PENDAHULUAN
kematian itu pula timbul hukum waris terhadap keluarga dan harta
peninggalannnya.
sebelum meninggal, baik berupa benda maupun hutang, atau berupa hak atas
harta. Selain itu ada yang menyebutkan harta peninggalan adalah hak yang
1
2
diriya.1 Harta peninggalan merupakan harta warisan yang dalam istilah faraid
dinamakan tirkah, yaitu sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal
dunia, baik berupa uang atau materi lainnya yang dibenarkan oleh syariat
dari pihak yang mewariskan, setelah yang bersangkutan wafat, kepada para
syara'.
yang di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik
dari segi nasab maupun kerabat yang ada, tanpa membedakan laki-laki dan
nasab terhadap pewaris, apakah ia berstatus sebagai anak, ayah, istri, suami,
kakek, ibu, paman, cucu, atau bahkan hanya sebatas saudara seayah atau
seibu.2 Oleh karena itu, Al-Quran sebagai sumber utama hukum dalam
pembagian waris. Namun dalam ayat Al-Quran sendiri sedikit sekali yang
1
Muhammad Jawad Al-Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2001), h 535.
2
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),
h 32.
3
ulama terkemuka.
Bentuk dan sistem hukum waris sangat erat kaitannya dengan bentuk
umum, garis keturunan yang ada pada masyarakat Indonesia dikenal dengan
tiga macam sistem keturunan, yaitu sistem patrilineal, sistem matrilineal dan
sistem bilateral.3
demikian, sistem hukum waris di Indonesia tidak hanya melihat pada sistem
keaneka ragaman adat istiadat masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, tidak
heran jika sistem hukum waris adat yang ada juga beraneka ragam serta
dari masyarakat adat tersebut. Begitu pula dengan hukum waris Islam dan
hukum waris Barat (hukum positif) yang mempunyai corak dan sifat berbeda
dengan hukum waris adat. Karena sumber dari hukum waris Islam
3
Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, adat dan BW, (Bandung: Refika
Aditama, 2005), h 6.
4
kebutuhan yang tidak terduga dan lain sebagainya. karena tidak mempunyai
penghasilan yang cukup dan juga tidak mempunyai tabungan, dengan terpaksa
mereka harus menjual apa yang mereka punya yaitu salah satunya harta
peninggalan yang diberikan oleh orang tua untuk mereka dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.
Menurut para ulama dan sumber hukum yang ada bahwa menjual harta
hak ahli waris. Itupun apabila harta peninggalan tersebut sudah memenuhi
harta waris sudah dibagi secara adil menurut hukum kewarisan, maka ahli
bahwa harta peninggalan yang digunakan merupakan harta yang nantinya juga
akan dimilikinya.
harta sebuah tanah berukuran 5000 m2, mempunyai satu anak laki-laki dan
dua anak perempuan. Setelah memenuhi hak-hak yang berkaitan dengan harta
keluarga. Anak pertama laki-laki dari bapak Mustakim menjual sebagian tanah
peninggalan, Dia berdalih bahwa tanah yang dijual itu merupakan hak dari
pembagian harta waris secara sah, hanya dengan perkiraan yang dia miliki
B. Rumusan Masalah
Malang?
6
C. Tujuan Penelitian
bertujuan untuk:
2. Mengetahui lebih jauh mengenai hukum dan dampak dari penjualan harta
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Malang.
2. Praktis
E. Sistematika Pembahasan
akan penulis gunakan terkait dengan skripsi ini yang diharapkan akan
bab.
BAB II, Tinjauan Pustaka dan Kerangka teori. Pada Bab ini, dibahas
memuat tentang pengertian waris, dasar hukum waris, rukun dan syarat
waris, hak dan kewajiban ahli waris, hak yang berkaitan dengan harta
islam, dan penjualan harta waris. Peneliti membahas hal tersebut dalam bab
III bertujuan agar pembaca dapat melihat dan menilai perbedaan teori yang
penelitian ini memiliki dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-
coba.
oleh peneliti dalam penelitian ini. Metode tersebut meliputi pendekatan dan
sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional dan terarah tentang
BAB IV, Paparan dan Analisis Data. Dalam bab ini memaparkan hasil
Serta di dalam Bab ini di bahas juga mengenai analisis terhadap hasil
dibagi.