Anda di halaman 1dari 6

KESELAMATAN KERJA

Pengertian dan Tujuan Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya


kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang
berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, bengkel tempat bekerja, dan lingkungan kerja,
secara langsung dan tidak langsung. Sejalan dengan kemajuan teknologi, maka permasalahan
keselamatan kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting, mengingat resiko bahaya
dalam penerapan teknologi juga semakin kompleks. Keselamatan kerja merupakan
tanggungjawab semua orang baik yang terlibat langsung dalam pekerjaan dan juga
masyarakat produsen dan konsumen pemakai teknologi pada umumnya. Kenyataan
menunjukkan bahwa masyarakat kita, termasuk pekerja sepeda motor, kurang memperhatikan
keselamatan kerja.

Keselamatan Kerja

Kemungkinan penyebabnya pertama, mereka mungkin tidak memiliki pengetahuan


tentang keselamatan kerja. Kedua, mereka sudah tahu, tetapi mengabaikan karena punya
kebiasaan buruk. Kebiasaan tidak mematuhi aturan keselamatan kerja untuk pekerja
Teknologi Sepeda Motor tidak dapat ditolerir. Untuk menjadi pekerja profesional, setiap
orang wajib terlebih dahulu mempelajari keselamatan kerja. Semuanya ada aturan, dan aturan
keselamatan kerja harus dilaksanakan dengan kesadaran yang tinggi. Sikap dan kebiasaan
kerja yang profesional dibentuk melalui disiplin yang kuat. Bahkan, sikap dan kebiasaan
kerja merupakan kunci sukses seorang teknisi yang sukses.

Secara umum, tujuan keselamatan kerja bagi pekerja profesional teknologi sepeda motor
dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sebelum mulai bekerja, setiap siswa memahami semua peraturan dan tata tertib
bengkel. Aturan dan tata tertib bengkel disediakan secara tertulis dan pada awal
semester siswa menandatangani surat pernyataan kesediaan mengikuti aturan dan tata
tertib bengkel. Setiap siswa diharuskan memakai pakaian kerja khusus dan memakai
sepatu khusus untuk bengkel sepeda motor.
2. Melindungi tenaga kerja atas keselamatan fisik dan mental dalam melaksanakan
pekerjaan. Kecelakaan dan bahaya kerja dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Bekerja dengan memakai zat kimia yang terkandung dalam oli dan bahan
bakar, cat dan bahan lainnya dapat merusak kulit. Bengkel harus menyediakan zat
pelindung kulit yang harus dipakai sebelum bekerja dengan bahan-bahan dimaksud.
Dan sebaliknya, pekerja harus memakai sesuai dengan aturan bengkel, setiap kali
sebelum memulai bekerja. Bila dikerjakan dengan teratur, maka akan menjadi
kebiasaan.
3. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. Sebelum bekerja,
bengkel harus bersih terutama dari kotoran minyak oli dan bahan bakar. Pekerja
merupakan bagian dari bengkel dan oleh karena itu, setiap pekerja bertanggung-jawab
membersihkan tempat kerjanya. Semua peralatan yang dibutuhkan berada pada
tempat yang mudah dijangkau. Pada bengkel sekolah, peralatan dipinjam pada teknisi
peralatan dengan memakai tanda terima. Peralatan yang diterima siswa harus
diperiksa kondisinya. Pada waktu kerja berakhir, semua peralatan dikembalikan
dalam keadaan bersih dan baik. Setiap kerusakan alat harus dilaporkan kepada
pengawas atau instruktur.
4. Obyek kerja diserahkan kepada siswa dari instruktur. Siswa harus sudah memahami
prosedur dan permasalahan yang akan dikerjakan. Sebelum masuk bekerja praktek,
siswa bertanggungjawab mempersiapkan dirinya tentang prosedur, alat yamng sesuai
dan bahan yang dibutuhkan. Bila ada kesulitan harus menanyakan kepada instruktur.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja dapat dinyatakan sebagai
sesuatu yang menjamin keadaan, keutuhan, kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani
manusia, serta hasil karya dan budayanya tertuju pada keselamatan masyarakat pada
umumnya dan pekerja. Bekerja dengan memperhatikan keselamatan kerja sangat penting
artinya, karena bagaimanapun, siswa sebagai manusia pasti tak ada yang menginginkan
terjadinya kecelakaan terhadap diri sendiri, apalagi sampai berakibat fatal. Mencegah
terjadinya kecelakaan tidak hanya berarti mencegah terjadinya bahaya, tetapi juga ikut
melakukan penghematan dari segi biaya, tenaga dan waktu dan sekaligus berarti belajar
melakukan sesuatu secara efektif dan efisien.

