah untuk memberikan laporan mengenai adanya tingkat
perbedaan antara informasi kuantitatif dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dan pernah dilakukan oleh orang-orang
independen dan kompeten.
14
e. Menurut Agoes (1999:1) definisi auditing adalah sebagai berikut:

Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan


sislematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut.

2. Jenis Audit

Boynton, dkk (2003:5) menyatakan tiga jenis audit yang ada

umumnya menunjukan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi

auditing. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan keuangan, audit

kepatuhan dan audit operasional.

a. Audit laporan keuangan

Audit laporan keuangan (financial statment audit) berkaitan

dengan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan

entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah

laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan, yaitu Prinsip-Prinsip Akuntansi yang

Berlaku Umum (GAAP).

Audit laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan besar

sangat diperlukan untuk untuk memfungsikan pasar sekuritas nasional.

Secara signifikan, audit laporan keuangan dapat menurunkan risiko

investor dan kreditor dalam membuat berbagai keputusan investasi

dengan tidak menggunakan informasi bermutu rendah. Selain itu,

logika audit yang dikembangkan untuk audit laporan keuangan

15
merupakan dasar dsimana auditor dapat mengembangkan lebih lanjut

audit kepatuhan, audit operasional, serta sejumlah jasa atestasi dan

assurance service.

b. Audit kapatuhan

Audit Kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan

memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah

kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan

persyaratan, ketentuan, dan peraturan tertentu. Kriteria yang ditetapkan

dalam audit jenis ini dapat berasal dari berbagai sumber. Sebagai

contoh, manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang

berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dan program pensiun, serta

pertentangan kepentingan.

Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas

yang menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari ringkasan

temuan atau pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan

kriteria tersebut.

c. Audit Operasional

Amin widjaja (2008:13) mendefinisikan audit operasional

sebagai berikut:

Audit operasional adalah suatu proses yang sistematis seperti dalam


audit laporan keuangan, audit operasional harus mencakup langkah-
langkah atau prosedur yang terstruktur dan diorganisasi. Aspek ini
mencakup perencanaan yang tepat dan juga mendapatkan dan secara
objektif menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.

16
Audit Operasional (operational audit) berkaitan dengan

kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi

dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan

pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang audit jenis ini disebut juga

sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Dalam suatu perusahaan

bisnis, lingkup audit ini dapat meliputi seluruh kegiatan dari suatu

departemen, cabang atau divisi, suatu fungsi yang merupakan fungsi

lintas unit usaha, seperti pemasaran atau pengolahan data. Audit

operasional pada pemerintah federal dapat dilakukan pada seluruh

kegiatan dari suatu lembaga atau suatu program tertentu. Kriteria atau

tujuan yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas dapat

ditentukan oleh manajemen atau lembaga yang berwenang. Pada sisi

lain auditor operasional dapat juga membantu menyusun kriteria yang

akan digunakan. Secara khas, laporan untuk audit operasional tidak

hanya memuat pengukuran efisiensi dan efektivitas saja, namun juga

memuat rekomendasi untuk peningkatan kinerja. Apabila audit

dilaksanakan oleh kantor CPA, biasanya audit itu akan melibatkan

peusahaan. Oleh karena itu penggunaan informasi akuntansi

berpengaruh terhadap perencanaan dan pengendalian perusahaan.

3. Jenis Auditor

a. Auditor independen (akuntan publik)

Auditor independen adalah para praktisi individual atau

anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing

17
profesional kepada klien, dapat berupa perusahaan bisnis yang

berorientasi laba, organisasi nirlaba, badan pemerintah, maupun

individu perseorangan. Disamping itu, auditor juga menjual jasa-

jasa lain berupa konsultasi pajak, konsultasi manajemen,

penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan keuangan, dan jasa

lainnya.

Selain ketiga jenis auditor tersebut, sering dikenal juga istilah

akuntan pendidik. Akuntan pendidik adalah ahli akuntansi yang

menjadi pengajar akuntansi terutama di suatu fakultas ekonomi jurusan

akuntansi.

Menurut Halim (2001:11) mendefinisikan auditor independen

sebagai berikut:

Auditor independen adalah para praktisi individual atau anggota


kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional
kepada klien. Klien dapat berupa perusahaan bisnis yang berorientasi
laba, organisasi nirlaba, badan-badan pemerintah, maupun individual
perseorangan. Disamping itu, auditor juga menjual jasa lain yang
berupa konsultasi pajak, konsultasi manajemen, penyusunan sistem
akutansi, penyusunan laporan keuangan, serta jasa-jasa lainnya.

Auditor independen bekerja dan memperoleh penghasilan yang

dapat berupa fee per jam kerja. Hal ini sama seperti pengacara yang

memperoleh penghasilan konsultasi hukum berupa fee per jam

konsultasi. Meskipun demikian ada perbedaan penting di antara

keduanya. Auditor independen, sesuai sebutannya, harus independen

terhadap klien pada saat melaksanakan audit maupun saat pelaporan

18
hasil audit, dan menjalankan pekerjaanya di bawah suatu kantor

akuntan publik.

b. Auditor Internal (AI)

Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi jasa-jasa

yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja,

resiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik maupun privat.

Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif

yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang

berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah

1) Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan.

2) Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan

diminimalisasi.

3) Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa

diterima telah diikuti.

4) Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.

5) Sumber daya telah digunakan secara efisiendan ekonomis.

6) Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

Semua tujuan dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan

dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam

menjalankan tanggungjawabnya secara efektif (Sawyer 2005:10).

19
Abdul (2001:11) mendefinisikan auditor internal sebagai

berikut:

Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan tempat


mereka melakukan audit. Tujuan auditing adalah untuk membantu
manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.
Auditor internal terutama berhubungan dengan audit operasional dan
audit kepatuhan. Meskipun demikian, pekerjaan auditor internal dapat
mendukung audit atas laporan keuangan yang dilakukan auditor
independen.

Mulyadi (2008:29) mendefinisikan auditor internal sebagai

berikut:

Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan


(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang diterapkan
oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau
tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan
efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menetukan
keandalan informasi yang dihasilkan oleh bagian berbagai organisasi.

Pada perusahaan yang memiliki pengendalian yang kuat maka

auditor memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan

pengujian ketaatan dan pengujian substantif, sehingga mempercepat

proses pengauditan laporan keuangan dan meminimalisasi penundaan

pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada

publik.

20
B. Audit Laporan Keuangan

1. Perlunya audit atas laporan keuangan

Laporan keuangan merupakan alat pengakumulasian dan proses

informasi dalam akuntansi keuangan yang secara berkala dikomunikasikan

kepada pihak-pihak yang menggunakannya. Informasi yang disajikan

harus dengan benar agar informasi tersebut berguna bagi siapa saja untuk

pengambilan keputusan. Kegiatan analisis laporan keuangan merupakan

salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, lebih

baik, akurat, dan dijadikan sebagai bahan dalam proses pengambilan

keputusan.

Menurut Syafri (2008:190) analisis laporan keuangan adalah:

Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang


lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif maupuan data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat.

Menurut Kasmir (2008) laporan keuangan adalah sebagai berikut:

Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan posisi keuangan


perusahaan saat ini atau dalam suatu periode tertentu, maksudnya adalah
kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan
labarugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga
bulan atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara
itu, untuk laporan luas dilakukan satu tahun sekali. Selain itu dapat
diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan
tersebut dianalisis.

21
Menurut Abdul (2001:48) ada empat alasan menjawab pertanyaan

mengapa audit atas laporan keuangan perusahaan ditentukan, yaitu:

a. Perbedaan kepentingan

Ada perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik

antara manajemen sebagai pembuat dan penyaji laporan keuangan

dengan para pemakai laporan keuangan. Manajemen mempunyai

kepentingan untuk mempertahankan jabatannya. di pihak lain, antara

pemakai laporan keuangan sendiripun mempunyai berbagai

kepentingan yang berbeda terhadap pelaporan keuangan perusahaan.

b. Konsekuensi

Laporan keuangan merupakan informasi penting bagi pemakai.

Investor, kreditor, dan para pembuat keputusan ekonomi lainnya

sangat mengandalkan laporan keuangan yang dipublikasikan. Para

pemakai laporan keuangan mengandalkan auditor independen untuk

memastikan bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip

akutansi yang berlaku umum, dan berisi pengungkapan yang

diperlukan bagi para pemakai yang berpengetahuan dan mengerti

tentang laporan keuangan.

c. Kompleksitas

Dunia bisnis selalu berkembang pesat mengakibatkan

permasalahan akutansi dan proses penyajian laporan keuangan

semakin kompleks. Yang mengakibatkan semakin tingginya resiko

kesalahan interpretasi dan penyajian laporan keuangan.

22
d. Keterbatasan akses

Jika para pemakai ingin mengakses data secara langsung, akan

menghadapi kendala waktu, biaya, ketelitian, dan tenaga. Oleh karena

itu perlu mempercayakan pemeriksaan kepada pihak ketiga yaitu

auditor independen.

Agoes (1999) menyatakan bahwa laporan keuangan yang

merupakan tanggungjawab manajemen perlu diaudit oleh kantor akuntan

publik (KAP) yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena:

a. Jika tidak diaudit ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut

mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

b. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini unqualified

(wajar tanpa pengecualian) dari KAP, berarti pengguna laporan

keuangan bisa yakin bahvva laporan keuangan tersebut bebas dari

salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi

yang Berlaku Umum (PABU).

c. Perusahaan yang go publik harus memasukkan audited financial

statements ke BAPEPAM paling lambat 120 hari setelah akhir tahun

buku.

d. SPT yang didukung oleh audited fianancial statements lebih dipercaya

oleh pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan

keuangan yang belum diaudit.

23
2. Tujuan Audit

Tujuana audit menurut Boynton, dkk (2003:5) adalah sebagai

berikut:

Tujuan audit secara spesifik adalah asersi manajemen, asersi manajmen


ini merupakan pedoman auditor untuk merencanakan pengumpulan bukti
audit.

Adapun lima asersi manajemen yang gariskan dalam GAAS,

adalah sebagai berikut:

a. Keberadaan dan keterjadian

b. Kelengkapan

c. Hak dan kewajiban

d. Penilaian atau alokasi

e. Penyajian dan pengungkapan

Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan audit secara umum adalah

sebagai berikut:

a. Melakukan penilaian risiko mengenai pengembangan, pemeliharaan,

dan operasi sistem.

b. Memverifikasi bahwa orang-orang dengan pekerjaan yang tidak

kompatibel telah dipisah sesuai dengan tingkat potensi risikonya.

c. Memverifikasi bahwa pemisahan tersebut dilakukan dalam cara yang

dapat mendorong lingkungan kerja dimana hubungan formal, bukan

informal, ada antar pekerjaan yang tidak saling bersesuaian tersebut.

24
3. Standar Auditing

Standar auditing terdiri atas tiga bagian, pertama, bagian yang

mengatur tentang mutu profesional auditor independen atau persyaratan

pribadi auditor (standar umum). Kedua, bagian yang mengatur mengenai

pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan audit (standar

pekerjaan lapangan). Ketiga, bagian yang mengatur tentang pertimbangan

yang digunakan dalam penyusunan laporan audit (standar pelaporan).

a. Standar Umum

Audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar

pertama ini menuntut kompetensi teknis seorang auditor yang

melaksanakan audit.

