Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AGAMA II

PERSATUAN UMAT VIA SHOLAT

Kelompok 5:
Alghof Arwandana (081411631005)
Fandi Firmansyah (081411333005)
Prasetyo Adi Mukti (081411633008)
Pratomo Adi Atmaji (081411631041)
Pandu Patra Walujo (081411631021)
Husein Albari (081311533100)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam agama islam kita dikenalkan dengan amalan yang paling utama yaitu Sholat.
Mengapa sholat ini begitu penting sehingga Allah SWT meletakkan sebagai rukun islam yang
kedua yaitu setelah syahadat? Sholat ini juga merupakan amalan bagi manusia yang akan dihisab
pertama kali (langsung) oleh Allah SWT di akhirat kelak. Banyak diantara kita yang seringkali
mendengar Dirikanah Sholat bukan Laksanakan Sholat, karena mendirikan sholat itu sendiri
merupakan hal yang berbeda dari sekedar melaksanakan sholat. Banyak orang muslim yang
menunaikan sholat tetapi sedikit sekali yang mendirikan sholat. Orang yang mendirikan sholat
sudah pasti ia tidak akan melakukan perbuatan keji dan hina sekalipun. Karena ketika ia
mendirikan sholat, Allah SWT menerima sholatnya dan sudah pasti menjadikan orang tersebut
sebagai mukmin sejati.

Lalu apa sejatinya yang menghubungkan sholat dengan persatuan umat? Kita mengetahui
bahwa amalan paling wajib dan paling besar ialah sholat, maka seluruh umat muslim dari segala
penjuru dunia pasti melakukan sholat. Di dalam sholat kita dikenalkan dengan berbagai rukun
sholat yang mengajarkan tata dan perilaku serta adab dalam pelaksanaan sholat. Tentu ini bukan
tanpa alasan. Hingga sebuah negara dikatakan apakah sudah menjadi sebuah negara yang baik?
Apakah suatu negara penduduknya saling damai, saling menciptakan keadilan dan kerukunan antar
umatnya? Hal yang harus diperhatikan pertama kali ialah apakah sholat berjamaah diantara umat
di suatu negara tersebut sudah dilakukan? Apakah barisan shaf sholatnya sudah rapat? Sebegitu
detail Allah SWT mengatur umatnya dan memberikan adab-adab dalam sholat yang memberikan
arti di setiap detail gerakan. Umat islam tidak akan pernah hancur walau perang dengan bangsa
manapun karena apabila persatuan umat islam sudah terbentuk InsyaAllah Allah SWT akan
memberikan kekuatan dan menerjunkan bala tentara malaikatnya. Tetapi apa yang menghancurkan
umat islam? Yang menghancurkan dan memecah belah umat islam ialah fitnah dan adu domba.
Karena hal inilah umat islam dapat dibodohi dan begitu mudah untuk tidak dipersatukan. Semoga
Allah SWT selalu melindungi kita dari segala sesuatu yang memecah belah umat islam. Amin ya
rabbal alamiin,
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sholat


SHOLAT, secara harfiah, berarti doa. Dalam konteks ini, yang dimaksud sholat adalah doa
yang disampaikan dengan tata cara syarat dan rukun yang khas dalam bentuk bacaan-
bacaan dan gerakan-gerakan tertentu (Bagir: 2007). Dalam definisi syara, Salim Maqbul
Al-Katsiri mengatakan bahwa sholat adalah sebuah peribadahan kepada Allah SWT yang
dilakukan dengan perkataan dan perbuatan khusus, seperti: ruku, sujud, berdiri tegak, dan
menghadap kiblat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Menurut Suzana Haneef, sholat adalah persyaratan yang paling pokok dalam Islam, tanpa
sholat muslim tidak dapat memenuhi kewajiban paling mendasar kepada Tuhan dan
sekaligus kehilangan hal penting dan berharga dalam kehidupan, pandangan dan
hubungannya dengan Yang Maha Pencipta.

Rasulullah menyatakan dalam berbagai sabdanya bahwa, Tak ada pembeda antara orang
Mukmin dan orang kafir kecuali sholat. Di kesempatan lain disabdakannya pula, Sholat
adalah tiang agama,. Rasulullah juga memperingatkan bahwasanya Yang paling awal
diperhitungkan dari seorang hamba pada hari kiamat adalah sholat. Jika baik sholatnya,
baiklah seluruh amalnya yang selebihnya. Jika buruk sholatnya, buruk pulalah seluruh
amalnya yang selebihnya..

Sholat merupakan kewajiban utama yang Allah perintahkan langsung tanpa melalui
perantara malaikat Jibril. Perintah sholat pertama kali diterima Rasulullah dalam peristiwa
Isra & Miraj, dimana dalam peristiwa itu Rasulullah bertemu langsung dengan Allah dan
mendapatkan perintah sholat kala itu. Sholat wajib sebagaimana diperintahkan Allah
sebanyak 5 kali dalam sehari yakni Subuh, Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya. Sementara itu
juga dikenal adanya sholat sunnah yaitu sholat sunnah rawatib, sholat tarawih, sholat
dhuha, sholat tahajjud dan sholat sunnah lainnya.
2.2 Hukum Sholat
Sholat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang telah baligh dan berakal. Perintah sholat
tidak memandang derajat dan pangkat, kaya dan miskin, laki-laki atau perempuan, sehat
ataupun sakit, namun perintah mendirikan sholat menjadi sebuah tuntutan bagi setiap
muslim yang berakal sampai kematian menjemput. Karena saking wajibnya, maka sholat
dapat dikerjakan dengan semampunya asalkan tidak ada keinginan bagi diri kita untuk
melawan perintah tersebut.
Berikut dalil-dalil, tentang hukum dan perintah mendirikan sholat:

1. QS. An-Nisa ayat 103

SESUNGGUHNYA SHOLAT ITU ADALAH FARDHU YANG


DITENTUKAN WAKTUNYA ATAS ORANG-ORANG YANG
BERIMAN. (Qs. An-Nisa: 103)
2. Muadz bin Jabal ketika diperintah Rasulullah ke Yaman, beliau bersabda
kepadanya:

Ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka


sholat lima waktu sehari semalam (HR. Bukhori)
3. QS. Al-Baqarah ayat 43.

Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang


yang ruku. (QS. Al-Baqarah : 43)
Selain ketiga dalil di atas, setidaknya terdapat lebih dari 234 ayat lainnya dalam Al-Quran
yang membahas mengenai sholat. Bahkan dalam ayat 42-43 QS. Al-Muddatstsir dijelaskan
ancaman bagi mereka yang meninggalkan sholat.

(Kepada mereka ditanyakan): Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar?


(Mereka menjawab): Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan
sholat.(QS Al-Muddatstsir [74]: 42-43)

2.3 Sholat Berjamaah

Cyrl Glasse dalam bukunya Ensiklopedi Islam mendefinisikan bahwa sholat berjamaah
adalah sholat yang dikerjakan secara bersama-sama di bawah pimpinan imam. Dalam
sholat jamaah ada dua unsur dimana salah satu diantara mareka sebagai pemimpin yang
disebut dengan imam, sementara unsur yang kedua adalah mereka yang mengikutinya yang
disebut dengan mamum. Maka apabila dua orang sholat bersama-sama dan salah seoarang
dari mereka mengikuti yang lain, maka keduanya disebut melakukan sholat berjamaah.

Sholat jamaah lebih baik (afdhal) karena mengandung hikmah yang sangat besar. Di mana
di dalamnya terdapat semangat persaudaraan (ukwah), dan menambah semangat untuk
melaksanakan ibadah, dan adanya suasana kebersamaan dan keteraturan di bawah
pimpinan seorang imam. Umat muslim laki-laki maupun perempuan yang berhimpun di
suatu tempat (masjid) itu berdiri berbaris, sebaris atau beberpa baris dan memilih salah satu
dari mereka (laki-laki) sebagai imam yang akan memimpin sholat jamaah tersebut, maka
sholat tersebut sudah merupakan sholat jamaah yang sempurna. Sholat lima waktu waktu
bagi laki-laki, berjamaah di masjid lebih baik dari pada sholat berjamaah di rumah, kecuali
sholat sunnah, maka di rumah lebih baik.
2.4 Hukum Sholat Berjamaah
Jumhur ulama sependapat bahwa sholat berjamaah secara umum adalah lebih afdhal dari
pada sholat sendirian. Namun dalam keadaan-keadaan tertentu, para ulama berbeda
pendapat tentang hukum sholat jamaah, yaitu:
1. Malikiyah diantara mereka ada yang berpendapat bahwa sholat jamaah sunnah
muakkadah dan ada yang berpendapat fardhu kifayah.
2. Hambalilah berpendapat wajib ain atas orang-orang lelaki yang dapat
melaksanakannya walaupun dalam keadaan musafir dan keadaan takut.
3. Syafiiyyah, menentukan kewajiban sebagai fardhu ain, apabila tidak ada di suatu
kota/desa selain dua orang muslim yang dapat berjamaah, maka bagi mereka
wajib melaksanakan setiap sholat fardhu dengan jamaah, agar mempertahankan
syiar Islam dan sunnah Nabi, apabila jamaah sudah melaksanakan maka berbalik
hukumnya menjadi fardhu kifayah.
4. Hanafiyah, berpendapat bahwa sholat jamaah adalah sunnah muakkadah hampir
sama dengan wajib, berdosalah siapa yang biasa meninggalkanya.

Sedangkan Ibnu Rusyd membagi hukum sholat jamaah mengelompokkan menjadi dua
keadaan yaitu :
1. Bagi orang yang mendengar adzan para ahli fiqih berpendapat bahwa sholat
berjamaah hukumnya sunnah atau fardhu kifayah, sedangkan menurut kelompok
ahlu dhahir, hukumnya adalah fardhu ain bagi setiap mukallaf.
2. Jika seorang muslim telah melakukan sholat sendirian, kemudian dia pergi ke
masjid dan terdapat sholat jamaah, maka ia harus mengulangi sholat secara
berjamaah, kecuali untuk sholat maghrib. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam
Malik. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat, mengulangi seluruh sholatnya
(dengan berjamaah) kecuali sholat maghrib dan ashar. Sedangkan al-Auzai
mengecualikan untuk sholat maghrib dan subuh. Abu Staur mengecualikan sholat
ashar dan subuh, sedangkan Imam Syafii tidak mengecualikan apapun.
Sholat berjamaah diperintahkan untuk melaksanakan, dalam keadaan apapun termasuk
dalam keadaaan perang sekalipun. Hal ini dapat kita lihat dalam firman Allah dalam surat
An-Nisa ayat 102:

Apabila engkau (Rasullah Saw) berserta mereka dalam peperangan, sedang engkau
bermaksud hendak sholat dengan mereka, maka hendaklah sebagian dari mereka berdiri
untuk sholat dengan Engkau. (Q.S. An-Nisa :102)

Sedangkan dalam hadist Rasulullah banyak sekali yang menjelaskan tentang keutamaan
sholat berjamaah, diantaranya:

Dari
Ibnu Umar, katanya Rasulullah telah bersabda : Kebaikan sholat berjamaah melebihi
sholat sendirian sebanyak 27 derajat. (HR. Bukhari dan Muslim)