Melihat pada kerugian yang akan timbul akibat adanya kecelakaan kerja bila
keselamatan kerja tidak diperhatikan, maka secara garis besarnya ada tiga kelompok yang
akan merugi, yaitu:
Kerugian bagi bengkel dan sekolah, antara lain:
1. Biaya dan waktu pengangkutan korban kecelakaan.
2. Hilangnya waktu kerja instruktur dan siswa yang menolong sehingga menghambat
kelancaran program;
3. Mencari pengganti waktu praktek
4. Mengganti dan memperbaiki alat dan obyek kerja yang rusak
Kerugian bagi korban, antara lain:

1. Berbagai akibat yang akan diderita seperti cacat fisik.


2. Rasa trauma yang berkelanjutan dan kerugian paling fatal adalah bila korban
meninggal dunia.

Peraturan keselamatan kerja harus diberlakukan di mana saja oleh setiap orang yang
bekerja, maupun oleh instansi yang memberikan pekerjaan. Antara lain dari hal yang harus
dilakukan seseorang untuk melaksanakan keselamatan kerja:
a. Bersikap mawas diri terhadap kemungkinan terkjadinya kecelakaan;
b. Bekerja dengan sungguh-sungguh, cepat, teliti, dan tekun;
c. Menghindari sikap melamun dalam bekerja;
d. Usahakan untuk tidak ceroboh dalam bekerja;
e. Istirahatlah bila sudah lelah dan bosan;
f. Menghindari sikap bercanda dalam bekerja;
g. Memahami prosedur kerja dan tidak mencoba-coba;
h. Waspada dalam bekerja;
i. Menggunakan alat pengaman dalam bekerja dan tindakan lainnya yang menunjang untuk
selamat dalam bekerja.

Sebelum seseorang bekerja pada workshop (bengkel kerja), diharuskan terlebih dahulu
memahami tentang petunjuk dan peraturan-peraturan tentang keselamatan kerja. Walaupun
setiap pekerjaan selalu ada resiko, akan tetapi dengan memahami terlebih dahulu sebab-sebab
terjadinya kecelakaan dan mengikuti petunjuk-petunjuk kerja, maka jumlah kecelakaan pasti
akan berkurang. Menurut perkiraan 70% dari kecelakaan yang terjadi di workshop
disebabkan oleh ketidaktelitian atau kelalaian kerja.

Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:


a. Disiplin terhadap peraturan perundangan;
b. Standarisasi prosedur kerja;
c. Pengawasan;
d. Penelitian bersifat teknis;
e. Riset medis;
f. Penelitian psikologis;
g. Penelitian secara statistik;
h. Pendidikan dan latihan keselamatan
i. Petunjuk keselamatan kerja yang jelas dan tertulis

Workshop yang bersih dan tersusun rapi, sangat membantu dalam mengurangi jumlah
kecelakaan. Alat-alat dan benda kerja jangan sampai ditinggalkan pada tempat di mana
seseorang dapat terjatuh. Gang dan jalan yang dilalui oleh pekerja harus bersih. Oleh karena
itu, bangku kerja, alat-alat dan benda kerja harus tersusun secara rapi dan sistematis.
Khusus untuk workshop Otomotif, minyak, minyak pelumas dan gemuk yang berserakan
dilantai, sebelum menimbulkan kecelakaan harus ditutup dengan pasir atau serbuk gergaji.