Menurut Abdul (2001:37) kompetensi ini ditentukan oleh tiga

faktor, yaitu:

1) Pendidikan formal dalam bidang akuntansi di suatu perguruan

tinggi termasuk ujian profesi auditor.

2) Pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang

auditing.

3) Pendidikan profesional yang berkelanjutan.

Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

Kompetensi saja belum cukup bagi seorang auditor. Auditor juga

dituntut independen atau bebas dari pengaruh klien dalam

25
melaksanakan auditing dan melaporkan temuan serta dalam

memberikan pendapat.

Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan

keuangannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya

dengan cermat dan seksama. Auditor yang berpengalaman harus

mengkaji secara kritis pekerjaan dan judgement yang dibuat oleh para

stafnya. Kualitas jasa yang diberikan auditor sangat tergantung pada

kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan audit dan dalam

menyusun laporan audit.

b. Standar pekerjaan lapangan

Pekerjaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan jika

digunakan asisten disupervisi dengan semestinya. Pekerjaan audit

direncanakan secara memadai agar audit dapat dilaksanakan secara

efisien dan efektif.

Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern

diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan

lingkup pengujian yang akan dilakukan. Pemahaman struktur

pengendalian intern klien akan digunakan untuk:

1) Menentukan mengidentifikasikan salah saji yang potensial.

2) Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah saji

yang material.

3) Merancang pengujian substantif.

26
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai

dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan

keuangan auditan.

c. Standar Pelaporan

Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan

telah disusun sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku umum, yang

mengharuskan auditor mengidentifikasikan dan menggunakan prinsip

akuntansi berlaku umum sebagai kriteria yang memadai untuk

mengevaluasi asersi yang dibuat manajemen. Perkembangan dunia

bisnis yang pesat menuntut dunia akuntansi untuk selalu menyesuaikan

diri dan mengembangkan diri.

Konsistensi merupakan suatu konsep di dalam akuntansi yang

menunlut diterapkannya standar secara terus-menerus, tidak diubah-

ubah kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan. Konsistensi sangat

diperlukan untuk mendukung komparabilitas laporan keuangan dari

suatu periode ke periode berikutnya.

4. Proses Audit

Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah untuk

menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah telah

menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan

Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP). Prosess

diagnostik untuk membuat pertimbangan tentang akun yang mungkin

27
mengandung salah saji yang material serta memperoleh bukti tentang

penyajian yang wajar dalam laporan keuangan melibatkan sejumlah

langkah.

Berikut adalah langkah-langkah pokok yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan audit laporan keuangan:

a. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri

b. Mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang relevan

c. Membuat keputusan tentang jumlah yang material bagi para pengguna

laporan keuangan

d. Membuat keputusan tentang komponen risiko audit

e. Memperoleh bukti melalui prosedur audit, termasuk prosedur untuk

memahami pengendalian intern, melaksanakan pengujian

pengendalian, dan melaksanakan pengujian substantif

f. Menetapkan bagimana penggunaan bukti untuk mendukung suatu

pendapat audit, komunikasi kepada klien lain, serta jasa bernilai

tambah

g. Mengkomunikasikan temuan-temuan

Sebelum audit atas laporan keuangan dilaksanakan, auditor perlu

mempertimbangkan apakah ia akan menerima atau menolak perikatan

audit dari calon kliennya. Jika auditor memutuskan untuk menerima

perikatan audit dari calon kliennya, ia akan melaksanakan audit dalam

beberapa tahap.

28
Menurut Mulyadi (2002:121) Proses audit atas laporan keuangan

dibagi menjadi empat tahap berikut ini:

a. Penerimaan perikatan audit

Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing

mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam perjanjian

tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan

kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan

audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.

Didalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat

diterima atau tidak, auditor menempuh suatu proses yang terdiri dari

enam tahap berikut ini:

1) Mengevaluasi integritas manajemen

2) Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa

3) Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit

4) Menilai independensi

5) Menentuan kemampuan untuk menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan

6) Membuat surat perikatan audit

b. Perencanaan audit

Langkah berikutnya setelah perikatan audit diterima oleh

auditor adalah perencanaan audit. Keberhasilan penyelesaian

perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit

29
yang dibuat oleh auditor. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh oleh

auditor dalam merencakan auditnya:

1) Memahami bisnis dan industri klien

2) Melaksanakan prosedur analitik

3) Mempertimbangkan tingkat materialitas awal

4) Mempertimbangkan risiko bawaan

5) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap

saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun

pertama

6) Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan

7) Memahami pengendalian intern klien

c. Pelaksanaan pengujian audit (audit test)

Tahap ketiga pekerjaan audit adalah pelaksanaan pengujian

audit. Tahap ini juga disebut dengan pekerjaan lapangan.

Pelaksanaan pekerjaan lapangan ini harus mengacu ke tiga standar

auditing yang termasuk dalam kelompok standar pekerjaan

lapangan. Tujuan utama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah

untuk memperoleh bukti audit tentang efektifitas pengendalian intern

klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Tahap pelaksanaan

pengujian audit ini mencakup sebagian besar pekerjaan audit.

Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian

(test), yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga golongan

berikut ini:

30
1) Pengujian analitik (analytical test)

Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara

mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu

dsengan data yang lain.

2) Pengujian pengendalian (test of control)

Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang

dirancang untuk memverifikasi efektivitas pengendalian intern

klien. Pengujian pengendalian terutama ditunjukan untuk

mendapatkan informasi mengenai:

(a) Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan

(b) Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut

(c) Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut

3) Pengujian subtantif (substantive test)

Pengujian subtantif merupakan prosedur audit yang

dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan moneter

yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan

keuangan.

d. Pelaporan audit

Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah

pelaporan audit. Pelaksanaan tahapini harus mengacu ke standar

pelaporan. Ada dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor

dalam pelaporan audit ini:

31
1) Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan

menarik simpulan

Semua prosedur audit yang diperlukan selesai

dilaksanakan, auditor perlu menggabungkan informasi yang

dihasilkan melalui berbagai prosedur audit tersebut untuk menarik

simpulan secara menyeluruh dan memberikan pendapat atas

kewajaran laporan keuangan auditan. Proses ini sangat subjektif

sifatnya, yang sangat tergantung pada pertimbangan profesional

auditor.

2) Menerbitkan laporan keuangan

Akhir proses audit adalah penyajian laporan audit adalah

penyajian laporan audit (audit report) yang berisi pernyataan

pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat atas laporan

keuangan auditan.

5. Laporan Audit

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam

berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut

auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan

auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis

yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari

tiga paragraph yaitu, paragraph pengantar (introducrory paragraph),

paragraph lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion

paragraph).

32
Berdasrkan standar pelaporan yang keempat bahwa laporan audit

harus berupa suatu petunjuk yang jelas tentang sifat pekerjaan auditor serta

tingkat tanggungjawabnya atas laporan keuangan. oleh karena itu standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyediakan standar kalimat yang

digunakan dalam laporan keuangan agar pengguna laporan keuangan dapat

memahami laporan audit tersebut. Berikut adalah standar laporan audit

baku dalam SPAP:

a. Judul laporan

Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul

laporan yang tercantum kata independen. Sebagai contoh, Laporan

Audit Independen, Laporan dari auditor independen atau

Pendapat Akuntan Independen. Kewajiban untuk mencantumkan

kata independen dimaksudkan untuk memberitahukan para pengguna

laporan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan

secara objektif dan tidak memihak.

b. Alamat laporan audit

Laporan audit umumnya ditunjukan kepada perusahaan, para

pemegang saham atau dewan direksi perusahaan.oleh karena itu

laporan audit dialamatkan kepada para pemegang saham untuk

menunjukan bahwa auditor independen terhadap perusahaan dan

dewan direksi perusahaan.

33
c. Paragraf pendahuluan

Paragraf pendahuluan berisi pernyataan sederhana bahwa

kantor akuntan public telah melaksanakan audit. Pernyataan ini

tentang laporan keuangan yang menjadi objek audit, pernyataan

bahwa tanggungjawab tentang laporan keuangan berada ditangan

manajemen, dan penyataan bahwa tanggungjawab tentang pendapat

atas laporan keuangan berada ditangan auditor.

d. Paragraf lingkup

Auditor menyatakan bahwa audit atas laporan keuangan

didasarkan atas standar auditing yang ditetapka Ikantan Akuntan

Indonesia (IAI), penjelasan singkat tentang standar auditing dan

pernyataan tentang keyakinan auditor bahwa audit yang dilaksanakan

memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan

keuangan auditan. Standar auditing yang secara implisit termasuk

dalam paragraf lingkup audit adalah semua standar umum dan standar

pekerjaan lapangan.

e. Paragraf pendapat

Auditor menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan

dan dalam merumuskan paragraf pendapat, auditor berpedoman pada

empat standar pelaporan yang terdapat dalam standar auditing.

Paragraf ini menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil proses

audit yang telah dilakukan, serta pemberian pendapat auditor.

34
f. Nama Kantor Akuntan Publik (KAP)

Nama KAP mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau

praktisi yang telah melakukan proses audit. Umumnya yang dituliskan

adalah nama Kantor Akuntan Publik (KAP) karena seluruh bagian

dari akuntan publik bertanggungjawab, baik secara hukum maupun

secara profesi, dalam memastikan agar kualitas pekerjaan audit

memenuhi standar profesi.

g. Tanggal laporan audit

Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit

adalah tanggal tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur

audit terpenting dilokasi pemeriksaan. Tanggal ini merupakan tanggal

yang penting bagi para pengguna laporan karena tanggal laporan

tersebut menunjukan kapan saat terakhir auditor masih

bertanggungjawab atas peristiwa penting terjadi setelah tanggal

laporan keuangan.

C. Ketepatwaktuan Laporan Keuangan (Audit Delay)

Ketepatwaktuan laporan keuangan (audit delay) merupakan hal

penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Apabila penyelesaian

penyajian laporan keuangan terlambat atau tidak diperoleh saat dibutuhkan,

maka relevansi dan manfaat laporan keuangan untuk pengambilan keputusan

akan berkurang.

35
Ketepatwaktuan mengimplikasikan bahwa laporan keuangan disajikan

pada satu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan di dalam

perusahaan yang mungkin mempengaruhi pengguna pada waktu membuat

prediksi dan keputusan. Apabila informasi tersebut tidak disampaikan tepat

waktu akan menyebabkan informasi kehilangan nilainya di dalam

mempengaruhi kualitas keputusan.

1. Pengertian ketepatwaktuan laporan keuangan (audit delay)

Beberapa pengertian mengenai ketepatwaktuan laporan keuangan

atau audit delay sebagai berikut:

a. Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Budi

Audit Delay defined as the number of day between the date of


financial statement and the date of auditors report.

b. Menurut Abdul (2000)

Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur


dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya
audit lapangan.

c. Titik dan Maria (2005)

Audit delay yaitu rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit


laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang
dibutuhkan untuk memperoleh laporan audit independen atas audit
laporan keuangan tahunan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan
yaitu per 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera pada
laporan auditor independen.

