Anda di halaman 1dari 11

JPII 5 (2) (2016) 247-

255

JurnalPendidikan IPA Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii

Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Bali dalam Pembelajaran


Fisika di SMA

I.W. Suastra1, B. Jatmiko2

Universitas Pendidikan Ganesha.


1
2
Universitas Negeri Surabaya

DOI: 10.15294/jpii.v5i2.6004

Accepted:August 15th2016.Approved: September 4th2016. Published: October 2016

Pendidikan MIPA berpotensi untuk memainkan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia
untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini dapat terwujud apabila pendidikan MIPA
mampu melahirkan lulusan yang kuat dalam MIPA dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis,
kritis, kreatif,adaptif terhadap perubahan dan perkembangan, serta memiliki karakter bangsa yang
kuat.Penelitian ini merupakan penelitian analisis kebutuhan untuk menghasilkan suatu produk model
pembelajaran fisika beserta sistem asesmennya yang adaptable dan efektif bagi pengembangan karakter siswa
yang berbasis kearifan lokal Bali di SMA. Subjek penelitian ini adalah guru-guru fisika SMA yang telah
berpengalaman minimal 10 tahun mengajar fisika di SMA Negeri dan Swasta di Singaraja Bali yang
berjumlah 20 orang. Alat pengumpul data berupa kuesioner, pedoman observasi, dan wawancara. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif-kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)
Terdapat 10 karakter berbasis kearifan lokal Bali yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran fisika SMA
yang meliputi: religius, berkata benar dan berbuat jujur (satyam), toleransi (tat twam asi), disiplin, tanggung
jawab (sesana), rasa ingin tahu, jengah, suka bekerja keras dan dermawan, peduli dan bersahabat dengan
alam, serta merefleksi diri (mulat sarira).; 2) Tahapan pembelajaran fisika dalam pengembangan karakter
berbasis kearifan lokal meliputi: (a) eksplorasi (b) pemusatan, (c) inkuiri/penyelidikan dari berbagai
perspektif (ilmiah, sosial-budaya, sejarah (d) elaborasi, dan (e) konfirmasi.

