Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PENINGGALAN MESJID

PURBAKALA INDRAPURI DI KABUPATEN


ACEH BESAR

KATA PENGGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpah rahmat
dan karunia-nya sehingga dapat menyelesai penelitian ini yang berjudul Sejara
Peninggalan Mesjid Purbakala Indrapuri Di Kabupaten Aceh Besar

Kami menyadari di dalam proses penulisan penelitian ini masih jauh dari
jauh kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya, Namu demikian, kami
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami
berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang
sifatnya membangun guna penyempurnaan penelitian.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca

Banda aceh, 26 juni 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah..........................................................................3
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3. Batasan masalah......................................................................................4
1.4. Tujuan Penelitian.....................................................................................4
1.5. Manfaat Penelitian...................................................................................4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ladasan
Teori.........................................................................................................5
BAB III
METODE PENELITIAN
MASJID PURBAKALA INDRAPURI DI KABUPATEN ACEH BESAR
3.1. Kabupaten Aceh Besar..........................................................................7
3.2. Masjid Kuno Indrapuri..........................................................................8
3.3. Ke Unikan Masjid Kuno Indrapuri........................................................9
3.4. Keistimewaan Di Masjid Indrapuri.....................................................10
3.5.Fasilitas Masjid Indrapuri.....................................................................10
3.6. Kemudahn Untuk Parawisata..............................................................11
3.7. Menikmati Keindahan Masjid.............................................................11
Daftar Pustaka

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Aceh merupakan daerah yang dikenal memegang teguh nilai-nilai syariat


Islam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Provinsi yang berjuluk
Serambi Mekkah ini memang mayoritas penduduknya memeluk agama islam
sejak zaman kerajaan. Tak heran, jika di Aceh banyak ditemukan tempat wisata
religi seperti Masjid Indrapuri.

Masjid Indrapuri memiliki keunikan tersendiri pada arsitektur


bangunannya yang terdapat perpaduan dari gaya arsitektur Hindu kuno. Selain itu,
masjid ini juga menjadi saksi bisu atas perjalanan panjang sejarah Aceh pada
masa Kerajaan Hindu hingga Kerajaan Islam yang pernah berjaya di provinsi
tersebut. Tempat ibadah umat muslim ini memang sangat cocok bagi wisatawan
yang hendak berwisata religi.

Secara administratif, masjid ini terletak pada Desa Indrapuri, Kecamatan


Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Untuk mencapai lokasi Masjid
Indrapuri wisatawan setidaknya harus menempuh jarak kurang lebih 20 kilometer
atau melakukan perjalanan selama 30 menit dari Banda Aceh. Wisatawan tak akan
kesulitan untuk menemukan masjid ini karena letaknya yang cukup dekat dari
jalan raya.

Akses yang digunakan untuk menuju masjid juga sangat mudah,


wisatawan bisa menggunakan kendaraan pribadi layaknya mobil atau motor, atau
juga bisa menggunakan kendaraan umum di Aceh seperti labi-labi. Letak Masjid
Indrapuri juga sangat dekat dari beberapa tempat wisata lain seperti Museum
Tsunami Aceh, Museum Aceh dan Monumen Kereta Api.

3
1.2. Rumusan Masalah

1. Dalam hal ini Mesjid Purbakala Indarapuri mempunyai sejarah

2. Mesjid Purbakala Indarapuri mengapa selalu di kenang oleh


masyarakat

3. Mesjid Purbakala Indarapuri mempunyai keistimewaan

1.3. Batasan masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan


mendalam maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat
perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan
dengan terhadap sejarah yang ada di dalam Mesjid Purbakal Indarapuri
. peniggalan yang ada di dalam Mesjid Purbakala Indrapuri dapat membawa
kemajuan terhap masyarakat.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk menggetahui parawisata ke Masjid Purbakal Indarapuri

