SECTIO CAESARE
1.1 Konsep Anatomi Fisiologi Kulit Abdomen, Otot Abdomen dan Fasia
1.1.1 Anatomi fisiologi kulit abdomen
1
2
1.1.2.1 Fasia
Di bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak
yang dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan
fibrosa. Fasia profunda terletak pada otot-otot perut. menyatu
dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat
antara Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari
bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdalam otot
abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia
transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel
lapisan lemak. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat
bersama-sama meliputi struktur tubuh.
1.1.2.2 Otot Perut
Otot perut terdiri dari : otot dinding perut anterior dan lateral, serta
otot dinding perut posterior. Otot dinding perut anterior dan lateral
(rectus abdominis) meluas dari bagian depan margo costalis di
atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa
pita fibrosa dan berada di dalam selubung. Linea alba adalah pita
3
1.2 Konsep SC
1.2.1 Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian, 2012).
1.2.2 Etiologi
Menurut Nanda 2016, etiologi SC adalah sebagai berikut:
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak, disproporsi cefalo pelvic (CPD), riwayat kehamilan
5
1.2.4 Patofisiologi
Beberapa ibu hamil mengelami berbagai berbagai indikasi seperti
Cephalopelvic disproportion (CPD), placenta previa, tumor jalan lahir,
hidromnion, kehamilan gemeli, sedangkan pada janin adalah janin besar,
mal presentasi, letak lintang, hidrocepalus. Munculnya indikasi tersebut
yang dapat menyebabkan perlu dilakukan pembedahan yang biasa disebut
6
1.2.5 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada post sectio caesarea, antara lain :
1.2.5.1 Infeksi puerperal (nifas). Tahapan ringan suhu meningkat
beberapa hari; tahapan sedang suhu meningkat lebih tinggi
disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung; sedangkan
pada tahapan berat terjadi peritonealis, sepsis, dan usus paralitik.
1.2.5.2 Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan
terbuka serta perdarahan pada plasenta bed.
1.2.5.3 Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila peritonealisasi terlalu tinggi.
1.2.5.4 Kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Bobak,
2002).
1.2.6 Prognosis
Pada operasi SC perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan otot
perut) dan pada dinding uterus. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi
penyembuhan luka diantaranya suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan
adanya suplay darah yang baik akan berpengaruh pada percepatan proses
penyembuhan. Terjadi proses penyembuhan sebagai berikut :
1.2.6.1 sewaktu insisi (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis
dan kulit akan mati. Ruang insisi akan diisi oleh gumpalan darah
dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak.
1.2.6.2 Dalam 2-3 hari kemudian, eksudat akan mengalami resolusif
proliferasi (pelipatgandaan) fifroblast mulai terjadi.
1.2.6.3 Pada hari ke 3-4 gumpalan darah mengalami organisasi.
7
Diagnosa 4: Konstipasi
1.3.2.1 Definisi
Penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh
kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses/ pengeluaran yang
kering, keras dan banyak.
1.3.2.2 Batasan karakteristik
nyeri abdomen
nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot
anoreksia
darah merah pada feses
perubahan pola pada defekasi
penurunan frekuensi
penurunan volume feses
distensi abdomen
rasa rectal penuh
keletihan umum
feses keras dan berbentuk
sakit kepala
bising usus hiperaktif
bising usus hipoaktif
12
mual, muntah
nyeri pada saat defekasi
perkusi abdomen pekak
sering flatus
tidak dapat mengeluarkan feses
1.3.2.3 Faktor yang berhubungan
a. fungsional:
- kelemahan otot abdomen
- kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi
- ketidakadekuatan toileting
- kurang aktivitas fisik
- kebiasaan defekasi tidak teratur
- perubahan lingkungan saat ini
b. psikologis
- defresi, stress emosi
- konfusi mental
c. farmakologis
- antasida mengandung aluminium
- antikolinergik, antikonvulsan
- antidepresan
- agen antilipemik
- garam bismuth
- kalsium karbonat
- penyekat saluran kalsium
- diuretic, garam besi
d. mekanis
- ketidakseimbangan elektrolit
- kemoroid
- gangguan neurologis
- obesitas
- kehamilan
- pembesaran prostat
- abses rectal
e. fisiologis
- perubahan pola makan
13
- perubahan makanan
- penurunan motilitas traktus gastrointestinal
- dehidrasi
- asupan serat tidak cukup
- asupan cairan tidak cukup
1.3.3 Perencanaan
Diagnose 1 : nyeri akut
1.3.3.1 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1-3 kali 24 jam
nyeri pasien dapat berkurang dengan criteria hasil sebagai berikut:
a. Keluhan nyeri berkurang
b. Skala berkurang (0-2)
c. Pasien tanpak rileks
1.3.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
a. Pengkajian
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensip meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu
memudahkan tindakan keperawatan.
2) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya
pada pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri pasien dari ekspresi
pasien.
Diagnosa 4: Konstipasi
1.3.3.5 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Pola BAB dalam batas normal
Feses lunak
17
() (.....)