Kata kunci: pembelajaran fisika, karakter berbasis kearifan lokal, SMA

2017 Science Education Study Program FMIPA UNNES Semarang


248 I.W. Suastra, B. Jatmiko / JPII 5 (2) (2017) 247-255 248

PENDAHULUAN

Pada era industrialisasi dan globalisasi dengan dan mengalami miskonsepsi, dan (6) jarang
persaingan yang semakin ketat ini penguasaan melatihkan pemecahan masalah (Sadia, 2008),
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta kurang menanamkan nilai-nilai kearifan
memegang peranan penting. Tantangan ini lokal dalam pembelajaran sains (Suastra, 2010:
menghajatkan kesiapan sumber daya manusia Suastra, 2017). Tidaklah salah kalau Zamroni
(SDM) Indonesia yang handal dan berkualitas (2000:1) mengatakan bahwa dewasa ini,
yang tidak saja mampu menguasai IPTEK, pendidikan cenderung menjadi sarana
tetapi juga mampu membentuk karakter bangsa "stratifikasi sosial" dan sistem persekolahan yang
yang kuat.Gardner (2007) mengatakan bahwa hanya mentransfer kepada peserta didik apa
untuk menghadapi tantangan masa depan yang disebut sebagai dead knowledge, yaitu
(menuju generasi emas 2045) yang semakin pengetahuan yang terlalu bersifat hafalan
kompleks, dibutuhkan lima pikiran untuk masa (textbookish), sehingga bagaikan sudah diceraikan
depan (five minds for the future) yang meliputi: dari akar budayanya.
pikiran terdisiplin, pikiran menyintesis, pikiran Baker, et al (1995) menyatakan bahwa jika
mencipta, pikiran merespek, dan pikiran etis. pembelajaran sains di sekolah tidak
Pembangunan watak (character building) memperhatikan budaya/kearifan lokal anak,
merupakan suatu hal yang sangat penting dan maka konsekuansinya siswa akan menolak
mendesak. Membangun manusia Indonesia atau hanya menerima sebagian konsep-konsep
harus mulai dari membangun ahklak, budi sains yang dipelajarinya. Kearifan lokal
pekerti, dan perilaku yang baik. Bangsa ini didefinisikan sebagai kebenaran yang telah
sebenarnya memiliki peradaban yang unggul mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah
dan mulia, namun kenyataannya kurang (Gobyah, 2003). Kearifan lokal atau sering
mendapat perhatian dalam proses pendidikan. disebut local wisdom dapat dipahami sebagai
Hal ini dapat dilihat dari perilaku anak kecil usaha manusia dengan menggunakan akal
sampai orang dewasa yang seolah-olah budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap
menunjukkan perilaku dan watak orang terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang
Indonesia, seperti: menhujat dengan kata-kata terjadi dalam ruang tertentu (Ridwan, 2007).
kasar baik dalam demonstrasi maupun di media Kearifan (wisdom) secara etimologi berarti
sosial, menyajikan berita bohong (hoak) di kemampuan seseorang dalam menggunakan akal
media sosial, bullying, tawuran, berbuat tidak pikirannya untuk menyikapi sesuatu kejadian,
jujur (mencontek, korupsi, plagiarisme), anti obyek atau situasi, sedangkan lokal
perbedaan, malas, dan sebagainya. Fenomena menunjukkan ruang interaksi di mana peristiwa
ini mengindikasikan kegagalan dalam atau situasi tersebut terjadi. Dengan demikian,
mengembangkan bidang pendidikan nilai. kearifan lokal secara substansial merupakan
Kurang baiknya moral siswa yang berakibat norma yang berlaku dalam suatu masyarakat
pada rendahnya karakter siswa adalah indikator yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan
kegagalan guru dalam mengintegrasikan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari.
pengetahuan tentang nilai menjadi tindakan Oleh karena itu, kearifan lokal merupakan
yang positif (Lickona, 1999; Lopes, et al, 2013; entitas yang sangat menentukan harkat dan
Abu, et al, 2015; Depdiknas, 2010; Aisah, 2014). martabat manusia dalam komunitasnya (Geertz,
Sudah saatnya segera dibangun kembali 1992). Salah satu kearifan lokal dalam konteks
kesadaran akan pentingnya pembinaan karakter pembelajaran (siswa-guru) tertuang dalam
bagi insan Indonesia melalui pendidikan yang tingkatan Brahmacari,yaitu aguron-guron atau
bermutu. Hal ini sesuai dengan pendapat Asewaka Guru para Acarya (guru mendidik para
Elmubarok (2008) yaitu, mengumpulkan yang siswanya) dengan memberikan petunjuk-
terserak, menyambung yang terputus, dan petunjuk kerohanian, kebajikan, amal,
menyatukan yang tercerai. pengabdian yang kesemuanya disebut Dharma.
Berkenaan dengan pengembangan karakter siswa Di samping mengisi otak siswanya dengan
dalam proses pembelajaran, studi terhadap berbagai ilmu pengetahuan (Castrantara), guru
pembelajaran fisika dewasa ini ditemukan lebih mengutamakan pada pendidikan
adanya kecenderungan antara lain (1) watak/karakter (Punyatmadja, 1994).
kebanyakan siswa menghafal rumus-rumus fisika Tampaknya diperlukan transformasi pendidikan
dan kurang memahaminya, (2) banyak hitung- Fisika dalam menghadapi era millennium ini.
hitungan dan kurang berhubungan dengan Dari belajar secara menghafalpengetahuan ke
kehidupan nyata siswa, (3) siswa belajar dengan belajar berpikir tingkat tinggi. Dari belajar