2. Untuk memperdalam penggunjung ke Masjid Purbaka Indarapuri

3. Untuk menggenal sejarah Mesjid Purbakala Indrapuri

1.5. Manfaat Penelitian

1. Untuk menjaga kelestarian sejarah Mesjid Purbakal Indarpuri

2. Untuk mampu menarik parawisatawan mengunjung ke Mesjid


Purbakal Indarpuri

3. Untuk memperkaya sejarah yang ada di Masjid Purbakala Indarpuri

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ladasan Teori

Menurut Sanardi (penjaga mesjid), mengatakan masjid ini berperan besar


dalam menyebarkan syiar Islam di Aceh, khususnya di era tahun 1.300
Masehi, di mana pengaruh Islam di Aceh mulai menyebar, dan bangunan
yang dulunya candi ini pun berubah fungsi menjadi mesjid pada masa
Sultan Iskandar Muda berkuasa (1607-1637). Masjid ini sempat menjadi
tempat pengobatan sultan terakhir Kerajaan Aceh, Muhammad Daud Syah
pada tahun 1874, dan masa itu Indrapuri pun pernah menjadi ibukota
Kesultanan Aceh.

Menurut Sanardi (penjaga mesjid) Tiap hari ada pengunjung ke Masjid


Indarpuri, dari berbagai kalangan, seperti malaysia bahkan dari negara-
negara lain

Menurut iswadi (masyarakat setempat) bahwa masjid berkonstruksi kayu


ini didirikan di atas reruntuhan bangunan benteng yang diperkirakan bekas
peninggalan Hindu yang pernah dimanfaatkan sebagai benteng pertahanan
di masa pendudukan Portugis dan Belanda. Setelah Islam masuk dan
berkembang pesat di Aceh, benteng yang semua tempat peribadatan
Hindu, dindingnya dihancurkan dan digantikan dengan masjid. Begitu juga
dengan ornamen asli penghias bangunan dalam, ditutup plester mengingat
ajaran Islam melarang adanya penggambaran makhluk bernyawa.

5
BAB III

METODE PENELITIAN

MASJID PURBAKALA INDRAPURI DI


KABUPATEN ACEH BESAR

Aceh merupakan daerah yang dikenal memegang teguh nilai-nilai syariat


Islam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Provinsi yang berjuluk
Serambi Mekkah ini memang mayoritas penduduknya memeluk agama islam
sejak zaman kerajaan. Tak heran, jika di Aceh banyak ditemukan tempat wisata
religi seperti Masjid Indrapuri. Masjid Indrapuri memiliki keunikan tersendiri
pada arsitektur bangunannya yang terdapat perpaduan dari gaya arsitektur Hindu
kuno. Selain itu, masjid ini juga menjadi saksi bisu atas perjalanan panjang
sejarah Aceh pada masa Kerajaan Hindu hingga Kerajaan Islam yang pernah
berjaya di provinsi tersebut. Tempat ibadah umat muslim ini memang sangat
cocok bagi wisatawan yang hendak berwisata religi.

Secara administratif, masjid ini terletak pada Desa Indrapuri, Kecamatan


Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Untuk mencapai lokasi Masjid
Indrapuri wisatawan setidaknya harus menempuh jarak kurang lebih 20 kilometer
atau melakukan perjalanan selama 30 menit dari Banda Aceh. Wisatawan tak akan
kesulitan untuk menemukan masjid ini karena letaknya yang cukup dekat dari
jalan raya. Akses yang digunakan untuk menuju masjid juga sangat mudah,
wisatawan bisa menggunakan kendaraan pribadi layaknya mobil atau motor, atau
juga bisa menggunakan kendaraan umum di Aceh seperti labi-labi. Letak Masjid
Indrapuri juga sangat dekat dari beberapa tempat wisata lain seperti Museum
Tsunami Aceh, Museum Aceh dan Monumen Kereta Api.

