Mte Bab Ii
Mte Bab Ii
PENDAHULUAN
Selulitis merupakan salah satu gangguan pada kulit dan jaringan lunak di
biasanya berasal dari tiga sumber utama yaitu penyebaran langsung dari
sinusitis, inokulasi langsung dari trauma atau infeksi kulit, dan penyebaran jauh
Selulitis terbagi 2, yaitu selulitis orbita dan selulitis preseptal. Selulitis orbita
adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak di posterior dari septum
orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena
Selulitis preseptal adalah infeksi yang umum terjadi pada kelopak mata dan
jaringan lunak periorbital yang menimbulkan eritema kelopak mata akut dan
edema. Infeksi yang terjadi umumnya berasal dari persebaran dari infeksi lokal
sekitar seperti sinusitis, dari infeksi okular eksogen, atau mengikuti trauma
mungkin mirip, akan tetapi kedua kondisi tersebut harus dibedakan. Selulitis
preseptal hanya melibatkan jaringan lunak di anterior septum orbital dan tidak
ke posterior septum orbita dan berprogresi selulitis orbita dan abses orbital atau
subperiosteal.3
1
1.2 Batasan Masalah
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
belakang septum orbita. Selulitis terbagi dua yaitu selulitis orbita dan selulitis
2.2 Anatomi
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat yang berada di antara fossa
yaitu Os. Frontalis, Os. Maksilaris, Os. Zygomatikum, Os. Sphenoid, Os.
Palatinum, Os. Ethmoid, dan Os. Lakrimalis. Secara anatomis orbita dibagi
menjadi enam sisi yaitu dinding medial, dinding lateral, langit-langit berbentuk
Vaskularisasi orbita terdiri dari arteri utama yaitu arteri oftalmika yang
memiliki sembilan percabangan dan vena utama yaitu vena oftalmika superior
dan inferior. Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan
Septum orbital adalah sebuah membran tipis yang memisahkan kelopak mata
superfisial dari struktur orbital yang lebih dalam. Septum ini membentuk sebuah
3
barier potensial yang mencegah infeksi mata sampai pada orbit. Infeksi dari
jaringan lunak anterior sampai septum orbital disebut selulitis periorbital dan
infeksi pada struktur terdekat. Pertama, orbital septum yang tipis dapat menjadi
pada struktur orbital yang utama. Kedua, infeksi dapat menyebar dari sinus-
sinus paranasal (yang mengelilingi kavitas orbital pada tiga dari empat dinding
orbit) melalui tulang sampai ke orbit. Ketiga, vena-vena pada orbita yang tidak
4
2.3 Epidemiologi
Selulitis merupakan penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak yang umum
dengan insiden 24,6 per 1000 orang. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi
Selulitis terutama mengenai anak-anak pada usia 2-10 tahun dan dapat juga
terjadi pada usia dewasa. Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin
pada orang dewasa, kecuali untuk kasus-kasus S.aureus yang resisten terhadap
methicillin, yang lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan rasio
4:1. Namun pada anak-anak, selulitis orbita telah dilaporkan lebih sering terjadi
2.4 Etiologi
5. Sinusitis
6. Trauma
paranasal, tapi juga bisa dari wajah, bola mata, dan sakus lakrimalis.
5
1. Perluasan Infeksi
Selulitis orbital dapat disebabkan secara langsung oleh perluasan infeksi dari
bola mata, kelopak mata, kelenjar mata, jaringan-jaringan periokular dan juga
segala usia, yang dihitung dari lebih 90% kasus. Bakteri aerob yang tidak
berspora adalah organisme terbanyak yang sering menjadi penyebab. Proses ini
menyebabkan edema dari mukosa sinus, yang mana juga terjadi penyempitan
dari ostium dan berikutnya terjadi pengurangan atau penghentian drainase sinus
yang normal. Mikroflora yang ada di sinus dan traktus respiratori atas
supurasi. Hal ini dipertahankan oleh kurangnya tekanan oksigen dalam struktur
kavitas sinus.
Selulitis orbital terjadi akibat infeksi di sinus maxilla dan infeksi sekunder dari
jaringan lunak di kelopak mata dan wajah yang kebanyakan disebabkan oleh
6
stapilokokus dan streptococcus pyogen. Antibiotik awal dapat diberikan dan
2. Penyebab Traumatik
mungkin bisa disebabkan oleh luka perforasi pada septum orbital. Inflamasi
orbital bisa diketahui dalam 48-72 jam setelah luka atau pada kasus yang
kelopak mata, operasi strabismus, operasi retina, dan operasi intraocular, sudah
3. Penyebab Bakterial
orbital. Infeksi polimikrobial bakteri aerob dan anaerob sering terjadi pada
4. Jamur
Jamur yang menjadi penyebab yang paling sering adalah Mucor dan spesies
7
disebabkan infeksi jamur menyebabkan mortalitas tinggi pada pasien yang
imunosupresi.
punya onset yang cepat (1-7 hari), sedangkan aspergilosis lebih lama (bulan ke
tahun).
infeksi saluran pernafasan atas. Selain itu juga berasal dari sinusitis.
pernafasan atas dan infeksi kelopak mata eksternal. Hasil kultur darah dan kulit
biasanya negative.
