Artikel
Di zaman dulunya, Kerinci terkenal sebagai lumbung padi, kenduri sko diselenggarakan
hampir setiap tahun yang disejalankan setelah tuai atau panen padi. Namun apa yang
terjadi jika seiring berjalannya waktu dan masuknya pengaruh-pengaruh luar tradisi ini
masih dapat dinikmati seperti dahulu? Tidak! secara tidak langsung dan sekecil apapun,
perubahan itu pasti ada merasuki ke dalam jiwa masyarakat Kerinci.
1
Mursal Esten. Minangkabau, Tradisi, dan
Perubahan. Padang: Angkasa Raya. 1993.hal.12.
Artikel
Penobatan permenti dan depati oleh sesepuh adat, Ngabih Teh Sentiobawa dari Pemangku
Rajo, Sunge P'noh
Artikel
berupa nasi putih, telur ayam, nasi dan lain-lain. Pada malam harinya
kuning dan hitam, air limau, perasapan, digelar berbagai kesenian daerah
dan lain-lain. Pada hari yang setempat, seperti tari-tarian yaitu tari
ditentukan, dikumpullah orang yang iyo-iyo, rangguk, kemudian nyanyian
berkepentingan di rumah itu. orang daerah, dan pencak silat tradisional yang
yang ditunjuk itu dikawal oleh anak digemari oleh kalangan masyarakat.
laki-laki untuk naik ke atas loteng yang Setiap individu ikut terlibat dalam
diiringi dengan asap kemenyan bau- kegiatan ini. Pada hari terakhir yaitu
bauan dari bunga sajian. Peti diambil puncak dari upacara ini adalah
dan di bawa dengan hati-hati sampai ke penurunan benda-benda pusaka nenek
pintu loteng yang disambut oleh ketua moyang yang kemudian dilanjutkan
adat atau orang yang dianggap penting dengan pemberian gelar adat kepada
di lurahnya. Penurunan dari atas loteng mereka yang telah dipilih dan
ke bawah (ke luar rumah) disambut selanjutnya diakhiri dengan acara
dengan tari iyo-iyo oleh perempuan makan bersama3.2
yang tua-tua, sambil yang lain
menebarkan beras kunyit. Setelah Perubahan dalam Pelaksanaan
benda itu dibersihkan dan diperlihatkan Upacara Adat Kenduri Sko Saat Ini
kepada orang yang hadir kemudian Seiring dengan berjalannya waktu,
dimasukkan kembali ke dalam peti. bentuk dan pelaksanaan kenduri sko ini
Apabila hari itu dilaksanakan juga mengalami perubahan. Pelaksanaan
penobatan maka benda-benda itu kegiatan tersebut yang berlangsung selama
dibawa ke tempat penobatan, untuk seminggu penuh tidak lagi diisi dengan
dipertontonkan kepada masyarakat pergelaran kesenian tradisional masyarakat
sambil mengatakan bahwa benda itu setempat. Akan tetapi telah dimeriahkan
sudah lengkap dan di atas benda-benda dengan masuknya pertunjukan-pertunjukan
itulah gelar diberikan kepada yang modern, pelelangan bir (malam amal)
berhak menerimanya. Peti benda-benda dengan artis-artis kabupaten yang tidak lagi
itu selalu terkunci dan kuncinya menyanyikan lagu-lagu daerah setempat
disimpan oleh penunggu rumah. Peti dengan alat musik tradisionalnya, tetapi
itu dibuka harus di depan Depati Ninik malah lagu dangdut yang di-remix atau
Mamak, karena orang itu akan disco dengan alat musik keyboard. Panitia
memeriksa isi peti tersebut. upacara tidak lagi mengharuskan kerbau
(4) Penobatan. Gelar sko ini dinobatkan di seekor dan beras seratus untuk dimakan
atas piagamnya. Kalau tidak ada bersama pada puncak acara, tapi malah
piagam yang menentukannya, tidaklah memungut iuran berupa uang setiap
dapat dinobatkan. Jadi yang menerima keluarga yang jumlahnya terkadang
gelar itu betul-betul orang pintar dan menimbulkan rasa keberatan bagi kalangan
anak kemenakan dari pewarisnya. masyarakat yang kurang mampu.
Piagam itu itu menandakan bahwa yang Secara tidak langsung atau tanpa
akan dinobatkan itu memang harus diberi disadari perubahan-perubahan ini merasuki
gelar dan berhak menerima gelar. ke dalam jiwa masyarakat Kerinci. Dan
(5) Kemudian diakhiri dengan acara faktor lainnya yang menyebabkan
makan bersama (minum kawo) antara terjadinya perubahan yaitu pewarisan
pemimpin adat dengan masyarakat pengetahuan tata cara kenduri sko kepada
desa. Upacara ini dilaksanakan selama generasi muda setempat sehingga mereka
satu minggu penuh. Pada siang harinya yang muda tidak dapat melaksanakan acara
dilaksanakan berbagai perlombaan tidak seperti yang telah dilakukan terdahulu.
permainan tradisional, namun seiring
dengan perubahan waktu perlombaan ini
diganti dengan beberapa perlombaan 3
Iskandar Zakarya. Tambo Sakti Alam
olah raga seperti takrau, catur, domino, Kerinci (buku pertama). Jakarta: Balai Pustaka. 1984
hal.177.
Artikel