Anda di halaman 1dari 4

29

Artikel

Tenggelamnya Makna Asli Upacara Adat Kenduri Sko


di Kerinci, Jambi
Fitria Anggraini
Mahasiswa Departemen Sejarah Fakultas Sastra USU

Di zaman dulunya, Kerinci terkenal sebagai lumbung padi, kenduri sko diselenggarakan
hampir setiap tahun yang disejalankan setelah tuai atau panen padi. Namun apa yang
terjadi jika seiring berjalannya waktu dan masuknya pengaruh-pengaruh luar tradisi ini
masih dapat dinikmati seperti dahulu? Tidak! secara tidak langsung dan sekecil apapun,
perubahan itu pasti ada merasuki ke dalam jiwa masyarakat Kerinci.

Pendahuluan adanya perubahan-perubahan dalam sistem


Di Indonesia terdapat beragam adat istiadat yang telah lama tumbuh.
suku bangsa yang memiliki wilayah budaya Begitu juga halnya yang terjadi
tertentu pula seperti wilayah budaya dengan salah satu kelompok etnis yang ada
masyarakat etnis Jawa, Sunda, Madura, di Propinsi Jambi, yakni etnis Melayu Tua
Melayu, Minangkabau, Batak, dan lain-lain. di Kabupaten Kerinci. Di sini masyarakat
Sebagai sistem budaya, maka tradisi masih mengenal bentuk-bentuk ritual atau
merupakan suatu sistem yang menyeluruh upacara atau pesta adat siap panen yang
yang terdiri dari cara-cara dan aspek-aspek dikenal dengan kenduri sko.
pemberian arti terhadap laku ujaran, laku
ritual, dan berbagai jenis laku lainnya dari Upacara Adat Kenduri Sko
manusia atau sejumlah manusia yang Kenduri sko adalah upacara adat
mengadakan tindakan antara satu dengan yang terbesar di Kerinci. Hal yang
yang lain1. terpenting dalam kegiatan acara ini adalah
Bermacam-macam bentuk tradisi penurunan benda-benda pusaka dan
yang dilakukan oleh setiap etnis atau suku penobatan gelar, seperti gelar Depati,
bangsa, seperti perkawinan, pesta adat, Pemangku, ataupun Permenti.
upacara kematian, dan ritual lainnya yang Kegiatan ini biasanya dilaksanakan
dianggap wajib dilaksanakan bagi suatu setelah panen terutama panen hasil sawah
suku bangsa tersebut. Ritual-ritual tersebut yang pada awalnya dilakukan untuk tujuan
dilakukan secara berbeda-beda dan memiliki meningkatkan rasa kebersamaan antar
ciri khasnya masing-masing. Ritual tersebut sesama masyarakat yang memanen. Tujuan
ada yang masih dipertahankan dan ada juga lain dari pelaksanaan kenduri sko ini
yang mengalami perubahan akibat adalah:
dipengaruhi oleh perkembangan arus zaman 1. Mengangkat dan menobatkan gelar
walaupun tentu saja tidak menghilangkan kepada pemangku-pemangku adat yang
nilai-nilai inti dari pelaksanaan kegiatan baru, sebagai pengganti pemangku adat
tersebut. yang telah berhenti sesuai dengan yang
Semakin luas dan semakin telah diatur oleh adat yang ada.
berkembangnya suatu masyarakat tradisional 2. Memohon keselamatan kepada Tuhan
serta dipengaruhi oleh masyarakat asing, Yang Maha Kuasa, juga kepada roh
maka semakin besar pengaruhnya yang nenek moyang, roh para leluhurnya,
didapat oleh masyarakat tradisional agar diberi rezeki yang melimpah,
tersebut. Pengaruh yang mendasar dapat karena setelah kegiatan kenduri sko ini
dilihat seperti tata cara kehidupan sehari- penduduk setempat akan kembali ke
hari. Hal ini tidak menutup kemungkinan sawah dan ladang.