Keselamatan Kerja pada Mesin Pres


Mesin pres (pon) adalah mesin yang digerakkan secara mekanis atau dengan bantuan kaki
dan tangan operator dan dipergunakan untuk memotong, melobangi, membentuk atau
merangkai bahan bahan logam atau bahan bukan logam dengan penggunakan stempel /pres
yang dipasang pada batang-batang luncur atau girisan-girisan. Dalam pengoperasian manual,
alat perlindungan/ pengaman harus benar-benar mengamankan pekerja/operator dari bahaya-
bahaya yang ditimbulkan oleh mesin pres, antara lain dapat dilakukan dengan:
Diberikan kurungan/pagar pada stempel
Membatasi jarak jalan luncur stempel
Perlindungan pintu geser yang terkunci oleh mekamisme pengendaliannya
Knop tekan dua tangan
Pengaman tarik dua tangan/pengaman cambuk
Alat-alat bantuyang dilengkapi dengan perlindungan-perlindungan yang memenuhi
syarat.

Keselamatan Kerja pada Mesin Gerinda


Penggerindaan adalah proses pemotongan logam kedalam suatu bentuk tertentu dengan
mengunakan roda gerinda yang padat. Roda gerinda ini dipasang pada poros utama (spindle)
dari mesin gerinda. Batu gerinda terbuat dari beribu-ribu butir batu obrasif yang diikat oleh
bahan pengikat hingga membentuk roda yang diinginkan. Syarat-syarat pemasangan batu
roda gerinda :
Sebelum dipasang harus diperiksa, ada atau tidaknya keratakan pada roda gerinda
Pemasangan harus dengan dua flens
Diameter flens harus sekurang-kurangnya 1/3 dari diameter batu roda gerinda
Fens harus mampu menahan tegangan lengkung yang terjadi
Flens harus seimbang
Batu roda gerinda tidak boleh berhubungan langsung dengan poros
Batu roda gerinda harus terpasang secara pas pada poros
Ruang mainan antara batu gerinda dengan poros tidak boleh lebih besar dari 0,1
KESEHATAN KERJA

Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995 ialah


penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental
dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja
yang disebabkan kondisi kerjanya, perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor
yang mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan
kerja sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya.

Dasar Hukum Kesehatan Kerja


1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga) dan
pasal 8 (delapan).
2. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
3. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
5. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
6. Permenaker No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan
Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Dasar Jamsostek.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosa dan
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
8. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1979 tentang Pengadaan Kantin
dan Ruang Makan.
9. Surat Edaran Dirjen Binawas tentang Perusahan Catering Yang Mengelola Makanan
Bagi Tenaga Kerja.
Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
o Sarana dan Prasarana.
o Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter Perusahaan dan
paramedis Perusahaan).
o Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja).
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
o Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).
o Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
o Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan tingkat
resiko yang diterima).
o Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun).
3. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).
4. Pelaksanaan Gizi Kerja.
o Kantin (50-200 tenga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari 200
tenaga kerja wajib menyediakan kantin Perusahaan).
o Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.
o Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.
o Pengelola dan Petugas Katering.
5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.
o Prinsip Ergonomi:
Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
Efisiensi Kerja.
Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
Faktor Manusia dalam Ergonomi.
o Beban Kerja :
Mengangkat dan Mengangkut.
Kelelahan.
Pengendalian Lingkungan Kerja.
6. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dan Penyakit Akibat Kerja)

CONTOH KESEHATAN KERJA


Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja wanita
di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari
gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan
juga pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya
hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain
berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan.
Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di Singapura dilaporkan
bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala Sick Building Syndrome (SBS).
Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit
kemerahan 16%, tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%.

Anda mungkin juga menyukai