Landasan utama mengenai penyampaian dan publikasi laporan

keuangan di Indonesia adalah keputusan ketua Badan Pengawas Pasar

Modal (BAPEPAM) Nomor VIII.G.11 tentang tanggungjawab direksi atas

laporan keuangan, yaitu laporan keuangan tahunan harus disampaikan

36
dalam bentuk laporan keuangan auditan, selambat-lambatnya pada akhir

bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Berdasarkan keputusan tersebut maka perusahaan diwajibkan

menyampaikan dan mempublikasikan laporan keuangannya yang disusun

berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disertai dengan

pendapat dari akuntan publik, dan disampaika kepada BAPEPAM

selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal akhir

tahun buku perusahaan, serta wajib diumumkan ke publik minimal melalui

dua surat kabar harian berbahasa Indonesia.

2. Pengukuran audit delay

Dalam penelitiannya, Made Gede mengukur penyelesaian

penyajian laporan keuangan dengan menggunakan rentang waktu atau

keterlambatan atas penyelesaian penyajian laporan keuangan.

Keterlambatan penyelesaian dapat disebabkan karena perusahaan berusaha

untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan

dari laporan keuangan (SAK, 2002: SAK kerangka dasar par 43). Menurut

Dyer dan McHugh, dalam penelitian Bandi dan Tri Hananto (2002), ada

tiga kriteria keterlambatan, yaitu :

a. Keterlambatan audit (AuditorsReport) yaitu interval jumlah hari

antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor

ditandatangani.

37
b. Keterlambatan pelaporan (Reporting) yaitu interval jumlah hari antara

tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan oleh

KAP.

c. Keterlambatan total (Total) yaitu interval jumlah hari antara tanggal

periode laporan keuangan sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh

perusahaan.

(Luciana dan Lucas 2006:3)

Menurut Budi (2007:20) pada dasarnya rentang waktu

penyelesaian audit (audit delay) diukur dari tanggal penutupan tahun buku

hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Pada umummya laporan audit

yang dipublikasikan mencerminkan kinerja perusahaan yang diaudit,

semakin cepat diterbitkan maka semakin berguna informasi bagi pemakai

informasi, dengan adanya laporan audit, pihak luar dapat menilai

pertanggungjawaban laporan keuangan tersebut.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay

1. Ukuran Perusahaan (size)

Ashton, dkk (1989) dan Owusu-Ansah (2000) dalam Titik dan

Maria (2005) menyatakan bahwa perusahaan besar melaporkan lebih cepat

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan demikian terlihat bahwa

ukuran perusahaan sebagai fungsi dari ketepatwaktuan penyampaian

laporan keuangan. Wirakusuma (2004) mengutip pernyataan Dyer dan

Hugh (1975) dalam Jeane dan Rustiana (2004) yang menyatakan bahwa

38
manajemen perusahaan besar, memiliki dorongan untuk mengurangi

masalah audit delay dan penundaan laporan keuangan. Ini disebabkan

karena perusahaan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para investor,

asosiasi perdagangan dan oleh agen regulator. Disamping itu perusahaan

besar menghadapi tekanan yang kuat untuk menyampaikan laporan

keuangan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Menurut Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana dan Lucas (2006:4)

ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang

terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak

manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal

perusahaan maupun pihak internal perusahaan.

Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan

keuangan lebih tepat waktu daripada perusahaan kecil. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi memiliki hubungan

positif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan

kata lain, ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap

keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.

Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula

informasi yang terkandung di dalamnya dan makin besar pula tekanan

untuk mengolah informasi tersebut. sehingga pihak manajemen

perusahaan akan memiliki kesadaran yang lebih tinggi megenai

pentingnya informasi, dalam mempertahankan eksistensi perusahaan.

Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk

39
dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Semakin tinggi kesadaran

manajemen mengenai pentingnya informasi bagi pihakpihak yang

berkepentingan, akan membuat penyajian laporan keuangan menjadi lebih

tepat waktu. Jika pihak manajemen tidak bersedia mengolah informasi

tersebut dengan baik , maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan

bisa mencerminkan keadaan dari kondisi perusahaan. Bahkan bisa saja

laporan keuangan tersebut akan terlihat dibuat secara sembarangan (asal

jadi). Dengan demikian, pihakpihak yang berkepentingan yang

menggunakan laporan keuangan akan memandang bahwa kinerja

perusahaan tersebut buruk. Jika hal itu terjadi, maka eksistensi perusahaan

tidak akan bisa bertahan lama (Luciana dan Lucas 2006:5).

Pada penelitian Ashton dan Elliot (1987) dalam Jeane dan Rustiana

(2004) ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total revenue yang

hasilnya menunjukan bahwa perusahaan tidak memiliki hubungan yang

signifikan dengan audit delay. Sedangakan pada penelitian Luciana dan

Lucas (2006:12) ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total

aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar yang dimiliki oleh

perusahaan yang hasilnya ukuran perusahaan (size) mempengaruhi

penyelesaian laporan keuangan (audit delay). Dan pada penelitian titik dan

Maria (2005) Ukuran perusahaan diukur dengan total aktiva yang dimiliki

perusahaan sampel yang hasilnya signifikan mempengaruhi audit delay.

40
2. Umur Perusahaan (Age)

Kieso (2002:50) menyatakan bahwa pada dasarnya perusahaan

didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas/panjang, tidak didirikan

hanya untuk beberapa tahun saja. OwusuAnsah, dalam penelitian

Rachmaf Saleh, mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki umur

lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan

dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah

memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan

akan dapat disajikan lebih tepat waktu (Luciana dan Lucas 2006:8).

Menurut Luciana dan Lucas (2006:24) Umur perusahaan diukur

sejak perusahaan melakukan first issue ke Bursa Efek Indonesia (BEI)

yang hasilnya variabel umur perusahaan (Age) berpengaruh signifikan

pada tingkat _=5 persen, jenis pengaruhnya sesuai dengan logika teorinya,

yaitu negatif, yang berarti semakin besar umur perusahaan, makin kecil

keterlambatan penyelesaian. Kedua hasil ini tidak mendukung hasil

penelitian Rachmaf Saleh (2004).

Hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana dan

Lucas (2006:9) menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan, dan memiliki hubungan negatif terhadap

ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, memiliki

hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan

keuangan. Perusahaan dengan umur yang makin tua, cenderung untuk

lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan

41
informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh

pengalaman yang cukup. Selain itu perusahaan telah memiliki banyak

pengalaman mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan

pengolahan informasi dan cara mengatasinya. Perusahaan juga telah

merasakan perubahanperubahan yang terjadi selama kegiatan operasinya,

sehingga perusahaan cenderung memiliki fleksibilitas dalam menangani

perubahan yang akan terjadi. Hal tersebut membuat perusahaan mampu

menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu.

Dengan demikian umur perusahaan dapat dikatakan memiliki

hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan

keuangan.

3. Ukuran Kantor Akuntan Publik (UK)

Menurut Giling (1977) dalam Luciana dan Lucas (2006:275)

menunjukan bahwa kantor akuntan publik internasional atau yang lebih

dikenal di Indonesia sebagai the Big Four membutuhkan waktu yang lebih

singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat

melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas

jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada

waktunya. Disamping itu KAP besar memperoleh insentif yang lebih

tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibanding KAP

lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar

untuk mempertahankan reputasi mereka.

42
Ukuran KAP diukur dengan menggunakan dummy variable dengan

cara mebagi KAP dalam dua kelompok yaitu KAP Big Four dan KAP

non Big Four. Dalam penelitian Luciana dan Lucas (2006:284) ukuran

KAP merupakan dummy variable dengan kode 0 untuk perusahaan yang

bermitra dengan KAP Big Four dan kode 1 untuk perusahaan yang

tidak bermitra dengan KAP big four, yang hasilnya ukuran KAP tidak

berpengaruh terhadap audit delay.

Tabel 2.1
Nama KAP di Indonesia yang bermitra kerja
dengan KAP Big Four

Tahun KAP Internasional KAP Indonesia


2004 Price water house Coopers (PWHC) Drs. Hadi Sutanto & Rekan
Ernest & Young (E&Y) Prasetio, Sarwoko &
Sandjadja
Delloitte Touche Tohmatsu (DTT) Hans, Tuanakota, Mustofa
Klynveldt Pield Marwick (KPMG) Siddharta, Siddharta &
Harsono
2005 Price water house Coopers (PWHC) Haryanto, Sahari & Rekan
Ernest & Young (E&Y) Prasetio, Sarwoko &
Sandjadja
Delloitte Touche Tohmatsu (DTT) Osman, Ramli & Rekan
Klynveldt Pield Marwick (KPMG) Siddharta, Siddharta &
Harsono
2006 Price water house Coopers (PWHC) Haryanto, Sahari & Rekan
Ernest & Young (E&Y) Purwantono, Sarwoko &
Sandjadja
Delloitte Touche Tohmatsu (DTT) Osman, Ramli & Rekan
Klynveldt Pield Marwick (KPMG) Siddharta, Siddharta &
Harsono
2007 Price water house Coopers (PWHC) Drs. Hadi Sutanto & Rekan
Ernest & Young (E&Y) Prasetio, Sarwoko &
Sandjadja
Delloitte Touche Tohmatsu (DTT) Hans, Tuanakota, Mustofa
Klynveldt Pield Marwick (KPMG) Siddharta, Siddharta &
Harsono
Sumber: Bursa Efek Indonesia

43
4. Struktur Kapemilikan Perusahaan (SKP)

Struktur Kepemilikan (Ownership Structure) adalah komposisi

kepemilikan dalam perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan.

Struktur kepemilikan terdiri dari:

a. Kepemilikan publik, merupakan porsi saham beredar (outstanding

share) yang dimiliki masyarakat atau publik domestik (degree of

public ownership).

b. Kepemilikan asing, merupakan porsi outstanding share yang dimiliki

oleh investor atau pemodal asing (foreign investors).

Menurut Isnanta (2008:13) Perbedaan struktur kepemilikan antara

lain karena karakteristik kepemilikan dalam perusahaan, seperti:

a. Kepemilikan menyebar (dispersed ownership). Ditemukan bahwa

perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar memberikan imbalan

yang lebih besar kepada pihak manajemen daripada perusahaan yang

kepemilikannya lebih terkonsentrasi (Gilberg dan Idson 1995).

b. Kepemilikan terkonsentrasi (closely held). Dalam tipe kepemilikan

seperti ini timbul dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling

interest dan minority interest (shareholders).

Menurut Short dan Keasey (1999) dalam Journal of Corporate

Finance melakukan penelitian terhadap 225 perusahaan di Inggris tepatnya

di London Stock Exchange periode 1988-1992. Variabel kepemilikan yang

digunakan :

44
b. % saham yang dimiliki direktur.

c. % saham yang dimiliki lembaga yang lebih dari 5% kepemilikan

d. % kepemilikan eksternal.

Struktur Kepemilikan akan mempengaruhi perilaku dan

performansi perusahaan (Pierce 2003). Menurut Villalonga dan Amit

(2004), kepemilikan keluarga akan menciptakan nilai serta memperbaiki

kinerja perusahaannya jika disertai beberapa bentuk kontrol dan

manajemen keluarga tersebut. Struktur Kepemilikan ini juga akan

mempengaruhi perilaku perusahaan karena adanya pergantian

kepemimpinan sehingga akan merubah performansi perusahaan. Selain itu

Lemmon dan Lins (2003) meneliti 800 perusahaan di negara-negara asia

timur. Mereka meneliti pengaruh struktur kepemilikan terhadap

performansi perusahaan. Kesimpulannya ialah bahwa perusahaan yang

melakukan pemisahan antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol

yang kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek

(Setiawan, dkk 2006:17).