1
Mursal Esten. Minangkabau, Tradisi, dan
Perubahan. Padang: Angkasa Raya. 1993.hal.12.

HISTORISME FITRIA ANGGRAINI


Edisi No. 23/Tahun XI/Januari 2007
Universitas Sumatera Utara
30

Artikel

Penobatan permenti dan depati oleh sesepuh adat, Ngabih Teh Sentiobawa dari Pemangku
Rajo, Sunge P'noh

3. Memeriksa kembali tanah-tanah pusaka Dalam pelaksanaan upacara ini ada


yang lahir dari rumah pusakanya yang beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu:
sekarang mungkin saja sedang berada (1) Musyawarah memilih siapa yang harus
pada tangan orang lain atau di dusun diberi gelar. Dalam musyawarah ini
lainnya. duduklah orang empat jenis dan tuo
4. Mengumpulkan semua sanak keluarga tengganai. Mulanya diteliti dulu siapa-
yang terpencar-pencar, berkumpul siapa orang tua yang bergelar yang
dalam rumah keluarganya dan rumah sudah meninggal. Setelah itu diteliti
pusakanya2.1 pula dari yang menyandang gelar itu
yang patut diperhentikan karena
Upacara ini dahulunya dilaksanakan mungkin sudah tua atau uzur. Lalu
oleh beberapa desa yang ada di Kabupaten diteliti pula penggantinya.
Kerinci setiap tahunnya. Waktu pelaksanaan (2) Minta arah. Dalam perundingan ini
di setiap desa berbeda-beda. Ada yang juga ditentukan kapan pelaksanaannya
sekali dalam setahun, ada yang sekali dalam dan bagaimana cara mencari biaya,
5 (lima) tahun. Hal ini terjadi karena serta pembentukan panitia pelaksana.
seiring berjalannya waktu dan kebutuhan (3) Menurunkan benda-benda pusaka.
masyarakat yang semakin meningkat. Acara ini dilaksanakan sebelum acara
Sesuai dengan ungkapan adatnya kerbau penobatan. Benda itu disimpan di
seekor dan beras seratus yang harus dalam sebuah peti dan terletak di atas
dihabiskan untuk upacara ini yang tentu ptaih, yaitu suatu tempat yang spesial
sulit untuk diusahakan oleh masyarakat. di atas loteng yaitu sebuah ruangan
kecil yang disangkut ke bubungan yang
merupakan kamar kecil yang
2
Yatim Abas. Meninjau Hukum Adat Alam tergantung. Cara penurunan benda itu
Kerinci. Sungai Penuh: Andalas. 1985. hal. 174-175. adalah dengan menyediakan sajian