8
di isolasi pada kultur darah. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa vaksin
pada kultur darah biasanya positif (42%) juka ada pasien yang mengalami
infeksi saluran pernafasan atas dan yang mengalami aspirasi subkutan biasanya
juga positif ( 44%), jika oasie tersebut memiliki trauma pada kelopak mata atau
Sejak penggunaan vaksin tersebar luas rata-rata kultur darah Hib yang postif
positif lebih dari 4%. Alasan yang menyatakan penurunan tersebut tidak jelas
Sebuah penelitian secara spesifik melihat selulitis periorbital dan orbital sejak
datangnya vaksin yang ditemukan bahwa hubungan antara selulitis dan hib
menurun dari 11.7% ke 3.5%. jumlah kasus pertahun dari semua pathogen juga
Dalam era yang memperhatikan tentang wabah biological, hal ini jga menjadi
catatan penting bahwa selulitis periorbital juga telah dilaporkan dengan cacar air
dan antrax.
Selulitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu selulitis preseptal dan selulitis orbita.
1. Selulitis preseptal
septum orbita.6 Selulitis preseptal terjadi melalui tiga jalur. Jalur pertama,terjadi
akibat trauma akibat punksi, laserasi atau abrasi pada palpebra. Jalur kedua yaitu
konjungtivitis berat seperti epidemic konjungtivitis atau infeksi bakteri lain yang
9
mengenai mata seperti impetigo atau herpes zoster sedangkat jalur ketiga terjadi
sebagai infeksi sekunder dari sinusitis atau infeksi pernapasan atas lainnya atau
2. Selulitis orbita
septum orbita. Selulitis orbita berkaitan dengan peradangan sinus ethmoid dan
Pada selulitis preseptal ditemukan udem palpebral yang meluas hingga alis
mata dan kening bahkan juga sampai ke mata kontralateral, tidak adanya
Selulitis orbita ditandai dengan demam, mata merah, edema kelopak mata,
proptosis dan kemotik, dan diplopia.4 selain itu, pada gejala awal juga
dikeluhkan adanya sakit kepala, rhinorea, dan nyeri tekan pada wilayah orbita.
mengeluhkan bengkak pada wilayah mata yang dapat disertai dengan demam,
10
adanya udem pada palpebral, diplopia, keterbatas pergerakkan bola mata, dan
tumor jinak seperti limfangioma dan hemangioma, dan tumor ganas seperti
mengidentifikasi dan menentukan lokasi abses orbita atau benda asing. Foto
2.9 Penatalaksanaan
11
Selulitis preseptal yang terjadi pada anak-anak usia dibawah 1 tahun tanpa
antibiotic intravena dan usia 2 tahun ke atas diterapi dengan antibiotik spektrum
luas seperti ceftriakson dan vancomisin sedangkan pada dewasa diterapi dengan
Pada kasus-kasus yang dicurigai selulitis orbita harus dilakukan kultur dari
3 minggu.8
terapi dengan antibiotik tunggal tidak memberikan hasil yang efektif. Pemberian
diberikan dengan tablet dosis ganda dua kali sehari dan klindamisin 500 mg
penurunan visus pasien.5,9 pada kasus yang disertai dengan painful blind eye
12
2.10 Komplikasi
pergerakkan bola mata yang tidak termasuk dalam derajat proptosis, tidak
adanya nyeri tekan pada wilayah orbita, dan adanya penurunan sensasi pada
2.11 Prognosis
Prognosis baik jika penyakit ini diketahui cepat dan diterapi dengan cepat. Jika
diketahui dalam keadaan yang lenih lanjut, maka dapat menyebabkan kebutaan.
13
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Holds JB, et al. (eds). Orbits, Eyelids, and Lacrimal System. Basic and Clinical
Science Course. Section 7. American Academy of Ophthalmology. San Francisco,
California, 2011; 40-4
2. Kersten RC, et al. (eds). Orbits, Eyelids, and Lacrimal System. Basic and Clinical
Science Course. Section 7. American Academy of Ophthalmology. San Franscisco,
California, 2005; 424.
3. Kwitko GM. Preseptal cellulitis. http://emedicine.medscape.com/article/1218009-
overview. 2012. Diakses: Mei 2014.
4. Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2006
5. Vaughan, Riordan Eva,Witcher JP. Oftalmologi Umum. Edisi tujuh belas. EGC:
Jakarta. 2009.
7. Deborah, Pavan Langstone. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 6th edition.
Hospitalist.Tersedia pada:
http://peds.stanford.edu/Rotations/blue_team/documents/Periorbital_and_Orbital_Ce
10. Buchanan, Malcolm A. Muen, Wisam. Heinz, Peter. Pediatrics and Chid Health
14
11. Khawcharoenporn T, Tice A. Empiric Outpatient Therapy with Trimethoprim-
15