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai struktur

kepemilikian perusahaan dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan

dapat mempengaruhi perfomansi perilaku dan perusahaan, kaitannya

dengan audit delay adalah perusahaan yang melakukan pemisahan antara

pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung

memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek akan memperpanjang

audit delay.

45
6. Opini Audit (OA)

Hasil penelitian Jeane dan Rustiana (2007) mengenai beberapa

faktor yang berdampak pada perbedaan audit delay membuktikan bahwa

faktor opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay. Menurut Budi

(2008) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

audit delay membuktikan bahwa opini audit memiliki pengaruh yang

negatif terhadap rentang waktu penyelesaian audit (audit delay).

Sedangkan dalam penelitian yang dilakuakan oleh Whittred (1980)

membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh

perusahaan yang menerima pendapat qualified.

Adapun jenis atau tipe pendapat audit yang akan dinyatakan atas

laporan keuangan auditan yaitu:

a. Wajar tanpa pengecualian (unqualified), auditor menyatakan bahwa

laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b. Wajar dengan pengecualian (qualified), auditor menyatakan bahwa

laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk

dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

46
c. Tidak wajar (adverse), auditor menyatakan bahwa laporan keuangan

tidak menyajikan secara wajar, posisi keuangan, hasil usaha dan arus

kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum.

d. Tidak memberikan pendapat (disclaimer) auditor menyatakan bahwa ia

tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

E. Kerangka Berfikir

Menurut Hamid (2007:26) mendefinisikan kerangka berpikir sebagai

berikut:

Kerangka pemikiran adalah merupakan sintesa dari serangkaian teori yang


sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative dari
serangkaian masalah yang ditetapkan.

Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam

penelitian kali ini adalah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi

penyelesaian penyajian laporan audit auditor independen. Seberapa besar

pengaruhnya dan variabel apa sajakah yang paling dominan berpengaruh

terhadap penyelesaian penyajian laporan audit auditor independen.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu, peneliti

menyimpulkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyelesain

penyajian laporan audit auditor independen yaitu: ukuran perusahaan (size)

dan umur perusahaan (age), yang merupakan variabel yang berpengaruh

47
signifikan pada penelitian terdahulu, ukuran KAP (UK) dan opini audit (OA)

tidak signifikan mempengaruhi pada penelitian sebelumnya, serta peneliti

menambahkan beberapa faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi yaitu

struktur kapemilikan perusahaan (SKP). Maka dapat dibuat kerangka berpikir

untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

Variabel independen Variabel dependen


(Faktor-faktor yang mempengaruhi (Audit delay)
audit delay)

Ukuran perusahaan (size)

Umur perusahaan (age)

Ukuran KAP (UK)


Audit Delay (AD)

Struktur kepemilikan
perusahaan (SKP)

Opini audit (OA)

F. Penelitian Terdahulu dan Perumusan Hipotesis

Hipotesis dapat berarti jawaban sementara terhadap masalah penelitian

biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara

karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,

48
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban

teoritis terhadap masalah penelitian.

Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan teori dan

penelitian-penelitian terdahulu, yang bertujuan untuk menguji faktor-faktor

yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan audit auditor independen,

faktor-faktor yang dimaksud yaitu:

1. Ukuran Perusahaan (size)

Ashton, dkk (1989) dan Owusu-Ansah (2000) menyatakan bahwa

perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan

kecil. Dengan demikian terlihat bahwa ukuran perusahaan sebagai fungsi

dari ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan (Titik dan Maria

2005). Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana dan Lucas (2006:4)

Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih

tepat waktu daripada perusahaan kecil. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi

memiliki hubungan positif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan

keuangan, dengan kata lain, ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif

terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.

Hasil penelitian Ashton dan Elliot (1987) dalam Jeane dan

Rustiana (2004) ukuran perusahaan tidak memiliki hubungan yang

signifikan dengan audit delay. Sedangakan pada penelitian Luciana dan

Lucas (2006:12 ) ukuran perusahaan (size) mempengaruhi penyelesaian

49
laporan keuangan. Dan pada penelitian titik dan Maria (2005) ukuran

perusahaan signifikan mempengaruhi audit delay.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hilma, Yahya dan Hepi

ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay,

begitupun menurut Astari (2007) dalam penelitiannya mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi audit delay. Sedangkan dalam penelitian Sistya

Rachmawati (2008), mengenai Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal

Perusahaan Terhadap Audit Delay, ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap audit delay. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian

terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut:

H1: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap Audit delay

(AD).

2. Umur perusahaan (age)

OwusuAnsah, dalam penelitian Rachmaf Saleh, mengungkapkan

bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih

terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi

ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang

cukup. Dengan demikian laporan keuangan akan dapat disajikan lebih

tepat waktu. Luciana dan Lucas (2006:8) hasil penelitiannya variabel umur

perusahaan (age) berpengaruh signifikan pada tingkat _=5 persen, jenis

pengaruhnya sesuai dengan logika teorinya, yaitu negatif, yang berarti

semakin besar umur perusahaan, makin kecil keterlambatan penyelesaian.

Kedua hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Rachmaf Saleh (2004).

50
Hasil penelitian Rachmaf Saleh (2004) dalam Luciana dan Lucas

(2006:9) menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan.

Begitupun dalam penelitian yang dilakukan oleh Hilma, Yahya dan Hepi

umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis

penelitian dinyatakan sebagai berikut:

H2: Terdapat pengaruh umur perusahaan (age) terhadap Audit delay (AD).

3. Ukuran Kantor Akuntan Publik (UK)

Menurut Giling (1977) dalam Luciana dan lucas (2006:275)

menunjukan bahwa kantor akuntan public internasional atau yang lebih

dikenal di Indonesia sebagai the Big Four membutuhkan waktu yang lebih

singkat dalam menyelesaikan audit. Dalam penelitian Luciana dan lucas

(2006:284) ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay. Jeane dan

Rustiana (2004:37) meskipun waktu audit yang digunakan oleh KAP the

Big Four yang ditunjukan dengan waktu audit delay lebih cepat

dibandingkan dengan KAP non the Big Four, namun secara statistik tidak

ada perbedaan signifikan. Menurut Astari (2007) dalam penelitiannya

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay reputasi auditor

memilki pengaruh negatif terhadap audit delay. Berdasarkan analisis dan

temuan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai

berikut:

H3: Terdapat pengaruh ukuran KAP (UK) terhadap Audit delay (AD).

51
4. Struktur Kepemilikan Perusahaan (SKP)

Struktur kepemilikan perusahaan dalam penelitian terdahulu

mengenai struktur kepemilikian perusahaan, struktur kepemilikan dapat

mempengaruhi perfomansi perilaku dan perusahaan. Lemmon dan Lins

(2003) meneliti pengaruh SKP terhadap performansi perusahaan.

Kesimpulannya ialah bahwa perusahaan yang melakukan pemisahan

antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung

memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek. Kaitannya dengan

audit delay adalah perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik

dan manager lalu melakukan kontrol yang kuat cenderung memiliki

performansi perusahaan yang lebih jelek kemudian pada akhirnya akan

memperpanjang audit delay.

Dalam penelitian Titik dan Maria (2005:285) mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi audit delay dan timeliness, mengungkapkan

adanya keterbatasan penelitian yang hanya menggunakan empat variabel

independen. Karena adanya keterbatsan tersebut, peneliti memberikan

saran untuk penelitian selanjutnya untuk menambah jumlah variabel

independen. Salah satu variabel independen yang disarankan adalah

variabel apakah pengaruh SKP. Berdasarkan analisis dan keterbatasan

pada penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai

berikut:

H4: Terdapat pengaruh struktur kepemilikan perusahaan (SKP)

berpengaruh terhadap Audit delay (AD).

52
5. Opini audit (AO)

Hasil penelitian Jeane dan Rustiana (2007) mengenai beberapa

faktor yang berdampak pada perbedaan audit delay membuktikan bahwa

faktor opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay. Menurut Astari

(2007) dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

audit delay membuktikan bahwa opini audit memiliki pengaruh yang

negatif terhadap rentang waktu penyelesaian audit (audit delay).

Sedangkan dalam penelitian Subekti dan Widiyanti penelitian yang

dilakuakan oleh Whittred (1980) membuktikan bahwa audit delay yang

lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified.

Ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK),

Struktur Kepemilikan Perusahaan (SKP) dan opini audit (AO) terhadap

audit delay (AD). Berdasarkan analisis dan temuan penelitian terdahulu,

maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut:

H5: Terdapat pengaruh opini audit (AO) terhadap Audit delay (AD).

6. Ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK),

struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (AO) terhadap

audit delay (AD).

Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis

penelitian dinyatakan sebagai berikut:

H6: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age),

ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini

audit (AO) terhadap Audit delay (AD).

53
Tabel 2.2
Penelitian-penelitian Terdahulu

Nama Peneliti dan


No Judul Penelitian Variabel Dependen Variabel Independen Hasil Penelitian
Tahun Penellitian
1. Titik Aryati dan Faktor-faktor yang a. Audit Delay a. Ukuran c. Ukuran Perusahaan signifikan
Maria Teresia Mempengaruhi Audit b. Timelines Perusahaan mempengaruhi Audit Delay dan
(2005) Delay dan Timelines b. Profitabilitas Timelines
c. Keberadaan Divisi d. Profitabilitas , Keberadaan Divisi
Internal Auditor Internal Auditor dan Ukuran KAP
d. Ukuran KAP tidak signifikan mempengaruhi Audit
Delay dan Timelines

2. Luciana Spica Analisis Faktor-faktor Penyelesaian a. Ukuran a. Ukuran Perusahaan dan Umur
Almilia dan Lucas yang Mempengaruhi Penyajian Laporan Perusahaan Perusahaan signifikan mempengaruhi
Setiady (2006) Penyelesaian Keuangan b. Profitabilitas Penyelesaian Penyajian Laporan
Penyajian Laporan c. Solvabilitas Keuangan
Keuangan pada d. Likuiditas b. Profitabilitas, Solvabilitas, Likuiditas
Perusahaan yang e. Umur Perusahaan dan Pelaporan Item-item Luar
Terdaftar di BEJ f. Pelaporan Item- Biasa/atau Kontijensi (Extra) tidak
item Luar signifikan mempengaruhi
Biasa/atau Penyelesaian Penyajian Laporan
Kontijensi (Extra) Keuangan

3. Astari Budi Arfani Analisis Faktor-faktor Rentang Waktu a. Ukuran a. Jenis Industri, Reputasi Auditor dan
(2007) yang Mempengaruhi penyelesaian Audit Perusahaan Opini Audit signifikan
Rentang waktu b. Jenis Industri mempengaruhi Rentang Waktu
penyelesaian Audit ( c. Solvabilitas penyelesaian Audit
Studi kasus pada d. Opini Audit b. Ukuran Perusahaan dan Solvabilitas
Perusahaan di BEJ) e. Reputasi Auditor tidak signifikan mempengaruhi
Rentang Waktu penyelesaian Audit

