Anda di halaman 1dari 6

ARTI & MAKNA GEREJA

1. Arti dan Makna Gereja


Gereja Katolik adalah Gereja yang benar, yang didirikan oleh Yesus Kristus, yang
para anggotanya saling dipersatukan dalam ikatan persekutuan rohani: setia kepada
Paus serta para uskup yang bersatu dengannya, satu dalam iman dan kepercayaan,
satu dalam perayaan ibadat. Gereja merupakan misteri, sakramen keselamatan dan
Umat Allah yang dalam perjalanan ziarah bersama menuju kehidupan kekal.[1]
Kata Gereja berasal dari bahasa Protugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani:
(ekklsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo=
memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia) memiliki beberapa arti:
Arti pertama ialah 'umat' atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima
sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah
gedung. Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus
Kristus pada hari rayaPentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah
diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus.
Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuanibadah umat Kristen. Bisa
bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.
Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasidalam agama
Kristen. Misalnya: Gereja Katolik, GerejaProtestan, dll.
Arti keempat ialah lembaga (administratif). Contoh kalimat Gereja
menentang perang Irak.
Arti terakhir adalah sebuah rumah ibadah umatKristen, di mana umat
bisa berdoa atau bersembahyang.

GEREJA ORTODOKS

Gereja Ortodoks Timur,dengan nama resmi Gereja Katolik Ortodoks, juga disebut Gereja
Ortodoks, Ortodoksi Timur, dan Ortodoksi, adalah Gereja Kristen terbesar kedua di
dunia,dengan perkiraan jumlah umat sekitar 225300 juta orang. Gereja ini bukan bagian dari
Gereja Katolik Ritus Timur.

Gereja Ortodoks Timur termasuk salah satu lembaga keagamaan tertua di dunia, yang
mengajarkan bahwa Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik didirikan oleh Yesus
Kristus dalam Amanat Agung-Nya kepada para rasul, dan mempraktikkan apa yang dipahami
sebagai iman asli yang diwariskan dari para Rasul.

Gereja Ortodoks Timur berada dalam persekutuan dengan Gereja Latin sebelum Skisma Timur
Barat tahun 1054, dan dengan gereja-gereja Oriental selama kuartal pertama sejarahnya.
Ortodoksi menyebar di seluruh Kekaisaran Romawi dan kemudian Bizantium serta daerah
sekitarnya, memainkan suatu peran penting dalam budaya Eropa, Timur Dekat, Slavia, dan
beberapa budaya Afrika. Tahta episkopalnya yang paling utama adalah Konstantinopel.
Ortodoksi tidak memiliki Kepausan ataupun keuskupan dengan ortoritas serupa. Sebutan
"Timur" biasa digunakan, walaupun tidak resmi, diambil dari kaitannya secara geografis dengan
gereja-gereja "Barat", yang sekarang dikenal sebagai Gereja Katolik Roma, dan karena
Konstantinopel merupakan ibukota Kekaisaran Romawi Timur.

Perbedaan dengan Gereja Barat

Ada perbedaan dengan Gereja Katolik Roma namun banyak pula persamaannya. Kalangan
Kristen lainnya cenderung menganggap bahwa perbedaan utamanya ialah bahwa Gereja
Ortodoks banyak menekankan ritus dan doa dalam bahasa tertentu, terutama dalam Bahasa
Yunani Kuno atau "Bahasa Slavonik Kuno Gerejawi" (Old Church Slavonic). Sebenarnya Gereja
Ortodoks menganut prinsip bahwa ibadah atau liturgi hendaknya dimengerti oleh umat. Oleh
karena itu sejak permulaan, Gereja Ortodoks mendukung usaha penerjemahan Kitab Suci dan
liturgi ke bahasa setempat. Bahasa Yunani Perjanjian Baru (bahasa Yunani Koine) adalah bahasa
asli Kitab Suci Perjanjian Baru, jadi bahasa ini menduduki tempat khusus dalam kehidupan
Gereja. Namun, di Yunani sekarang ibadah dirayakan dalam bahasa Yunani yang dimengerti
umat, bukan bahasa Yunani abad pertama.