ketakutan karena sulitnya pelajaran, (4) kurang secara dangkal ke belajar secara mendalam atau
mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan kompleks. Dari orientasi pada transfer
kritis, (5) siswa cenderung pasif dalam belajar pengetahuan ke pengembangan pengetahuan,
249 I.W. Suastra, B. Jatmiko / JPII 5 (2) (2017) 247-255 249
keterampilan, nilai, dan karakter. Menjadi 20 orang yang tersebar mengajar di Singaraja.
tugas segenap pakar pendidikan fisika untuk Alat pengumpul data berupa kuisioner, pedoman
mengembangkan kurikulum fisika dan sistem observasi, dan wawancara. Teknik analisis data
pengujian yang terarah pada haluan baru yang digunakan adalah analisis deskriptif-
tersebut, serta menyebarluaskan pengetahuan kualitatif.
tentang metode dan teknik pembelajaran Tahap analisis kebutuhan karakter yang berbasis
kearifan lokal Bali didahului dengan mengkaji
fisika yang efektif untuk tujuan itu. Segala
sumber-sumber relevan, kemudian dideskripsikan
upaya itu tidak ada artinya apabila para guru aspek-aspek dan indikatornya. Selanjutnya, hasil
fisika di lapangan sebagai pemegang "peran kajian dituangkan dalam kuisioner dan diberikan
utama" tidak mewujudkan pendidikan fisika kepada guru-guru fisika SMA untuk dinilai.
bercorak itu di kelasnya. Tahap pengkajian konsep pembelajaran dilakukan
Melalui pembelajaran di kelas dapat melalui pengkajian pustaka yang relevan dan
dikembangkan karakter siswa (Aisah, 2014; melalui focus group discussion (FGD) dengan guru-
Kusniati, 2012;2014; Suastra, 2010; Dianti, guru fisika SMA yang menjadi sampel penelitian
2014). Oleh karena itu, melalui penelitian ini ini serta divalidasi oleh 3 orang pakar
dikembangkan model pembelajaran fisika untuk pembelajaran.Seluruh data dianalisis secara
deskriptif-kualitatif.
mengembangkan karakter siswa berbasis
kearifan lokal. Penelitian ini akan memberikan
kontribusi yang sangat berharga dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjang pembangunan, khususnya dalam
pembangunan sumber daya manusia dalam
Hasil analisis kebutuhan tentang karakter berbasis
menghadapi peraingan global yang sangat ketat kearifan lokal yang dapat dikembangkan dalam
dewasa ini. Dengan dikembangkannya pembelajaran fisika SMA meliputi: religius,
pembelajaran fisika tersebut, maka akan terjadi berkata benar dan berbuat jujur (satyam), toleransi
keseimbangan/keharmonisan antara (tat twam asi), disiplin/taat aturan, tanggung
pengetahuan fisika itu sendiri dan karakter siswa jawab (sesana/swadharma), rasa ingin tahu,
yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal. Dengan jengah, suka bekerja keras dan dermawan, peduli
demikian, pendidikan fisika akan betul-betul dan bersahabat dengan alam, merefleksi diri
bermanfaat bagi siswa itu sendiri, masyarakat (mulat sarira) seperti diperlihatkan pada Tabel 2.
luas, dan bangsa Indonesia. Hal ini sesuai Kriteria penilaian yang digunakan untuk
dengan pandangan reformasi pendidikan sains penelitian karakter bangsa dalam penelitian ini
dewasa ini yang menekankan pada pentingnya
pendidikan sains bagi upaya meningkatkan pada rentang skor 0 5 adalah dari sesuai/cocok
tanggung jawab sosial (social responsible). (3,70) sampai sangat sesuai/cocok (5,00).
Berdasarkan latar belakang permasalahan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Tabel 1. Hasil Analisis Karakter Bangsa Berbasis
mendeskripsikan aspek-aspek karakter berbasis
nilai kearifan lokal beserta indikatornya, dan 2) Kearifan Lokal Bali (n=20)
mendeskripsikan model konseptual
pembelajaran fisika yang mampu N Aspek Karakter Indikator Rerata
mengembangkan karakter siswa berbasis o (skor
kearifan lokal Bali. maksim
al 5)
METODE PENELITIAN 1 RELIGIUS Merasakan 5,00
(Hubungan antara kekuasaan
manusia dengan Tuhan yang
Penelitian ini merupakan penelitian Tuhan dalamfilosofi telah
pengembangan selama 2 tahun, yaitu penelitian TRI HITA menciptakan
Reserach and Development (Borg and Gall, 1989) KARANA) berbagai
yang dimodifikasi menjadi lima langkah penting, Sikap dan perilaku keteraturan di
yaitu need asessment, perancangan prototipe yang patuh dalam alam semesta
model, ujicoba, validasi, dan desiminasi. Untuk melaksanakan Mengagumi 4,75
penelitian ini difokuskan pada studi analisis ajaran agama yang kebesaran
kebutuhan (need assesment) yang berupa penelitian dianutnya Tuhan atas
deskriptif dan bertujuan untuk menentukan dan fenomena-
menetapkan kondisi-kondisi, serta persyaratan fenomena fisika
empiris terhadap model dan sistem asesmen (gejala alam)
pembelajaran fisika untuk pengembangan yang
kreativitas berpikir dan karakter yang berbasis menakjubkan
nilai kearifan lokal Bali. dan
tersembunyi
Subjek penelitian ini adalah guru-guru fisika
Merasakan 4,67
SMA yang telah berpengalaman mengajar fisika kebesaran
di SMA minimal 10 tahun. Guru yang dijadikan Tuhan dengan
subjek dalam penelitian ini berjumlah berjumlah keberagaman
250 I.W. Suastra, B. Jatmiko / JPII 5 (2) (2017) 247-255 250