8
4. Jeane Deart Meity Beberapa Faktor yang Audit Delay a. Ukuran a. Ukuran Perusahaan dan Rugi/Laba
Prabandari dan Berdampak pada Perusahaan Perusahaan signifikan mempengaruhi
Rustiana (2007) Perbedaan Audit Delay b. Debt to Assets Audit Delay
(Studi Empiris pada Ratio b. Debt to Assets Ratiodan Karakteristik
Perusahaan- c. Rugi/Laba KAP tidak signifikan mempengaruhi
perusahaan Keuangan Perusahaan Audit Delay
yang terdaftar di BEJ) d. Karakteristik KAP

5. Hilma, Yahya Faktor-faktor yang Lamanya a. Rasio Gearing a. Likuiditas signifikan mempengaruhi
Hamza dan Hepi mempengaruhi Penyelesaian Audit b. Profitabilitas Lamanya Penyelesaian Audit (Audit
Prayudiawan Lamanya Penyelesaian (Audit Delay) c. Likuiditas Delay)
(2007) Audit (Audit Delay) d. Ukuran b. Rasio Gearing, Profitabilitas, Ukuran
Pasca Keputusan Perusahaan Perusahaandan Umur Perusahaan
BAPEPAM Nomor: e. Umur Perusahaan tidak signifikan mempengaruhi
KEP-36/PM/2003 Lamanya Penyelesaian Audit (Audit
Delay)

6. Sistya Rachmawati Pengaruh Faktor a. Audit Delay a. Profitability a. Ukuran Perusahaan dan Ukuran KAP
(2008) Internal dan eksternal b. Timelines b. Internal Auditor signifikan mempengaruhi Audit
Perusahaan Terhadap c. Solvability Delay
Audit Delay dan d. Ukuran b. Profitability, Internal Auditor dan
Timeliness Perusahaan Solvability tidak signifikan
e. Ukuran KAP mempengaruhi Audit Delay
c. Ukuran Perusahaan dan Solvability
signifikan mempengaruhi Timelines
d. Profitability, Internal Auditor dan
Ukuran KAP tidak signifikan
mempengaruhi Timelines

9
7. Maman Setiawan,
Merita Bernik dan
Mery Citra Sondari
(2006)
Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan,
Dan Karakteristik Tata Kelola Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan
Studi Kasus pada Perusahaan yang terdaftar di BEJ
Kinerja Perusahaan a. Struktur
Kepemilikan
b. Karakteristik
Perusahaan
c. Karakteristik Tata
Kelola Korporasi
Struktur Kepemilikan, Karakteristik
Perusahaan dan Karakteristik Tata
Kelola Korporasi signifikan mempengaruhi Kinerja Perusahaan
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi, perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2004 sampai dengan 2007, dan

menerbitkan laporan keuangan yang diaudit oleh auditor independen.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

audit delay yaitu, ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), Ukuran

KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA).

B. Metede Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah Judgment sampling

or Purposive yaitu pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau

pertimbangan pribadi semata berdasarkan kriteria atau pertimbangan dari

peneliti. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun

penelitian yaitu tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007.

2. Perusahaan yang termasuk kedalam kategori perusahaan finansial dan

perusahaan manufaktur.

3. Perusahaan yang memiliki akhir tahun buku 31 Desember.

4. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan tahunan dari tahun 2004

sampai dengan 2007.


57
57
C. Metode Pengumpulan Data

Menurut Hamid (2007:33) metode pengumpulan data dapat dilakukan

dengan berbagai cara, salah satunya dilakukan melalui studi pustaka, terutama

yang berhubungan dengan data-data sekunder. Sementara itu data primer

dapat dilakukan melalui studi lapangan, berupa eksperimen, observasi atau

wawancara dengan metode kuesioner.

Data pada penelitian ini bersumber dari data sekunder. Sumber data

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul, misalnya melalui orang lain atau melihat dokumen.

D. Metode Analisis

1. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis

kualitatif yang bersifat deskriftif yang menjabarkan data yang diperoleh

dengan menggunakan analisis regresi linear berganda untuk yang

menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data, yaitu dengan

memberikan gambaran tentang pengaruh dari faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi audit delay. Metode analisis data akan dilakukan dengan

bantuan aplikasi komputer program SPSS versi 16.

Statistik deskriftif digunakan untuk menggambarkan data dalam

bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan

melalui hipotesis. Data dipresentasikan ke dalam bentuk deskriftif tanpa

58
diolah dengan tekhnik-tekhnik analisis statistik lainnya. (Sarwono,

2009:35)

Menurut Sugiyono (2005:144) Statistik parametris digunakan

untuk untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji

ukuran populasi melalui data sampel. Dalam statistik, pengujian parameter

melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik.

Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada

asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris

memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data

yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam

penggunaan salah salah satu test mengharuskan data homogen, dalam

regresi harus terpenuhi asumsi liniaritas.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan utuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau atau residual memiliki distribusi

normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa

nilai residual mengikuti distribusi normal. Dengan menggunakan

analisis grafik yaitu Normal P-P Plot data yang ditunjukkan menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka

model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas (Ghozali

2002:110).

59
b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2002:91) Uji Multikolinearitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal.

Variabel Ortogonal adalah variabel independen yang nilai

korelasi antar sesama variable independen sama dengan nol.

Dampak dari adanya multikolonieritas adalah sebagai berikut:

1) Pengaruh masing-masing variabel bebas tidak dapat dideteksi atau

sulit dibedakan.

2) Kesalahan standar estimasi cenderung meningkat dengan makin

bertambahnya variabel bebas.

3) Tingkat signifikan yang digunakan untuk menolak hipotesis nol

(Ho) semakin besar.

4) Profitabilitas untuk menerima hipotesis yang salah (kesalahan 2)

semakin besar.

5) Kesalahan standar bagi masing-masing koefisien yang diduga

sangat beasr, akibatnya nilai t menjadi sangat rendah.

60
c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residul satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varian dari residul satu pengamatan

kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model

regensi yang baik adalah yang homoskedistisitas atau tidak terjadi

heteroskesdatisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi

heteroskesdatisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili

berbagai ukuran (kecil<sedang dan besar).

Dampak dari adanya heteroskesdatisitas adalah:

1) Penaksir (estimator) yang diperoleh menjadi tidak efisien, hal ini

disebabkan karena varisinya sudah tidak minim lagi (tidak efisien).

2) Kesalahan baku koefisien regresi akan terpengaruh, sehingga akan

memberikan indikasi yang salah dan koefisien determinasi

memperlihatkan daya penjelasan yang terlalu besar.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai

prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot

antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah

diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesugguhnya)

yang telah di-studentized (Ghozali 2002:105).


61
d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regensi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokolerasi.

Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan

pengganggu) tidak bebas dari satu obsevasi ke observasi lainnya. Hal

ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena

gangguan pada seseorang individu kelompok cenderung

mempengaruhi gangguan pada individu kelompok yang sama pada

periode berikutnya.

Pada data erossection (silang waktu), masalah autokolerasi

relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda

berasal dari individu kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik

adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali 2002:95).

Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan:

1) Varian sampel tidak dapat menggambarkan varians populasi.

2) Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk

menduga nilai variabel terikat dari nilai variabel bebas tertentu.

3) Varians dari koefisiennya menjadi tidak minim lagi, sehingga

koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat.

62
4) Uji t tidak berlaku lagi, jika uji t tersebut tetap digunakan, maka

kesimpulan yang diperoleh salah.

5) Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui

autokorelasi adalah dengan melihat Durbin Waston. Ho diterima

apabila nilai DW berada diantara angka -2<d<2.

3. Uji Hipotesis

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data diatas dpat

diproses sesuai dengan jenis data dan kemudian disajikan dalam bentuk

tabel dan angka dalam metode statistik. sebagai berikut:

a. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Menurut Ghazali (2005:83) Untuk menentukan seberapa besar

variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu

diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R- Square). Nilai R2

yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir

sama semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi.

b. Uji F (Statistik)

Menurut Ghozali (2005:84) Uji F pada dasarnya digunakan

untuk melihat apakah variabel independen dapat memprediksi atau

memiliki pengaruh terhadap variabel dependen sebagai variabel yang

dipengaruhi. Dengan syarat jika probabilitas memenuhi taraf

signifikasi lebih kecil dari 0,05.

Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ho diterima,

Jika nilai signifikan > 0,05, maka Ho ditolak.


63
c. Koefisien Regresi

Menurut Sarwono (2008:100) kofisien regresi menggambarkan

persamaan regresi untuk mengetahui angka konstan dan uji hipotesis

signifikansi koefisien regresi. Persamaan regresinya adalah Y= a + bx.

d. Uji t-statistik

Menurut Sarwono (2008:101) uji t-Statistik digunakan untuk

menguji signifikansi konstanta dan variabel-variabel independen. Uji t-

statistik dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t

tabel.

E. Operasional Variabel Penelitian

Abdul Hamid (2007:3) menyatakan bahwa:

Batasan operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian


variabel yang digunakan dalam penulisan. Variabel penelitian ini merupakan
suatu atribut atau sifat atau nilai dan orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian kali ini variabel yang digunakan adalah variabel

dependen dan variabel independent. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah audit delay, diukur dengan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan

audit laporan keuangan tahunan, yaitu berdasarkan lamanya hari yang

dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan

keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan

yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor

independen. Variabel ini dilambangkan dengan AD.


64
Sedangkan variabel independennya yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi audit delay. Faktor-faktor tersebut terdiri dari:

1. Ukuran perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan (Size) diukur dari jumlah total aktiva, baik

aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

Total aktiva dirumuskan dengan menggunakan rumus:

Size = Log total aktiva

2. Umur perusahaan (Age)

Umur perusahaan (Age) diukur sejak perusahaan tercatat efektif di

Bursa Efek Indonesia (BEI), (yang sebelumnya Bursa Efek Jakarta dan

Bursa Efek Surabaya).

3. Ukuran KAP (UK)

Ukuran KAP diukur dengan menggunakan dummy variable dengan

cara mebagi KAP dalam dua kelompok yaitu, KAP yang bermitra dengan

KAP big four dan KAP yang tidak bermitra dengan KAPbig four.

1 untuk KAP yang bermitra dengan KAP big four.

0 untuk KAP yang tidak bermitra dengan KAPbig four.

4. Struktur Kepemilikan Perusahaan (SKP)

Struktur kepemilikan perusahaan diukur dengan menggunakan

dummy variable dengan cara membagi perusahaan dalam dua kelompok

yaitu, perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh manajmen perusahaan

(dewan direksi) dan perusahaan yang sahamnya tidak dimiliki oleh

manajmen perusahaan (dewan direksi).


65
1 untuk perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh manajmen perusahaan

(dewan direksi)

0 untuk perusahaan yang sahamnya tidak dimiliki oleh manajmen

perusahaan (dewan direksi)

5. Opini audit (AO)

Ukuran KAP diukur dengan menggunakan dummy variable dengan

cara mebagi perusahaan dalam dua kelompok yaitu, perusahaan yang

meperoleh jenis opini unqualified dan perusahaan yang memperoleh jenis

opini selain unqualified.

1 untuk perusahaan yang meperoleh jenis opini unqualified.

0 untuk perusahaan yang meperoleh jenis opini selain unqualified.