Pemakaian bahasa Slavonik sebenarnya merupakan bukti prinsip penerjemahan tersebut. Santo
Cyril dan Santo Methodius menyebarkan agama Kristen (Ortodoks) ke bangsa-bangsa Slavia
(Eropa Timur) pada abad ke-10 dan menerjemahkan Kitab Suci dan liturgi ke bahasa mereka saat
itu. Bahasa Slavonik yang dipakai mereka menjadi semacam bahasa klasik bagi bangsa-bangsa
Slavia termasuk Rusia. Walau mungkin gereja-gereja di sana masih memakai bahasa Slavonik
Kuno, secara prinsip Gereja Ortodoks menekankan bahwa bahasa liturgi hendaklah dimengerti
oleh umat. Gereja-gereja Ortodoks di Eropa Barat, Amerika dan Asia biasanya memakai bahasa
setempat.

Lalu teologi gereja Ortodoks lebih bersifat mistik. Gereja-gereja Ortodoks juga cenderung
menjadi gereja nasional, misalkan Gereja Ortodoks Rusia, Yunani dan sebagainya.

Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental

Gereja-Gereja Ortodoks mengklaim diri sebagai kelanjutan dari jemaah Kristiani perdana, yang
didirikan oleh Yesus Kristus sendiri serta para Rasul-Nya. Namun, perlu diperhatikan bahwa ada
dua persekutuan Ortodoks yang berbeda. Persekutuan Ortodoks yang pertama dan yang terbesar
adalah yang disebut Gereja Ortodoks Timur, yakni gereja-gereja Ortodoks yang menerima hasil
ketujuh Konsili ekumenis seperti Gereja Katolik Roma. Komunitas Ortodoks yang lain
dibedakan dari Ortodoksi Timur dengan menggunakan sebutan Gereja Ortodoks Oriental.
Ortodoksi Oriental hanya menerima hasil dari 3 Konsili Ekumenis yang pertama, yaitu Konsili
Nicea I, Konsili Konstantinopel I, dan Konsili Efesus. Komunitas ini terpisah setelah beberapa
Uskup peserta Konsili Khalsedon memutuskan untuk tidak menerima hasil Konsili tersebut.
GEREJA ROMA

Gereja Katolik, yang secara luas sering juga disebut Gereja Katolik Roma,[note 1] adalah Gereja
Kristen terbesar di dunia, dan diperkirakan memiliki 1.3 milyar jemaat, yakni kira-kira setengah
dari seluruh umat Kristiani[note 2] dan seperenam dari populasi dunia. Gereja Katolik adalah
sebuah komuni (persekutuan) dari Gereja Katolik Ritus Barat (Gereja Katolik Roma) dan
23 Gereja Katolik Timur, yang membentuk 2.795 keuskupan pada 2008. Ke-24 Gereja-Gereja ini
disebut sebagai gereja-gereja partikular). Gereja Partikular dengan jumlah umat terbesar dalam
Gereja Katolik adalah Gereja Katolik Ritus Barat/Ritus Latin/Gereja Katolik Roma. Gereja
Partikular dengan jumlah umat ke-2 terbesar dalam Gereja Katolik adalah Gereja Katolik-Yunani
Ukraina.

Otoritas duniawi tertinggi Gereja ini dalam perkara iman, moral dan pemerintahannya adalah Sri
Paus,[15] saat ini Paus Fransiskus, yang memegang otoritas tertinggi bersama-sama Dewan
Uskup, yang diketuainya.[16][17][18] Komunitas Katolik terdiri atas seorang pelayan-umat tertahbis
(rohaniwan) dan umat awam; baik rohaniwan maupun umat awam dapat pula menjadi anggota
dari komunitas-komunitas religius.[19]

Gereja ini mendefinisikan bahwa misinya adalah memberitakan Injil Yesus Kristus, memberikan
pelayanan sakramen-sakramen dan melakukan karya amal.[20] Gereja ini menjalankan program-
program dan lembaga-lembaga sosial di seluruh dunia, termasuk juga sekolah-sekolah,
universitas-universitas, rumah-rumah sakit, misi-misi dan perumahan, serta organisasi-organisasi
seperti Catholic Relief Services, Caritas Internationalis dan Catholic Charities yang membantu
kaum papa, keluarga-keluarga, orang-orang jompo, dan orang-orang sakit.[21]

Melalui suksesi apostolik, Gereja ini percaya bahwa dirinya merupakan kelanjutan dari
komunitas Kristiani yang didirikan oleh Yesus dengan mentahbiskan Santo Petrus, sebuah
pandangan yang juga dianut oleh banyak sejarawan.[22] Gereja ini menetapkan doktrin-
doktrinnya melalui berbagai konsili ekumenis, meneladani para rasul pertama dalam Konsili
Yerusalem.[23] Atas dasar janji-janji Yesus pada rasul-rasulNya yang tertera dalam Injil, Gereja
ini percaya bahwa dia dituntun oleh Roh Kudus dan oleh karena itu terlindungi dari terjadinya
kesalahan doktrin.[24][25][26]

Keyakinan-keyakinan Katolik didasarkan atas deposit iman (mencakup baik Kitab Suci maupun
Tradisi Suci) yang diwarisi dari zaman Rasul-Rasul, dan yang diinterpretasi oleh Otoritas
Pengajaran Gereja. Keyakinan-keyakinan tersebut terangkum dalam Kredo Nicea, dan secara
resmi dirinci dalam Katekismus Gereja Katolik. Peribadatan Katolik yang formal, yang disebut
liturgi, diatur oleh otoritas Gereja. Ekaristi, salah satu dari tujuh sakramen Gereja dan bagian
penting dari setiap Misa Katolik atau Liturgi Suci Katolik Timur, adalah pusat dari peribadatan
Katolik.

Dengan sejarah yang membentang sepanjang dua ribu tahun, Gereja ini adalah salah satu
lembaga tertua di dunia[27] dan telah berperan penting dalam sejarah peradaban Barat sekurang-
kurangnya sejak abad ke-4.[28] Pada abad ke-11, sebuah perpecahan besar, yang kadang-kadang
disebut Skisma Akbar, terjadi antara Kristianitas Timur dan Barat yang terutama diakibatkan
oleh ketidaksepahaman mengenai primasi kepausan. Gereja-Gereja Timur yang tetap maupun
yang kelak kembali menjalin persekutuan dengan Uskup Roma, Sri Paus, membentuk Gereja-
Gereja Katolik Timur, dan Gereja-Gereja yang tetap berada di luar otoritas kepausan biasanya
dikenal sebagai Gereja-Gereja Ortodoks Timur. Pada abad ke-16, juga sebagai tanggapan atas
bangkitnya Reformasi Protestan di Eropa Barat, Gereja ini menyelenggarakan proses reformasi
dan renovasi internal, yang dikenal sebagai Kontra-Reformasi.

Meskipun Gereja ini menyatakan bahwa dialah "Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik,"
didirikan oleh Yesus Kristus, tempat orang dapat menemukan kepenuhan sarana
keselamatan,[29][30] Gereja ini pun mengakui bahwa Roh Kudus dapat menggunakan komunitas-
komunitas Kristiani lainnya untuk membawa orang menuju keselamatan.[31][32] Gereja ini
percaya bahwa dia dipanggil oleh Roh Kudus untuk mengupayakan kesatuan antar segenap umat
Kristiani, sebuah gerekan yang dikenal sebagai ekumenisme.[32] Tantangan-tantangan moderen
yang dihadapi Gereja ini mencakup bangkitnya sekularisme dan penentangan terhadap sikapnya
mengenai aborsi, euthanasia, kontrasepsi, dan moralitas seksual.[33]

ANGLIKANISME

Anglikanisme (bahasa Inggris: Anglicanism) adalah suatu tradisi di dalam Kekristenan yang
terdiri dari Gereja Inggris dan gereja-gereja yang secara historis terkait dengannya ataupun
memiliki keyakinan, praktik ibadah, dan struktur gereja yang serupa.[1] Kata Anglikan berasal
dari ecclesia anglicana, sebuah frasa Latin Pertengahan yang berasal dari Magna Carta (1215)[2]
dan masa sebelumnya,[3] yang berarti "Gereja Inggris".

Para penganut Anglikanisme disebut "umat Anglikan" (Anglicans). Sebagian besar umat
Anglikan adalah anggota Gereja Anglikan nasional ataupun regional, dikenal sebagai provinsi
gerejawi, sebagai bagian dari Komuni Anglikan internasional,[4] yang adalah persekutuan Kristen
terbesar ketiga di dunia, setelah Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur.[5]
Sebagaimana terlihat dari namanya, gereja-gereja dari Komuni Anglikan terhubungkan oleh
ikatan tradisi, afeksi, dan loyalitas yang sama. Semuanya berada dalam persekutuan penuh
dengan Takhta Canterbury, dan karenanya Uskup Agung Canterbury merupakan fokus khusus
persatuan Anglikan sebagai primus inter pares. Sekali setiap dasawarsa ia menghimpun
Konferensi Lambeth, memimpin pertemuan para primat, dan adalah Presiden Dewan Konsultatif
Anglikan.[6][7] Namun, terdapat sejumlah gereja yang tidak termasuk dalam Komuni Anglikan
yang memandang diri mereka sebagai Anglikan, seperti misalnya gereja-gereja Anglikan
Berkelanjutan[8] dan gereja-gereja yang menjadi bagian dari gerakan penataan kembali Anglikan.

Para penganut Anglikan mendasarkan iman Kristen mereka pada Alkitab, tradisi-tradisi Gereja
apostolik, suksesi apostolik ("episkopat historis"), dan tulisan-tulisan dari para Bapa Gereja.[1]
Anglikanisme membentuk salah satu cabang Kekristenan Barat; secara definitif menyatakan
keterlepasannya dari Takhta Suci pada saat Penyelesaian Keagamaan Elizabethan.[9] Banyak
formularium baru Anglikan dari pertengahan abad ke-16 yang berhubungan erat dengan
formularium Protestanisme kontemporer. Reformasi dalam Gereja Inggris ini dipahami oleh
salah seorang dari mereka yang paling bertanggung jawab atasnya, Thomas Cranmer sebagai
Uskup Agung Canterbury pada saat itu, sebagai mengarahkan suatu jalan tengah antara dua
tradisi Protestan yang timbul, yaitu Lutheranisme dan Calvinisme.[10] Pada akhir abad tersebut,
retensi dalam Anglikanisme atas banyak tata liturgis tradisional dan atas episkopatnya tidak
dapat diterima oleh mereka yang mempromosikan prinsip-prinsip terbaru Protestan.

Pada paruh pertama abad ke-17, Gereja Inggris dan Gereja Irlandia yang terkait dengannya
disajikan oleh beberapa rohaniwan Anglikan sebagai cakupan suatu tradisi Kristen yang berbeda,
dengan berbagai teologi, struktur, dan tata ibadah yang merepresentasikan satu jenis jalan tengah
atau via media yang berbeda antara Protestanisme dan Katolisisme Roma. Perspektif ini menjadi
sangat berpengaruh dalam teori-teori identitas Anglikan selanjutnya dan diungkapkan dalam
deskripsi Anglikanisme sebagai "Katolik dan Tereformasi" (Catholic and Reformed).[11] Tingkat
perbedaan antara kecenderungan Protestan dan Katolik di dalam tradisi Anglikan merupakan
bahan perdebatan rutin baik di dalam gereja-gereja Anglikan tertentu maupun di seluruh Komuni
Anglikan. Kekhasan Anglikanisme adalah Buku Doa Umum, kumpulan tata ibadah yang
digunakan dalam sebagian besar gereja Anglikan selama berabad-abad, dan dengan demikian
diakui sebagai salah satu pertalian yang mengikat Komuni Anglikan bersama-sama.