6
3.1. Kabupaten Aceh Besar

Kabupaten Aceh Besar atau dalam kata lain Ach Rayek; Jawi,
adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum dimekarkan
pada akhir tahun 1970-an, ibu kota Kabupaten Aceh Besar adalah Kota Banda
Aceh. Setelah Kota Banda Aceh berpisah menjadi kotamadya tersendiri, ibukota
kabupaten dipindahkan ke Jantho di Pegunungan Seulawah. Kabupaten Aceh
Besar juga merupakan tempat kelahiran pahlawan nasional Cut Nyak Dhien yang
berasal dari Lampadang.

Pada waktu Aceh masih sebagai sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan
Aceh atau Kerajaan Aceh adalah wilayah yang sekarang dikenal dengan nama
Kabupaten Aceh Besar ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah
menjadi bagian dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau
Weh (sekarang telah menjadi pemerintah kota Sabang), sebagian wilayah
pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari
wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Besar dalam istilah Aceh disebut Aceh
Rayeuk. Penyebutan Aceh Rayeuk sebagai Aceh yang sebenarnya karena daerah
inilah yang pada mulanya menjadi inti Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah
terletak ibukota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh
Darussalam. Untuk nama Aceh Rayeuk ada juga yang menamakan dengan
sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi).

Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956,


Kabupaten Aceh Besar merupakan daerah yang terdiri dari tiga kawedanan, yaitu
Kawedanan Seulimum, Kawedanan Lhoknga dan Kawedanan Sabang. Akhirnya
dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh besar disahkan menjadi daerah
otonom melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada
waktu itu adalah Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum
Kotamadya Banda Aceh.

Sehubungan dengan tuntutan dan perkembangan daerah yang semakin


maju dan berwawasan luas, Kota Banda Aceh sebagai ibu kota dianggap kurang
efisien lagi, baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang. Usaha

7
pemindahan ibu kota tersebut dari Kota Banda Aceh mulai dirintis sejak tahun
1969, lokasi awalnya dipilih Kecamatan Indrapuri yang jaraknya 25 km dari Kota
Banda Aceh. Usaha pemindahan tersebut belum berhasil dan belum dapat
dilaksanakan sebagaimana diharapkan. Kemudian pada tahun 1976 usaha
perintisan pemindahan ibu kota untuk kedua kalinya mulai dilaksanakan lagi
dengan memilih lokasi yang lain yaitu di Kecamatan Seulimeum tepatnya
di kemukiman Janthoi yang jaraknya sekitar 52 km dari Kota Banda Aceh.

Akhirnya usaha yang terakhir ini berhasil dengan ditandai dengan


keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1976
tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar dari
wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh ke kemukiman Janthoi di
Kecamatan Seulimeum, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar,
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim Departemen Dalam Negeri
Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah yang bekerjasama dengan Konsultan
PT. Markam Jaya yang ditinjau dari segala aspek dapat disimpulkan bahwa yang
dianggap memenuhi syarat sebagai ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh
Besar adalah Kemukiman Janthoi dengan nama Kota Jantho. Setelah ditetapkan
Kota Jantho sebagai ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar yang baru,
maka secara bertahap pemindahan ibukota terus dimulai, dan akhirnya secara
serentak seluruh aktivitas perkantoran resmi dipindahkan dari Banda Aceh ke
Kota Jantho pada tanggal 29 Agustus 1983, dan peresmiannya dilakukan oleh
Bapak Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada masa itu, yaitu Bapak
Soepardjo Rustam pada tanggal 3 Mei 1984.