Tabel 3.1
Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Variabel Pengukuran Skala


Dependen
Audit delay (AD) AD = n Hari Rasio
Independen
Uukuran perusahaan (size) Size = Log Total aktiva Rasio
Umur perusahaan (age) Age = n Hari Rasio
Ukuran KAP (UK) Variabel dummy Nominal
Struktur Kepemilikan Variabel dummy Nominal
Perusahaan (SKP)
Variabel dummy Nominal
Opini audit (OA)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Sampel yang menjadi objek dalam penelitian kali ini adalah

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2004

sampai dengan tahun 2007. Perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan

yang termasuk kedalam kategori perusahaan fiansial dan perusahaan

manufaktur.

Pemilihan kategori jenis perusahaan tersebut didasarkan pada

pertimbangan peneliti dengan melihat pada kondisi saat ini, dimana

perkembangan dalam industri finansial sangat berkembang pesat, hal ini dapat

dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan finansial yang melakukan

perluasan, misalnya perusahaan perbankan terutama perbankan syariah yang

terus menambah unit-unit usaha barunya. Sedangkan untuk pemilihan sampel

manufaktur didasarkan karena perusahaan manufaktur tergolong kedalam

perusahaan yg cukup besar dan mempunyai potensi untuk terus dapat

dikembangkan. Oleh karena itu kedua jenis perusahaan tersebut sering

mendapat perhatian yang cukup besar dari para investor untuk tujuan

investasinya, sehingga laporan audit dari kedua jenis perusahaan tersebut akan

sangat bermanfaat bila desajikan tepat waktu bagi para investor, sebagai bahan

pertimbangan dalam melakukan investasi.

67
67
Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian kali ini

adalah metode Judgment Sampling or Purposive yaitu pengumpulan data atas

dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Metode penentuan

sampel ini berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau

pertimbangan semata dari peneliti. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini

adalah:

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun

penelitian yaitu tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007.

2. Perusahaan yang termasuk kedalam kategori perusahaan finansial dan

perusahaan manufaktur.

3. Perusahaan yang memiliki akhir tahun buku 31 Desember.

4. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan tahunan dari tahun 2004

sampai dengan 2007.

Dari hasil penelitian didapat sampel yang memenuhi kriteria sebanyak

150 sampel berupa laporan tahunan (annual report) dari 42 perusahaan yang

diteliti. Perusahaann-perusahaan tersebut terdiri dari 22 perusahaan finansial

dan 20 perusahaan manufaktur. Sampel ini didapat berdasarkan laporan

tahunan (annual report) q perusahaan finansial dan perusahaan manufaktur

yang tersedia di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian.

Berikut adalah tabel data sampel penelitian perusahaan financial dan

manufaktur yang laporan tahunannya (annual report) tersedia di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode penelitian:

68
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
Tahun Tahun Tahun Tahun
Kategori
2004 2005 2006 2007
Perusahaan Finansial 19 20 21 15
Perusahaan Manufaktur 20 20 20 15
Jumlah 39 40 41 30

Sumber: Data dari BEI

B. Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriftif digunakan untuk menggambarkan data dalam

bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan

melalui hipotesis. Data dipresentasikan ke dalam bentuk deskriftif tanpa

diolah dengan teknik-teknik statistik lainnya (Sarwono 2009:35).

Tabel 4.2
Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
39Size 150 9.3 13.8 11.593 .9888
Age 150 53 9411 3812.63 2043.327
UK 150 0 1 .43 .496
SKP 150 0 1 .26 .440
OA 150 0 1 .54 .500
AD 150 17 127 68.99 21.808
Valid N
150
(listwise)

Sumber: Data di olah

69
Tabel Analisis Descriptive Statistics diatas mempunyai maksud

sebagai berikut:

1. Nilai minimum untuk Size (ukuran perusahaan) diukur berdasrkan total

aktiva adalah sebesar Log 9,3 atau sama dengan 0,97 T, nilai

maksimum sebesar Log 13,8 atau sama dengan 1,14 T, rata-rata size

(ukuran perusahaan) sebesar Log 11,593 atau sama dengan 1,06 T dan

standar deviasi sebesar Log 0,9888 atau sama dengan 0,005 T.

2. Nilai minimum untuk Age (umur perusahaan) diukur berdasarkan

lamanya hari sejak perusahaan tercatat efektif di BEI adalah sebesar 53

(hari), nilai maksimum sebesar 9411 (hari), rata-rata age (umur

perusahaan) sebesar 3812,63 (hari), dan standar deviasi sebesar

2043,327.

3. Nilai minimum untuk UK (ukuran KAP) diukur berdasarkan dummy

variable adalah sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1, rata-rata UK

(ukuran KAP) sebesar 0,43 dan standar deviasi sebesar 0,496.

4. Nilai minimum untuk SKP (struktur kepemilikan perusahaan) diukur

berdasarkan dummy variable adalah sebesar 0, nilai maksimum sebesar

1, rata-rata SKP (struktur kepemilikan perusahaan) sebesar 0,26 dan

standar deviasi sebesar 0,44.

70
5. Nilai minimum untuk OA (opini audit) diukur berdasarkan dummy

variable adalah sebesar 0, nilai maksimum sebesar 1, rata-rata OA

(opini audit) sebesar 0,54 dan standar deviasi sebesar 0,5.

6. Nilai minimum untuk AD (audit delay) diukur berdasarkan lamanya

hari sejak tutup tahun buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai

dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen adalah

sebesar 17 (hari), nilai maksimum sebesar 127 (hari), rata-rata AD

(audit delay) sebesar 68,99 (hari) dan standar deviasi sebesar 21,808

(hari).

Berdasarkan hasil anlisis statistik desktiftif tersebut dapat

disimpulkan bahwa nilai rata-rata audit delay (AD) yang terjadi adalah

sebesar 68,99 hari. Nilai rata-rata audit delay ini berbeda dengan hasil

penelitian-penelitian sebelumnya. Nilai rata-rata audit delay pada

penelitian kali ini lebih panjang jika dibandingkan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Budi, nilai rata-rata audit delay yang diperoleh dalam

penelitian Budi adalah sebesar 54 hari dan nilai rata-rata audit delay (AD)

pada penelitian kali ini lebih pendek dari hasil penelitian- penelitian

lainnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hilma nilai rata-rata audit

delay yang diperoleh adalah sebesar 72,24 hari, hasil penelitian Jeane dan

Rustiana sebesar 84,45 hari serta hasil penelitian Titik dan Maria nilai

rata-rata audit delay yang diperoleh adalah sebesar 78,29 hari.

71
2. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas yang digunakan adalah dengan menggunakan

analisis grafik Normal P-P Plot data yang ditunjukan menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model

regresi dapat dikatakan memenuhi syarat asumsi normalitas.

Berikut ini adalah hasil dari uji analisis grafik normal P-P Plot:

Gambar 4.1
Output Pengujian Normalitas Data

Histogram
Normal P-P Plot of Regression Standardized
Residual
Dependent Variable: AD
Dependent Variable: AD
40

1.0

30
0.8

20 0.6

0.4
10

0.2
0 Mean =-2.52
E-16
-3 -2 -1 0 1 2 3 Std. D ev. = 0. 0.0
983 0.0 0.2 0.4 0.6 0 .8 1 .0
Regression Standardized N =150
Residua l Observed Cum Prob

Sumber: Data diolah

Berdasrkan P-P Plot grafik diatas dapat dilihat bahwa data (titik)

menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah

garis diagonal. Begitupun dengan grafik histogramnya menunjukan pola

distribusi normal. Maka data layak digunakan dalam statistik

parametrik karena memenuhi asumsi normalitas.

72
b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel

independen. Jika variabel independen saling berkolerasi maka, maka

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Hasil uji multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua

ukuran ini menunjukan setiap variabel independen dan manakah yang

dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur

variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

independen lainnya.

Berikut ini adalah hasil dari uji Multikolinearitas:

Tabel 4.3
Output Pengujian Multikolinearitas
Coefficients(a)
Standa
rdized
Unstandardized Coeffi Collinearity
Coefficients cients T Sig. Statistics
Model Std. Toler
B Error Beta ance VIF
1 (Constant) 25.574 20.726 1.234 .219
Size 3.685 1.704 .167 2.162 .032 .945 1.058
Age .001 .001 .085 1.076 .284 .905 1.104
UK -14.802 3.439 -.337 -4.304 .000 .921 1.085
SKP 6.174 3.734 .125 1.653 .100 .994 1.006
OA 3.608 3.404 .083 1.060 .291 .926 1.080
a Dependent variable: AD

Sumber: Data diolah

73
Berdasrkan tabel coefficients nilai tolerance variabel size

(ukuran perusahaan), age (umur perusahaan), UK (ukuran perusahaan),

SKP (struktur kepemilikan perusahaan) dan opini audit berkisar antara

0,905 sampai 0,994 atu lebih besar dari 0,10. Hasil perhitungan nilai

tolerance tersebut menunjukan tidaka ada variabel independen yang

memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi

antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation

Factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel

independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel

independen dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu

pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.

Model regensi yang baik adalah yang homoskedistisitas atau tidak

terjadi heteroskesdatisitas. Kebanyakan data crossection mengandung

situasi heteroskesdatisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili

berbagai ukuran (kecil<sedang dan besar).

74
Berikut ini adalah hasil dari uji Heteroskedastisitas:

Gambar 4.2
Output Pengujian Heteroskedasitas
Scatterplot

Dependent Variable: AD
2

-1

-2
-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Studentized Residual

Sumber: Data diolah

Dari grafik scatterplots diatas terlihat bahwa titik-titik

menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka

0 pada sumbu Y. berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regensi

linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi

korelasi,maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi

muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu satu sama

lainnya.

75
Berikut ini adalah hasil dari uji Autokorelasi:

Tabel 4.4
Output Pengujian Autokorelasi
Model Summary(b)
Adjusted Std. Error of Durbin-
Model R R Square
R Square the Estimate Watson
1 .433(a) .187 .159 19.997 .966
a Predictors: (Constant), OA, UK, SKP, Size, Age
b Dependent Variable: AD

Sumber: Data diolah

Uji Autokorelasi yang digunakan adalah Uji Durbin-Waston

(DW test). Berdasarkan tabel diatas nilai Durbin-Waston sebesar

0,966, nilai ini akan dibandingkan dengan dengan nilai tabel dengan

menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 150 (n) dan jumlah

variable independen 5 (k=5), maka dari tabel Durbin-Waston

didapatkan nilai dl (batas bawah) sebesar 1,665 dan du (batas atas)

sebesar 1,802. Karena nilai Durbin-Waston lebih besar dari 0 (nol) dan

kurang dari 1,665 atau berada pada wilayah 0<d<dl dan tidak terdapat

autokorelasi positif, maka dapat disimpulkan bahwa dalam model

regresi tersebut tidak terdapat masalah autokorelasi dan data tersebut

layak digunakan dalam penelitian.

76
3. Uji Hipotesis

a. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Uji R2 (Koefisien Determinasi) adalah untuk menentukan

seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel

dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted

R- Square). Nilai R2 yang mendekati 1 berarti variabel independen

memberikan hampir sama semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi.

Berikut ini adalah hasil dari uji R 2 (Koefisien Determinasi):

Tabel 4.5
Uji R dan Adjusted
Model Summary(b)
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Estimate
Square
1 .433(a) .187 .159 19.997
a Predictors: (Constant), OA, UK, SKP, Size, Age
b Dependent Variable: AD

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas nilai Adjusted R square sebesar 0,159.

Angka Adjusted R square tersebut merupakan koefisien determinasi.