2.5 Hikmah Sholat dalam Melatih Kedisiplinan


Sholat memiliki korelasi baik itu terkait dengan kehidupan di akhirat kelak, maupun
kehidupan di dunia. Kewajiban melaksanakan perintah sholat juga dibarengi dengan
banyak hikmah yang dapat dipetik dari ibadah ritual ini. Seorang muslim yang istiqomah
dengan sholat, dia akan mendapatkan pendidikan rohani sekaligus akan terperbaharui dan
terpelihara jiwanyanya serta kesadaran sejati dalam dirinya sebagai hamba Allah akan
terpupuk dengan baik. Sholat menghasilkan efek normal dan praktis yang sangat penting
dalam menguatkan semangat keimanan dan membersihkan hati serta pikiran pelakunya
dari perbuatan dosa. Berikut ini, pendapat Haidar Bagir dalam bukunya Buat Apa Sholat
? yang menyebutkan setidaknya ada enam hikmah sholat, yakni:
1. Sholat adalah pencegah dari perbuatan buruk. Sesungguhnya, sholat (yang benar
HB) mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (QS Al-Ankabt [29]: 45).
2. Sholat adalah sumber petunjuk. Rasulullah bersabda, Sholat adalah sumber cahaya.
3. Sholat adalah sarana kita meminta pertolongan dari Allah SWT. Mintalah
pertolongan dengan sabar (dalam sebagian tafsir, sabar diartikan sebagai puasa) dan
sholat (QS. Al-Baqarah [2]: 45).
4. Sholat adalah pelipur jiwa. Allah SWT berfirman, dirikanlah sholat untuk
mengingat-Ku (QS Th H [20]: 13-14). Dan bukankah dengan mengingat-Ku, hati
menjadi tenteram? (QS Al-Rad [13]: 28).
5. Sholat selain mendatangkan kebahagiaan, sholat yang dilakukan secara teratur akan
dapat melahirkan kreativitas.
6. Sholat dapat dilihat sebagai sarana kesehatan tubuh.

Di samping ke enam hal di atas, terdapat banyak hikmah sholat lainnya seperti
membiasakan hidup sehat dan bersih, membentuk kedisiplinan diri, melatih kesabaran,
mengikat tali persaudaraan sesama muslim dan hikmah lainnya.

Pada sub bab ini, akan diulas khusus, lebih dalam tentang hikmah sholat dalam melatih
kedisiplinan. Ditinjau dari segi disiplin, sholat merupakan pendidikan positif menjadikan
manusia dan masyarakat hidup teratur. Sholat melatih pentingnya tepat waktu dalam
menjalankan kewajiban dan membiasakan muslim untuk bangun pagi yang baik bagi
kesehatan.

Sholat wajib dilaksanakan, namun pelaksanaannya juga harus berdasarkan ketentuan dan
batasan waktu tersendiri. Seorang muslim harus paham waktu yang diperbolehkan untuk
menjalankan sholat dan tidak boleh seenaknya sendiri. Rangkaian gerakan sholat juga
harus dikerjakan dengan urut dan tertib, dalam berjamaah harus seirama dengan imam
tetapi tidak boleh mendahulu imam, dan sesuai dengan ketentuan syara. Dengan adanya
ketentuan waktu dan aturan yang mengikat ini, minimal seorang muslim dilatih untuk
disiplin dalah hal waktu, disiplin dalam taat menjalankan komando (aturan), disiplin untuk
berfikir sistematis dan disiplin untuk membina persatuan antar umat.
Sholat yang dituntut untuk khusyu juga melatih kedisiplinan untuk fokus dalam
mengerjakan pekerjaan kita. Sholat juga meningkatkan kesadaran untuk disiplin secara
moral dan mental. Seorang muslim yang taat, akan menghindarkan dirinya untuk
mengucapkan kata-kata yang kotor. Kedisiplinan untuk selalu istiqomah menjalankan hal
yang baik akan mencetak mental-mental disiplin yang dapat memilah mana yang baik dan
mana yang buruk.

Banyak contoh lainnya yang dapat kita amati tetang kedisiplinan seorang muslim, misalnya
dalam sholat berjamaah. Kedisiplinan itu terlihat sangat kentara ketika mereka mendirikan
sholat, mereka berusaha membangun shof yang lurus, rapi dan kompak dalam
mengucapkan Amin. Begitu pula saat mendengarkan khutbah sholat, tanpa diperintah
seorang muslim secara seksama diam dan mendengarkan khutbah dari khotib. Contoh
tersebut menunjukkan bahwa tanpa sadar seorang muslim telah terlatih untuk
mendisiplinkan dirinya dalam praktik menjalankan sholat.

2.6 Keberagaman Tata Cara, Bacaan Sholat dan Hikmahnya


2.6.1 Keberagaman Tata Cara dan Bacaan Sholat menurut 4 Imam Madzhab.
Terdapat sebuah hadist popular tentang tata cara sholat sebagaimana Rasulullah bersabda:

Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku sholat (HR.Bukhari)

Hadist ini merujuk bahwa sholat yang benar adalah sholat yang sesuai dengan sholatnya
Rasulullah. Namun pada prakteknya, penafsiran akan tata cara sholat yang sesuai dengan
sholatnya Rasulullah berbeda-beda. 4 Madzhab Islam terbesar yakni Maliki, Hambali,
Syafii, Hanafi memiliki perbedan pendapat dalam pelaksanaan tata cara dan bacaan
sholat. Meskipun berbeda dalam pelaksanaan sholat, namun kesemuanya sepakat bahwa
hukumnya sholat adalah wajib dan tidak boleh ditinggalkan oleh ummat Islam.

Berikut akan disajikan perbedaan-perbedaan dalam tata cara dan bacaan sholat menurut
para ulama, khususnya Madzhab yang 4 :
1. Takbiratul Ihram
Sholat tidak akan sempurna tanpa takbiratul ihram. Imam Maliki dan Hambali
berpendapat bahwa kalimat takbiratul ihram adalah Allahu Akbar dan tidak boleh
menggunakan kata-kata lainnya. Sementara Imam Syafii menyatakan boleh
mengganti Allahu Akbar dengan Allahu Al-Akbar. Dan Imam Hanafi
memperbolehkan dengan kat-kata lain yang sama artinya dengan kata tersebut, seperti
Allah Al-Adzam dan Allahu Al-Ajall. Imam Syafii, Maliki dan Hambali
bersepakat bahwa mengucapkannya dengan bahasa Arab adalah wajib. Dan dalam
mengucapkan takbiratul ihram harus terdengar oleh diri sendiri.