HISTORISME FITRIA ANGGRAINI


Edisi No. 23/Tahun XI/Januari 2007
Universitas Sumatera Utara
31

Artikel
berupa nasi putih, telur ayam, nasi dan lain-lain. Pada malam harinya
kuning dan hitam, air limau, perasapan, digelar berbagai kesenian daerah
dan lain-lain. Pada hari yang setempat, seperti tari-tarian yaitu tari
ditentukan, dikumpullah orang yang iyo-iyo, rangguk, kemudian nyanyian
berkepentingan di rumah itu. orang daerah, dan pencak silat tradisional yang
yang ditunjuk itu dikawal oleh anak digemari oleh kalangan masyarakat.
laki-laki untuk naik ke atas loteng yang Setiap individu ikut terlibat dalam
diiringi dengan asap kemenyan bau- kegiatan ini. Pada hari terakhir yaitu
bauan dari bunga sajian. Peti diambil puncak dari upacara ini adalah
dan di bawa dengan hati-hati sampai ke penurunan benda-benda pusaka nenek
pintu loteng yang disambut oleh ketua moyang yang kemudian dilanjutkan
adat atau orang yang dianggap penting dengan pemberian gelar adat kepada
di lurahnya. Penurunan dari atas loteng mereka yang telah dipilih dan
ke bawah (ke luar rumah) disambut selanjutnya diakhiri dengan acara
dengan tari iyo-iyo oleh perempuan makan bersama3.2
yang tua-tua, sambil yang lain
menebarkan beras kunyit. Setelah Perubahan dalam Pelaksanaan
benda itu dibersihkan dan diperlihatkan Upacara Adat Kenduri Sko Saat Ini
kepada orang yang hadir kemudian Seiring dengan berjalannya waktu,
dimasukkan kembali ke dalam peti. bentuk dan pelaksanaan kenduri sko ini
Apabila hari itu dilaksanakan juga mengalami perubahan. Pelaksanaan
penobatan maka benda-benda itu kegiatan tersebut yang berlangsung selama
dibawa ke tempat penobatan, untuk seminggu penuh tidak lagi diisi dengan
dipertontonkan kepada masyarakat pergelaran kesenian tradisional masyarakat
sambil mengatakan bahwa benda itu setempat. Akan tetapi telah dimeriahkan
sudah lengkap dan di atas benda-benda dengan masuknya pertunjukan-pertunjukan
itulah gelar diberikan kepada yang modern, pelelangan bir (malam amal)
berhak menerimanya. Peti benda-benda dengan artis-artis kabupaten yang tidak lagi
itu selalu terkunci dan kuncinya menyanyikan lagu-lagu daerah setempat
disimpan oleh penunggu rumah. Peti dengan alat musik tradisionalnya, tetapi
itu dibuka harus di depan Depati Ninik malah lagu dangdut yang di-remix atau
Mamak, karena orang itu akan disco dengan alat musik keyboard. Panitia
memeriksa isi peti tersebut. upacara tidak lagi mengharuskan kerbau
(4) Penobatan. Gelar sko ini dinobatkan di seekor dan beras seratus untuk dimakan
atas piagamnya. Kalau tidak ada bersama pada puncak acara, tapi malah
piagam yang menentukannya, tidaklah memungut iuran berupa uang setiap
dapat dinobatkan. Jadi yang menerima keluarga yang jumlahnya terkadang
gelar itu betul-betul orang pintar dan menimbulkan rasa keberatan bagi kalangan
anak kemenakan dari pewarisnya. masyarakat yang kurang mampu.
Piagam itu itu menandakan bahwa yang Secara tidak langsung atau tanpa
akan dinobatkan itu memang harus diberi disadari perubahan-perubahan ini merasuki
gelar dan berhak menerima gelar. ke dalam jiwa masyarakat Kerinci. Dan
(5) Kemudian diakhiri dengan acara faktor lainnya yang menyebabkan
makan bersama (minum kawo) antara terjadinya perubahan yaitu pewarisan
pemimpin adat dengan masyarakat pengetahuan tata cara kenduri sko kepada
desa. Upacara ini dilaksanakan selama generasi muda setempat sehingga mereka
satu minggu penuh. Pada siang harinya yang muda tidak dapat melaksanakan acara
dilaksanakan berbagai perlombaan tidak seperti yang telah dilakukan terdahulu.
permainan tradisional, namun seiring
dengan perubahan waktu perlombaan ini
diganti dengan beberapa perlombaan 3
Iskandar Zakarya. Tambo Sakti Alam
olah raga seperti takrau, catur, domino, Kerinci (buku pertama). Jakarta: Balai Pustaka. 1984
hal.177.

HISTORISME Edisi Khusus (Lustrum) FITRIA ANGGRAINI


Edisi No. 23/Tahun XI/Januari 2007
Universitas Sumatera Utara
32

Artikel

Kesimpulan ataupun dangdut yang kebanyakan


Tidak dinafikan bahwa modernisasi digemari oleh penduduk Indonesia ini.
merupakan rancangan perkembangan zaman Merasuknya pengaruh tersebut
yang secara tidak langsung merasuki aliran memberikan dampak yang luar biasa bagi
darah perkembangan kebudayaan kita. Tidak budaya kita. Apa yang dapat kita lakukan?
ada yang murni asli lagi adat istiadat yang kita Tidak ada. Kita hanya dapat mengikuti alur
jalani sekarang ini. Dari A sampai Z sedikit zaman ini.
banyaknya berbaur dengan pengaruh
tersebut. Kenduri sko Kerinci memberikan Daftar Pustaka
contoh nyata dalam perkembangan salah Anonim. 1978. Adat Istiadat Jambi. Jakarta:
satu budaya kita. Depdikbud
Kerinci yang merupakan kota kecil Abas, Yatim. 1985. Meninjau Hukum Adat
dapat merasakan modernisasi dalam Alam Kerinci. Sungai Penuh: Andalas.
perkembangan zaman tersebut. Dari tua Esten, Mursal. 1993. Minangkabau,
sampai yang muda tahu dan sadar akan hal Tradisi, dan Perubahan. Padang:
ini. Dari yang dulunya menari atau dengan Angkasa Raya
menggunakan rebana atau gendang akibat Sunarto, Soerjono. 1997. Sosiologi Suatu
pengaruh tersebut sekarang bermunculan Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
organ yang menghabisi tradisi lama yang Persada
telah lama diciptakan. Malahan tarian atau Zakarya, Iskandar. 1984. Tambo Sakti Alam
nyanyian tradisional berubah menjadi disco Kerinci (buku pertama). Jakarta: Balai
Pustaka.

HISTORISME FITRIA ANGGRAINI


Edisi No. 23/Tahun XI/Januari 2007
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai