Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan produksi cairan ataupun berkurangnya
absorbsi. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling
sering dengan etiologi yang bermacam-macam mulai dari kardiopulmoner,
inflamasi, hingga keganasan yang harus segera dievaluasi dan diterapi. (Price,
2005)
b) Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 1,5 juta kasus efusi pleura terjadi tiap tahunnya.14.Sementara
3000 orang terdiagnosa efusi pleura.1 Secara keseluruhan, insidensi efusi pleura
sama antara pria dan wanita. Namun terdapat perbedaan pada kasus-kasus tertentu
dimana penyakit dasarnya dipengaruhi oleh jenis kelamin. Misalnya, hampir dua
pertiga kasus efusi pleura maligna terjadi pada wanita. Dalam hal ini efusi pleura
sistemic lupus erytematosus, dimana hal ini lebih sering dijumpai pada wanita.
maligna lebih tinggi pada pria. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya
etiologi utamanya. Efusi rheumatoid juga ditemukan lebih banyak pada pria
daripada wanita. Efusi pleura kebanyakan terjadi pada usia dewasa. Namun
Rongga pleura normal berisi cairan dalam jumlah yang relatif sedikit yakni 0,1
0,2 mL/kgbb pada tiap sisinya. Fungsinya adalah untuk memfasilitasi pergerakan
kembang kempis paru selama proses pernafasan. Cairan pleura diproduksi dan
dieliminasi dalam jumlah yang seimbang. Jumlah cairan pleura yang diproduksi
normalnya adalah 17 mL/hari dengan kapasitas absorbsi maksimal drainase
sistem limfatik sebesar 0,2-0,3 mL/kgbb/jam. Cairan ini memiliki konsentrasi
protein lebih rendah dibanding pembuluh limfe paru dan perifer. (Price, 2005)
Gambar 1. Skema yang memperlihatkan proses sirkulasi normal cairan pleura. Terlihat bahwa
cairan pleura berasal dari pembuluh darah sistemik pada membran pleura parietal dan viseral
(ditunjukkan pada panah yang terputus-putus). Pembuluh darah pleura parietal (mikrovaskular
interkostal) merupakan terpenting pada sistem ini sebab pembuluh darah ini paling dekat dengan
rongga pleura dan memiliki tekanan filtrasi yang lebih tinggi daripada mikrovaskuler bronkial
pada pleura viseral. Cairan pleura awalnya akan absorbsi kembali oleh mikrovaskuler, sisanya
akan dikeluarkan dari rongga pleura melalui saluran limfatik pada pleura parietal (panah utuh).
Dikutip dari: Broaddus VC. 2009. Mechanisms of pleural liquid accumulation in disease.
Uptodate.
Persamaan yang menunjukkan hubungan keseimbangan antara
pula.
pH 7,60-7,64
3
Kadungan sel darah putih < 1000 /m
14
Kadar LDH (laktat dehidrogenase) < 50% dari plasma.
Efusi pleura merupakan suatu indikator adanya suatu penyakit
dasar baik itu pulmoner maupun non pulmoner, akut maupun kronis.
Penyebab efusi pleura tersering adalah gagal jantung kongestif
(penyebab dari sepertiga efusi pleura dan merupakan penyebab efusi
a) Transudat
lebih lanjut. Selain itu, efusi pleura transudat juga dapat terjadi
akibat migrasi cairan yang berasal dari peritoneum, bisa pula
iatrogenik sebagai komplikasi dari pemasangan kateter vena sentra
dan pipa nasogastrik. Penyebab-penyebab efusi pleura transudat
relatif lebih sedikit yakni :
Hipoalbuminemia
Sindroma nefrotik
Dialisis peritoneal
Miksedema
Perikarditis konstriktif
Fistulasi duropleura
b) Eksudat
Parapneumonia
Emboli paru
Tuberkulosis
Pankreatitis
Trauma
Perforasi esofageal
Sarkoidosis
Infeksi jamur
Pseudokista pankreas
Abses intraabdominal
Penyakit perikardial
Sindrom Meig (neoplasma jinak pelvis disertai asites dan efusi
pleura)
Uremia
d) Gambaran Klinis
e) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan pencitraan radiologis
Evaluasi efusi pleura dimulai dari pemeriksaan imejing
untuk menilai jumlah cairan, distribusi dan aksesibilitasnya serta
kemungkinan adanya abnormalitas intratorakal yang berkaitan
dengan efusi pleura tersebut. Pemeriksaan foto toraks
posteroanterior (PA) dan lateral sampai saat ini masih merupakan
yang paling diperlukan untuk mengetahui adanya efusi pleura pada
awal diagnosa.