2. Kewajiban Membaca Al-Fatihah dalam Sholat


Membaca Al-Fatihah merupakan rukun disetiap rakaat dalam sholat. Rasulullah
bersabda Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah (Muttafuq
Alaihi). Para imam madzhab sepakat bahwa membaca Al-Fatihah wajib bagi imam
dan bagi orang yang sholat sendirian pada dua rakaat subuh dan pada rakaat pertama
dan kedua untuk sholat yang lain.

Dalam konteks sholat jamaah terdapat perbedaan pendapat tentang wajib tidaknya
makmum membaca Al-Fatihah. Berikut uraiannya:
a. Menurut Imam Hanafi, membaca Al-Fatihah untuk makmum hukumnya makruh
bahkan bisa berdosa.
b. Imam Syafii berpendapat bahwa makmum wajib membaca Al-Fatihah sendiri-
sendiri. Dalam sholat jahriyah (yang dikeraskan bacaan imamnya), makmum
membaca Al-Fatihah setelah imam selesai membacanya. Namun, kewajiban ini
gugur dalam kasus seorang makmum yang tertinggal, dan mendapati imam sedang
ruku. Maka makmum ruku bersama imam dan tetap dihitung mendapatkan satu
rakaat.
c. Imam Malik berpendapat bahwa makmum wajib membaca Al-Fatihah pada
sholat sir (Dhuhur, Asyar) dan tidak wajib pada sholat jahar (Subuh, Magrib,
Isya).
d. Imam Hambali menekankan bahwa Al-Fatihah wajib dibaca setiap rakaat dan
disunahkan membaca surat Al-Quran pada dua rakaat yang pertama.

3. Mengeraskan Basmalah Dalam Sholat


Bacaan basmalah (bismillahirrahmanir-rahim) dari surat Al-Fatihah oleh imam dalam
sholat-sholat yang dikeraskan bacaannya memang menjadi perdebatan karena terdapat
perbedaan dari pendapat imam-imam madzhab. Berikut kami sajikan pendapat 4 imam
madzhab terkait masalah ini:
1. Imam Hanafi berpendapat bahwa BASMALAH bukan bagian dari surat Al-
Fatihah. Kalaupun kita membacanya di awal surat Al-Fatihah, kedudukannya
sunnah ketika membacanya. Namun mazhab ini tetap mengatakan bahwa bacaan
basmalah pada surat Al-Fatihah sunnah untuk dibaca, dengan suara yang sirr atau
lirih.
2. Imam Syafii berpendapat lafaz BASMALAH adalah bagian dari surat Al-
Fatihah. Sehingga wajib dibaca dengan JAHR (dikeraskan) oleh imam sholat
dalam sholat jahriyah.
3. Imam Malik berpendapat BASMALAH bukan bagian dari surat Al-Fatihah.
Sehingga tidak boleh dibaca dalam sholat baik sholat wajib maupun sholat sunnah.
Dan juga baik dalam sholat JAHRIYAH maupun SIRRIYAH. Ada satu pendapat
di kalangan ulama mazhab Al-Malikiyah yang membolehkan seseorang membaca
basmalah di dalam Al-Fatihah, namun khusus untuk sholat sunnah dan bukan
sholat wajib.
4. Imam Hambali berpendapat bahwa BASMALAH adalah bagian dari surat Al-
Fatihah, namun tidak dibaca secara keras (JAHR), cukup dibaca pelan saja
(SIRR).

4. Sholat Bersedekap
Berikut pendapat 4 madzhab terkait gerakah tangan bersedekap setelah takbiratul
ihram:
1. Imam Hanafi berpendapat bahwa bagi pria, tangan kanan harus diletakkan di atas
tangan kiri, dan posisinya di bawah pusar, sedangkan untuk wanita diletakkan di
dada.
2. Imam Syafii berpendapat tidak masalah jika pria dan wanita harus menempatkan
tangan pada pusar di bawah dada.
3. Imam Malik berpendapat sholat harus dilakukan dengan tangan terbuka,
bahkan menyebut tindakan melipat tangan ketika sholat fardhu sebagai
makruh dan hanya diizinkan di sholat sunat.
4. Imam Hambali berpendapat bahwa pria dan wanita meletakkan tangan di bawah
pusar.

Selain setelah takbiratul ihram juga terdapat perbedaan pendapat gerakan sholat
setelah ruku, berikut pendapat ulama terkait hal itu:

1. Sebagian Ulama menyatakan bahwa mengembalikan tangan kebawah dada


seperti posisi tangan sebelum melaksanakan ruku (bersedekap lagi) adalah lebih
utama bahkan Imam Al-Baghawi menyatakan bahwa melepaskan tangan pada saat
melaksanakan itidal adalah makruh. Namun Imam Abu Zakariya Muhyiddin
Yahya Ibnu Syaraf Al-Nawawi mengklarifikasi pernyataan Imam Al-Baghawi
adalah bagi orang yang tidak dapat menjaga dari gerakan-gerakan yang dapat
membatalkan sholat.
2. Sebagian Ulama yang lain menyatakan bahwa melepaskan tangan pada saat
melaksanakan itidal (bangun dari ruku) adalah lebih utama. Imam Nawawi dan
Imam Rafi'i merekomendasikan, melepas tangan adalah tata cara yang
disunnahkan dan bahkan Imam Ibnu Hajar menyatakan (bahwa) pendapat yang
menyatakan bahwa mengembalikan posisi tangan dibawah dada adalah pendapat
yang tertolak.
5. Ruku
Semua ulama sepakat ruku wajib dalam sholat. Namun mereka berbeda pendapat
tentang wajib tidaknya berthumaninan di dalam ruku . Berikut pendapat 4 imam
madzhab terkait hal ini:
1. Imam Hanafi, berpendapat yang diwajibkan hanya semata-mata
membungkukkan bada dengan lurus dan tidak ajib berthumaninah.
2. Imam Malik, Syafii, Hambali berpendapat ajib membungkuk sampai dua
telapak tangan orang yang sholat itu berada pada dua lututnya dan juga diwajibkan
berthumaninan dan diam ketika ruku

Terkait bacaan saat ruku Imam Syafii, Hanafi, dan Maliki berpendapat tidak wajib
berdzikir ketika sholat, hanya disunnahkan mengucapkan Subhana rabbiyal
adzimi. Dan Imam Hambali berpendapat bahwa ketika ruku wajib membaca
tasbih.