Setelah Revolusi Amerika, jemaat Anglikan di Amerika Serikat dan Amerika Utara Britania
(yang kelak membentuk dasar bagi negara modern Kanada) masing-masing dibentuk kembali
menjadi gereja-gereja otonom dengan struktur-struktur swakelola dan uskup-uskup tersendiri,
yaitu Gereja Episkopal Amerika Serikat dan Gereja Anglikan Kanada. Dengan perluasan
Imperium Britania dan aktivitas misi Kristen, model ini diadopsi sebagai model bagi banyak
gereja yang baru terbentuk pada saat itu, khususnya di Afrika, Australasia, dan Asia-Pasifik.
Pada abad ke-19, istilah Anglikanisme diciptakan untuk mendeskripsikan tradisi religius bersama
dari gereja-gereja tersebut; termasuk juga dari Gereja Episkopal Skotlandia, yangmeski
bemula lebih awal di dalam Gereja Skotlandiatelah diakui sebagai berbagi identitas bersama
ini.

GEREJA INGGRIS

Gereja Inggris (bahasa Inggris: Church of England; C of E) adalah gereja negara Inggris.[3][4][5]
Uskup Agung Canterbury merupakan klerusnya yang paling senior, kendati Gubernur Tertinggi
merupakan pemimpin tertingginya. Gereja Inggris juga merupakan gereja induk dari Komuni
Anglikan internasional. Pendiriannya sebagai suatu gereja nasional dikatakan terjadi pada abad
ke-6 dalam misi Gregorian ke Kerajaan Kent yang dipimpin oleh Agustinus dari Canterbury.[6][7]

Gereja Inggris menolak otoritas kepausan ketika Henry VIII tidak berhasil mendapatkan anulasi
atas perkawinannya dengan Catherine dari Aragon pada tahun 1530-an.[8] Reformasi Inggris
dipercepat di bawah pemerintahan para bupati Edward VI sebelum suatu pemulihan singkat
otoritas kepausan di bawah kepemimpinan Mary I dan Philip II. Akta Supremasi 1558
memperbarui perpecahan tersebut dan Penyelesaian Keagamaan Elizabethan memetakan suatu
jalan yang melaluinya gereja Inggris menjadi harus bersifat Katolik dan Reformed
("Tereformasi"):

Katolik karena menganggap dirinya sebagai bagian dari gereja Yesus Kristus yang
universal dalam kontinuitas tak terputus dengan gereja apostolik awal. Hal ini
diungkapkan dalam penekanannya pada ajaran-ajaran para Bapa Gereja awal,
sebagaimana telah diresmikan dalam Kredo Para Rasul, Nicea, dan Athanasius.[9]
Reformed karena telah dibentuk oleh beberapa prinsip doktrinal dari Reformasi Protestan
abad ke-16, khususnya 39 Artikel Agama dan Buku Doa Umum.[9]

Fase awal Reformasi Inggris menghasilkan banyak martir Katolik maupun martir Protestan
radikal. Pada fase selanjutnya, Hukum Pidana digunakan untuk menghukum para penganut
Katolik Roma dan Protestan nonkonformis. Pada abad ke-17, perselisihan politik dan agama
mengakibatkan timbulnya faksi Puritan dan Presbisterian yang berkeinginan untuk
mengendalikan gereja, namun ini berakhir dengan terjadinya Restorasi. Pengakuan kepausan atas
kepemimpinan George III pada tahun 1766 menyebabkan toleransi keagamaan yang lebih baik.

Sejak Reformasi Inggris, Gereja Inggris telah menggunakan liturgi dalam bahasa Inggris. Gereja
ini meliputi beberapa aliran doktrinal, tiga yang terutama dikenal sebagai Anglo-Katolik,
Evangelikal, dan Gereja Luas. Ketegangan antara kaum progresif dan konservatif teologis
tampak jelas dalam perdebatan mengenai penahbisan kaum wanita dan homoseksualitas. Gereja
ini terdiri dari para anggota dan rohaniwan yang liberal maupun konservatif.[10]

Struktur tata kelola gereja berbasiskan pada keuskupan-keuskupan, yang masing-masingnya


dipimpin oleh seorang uskup. Di dalam setiap keuskupan terdapat paroki-paroki setempat.
Sinode Umum Gereja Inggris berfungsi sebagai badan legislatif gereja ini dan terdiri dari para
uskup, klerus lainnya, dan kaum awam. Rancangan undang-undang atau ketentuan hukum yang
mereka hasilkan harus mendapat persetujuan dari kedua Dewan Parlemen Britania Raya.

Anda mungkin juga menyukai