Pada posisi tegak, akan terlihat akumulasi cairan yang
menyebabkan hemitoraks tampak lebih tinggi, kubah diafragma
tampak lebih ke lateral, serta sudut kostofrenikus yang menjadi
tumpul. Untuk foto toraks PA setidaknya butuh 175-250 mL cairan
yang terkumpul sebelumnya agar dapat terlihat di foto toraks PA.
Sementara foto toraks lateral dekubitus dapat mendeteksi efusi
pleura dalam jumlah yang lebih kecil yakni 5 mL. jika pada foto
lateral dekubitus ditemukan ketebalan efusi 1 cm maka jumlah
cairan telah melebihi 200 cc, ini merupakan kondisi yang
memungkinkan untuk dilakukantorakosentesis. Namun pada
efusi loculated temuan diatas mungkin tidak dijumpai. Pada
posisi supine, efusi pleura yang sedang hingga masif dapat
memperlihatkan suatu peningkatan densitas yang homogen yang
menyebar pada bagian bawah paru, selain itu dapat pula terlihat
elevasi hemidiafragma, disposisi kubah diafragma pada daerah
lateral.
Tomografi komputer (CT-scan) dengan kontras harus
dilakukan pada efusi pleura yang tidak terdiagnosa jika
memang sebelumnya belum pernah dilakukan.
(Davey, 2005)
b) Pemeriksaan cairan pleura
(Davey, 2005)
Gambar 2. Algoritma evaluasi pasien dengan efusi pleura. Dikutip dari: Light
RW. 2002. Pleural effusion. New england journal medicine, vol 346, no 25.
f) Penatalaksanaan
c) Efusi Parapneumonik
(Davey,
2005)
b) Pleura Tuberkulosa
c) Intervensi bedah
d) Torasentesis terapeutik
Torasentesis teraputik betujuan untuk mengeluarkan
cairan dalam jumlah yang banyak pada efusi pleura untuk
mengurangi sesak dan menghambat proses inflamasi yang
sedang berlangsung dan juga fibrosis pada efusi
parapneumonia. Tiga hal berikut penting untuk diperhatikan
dalam prosedur torasentesis yakni, (1) gunakan kateter
berukuran kecil atau kateter yang didesain khusus untuk
drainase cairan dan upayakan jangan menggunakan jarum
untuk menghindari pneumotoraks. (2) monitoring oksigenasi
ketat selama dan setelah tindakan perlu dilakukan untuk
memantau oksigenasi arterial yang dapat saja memburuk
akibat perubahan perfusi dan ventilasi selama proses re-
ekspansi paru. (3) Usahakan cairan yang diambil tidak terlalu
banyak aqgar tidak terjadi edema paru dan pneumotoraks.
Biasanya 400-500 cc cairan yang dikeluarkan telah
memberikan dampakk berupa berkurangnya sesak
nafas. Sedangkan batasan yang direkomendasikan
dalam sekali prosedur torakosentesis adalah 1-1,5 L. Batuk
sering terjadi pada proses torasentesis. Hal ini sering terjadi
dan tidak merupakan indikasi untuk menghentikan
prosedur kecuali pasien merasa sangat tidak nyaman.
(Davey, 2005)
e) Pipa Torakostomi
Pipa torakostomi diindikasikan pada efusi yang
lebih masif dan efusi parapneumonia yang terkomplikasi
ataupun empiema
(Davey, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Davey, P.2005.At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Price, S.A . 2005. Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed6.Jakarta: EGC.
Light RW. 2002. Pleural effusion. New england journal medicine, vol 346, no 25.