Terkait Itidal, Imam Hanafi mengatakan bahwa tidak wajib mengangkat kepala dari
ruku yakni Itidal. Di bolehkan untuk langsung sujud meskipun makruh. Madzhab
lainnya menyatakan wajib mengangkat kepala dan beritidal, serta disunnahkan
memabaca Samiallahuliman hamidah.

6. Menggerakkan Jari Ketika Tasyahud


Para ulama sepakat bahwa menggerakkan jari di dalam sholat saat tasyahhud adalah
sunnah, perbedaannya hanya pada acara menggerakannya. Berikut pendapat imam
madzhab:
1. Imam Hanafi berpendapat bahwa gerakan menjulurkan jari itu dilakukan saat
mengucapkan kalimat nafi (laa illaha), begitu masuk ke kalimat isbat (illallaah)
maka jari itu dilipat kembali. Jadi menjulurkan jari adalah isyarat dari nafi dan
melipatnya kembali adalah isyarat kalimat itsbat.
2. Imam Syafii berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menggerakan jari
hanyalah sekali saja, yaitu pada kata illallah. Setelah gerakan sekali itu, jari itu
tetap dijulurkan dan tidak dilipat lagi. Demikian sampai usai sholat.
3. Imam Hambali berpendapat bahwa mengerakkan jari hanya pada setiap
menyebut lafadz Allah di dalam tasyahhud.

7. Qunut Subuh
Pendapat imam madzhab dalam masalah qunut adalah sebagai berikut:
1. Imam Hanafi berpendapat bahwa disyariatkan qunut pada sholat witir dan tidak
disyariatkan qunut pada sholat lainnya kecuali pada saat nawaazil yaitu kaum
muslimin tertimpa musibah. Namun qunut nawaazil ini hanya pada sholat shubuh
saja dan yang membaca qunut adalah imam, lalu diaminkan oleh jamaah dan tidak
ada qunut jika sholatnya munfarid (sendirian).
2. Imam Syafii berpendapat bahwa tidak ada qunut dalam sholat witir kecuali ketika
separuh akhir dari bulan Ramadhan. Dan tidak ada qunut dalam sholat lima waktu
yang lainnya selain pada sholat shubuh dalam setiap keadaan (baik kondisi kaum
muslimin tertimpa musibah ataupun tidak). Qunut juga berlaku pada selain shubuh
jika kaum muslimin tertimpa musibah (yaitu qunut nazilah).
3. Imam Malik berpendapat tidak ada qunut kecuali pada sholat shubuh saja. Tidak
ada qunut pada sholat witir dan sholat-sholat lainnya.
4. Imam Hambali berpendapat bahwa disyariatkan qunut dalam witir. Tidak
disyariatkan qunut pada sholat lainnya kecuali jika ada musibah yang besar selain
musibah penyakit. Pada kondisi ini imam atau yang mewakilinya berqunut pada
sholat lima waktu selain sholat Jumat.

8. Sujud
Semua ulama madzahab sepakat bahwa sujud wajib dilakukan dua kali pada setiap
rakaat. Namun mereka berbeda pendapat soal batasannya. Imam Malik, Syafii, dan
Hanafi mengatakan wajib menempelnya dahi, sedangkan bagian tubuh lainnya
Sunnah. Imam Hambali menyatakan bahwa semua aggota yang tujuh (dahi, dua
telapak tangan, dua lutut, dan ibu jari dua kaki) secara sempurna. Bahkan hidung juga
termasuk sehingga delapan. Sedangkan perbedaan tasbih dan thumaninah sama
dengan sujud.

Untuk duduk diantara dua sujud, Imam Hanafi menyatakan tidak wajib sementara 3
Imam yang lain menyatakan wajib duduk diantara dua sujud.

9. Tahiyyat
Tahiyyat dibagi menjadi tahiyyat awal dan akhir. Imam Hambali berpendapat
tahiyyat pertama itu wajib, sementara Imam lainnya menyatakannya Sunnah.
Sedangkan untuk tahiyyat akhir, Imam Syafii dan Imam Hambali menyatakannya
wajib. Dan Maliki, Hanafi menghukuminya hanya Sunnah.

Terkhir, salam menurut Imam Hanafi tidak wajib. Sedangkan Imam lainnya
menyatakan wajib. Hambali bependapat mengucapkan dua salam wajib, sedangkan
imam lainnya mengatkan cukup satu kali saja yang wajib

2.7 Hikmah Keberagaman Tata Cara dan Bacaan Sholat


Perbedaan dalam banyak hal pada kehidupan manusia adalah sebuah keniscayaan dan
realita kehidupan. Harmonisasi dan kesepahaman dapat menciptakan perbedaan menjadi
sesuatu yang indah. Perbedaan fiqih dalam menjalakan sholat, merupakan salah satu contoh
perbedaan pendapat di kalangan ulama-ulama masyur dalam Islam. Islam adalah agama
yang rahmatan lil alamin, perbedaan dalam melaksanakan syariat merupakan rahmat
dari Allah.
Allah SWT berfirman dalam QS. Hud ayat 118-119 yang artinya Jika Rabb-mu
menghendaki, tentu Dia (dapat) menjadikan manusia ummat yang satu. Tetapi mereka
senatiasa berselisih pendapat kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu.

Perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hukum suatu amaliah yang disebabkan
perbedaan penafsiran atas nash Al-Quran dan Sunnah merupakan perbedaan dalam ranah
khilafiyah dan bukan mengada-adakan hukum tersendiri. Artinya perbedaan ini tidak
dalam ranah bidah yang dilarang. Ranah ikhtilafiah dalam perbedaan pendapat mengenai
fiqih sholat dianggap tidak masalah karena dalam Al-Quran dan Sunnah tidak dijelaskan
secara jelas dan terperinci hukum tata cara pengerjaannya.
Terkait fiqih madzhab mana yang paling mendekati benar, penulis sepenuhnya
memberikan hak kepada pembaca untuk menelaahnya sesuai dengan pandangan pembaca
masing-masing. Pada dasar ke empat madzhab di atas adalah madzhab-madzhab yang
dianggap kuat pendapatnya masalah hukum-hukum Islam. Menyikapi perbedaan dengan
arif dan bijaksana merupakan bagian dari anjuran dalam ajaran Islam. Sikap saling
menghormati harus kita ketengahkan agar dapat menghasilkan pembelajaran positif bagi
ummat. Perbedaan pendapat adalah fitroh dari keberagaman pola pikir ummat manusia.
Sebagaimana Allah menegaskannya dalam QS. Al-Hujarat : 13 yang berbunyi:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di anatara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujarat: 13)
Ayat ini, mengamatkan kepada manusia untuk tidak mempertentangkan perbedaan. Karena
yang terpenting bukanlah perbedaan, tetapi inti ajaran Islam bukan untuk saling
bermusuhan satu dengan yang lain, melainkan saling bekerjasama dan berlomba-lomba
untuk berbuat kebaikan, dan menuju derajat ketaqwaanlah yang tinggi di hadapan Allah.
Berikut kiat, atau pesan dalam menyikapi perbedaan pendapat di kalangan ummat Islam:
1. Perbedaan tidak boleh menjadi pemicu terjadinya perpecahan
2. Dalam hal khilafiyah, membangun perdebatan tiada henti tidak ada gunanya, lebih-lebih
membangun sifat ashobiyah kelompok, hal itu merupakan hal yang dilarang.
3. Sebagai muslim, kita harus mengutamakan sikap husnudzon dalam menyikapi setiap
pebedaan
4. Pentingnya membangun kesadaran untuk terus belajar, dan menguasai ilmu agama,
menguatkan iman, amal, dan akhlaq, agar kita dapat lebih arif dan bijak dalam mengambil
sebuah sikap.
5. Dan jika tidak tahu hukum akan suatu hal alangkah baiknnya bertanya kepada ahlinya,
dan jangan menafsirkan sesuatu jika tidak memiliki ilmunya.
Para ulama salaf juga memberikan pelajaran dan teladan kepada ummat untuk
membangun sikap saling menghormati untuk masalah perbedaan dalam konteks
ikhtilafiyah. Berikut beberapa akhlaq para ulama salaf dalam menyikapi perbedaan:
1. Imam Yahya bin Said Al Anshari berkata dalam kitab Tadzkiratul Huffadz : Para ulama
adalah orang-orang yang memiliki kelapangan dada dan keluasan sikap, dimana para
mufti selalu berbeda pendapat, sehingga (dalam masalah tertentu) ada yang menghalalkan
dan ada yang mengharamkan. Namun toh mereka tidak saling mencela satu sama lain
2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam kitab Majmu Al-Fatawa : Seandainya
setiap kali dua orang muslim yang berbeda pendapat dalam satu masalah itu saling
menjauhi dan memusuhi, niscaya tidak akan tersisa sedikitpun ikatan ukuwah diantara
kaum muslim
3. Imam Syafii pernah sholat subuh di masjid dekat makam Imam Abu Hanifah dan tidak
membaca qunut, dan itu beliau lakukan hanya karena ingin menghormati Imam Abu
Hanifah.
4. Ulama shalaf (termasuk Imam Syafii ) berkata : Pendapatku menurutku adalah benar,
tetapi ada kemungkinan salah. Dan pendapat orang lain menurutku salah, namun ada
kemungkinan bahwa pendapatnya itu benar
Pandangan para ulama shalaf di atas setidaknya mampu memberikan gambaran akhlaq
bagi kita untuk menyikapi perbedaan dengan arif.