3.2. Masjid Kuno Indrapuri

Masjid Kuno Indrapuri adalah sebuah candi dari Kerajaan Hindu


Lamuri sekitar abad ke-12 Masehi dan merupakan tempat pemujaan sebelum
agama Islam masuk. Suatu saat, Kerajaan Hindu Lamuri perang dengan pasukan
bajak laut dari Cina, dan pada akhirnya, perang dimenangkan oleh Kerajaan
Lamuri atas bantuan Meurah Johan yaitu Pangeran dari Lingga (Gayo), yang
kemudian menjadikan Kerajaan Lamuri sebagai penganut Islam, tempat ini yang

8
sebelumnya kuil diubah menjadi sebuah masjid. Bangunan masjid berdiri di atas
tanah seluas 33.875 meter persegi, terletak di ketinggian 4,8 meter di atas
permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi sungai Krueng Aceh.

Dari sebuah candi Hindu, lambat laun berubah menjadi mesjid yang kini
telah menjadi salah satu tempat wisata realigi di desa Peukan Indrapuri atau
dikenal dengan Indrapuri Pasar, Kabupaten Aceh Besar. Unik dan menarik untuk
diketahui, serentetan sejarah masuknya Islam ke Aceh membuat kita tidak akan
pernah tahu kisah dari candi Hindu yang sempat dihancurkan lalu menjadi mesjid
yang kini masih setia menemani warga setempat untuk beribadah.

3.3. Ke Unikan Masjid Kuno Indrapuri

Mesjid Indrapuri ini masih tetap terjaga dengan etnik tradisional yang
dimilikinya, bentuk serta ukuran yang tidak begitu mewah menambah tanda tanya
besar, dari mana asal usulnya mesjid yang berukuran bujursangkar tersebut bisa
menyimpan berjuta sejarah Aceh tempo dulu. Sebelum tahun 1607 M 1636 M
pada masa kesultanan Iskandar Muda berjaya, Indrapuri adalah salah satu daerah
yang pernah ditempati oleh orang-orang Hindu di Aceh. Candi Hindu itu dulu
juga dikenal dengan benteng atau kerajaan orang Hindu, pada tahun 604 M adik
perempuan dari Putra Harsha melarikan diri dari kerajaannya ke Aceh. Lalu
setelah menetap di Aceh, Putra Harsha mendirikan kerajaan yang diduga adalah
besar kemungkinan Indrapuri sekarang ini seperti yang pernah dikutip
oleh waspadamedan .com dalam tulisan Candi Menjadi Masjid Jamik Indrapuri.

Selain dugaan dari kerajaan yang didirikan oleh Putra Harsha, ada juga
bukti lain yang terdapat diseputaran daerah Indrapuri tersebut seperti adanya
perkampungan orang Hindu, yakni yang terletak di kampung Tanoh Abe serta
beberapa peninggalan kuburan orang Hindu.

Indrapuri menurut orang-orang Hindu pada zaman itu mempunyai arti Kuta Ratu,
selain mendirikan kerajaan di Indrapuri, Putra Harsha juga mendirikan kerajaan
lainnya di Ladong, Aceh Besar, menuju ke pelabuhan Malahayati, yang sering

9
dikenal masyarakat sekitar dengan nama benteng Indrapatra. Jika melihat dari
buku Tawarich Raja-Raja Kerajaan Aceh, karangan Yunus Djamil menyebutkan
bahwa, Indrapuri merupakan bagian dari kerajaan Hindu Indrapurwa, dan salah
satunya termasuk benteng Indrapatra tersebut.

3.4. Keistimewaan Di Masjid Indrapuri

Saat kita mau memasuki komplek dari mesjid tua Indrapuri ini, akan
disambut dengan penampilan klasik dari kayu-kayu tua yang berdiri kuat di atas
pondasi-pondasi benteng yang telah dirubuhkan pada masa pendudukan Belanda
dan Portugis saat bertahan di Aceh. Selain penampilan yang serba sederhana, atap
dari mesjid tua ini memang sangat beda dari mesjid-mesjid pada umumnya di
Aceh. Berbentuk segi empat atau dikenal dengan tumpang yang tersusun tiga.
Susunan kayu-kayu yang saling menyatu menambah kemolekan dari setiap sudut
yang terbentuk dalam mesjid ini. Berbagai sisi yang saling menopang tetap
menyimpan berbagi bekas sejarah yang sudah dilewati ratusan tahun oleh mesjid
tua Indrapuri ini.