Besarnya koefisien determinasi 0,159 atau sama dengan 15,9% jumlah

prediksi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay yang terjadi

dijelaskan dengan menggunakan variabel size, age, UK, SKP dan OA.

Sedangkan sisanya, yaitu 84,1% (100% - 15,9%) dapat dijelaskan oleh

faktor-faktor penyebab lainnya. Dengan kata lain, besarnya pengaruh

77
variabel-variabel independen size, age, UK, SKP dan OA tersebut

terhadap variabel dependen audit delay ialah sebesar 15,9%.

Faktor-faktor penyebab lainnya yang diprediksi dapat

mempengaruhi audit delay adalah seperti yang diungkapkan dalam

penelitian-penelitian terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh Titik dan Maria (2005) mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi Audit delay, faktor-faktor tersebut adalah solvability,

liquidity, dan item-item luar biasa dan/atau kontijensi (extra).

Pengaruh ROA (return on asset) dan Internal Auditor dalam penelitian

yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas (2005). Pengaruh debt to total

asset dan pengumuman laba/rugi dalam penelitian Jeane dan Rustiana

(2007). Serta profitabilitas dan solvabilitas dalam penelitian yang

dilakukan oleh Sistya (2008).

b. Koefisien Regresi

Berikut ini adalah hasil dari uji F Statistik:

Tabel 4.6
Koefisien Regresi dan Uji t Statistik
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Beta T Sig.
Error
1 (Constant) 25.574 20.726 1.234 .219
Size 3.685 1.704 .167 2.162 .032
Age .001 .001 .085 1.076 .284
UK -14.802 3.439 -.337 -4.304 .000
SKP 6.174 3.734 .125 1.653 .100
OA 3.608 3.404 .083 1.060 .291
a
Dependent Variable: AD

Sumber: Data diolah


78
Koefisien regresi menggambarkan persamaan regresi untuk

mengetahui angka konstan dan uji hipotesis signifikansi koefisien

regresi:

Persamaan Regresinya:

Y = a + b x1 x2 x3 x4 x5

Y = 25,574 + 3,685 (size) + 0,001 (age) 14,802 (UK) + 6,174 (SKP)

+ 3,608 (OA)

Dimana:

Hasil diatas dapat dijelaskan bahwa Nilai konstanta sebesar

25,574 menyatakan bahwa jika variabel independen yaitu size, age,

UK, SKP dan OA dianggap konstan (tidak ada penambahan), maka

rata-rata audit delay sebesar 2557,4%.

Selanjutnya nilai koefesien size sebesar 3,685 menunjukkan

bahwa setiap penambahan size sebesar 1% akan meningkatkan audit

delay sebesar 368,5%. Nilai koefesien age sebesar 0,001

menunjukkan bahwa setiap penambahan age sebesar 1% akan

menngkatkan audit delay sebesar 0,1%. Nilai koefisien UK sebesar

14,802 menunjukkan bahwa setiap penambahan UK sebesar 1% akan

menurunkan audit delay sebesar 1480,2%. Nilai koefisien SKP

sebesar 6,174 menunjukkan bahwa setiap penambahan SKP sebesar

1% akan meningkatkan audit delay sebesar 617,4%. Nilai koefisien

OA sebesar 3,608 menunjukkan bahwa setiap penambahan OA

sebesar 1% akan meningkatkan audit delay sebesar 360,8%.

79
Berdasarkan hasil persamaan regresi linier berganda, hasil

penelitian ini menunjukan bahwa size (ukuran perusahaan), age (umur

perusahaan), SKP (struktur kepemilikan perusahaan) dan OA (opini

audit) memilikik pengaruh yang positif terhadap AD (audit delay).

Artinya semakin besar nilai dari variabel-variabel independen

tersebut, maka akan semakin meningkatkan audit delay. Sedangkan

variabel UK (ukuran KAP) memiliki pengaruh yang negatif terhadap

audit delay.

c. Uji t-statistik

Uji t-Statistik digunakan untuk menguji signifikansi konstanta

dan variabel-variabel independen. Uji t-statistik dilakukan dengan cara

membandingkan t hitung dengan t tabel. T tabel diperoleh dengan

melihat tabel distribusi t pada alpha= 5%.

Hipotesis: H0= koefisien regresi tidak signifikan

H1= koefisien regresi signifikan

Keputusan: Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima.

Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.

Hasil uji t untuk variabel size (ukuran perusahaan) mempunyai

signifikansi 0,032 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena nilai hasil

uji t untuk variabel size (ukuran perusahaan) lebih besar dari 0,05 maka

H1 di terima. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa size

(ukuran perusahaan) berpengaruh secara signifikan terhadap audit

delay. Pengaruh size (ukuran perusahaan) terhadap AD (audit delay) ini

80
disebabkan karena semakin besar size (ukuran perusahaan) semakin

panjang waktu yang dibutuhkan untuk mengaudit laporan keuangan

perusahaan. Jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki size

(ukuran perusahaan) yang lebih kecil. Selain itu perusahaan yang

berukuran besar mempunyai akun-akun yang lebih bervariasi dan

mempunyai saldo akun yang lebih besar sehingga dibutuhkan waktu

yang lebih lama untuk proses pengauditannya. Sedangkan menurut

Dyer dan Hugh (1975) dalam Jeaned dan Rustiana (2004) menyatakan

bahwa perusahaan yang besar cenderung melaporkan laporan

keuangannya lebih cepat dibandingkan perusahaan yang lebih kecil

karena manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk

mengurangi masalah audit delay. Dorongan Ini disebabkan karena

perusahaan besar diawasi oleh para investor, asosiasi perdagangan dan

oleh agen regulator. Disamping itu perusahaan besar meghadapi

tekanan yang kuat untuk menyampaikan laporan keuangan lebih cepat

dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Hasil penelitian variable size (ukuran perusahaah) ini serupa

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik dan Maria (2005),

Jeane dan Rustiana (2007) dan Sstya (2008) yang menunjukan bahwa

variabel yang signifikan mempengaruhi audit delay adalah asset (size

perusahaan), begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Luciana

dan Lucas (2006) ukuran perusahaan signifikan mempengaruhi

penyelesaian penyajian laporan keuangan. Namun hasil penelitian ini

81
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari (2007) dan

Hilma (2007) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.

Hasil uji t untuk variabel age (umur perusahaan) mempunyai

signifikansi 0,284 yang berarti lebih besar dari 0.05. karena nilai hasil

uji t untuk variabel age (umur perusahaan) lebih besar dari 0.05 maka

H2 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa age (umur

perusahaan) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.

Hal ini disebabkan karena baik perusahaan yang baru ataupun

perusahaan yang memiliki umur lebih tua apabila perusahaan-

perusahaan tersebut mempunyai manajemen yang baik dan mempunyai

akuntan yang kompten, maka perusahaan-perusahaan tersebut dapat

menyajikan laporan keuangannya dengan baik, karena akuntan publik

yang mengaudit perusahaan tersebut tidak akan mengalami masalah

keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan atau audit delay.

Hasil penelitian variable age (umur perusahaan) ini serupa

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hilma (2007) yang

menunjukan bahwa variabel age (umur perusahaan) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap audit delay. Namun hasil penelitian ini

berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Lucas

(2006) yang menunjukan bahwa age (umur perusahaan) berpengaruh

secara signifikan terhadap audit delay.

82
Hasil uji t untuk variabel UK (ukuran KAP) mempunyai

signifikansi 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0.05. karena nilai hasil

uji t untuk variabel UK (ukuran KAP) lebih kecil dari 0.05 maka H3

diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa UK (ukuran

KAP) berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Pengaruh

UK (ukuran perusahaan) terhadap audit delay ini disebabkan karena

KAP besar (the Big Four) dianggap memiliki akuntan publik yang telah

memenuhi standar umum sebagai auditor, dimana seorang auditor harus

memiliki skil yang baik, harus independen dan harus menggunakan

keahliannya secara cermat sehingga para auditor dapat menyelesaikan

tugas auditnya secara tepat waktu dan terhindar dari masalah audit

delay. Selain itu KAP besar dianggap mempunyai pengalaman yang

lebih banyak dan mendapatkan insentif yang lebih besar dari pada KAP

kecil, oleh karena itu untuk mempertahankan eksistensinya maka KAP

besar akan selalu berupaya untuk menyelesaikan penyajian laporan

keuangan auditannya secara tepat waktu.

Hasil penelitian variable UK (ukuran KAP) ini serupa dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari (2007) dan Sstya (2008)

yang menunjukan bahwa variabel UK (ukuran KAP) berpengaruh

secara signifikan audit delay. Namun hasil penelitian ini berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik dan Maria (2005) dan

Jeane dan Rustiana (2007) yang menunjukan bahwa UK (ukuran KAP)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.

83
Hasil uji t untuk SKP (Struktur Kepemilikan Perusahaan)

mempunyai signifikansi 0,100 berarti lebih besar dari 0.05. karena nilai

hasil uji t SKP (Struktur Kepemilikan Perusahaan) lebih besar dari 0.05

maka H4 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa SKP

(Struktur Kepemilikan Perusahaan) tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap audit delay. Hal ini dikarenakan baik perusahaan yang

melakukan pemisahan atapun tidak, antara pemilik perusahaan dengan

managernya apabila melakukan kontrol yang kuat cenderung akan

memiliki performansi perusahaan yang baik dan dapat menyajikan

laporan keuangna perusahaannya dengan baik maka akuntan publik

yang mengaudit perusahaan tersebut tidak akan mengalami masalah

keterlambatan penyajian laporan keuangan atau audit delay.

Hasil penelitian variable SKP (Struktur Kepemilikan

Perusahaan) ini berbeda dengan hasil penelitian mengenai SKP

(Struktur Kepemilikan Perusahaan) sebelumnya yang dilakukan oleh

Maman, Merita dan Mery (2006) yang menunjukan bahwa variabel

SKP (Struktur Kepemilikan Perusahaan) berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja perusahaan.

Hasil uji t untuk OA (opini audit) mempunyai signifikansi 0,291

berarti lebih besar dari 0.05. karena nilai hasil uji t OA (opini audit)

lebih besar dari 0.05 maka H5 ditolak. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa OA (opini audit) tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap audit delay. Hal ini dikarenakan baik perusahaan

84
yang memperoleh pendapat unqualified atapun pendapat selain

unqualified apabila diaudit oleh KAP, yang terdiri dari auditor yang

telah memenuhi standar umum sebagai auditor yang memiliki skil yang

baik, independen dan menggunakan keahliannya secara cermat maka

para auditor dapat menyelesaikan penyajian laporan keuangan

auditannya secara tepat waktu dan terhindar dari masalah audit delay.

Hasil penelitian variable OA (opini audit) ini berbeda dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari (2007) yang menunjukan

bahwa OA (opini audit) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

audit delay.

Berdasarkan pada hasil analisis uji t-statistik, dari hasil penelitian

ini menunjukan bahwa variabel size (ukuran peusahaan) dan UK

(ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap AD (audit delay).

Sedangkan untuk variabel-variabel independen lainnya yaitu, age (umur

perusahaan), SKP (struktur kepemilikian perusahaan) dan OA (opini

audit) tidak berpengaruh signifikan terhadap AD (audit delay).

d. Uji F Statistik

Uji F Statistik pada dasarnya digunakan untuk melihat apakah

variabel independen dapat memprediksi atau memiliki pengaruh

terhadap variabel dependen sebagai variabel yang dipengaruhi. Dengan

syarat jika probabilitas memenuhi taraf signifikasi lebih kecil dari 0,05.