2.8 Persatuan Ummat Melalui Sholat Bejamaah


Islam adalah agama yang cinta dengan persatuan, pepatah arab mengatakan AL-
JAM`ATU RAHMAH WALFIRQATU `AZABAH, YANG MAKNANYA
BERJAMAAH (BERSATU) PADU ITU ADALAH RAHMAT (KASIH SAYANG),
SEMENTARA ITU BERKELOMPOK-KELOMPOK DALAM PERPECAHAN
ADALAH ADZAB (SIKSAAN). Sejalan dengan itu Allah SWT menegaskan dan
menginstruksikan kepada oran-orang yang beriman dan bertaqwa untuk berpegang teguh
kepada tali agama Allah dan hidup berjamaah serta melarang keras untuk bercerai berai.
Sholat berjamaah pada dasarnya adalah sebuah ajaran persatuan ummat. Dalam sholat
berjamaah terdapat imam dan makmum. Makmum harus seirama dengan gerakan imam,
sementara itu ketika imam lupa atau salah dalam melakukan gerakan, maka makmum dapat
mengingatknnya dengan membaca subhanallah. Ini merupakan sebuah ajaran
keharmonisan bahwa kesatuan hati anatara imam dan makamum, pemimpin dan rakyatnya
harus tercipta dengan baik. Tatkala pemimpin salah maka rakyat boleh mengingatkannya
tetapi dengan cara-cara santun sebagaimana makmum mengingatkan imam saat sholat.
Sholat berjamaah juga menghadirkan lingkungan hubungan sosial yang saling
mengenal,saling memahami, saling tolong menolong, dan saling bertanggung jawab satu
dengan yang lain. Sholat berjamaah juga mengadirkan dua dimensi yakni dimensi jamaah
sholat sebagai sebuah perkumpulan umat Islam di dalam suatu masjid (tempat sholat) dan
dimensi yang kedua yakni dimensi jamaah sholat sebagai pembelajaran pembangunan tata
pemerintahan ummat.
Konteks berjamaah sangat menghadirkan nuansa rasionalitas jamaah untuk mampu
memilah sebuah hal yang maslahat, mislakan saja untuk urusan mengangkat imam sholat,
Islam menentukan kriteria-kriteria tertentu yang mengajak umat untuk berfikir objektif
terlebih dalam kepemimpinan. Hal ini tentu tidak berlebihan sebab kepemimpinan yang
buruk akan berimplikasi pada goyahnya persatuan jamaah. Kisah tentang sahabat Muadz
bin Jabal yang di tegur Rasulullah ketika menjadi imam saat sholat Isya merupakan
contohnya. Saat itu ada salah seorang jamaah yang protes kepada Rasulullah karena
merasa tidak puas, sebab sahabat Muadz saat mengimami membaca Surat Al-Baqarah,
yang mana surat itu merupakan surat yang cukup panjang. Kisah ini memberikan pelajaran
bahwa persatuan akan tercipata salah satu jika imam mampu memahami posisi
makmumnya yang heterogen, begitupun pemimpin. Seorang pemimpin harus bisa bersabar
dan memperlakukan setiap kebutuhan umat yang berbeda-beda dengan perlakuan yang
berbeda juga.
Sholat berjamaah juga merupakan representasi dari sikap kesetaran, bahwa semua
makmum, yang kaya atau miskin, yang berpangkat atau bukan, yang tua maupun yang
muda, derajatnya sama, mereka sama-sama menjadi makmum yang harus taat kepada
imam, tidak boleh mendahului imam, dan harus tertib dan tidak boleh saling berebut shof
yang paling depan, mereka yang datang lebih dahulu mereka yang ada di depan dan
sebaliknya. Mereka pula harus bahu-membahu dengan kesadarannya membangun shof
yang lurus, rapi dan rapat demi kesempurnaan sholat berjamaah.
Saking kuatnya nilai-nilai persatuan dalam sholat berjamaah. Konon dalam sebuah
cerita, seorang pemimpin Yahudi pernah mengatakan mereka tidak akan takut dengan umat
Islam kecuali pada satu hal yakni bila jumlah jamaah dalam sholat subuh sama dengan
jumlah jamaah sholta Jumat. Tentu ucapan ini tidak berlebihan, sebab Rasulullah pernah
bersabda Barangsiapa yang melakukan shalat berjamaah di waktu isya, maka ia seolah
melakukan shalat separuh malam. Barangsiapa yang sholat shubuh dengan berjamaah
maka ia seperti shalat satu malam penuh. (HR. Muslim). Dalam hal ini Rasulullah
menyiratkan bahwa ruh kemulian orang Islam salah satunya terletak pada kesolidan mereka
dalam menunaikan sholat subuh yang fadilahnya begitu besar.

2.9 Kesempurnaan dalam Sholat Berjamaah


Di antara kesempurnaan shalat berjamaah adalah sebisa mungkin menempati shaf
yang utama. Bagi laki-laki yang paling depan, adapun bagi wanita yang paling belakang.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SHALLALLAHU
ALAIHI WA SALLAM bersabda:

SEBAIK-BAIK SHAF LAKI-LAKI ADALAH YANG PERTAMA DAN


SEBURUK-BURUKNYA ADALAH YANG TERAKHIR. SEBAIK-BAIK SHAF
WANITA ADALAH YANG TERAKHIR DAN SEBURUK-BURUKNYA ADALAH
YANG PERTAMA. (H.R.Muslim 440)
Menguatkan hadist di atas, Nabi SHALALLAHU ALAIHI WA SALLAM juga pernah
bersabda bahwa:

SEANDAINYA MEREKA MENGETAHUI KEUTAMAAN (PAHALA) YANG


DIPEROLEH DALAM SHAF YANG PERTAMA, NISCAYA MEREKA AKAN
MENGUNDI UNTUK MENDAPATKANNYA. (HR. Bukhari-Muslim)
Selain itu, perkara yang harus diperhatikan dengan serius dan tidak boleh diremehkan
adalah permasalahan lurus dan rapatnya shaf (barisan dalam shalat). Dijelaskan di dalam
hadits dari sahabat Abu Abdillah Numan bin Basyir, beliau berkata, aku mendengar
Rasulullah SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM BERSABDA :

HENDAKNYA KALIAN BERSUNGGUH- SUNGGUH MELURUSKAN SHAF-


SHAF KALIAN ATAU ALLAH SUNGGUH-SUNGGUH AKAN
MEMPERSELISIHKAN DI ANTARA WAJAH-WAJAH KALIAN (HR. Bukhari-
Muslim)
Dalam hadist lain, Rasulullah juga mengingatkan pentingnya meluruskan dan merapatkan
shof dalam sholat, bahkan dalam hadist in disinggung kaitannya dengan kesempurnaan
sholat.