3.5. Fasilitas Masjid Indrapuri

Fasilitas yang terdapat pada Masjid Indrapuri tergolong lengkap, tersedia


fasilitas seperti toilet umum, serta area parkir yang cukup luas. Disekitar masjid
juga terdapat area taman yang bisa digunakan pengunjung untuk bersantai selepas
melihat keindahan masjid. Selain itu didalam masjid masih terdapat fasilitas
seperti AC, Aula, ruang serbaguna, serta perpustakaan yang menyimpan beberapa
koleksi buku agama Islam dan masih banyak lagi. Masjid ini juga telah dilengkapi
dengan sound system sebagai pengeras suara.

Jika wisatawan ingin menginap tersedia pula penginapan serta hotel


dengan tarif bervariatif yang tersebar disekitar lokasi masjid. Wisatawan bisa
menyewa hotel tersebut sesuai budget yang diinginkan. Selain itu, disekitar
Masjid Indrapuri juga terdapat warung hingga restoran yang menjajakan kuliner

10
khas Aceh. Berkunjung ke Masjid Indrapuri memang memberikan pengalaman
unik tersendiri. Berikut berbagai kegiatan yang bisa dilakukan wisatawan ketika
berada di masjid tersebut.

3.6. Kemudahn Untuk Parawisata

Luas area mesjid Indrapuri sekitar 33 meter kubik tersebut, berada dekat
dengan jalan raya lintas Banda Aceh-Medan. Jadi sangat mudah bagi yang mau
berwisata religius ke Indrapuri, selain mudah dijangkau, juga bisa ditempuh
dengan kendaraan pribadi. Dari pusat kota Banda Aceh ke Indrapuri berjarak
sekitar 24 km ke arah utara. Dalam hal ini parawisata sangat membantu untuk
menggetahui sejarah aceh yang dulu hilang sampai sekian lama.

Peninggalan sejarah dari mesjid Indrapuri telah mendapat perhatian dari


pemda setempat. Disisi depan kompleks terlihat jelas papan peringatan untuk
masyarakat, yang berbunyi Dilarang merusak mengambil atau memindahkan.
Dilarang mengubah bentuk dan memisahkan keadaan atau kesatuan benda cagar
budaya yang berada di dalam situs dan lingkungannya, semoga dengan berbagai
bukti sejarah ini bisa kembali mengingatkan kita akan khasanah budaya Aceh
yang begitu besar dulunya sampai sekarang untuk anak cucu kita nantinya

3.7. Menikmati Keindahan Masjid

Selain bisa berwisata religi dan sejarah, di masjid ini kamu juga bisa
menikmati keindahan arsitektur yang terpancar pada bangunan masjid. Masjid
Indrapuri memang memiliki arsitektur bangunan yang unik, disini kamu bisa
melihat bahwa ada unsur-unsur gaya Hindu pada bangunan pagar tembok serta
atap dan pondasi bangunan.

Selain itu, di dalam ruang utama masjid banyak ditemui kayu-kayu yang
berhiaskan ukiran sederhana. Hal tersebut menambah kesan klasik pada masjid
ini. Masjid Indrapuri memang memiliki daya tarik tersendiri, sehingga tempat

11
ibadah ini tak pernah sepi pengunjung. Masih banyak para ilmuwan yang juga
melakukan penelitian di tempat ini.

12
Daftar Pustaka

https://www.tempat.co.id/wisata/Masjid-Indrapuri?6672

http://disbudpar.acehprov.go.id/mesjid-kuno-indrapuri/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Aceh_Besar#cite_note-sekilas-2

https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Tua_Indrapuri

13

Anda mungkin juga menyukai