Dari hasil pengujian Anova atau F test didapat nialai F hitung sebesar

6,644 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil

85
dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi audit

delay atau dapat dikatakan bahwa size, age, UK, SKP dan OA secara

bersama-sama berpengaruh terhadap AD (audit delay).

Berikut ini adalah hasil dari uji F Statistik:

Tabel 4.7
Uji F Statistik
ANOVA(b)
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 13282.805 5 2656.561 6.644 .000(a)
Residual 57581.168 144 399.869
Total 70863.973 149
a Predictors: (Constant), OA, UK, SKP, Size, Age
b Dependent Variable: AD

Sumber: Data diolah

Berdasrkan hasil uji F, hasil penelitian ini menunjukan bahwa

bahwa size, age, UK, SKP dan OA secara bersama-sama berpengaruh

terhadap AD (audit delay). Hal ini serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sistya (2008) yang menunjukan bahwa secara bersama-

sama terdapat pengaruh yang signifikan antara seluruh variabel

independen (profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan

dan KAP) terhadap variabel dependen (audit delay). Dan bertolak

belakang dengan hasil penelitian Titik dan Maria dimana hasil F test

terhadap audit delay secara serentak variabel asset, ROA, IA dan KAP

tidak berpengaruh terhadap audit delay.

86
Hasil pengujian menunjukan bahwa size, age, UK (ukuran KAP),

SKP (struktur kepemilikan perusahaan) dan OA (opini audit) secara

bersama-sama berpengaruh terhadap AD (audit delay). Semakin besar

size (ukuran perusahan) maka semakin memperpanjang audit delay hal

ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar mempunyai

akun-akun yang lebih bervariasi dan mempunyai saldo akun yang lebih

besar sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk proses

pengauditannya. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin

banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya dan makin besar

pula tekanan untuk mengolah informasi tersebut. sehingga pihak

manajemen perusahaan akan memiliki kesadaran yang lebih tinggi

megenai pentingnya informasi, dalam mempertahankan eksistensi

perusahaan. Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut

dengan baik untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan.

Semakin tinggi kesadaran manajemen mengenai pentingnya informasi

bagi pihakpihak yang berkepentingan, akan membuat penyajian

laporan keuangan menjadi lebih tepat waktu (Luciana dan Lucas

2006:5).

Age (umur perusahaan) mempunyai pengaruh terhadap terhadap

AD (audit delay). Menurut OwusuAnsah, dalam penelitian Rachmaf

Saleh, mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih

tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan

dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah

87
memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan

keuangan akan dapat disajikan lebih tepat waktu (Luciana dan Lucas

2006:8).

UK (ukuran KAP) mempunyai pengaruh terhadap terhadap AD

(audit delay). Kantor akuntan publik besar (the Big Four) akan

membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit,

dibandingkan dengan KAP biasa, karena KAP the Big Four diyakini

mempunyai kualitas auditor yang lebih baik, mempunyai banyak

pengalaman dan memperoleh insentif yang lebih tinggi. Menurut Giling

(1977) dalam Luciana dan Lucas (2006:275) menyatakan bahwa KAP

the Big Four dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien

dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk

menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Disamping itu KAP besar

memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan

auditnya lebih cepat dibanding KAP lainnya. Waktu audit yang lebih

cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasi

mereka.

SKP (struktur kepemilikan perusahaan) mempunyai pengaruh

terhadap terhadap AD (audit delay). Perusahaan yang melakukan

pemisahan antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang

kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek

(Maman, dkk 2006:17). Oleh karena itu struktur kepemilikian

perusahaan dapat mempengaruhi perfomansi perilaku dan perusahaan,

88
kaitannya dengan audit delay adalah perusahaan yang melakukan

pemisahan antara pemilik dan manager lalu melakukan kontrol yang

kuat cenderung memiliki performansi perusahaan yang lebih jelek akan

memperpanjang audit delay.

OA (opini audit) mempunyai pengaruh terhadap terhadap AD

(audit delay). Berdasarkan penelitian yang dilakuakan oleh Whittred

(1980) membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami

oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified (wajar dengan

pengecualian), dimana auditor menyatakan bahwa laporan keuangan

menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal

yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

89
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay, dimana faktor-faktor yang

dimaksud adalah ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), UK

(ukuran KAP), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA).

Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor ukuran perusahaan (size) dan ukuran KAP (UK) berpengaruh

secara signifikan terhadap audit delay.

2. Faktor umur perusahaan (age), struktur kepemilikan perusahaan (SKP)

dan opini audit (OA) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit

delay.

3. Faktor ukuran KAP (UK) adalah faktor yang paling dominan

mempengaruhi audit delay.

4. Ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP (UK),

struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA) berdasarkan

uji statistik secara bersama-sama mempengaruhi audit delay,

90

90
B. Implikasi

Implikasi pada penelitian ini didasarkan dari kesimpulan bahwa

Faktor-faktor ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age), ukuran KAP

(UK), struktur kepemilikan perusahaan (SKP) dan opini audit (OA) secara

bersama-sama mempengaruhi audit delay. Implikasinya adalah sebagai

berikut:

1. Membantu para auditor dalam mengidentifikasikan faktor-faktor yang

mempengaruhi audit delay, sehingga diharapkan masalah mengenai

keterlambatan penyajian laporan keuangan (audit delay) semakin

berkurang.

2. Membantu profesi publik akuntan dalam mengendalikan faktor-faktor

yang menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya audit delay, dalam

rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit.

3. Memberikan informasi kepada investor dalam rangka keputusan investasi

atas perusahaan yang dimilikinya terutama mengenai pengaruh ukuran

perusahaan (size) terhadap audit delay.

4. Menambah literatur penelitian mengenai audit delay ditinjau dari faktor-

faktor yang mempengaruhinya seperti, ukuran perusahaan (size), umur

perusahaan (age), ukuran KAP (UK), struktur kepemilikan perusahaan

(SKP) dan opini audit (OA) yang berpengaruh terhadap lama atau

pendeknya audit delay.

91
C. Saran

Berdasarkan hasil temuan, maka terdapat beberapa hal dari hasil

penelitian ini yang relevan dijadikan sebagai saran untuk penelitian

selanjutnya, yaitu:

1. Memperluas sampel yang digunakan, tidak dikhususkan pada perusahaan-

perusahaan yang termasuk kedalam kategori perusahaan finansial dan

perusahaan manufaktur saja.

2. Memperbanyak jumlah sampel perusahaan yang diteliti untuk

mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.

3. Memperbanyak variansi faktor-faktor yang diprediksi dapat

mempengaruhi audit delay misalnya, pengaruh tekhnologi informasi,

tingkat aktivitas perusahaan dan faktor-faktor lainnya.

4. Menggunakan data yang lebih baik lagi, misalnya data laporan keuangan

yang bersumber langsung dari perusahaan-perusahaan yang di teliti.

92
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Halim. Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan), Jilid 1, UPP


AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.

Agoes, Sukrisno.Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) oleh kantor Akuntan


Publik, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta, 2000.

Amin, Widjaja Tunggal. Dasar-Dasar Audit Operasional, Harvarindo, Jakarta,


2008.

Arens, dkk. Auditing dan pelayanan verifikasi. Edisi 9, Jilid 1, Indeks, Jakarta,
2001.

Auditing dan pelayanan verifikasi. Edisi 9, Jilid 2, Indeks,


Jakarta, 2001.

Auditing dan Jasa Assurance Edisi ke Dua belas Jilid 1, Terjemah


Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta, 2008.

Aryati, Titik dan Maria Theresia. Media Riset Akuntansi: Auditing & Informasi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timelines, FE
Universitas Trisakti, Volume 5, Nomor 3, Desember 2005, Jakarta, 2005.

Budi, Astari Arfani. Skripsi S1, Analisis Faaktor-faktor yang mempengaruhi


Rentang waktu penyelesaian audit (Studi kasus pada perusahaan di BEJ),
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Boynton, dkk. Modern Auditing, Edisi 7, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 2003.

Modern Auditing, Edisi 7, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2003.

Deart, J. M. P. dan Rustiana. Beberapa Faktor yang Berdampak pada


Perbedaan Audit Delay (studi empiris pada Perusahaan-perusahaan
Keuangan yang Terdaftar di BEJ) Universitas Atma Jaya, KINERJA,
Volume 11, No.1, 2007,Yogyakarta, 2007.

Ghazali, Ahmad Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,


Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.

Hamid, Abdul. Panduan Penulisan Skripsi , Fakultas Ekonomi dan Ilmu


Sosial, 2007.

93

93
Hasni, Nur. Skripsi S1. Pengaruh Faktor Need For Approval dan Need For
Achievment terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. STIE
SEBI, Jakarta, 2008.

Hilma, Yahya Hamza dan Hepi Prayudiawan, Faktor faktor yang


Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit delay) Pasca
Keputusan BAPEPAM Nomor: KEP-36/PM/2003, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2007.

http;//www.bapepam.go.id

http;//www.idx.go.id

IAI. Kode Etik Ikatan Akuntansi Indonesia, IAI, Jakarta, 2001.

Isnanta, Rudi. Pengaruh corporate governance dan struktur kepemilikan


terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, 2008.

Kasmir, SE., MM. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1, Raja Grafindo


Persada, Jakarta, 2008.

Mulyadi. Auditing , Buku1, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2002.

Auditing , Buku 2, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2002.

Auditing, Buku Satu, Edisi ke-6, Universitas Gajah Mada, Salemba


Empat, Jakarta, 2008.

Munawir. Analisis Laporan Keuangan. Edisi ke-1, Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2008.

Ode, La, A. M. Gambaran Umum Proses Audit,artikel diakses tanggal 5


Oktober 2008, dari http://id.wordpress.com. Theme: Connections by
www.vanillamist.com

Rachmawati, Sistya. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan


Terhadap Audit Delay dan Timeliness, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta-Indonesia JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN,
VOL. 10, NO. 1, MEI 2008: 1-10, Jakarta 2008.

Sarwono, Jonathan. Statistik Itu Mudah (Panduan Lengkap untuk Belajar


Komputasi statistik Menggunakan SPSS16), ANDI Yaogyakarta, Bandung
2008.

94
Sawyer, L. B. dkk. Internal Auditing, Buku 1, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta,
2005.

Internal Auditing, Buku 2, Edisi 5, Salemba Empat,


Jakarta, 2005.

Setiawan, M. dkk Pengaruh struktur kepemilikan, karakteristik perusahaan, dan


karakteristik tata kelola korporasi terhadap kinerja perusahaan (Studi kasus
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta), Universitas
Padjadjaran, Bandung, 2006.

SR, Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi ke 4, Rineka Cipta, Jakarta,


1999,

Spica, L. A. dan Lucas Setiady. Faktor faktor yang Mempengaruhi


Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang
terdaftar di BEJ, STIE Perbanas, Surabaya 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2005. Susan,

Irawati. Auditing, Cetakan Kesatu, Pustaka, Bandung, 2008.

Syafri, Sofyan, Harahap. Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Bumi Aksara,


Jakarta, 2002.

Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 1. PT.


Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.

95

Anda mungkin juga menyukai