LURUSKAN SHAF-SHAF KALIAN, KARENA SESUNGGUHNYA


MELURUSKAN SHAF TERMASUK KESEMPURNAAN SHOLAT. (HR.
MUSLIM)
Dalam sebuah riwayat dari sahabat Abdullah bin Umar -radhiallahu Taala anhuma
beliau berkata: Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- bersabda: LURUSKAN SHAF-
SHAF KALIAN KARENA SESUNGGUHNYA KALIAN ITU BERSHAF SEPERTI
SHAFNYA PARA MALAIKAT. LURUSKAN DI ANTARA BAHU-BAHU
KALIAN, ISI (SHAF-SHAF) YANG KOSONG, LEMAH LEMBUTLAH
TERHADAP TANGAN-TANGAN (LENGAN) SAUDARA KALIAN
DAN janganlah kalian menyisakan celah-celah bagi setan. BARANGSIAPA YANG
MENYAMBUNG SHAF, NISCAYA ALLAH AKAN
MENYAMBUNGNYA (DENGAN RAHMAT-NYA) DAN BARANGSIAPA YANG
MEMUTUSKANNYA, MAKA ALLAH AKAN MEMUTUSKANNYA (DARI
RAHMAT-NYA)
HADIST DI ATAS MEMBERIKAN GAMBARAN YANG JELAS BAHWA
KESEMPURNAAN SHOLAT BERJAMAAH SALAH SATUNYA TERLETAK
PADA KEDISIPLINAN, DAN KETERTIBAN UMAT ISLAM DALAM
MENGATUR SHOF. KETERATURAN DAN KEIDAHAN DALAM
MELURUSKAN DAN MERAPATKAN SHOF DALAM ISLAM DINILAI SEBAGAI
SEBUAH KEUTAMAAN DALAM MENJALANKAN IBADAH.
SELAIN URUSAN SHOF SHOLAT, SEORANG MUSLIM HARUS
MEMPERHATIKAN BEBERAPA ADAB AGAR SEMAKIN MENAMBAH
KESEMPURNAAN DALAM BERIBADAH. BERIKUT ADAB SEORANG
MUSLIM KETIKA HENDAK SHOLAT BERJAMAAH DI MASJID:
1. MEMILIH PAKAIAN YANG PALING BAGUS.
2. BERWUDHU DARI RUMAH
3. MEMBACA DOA MENUJU MASJID
4. BERDOA KETIKA MASUK MASJID
5. TIDAK LEWAT DI DEPAN ORANG YANG SEDANG SHOLAT
6. MELAKSANAKAN SHOLAT DUA RAKAAT SEBELUM DUDUK
7. MENGHADAP SUTRAH KETIKA SHOLAT
8. MENJAWAB PANGGILAN ADZAN
9. TIDAK KELUAR DARI MASJID TANPA UDZUR
10. MEMANFAATKAN WAKTU ANTARA ADZAN DAN IQOMAH DENGAN
AMALAN BERMANFAAT
11. MENGGUGURKAN SHOLAT SUNNAH KETIKA IQOMAH
DIKUMANDANGKAN
12. JANGAN MENDAHULUI GERAKAN IMAM
13. BERDOA KETIKA KELUAR MASJID

2.10 Membangun Sholat Khusyu


Membangun sholat khusu memang bukan suatu hal yang mudah. Khusu adalah
kesadaran penuh seorang muslim atas kerendahan kehambaannya sebagai manusia di
hadapan keagungan Allah SWT. Sikap ini muncul sebagai konsekuensi akan ketakutan kita
kepada Dzat Yang Mahakasih. Allah berfirman, Sesungguhnya sholat itu amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusu (QS Al-Baqarah : 45). Dari sini Allah
memahamkan kepada kita bahwa nilai sholat terletak pada kekhusuan kita dalam
menjalankannya.
Berikut ini merupakan beberapa kiat-kiat untuk kaum muslimin dan muslimat
untuk dapat mencapai ibadah sholat yang khusyu:
1. Fokuskan diri dan pusatkan seluruh pikiran hanya kepada Allah SWT, tanggalkan seluruh
urusan duniawi, dan serahkan sepenuh diri hanya kepada Allah.
2. Bangun alam imajinasi bahwa kita sedang melihat Allah secara langsung Dzat Yang Maha
Agung, lebih agung dan lebih dahsyat dari apapun juga, munculkan kekaguman tentang
kehadiran Allah tersebut.
3. Dengan seksama, memahami setiap bacaan yang diucapkan dalam sholat. Dengan
meresapinya sedalam-dalamnya untuk menjadi sebuah nasihat kepasrahan kepada Allah.
4. Anggaplah bahwa sholat yang kamu kerjakan merupakan sholat yang terakhir bagimu,
dengan selalu mengingat mati ketika sholat akan mengingatkan kita memilih untuk
memntingkan Allah dari pada lainnya.
5. Sholatlah ketika kamu merasa kondisi tubuhmu merasa siap dan nyaman untuk
mengerjakannya dengan lepas tanpa beban pikiran apapun juga.
6. Perhatikan kondisi lingkungan, utamakan sholat di keadaan tenang dan di lingkungan yang
mendukung terujudnya konsentrasi maksimal.
7. Kerjakan sholat di awal waktu dan tidak terburu-buru (thumaninah), pergi ke masjid lebih
awal agar tidak ketinggalan rakaat jamaah.
8. Ikhlas dalam sholat dan tidak mengharap apapun dalam sholat kecuali ridho Allah
9. Berusaha untuk selalu memperbaiki sholat dan selalu merenungi apa yang kurang dari
setiap sholat kita.
10. Hindarkan segala benda yang dapat mengganggu konsentrasi saat sholat
11. Meninggalkan maksiat dan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk membangun ketenangan
jiwa.
3. Al-Qur-an Al-Hujurat (49) ayat 10

Firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 :


Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu dapat rahmat.
(QS. Al-Hujurat : 10 )
BAB III

PENUTUP

3.7 Kesimpulan
Persatuan umat islam diseluruh penjuru dunia ini didasarkan lewat sholat yang apabila
disempurnakan dan didalami makna disetiap gerakan akan menjauhkan sifat manusia dari
segala keji dan munkar. Maka setiap umat islam selalu dianjurkan untuk selalu menjaga
ukhuwah dari mendirikan sholat berjamaah dan mengerti akan setiap doa dan gerakan sholat.

3.8 Saran
Dalam makalah ini, sangat dijabarkan mulai dari macam-macam sholat hingga adab adab
serta hadist yang mendukung akananjuran sholat wahib berjamaah. Maka dari itu
diharapkan pembaca dapat mengaplikasikan segala materi untuk memperkokoh persatuan
umat via sholat.

Anda mungkin juga menyukai