N Aspek Karakter Indikator Rerata N Aspek Karakter Indikator Rerata


o (skor o (skor
maksim maksim
al 5) al 5)
yang ada di benar
dunia Berbicara 4,67
Bersyukur 4,50 santun dengan
kepada Tuhan guru, pegawai,
atas kehidupan teman, dan
di dunia (alam) orang lain
ini Aktif dalam 4,50
2 BERKATA Mau 4,83 berbagai
BENAR DAN mengemukaka kegiatan sosial
BERBUAT JUJUR n sesuatu yang di sekolah
(Satyam = diyakinininya 4 DISIPLIN/TAAT Menaati 4,75
kebenaran; benar ATURAN perintah/petunj
Satyawacana) Tidak 4,83 Sikap dan uk guru
Perilaku yang menyontek tindakakan yang Menaati 4,67
didasarkan pada dalam menunjukkan prosedur kerja
upaya menjadikan mengerjakan perilaku terib dan laboratorium
dirinya sebagai setiap tugas patuh pada berbagai Menaati 4,58
orang yang selalu atau tes fisika ketentuan dan peraturan yang
dapat dipercaya Mau 4,75 peraturan sebagai berlaku di
dalam pikiran, mengungkapka siswa sekolah
perkataan, dan n tentang Selalu teliti dan 4,58
tindakan (Tri Kaya permasalahan Cilakramaning tertib dalam
Parisudha) yang aguron-guron mengerjakan
Cilakrama dialaminya Regveda I.27.13 tugas
Regveda X.37.2 dalam belajar Menghormati 4,58
Sarasamuscaya 147 fisika kepada guru dan orang
orang yang yang lebih tua
dipercayainya dan
seperti teman menyayangi
dan guru orang yang
Menghargai 4,75 lebih muda
fakta dalam 5 TANGGUNG Menggunakan 4,83
setiap JAWAB (SESANA waktu secara
penyelidikan, ATAU efektif untuk
meskipun SWADHARMA) menyelesaikan
berbeda dengan Rasa dan sikap tugas-tugas di
teori yang ada tanggung jawab kelas dan di
Mau mengakui 4,50 terhadap tugas dan luar kelas
kesalahan atas kewajibannya Mengerjakan 4,67
perbuatannya sebagai murid tugas fisika
yang dapat dalam mengatasi dengan teliti
merugikan berbagai hambatan dan rapi serta
dirinya belajar, tugas, dan mengumpulkan
maupun orang menyelesaikan tugas nya tepat
lain dengan sebaik- waktu
baiknya Selalu berusaha 4,67
3 TOLERANSI Senang 4,75 untuk mencari
(TATTWAMASI, membantu informasi
MENYAMA teman, guru, tentang materi
BRAYA) dan warga pelajaran fisika
Sikap persaudaraan sekolah lainnya dari berbagai
dan tindakan yang yang sumber
menghargai memerlukan 6 RASA INGIN Selalu 4,58
perbedaan, baik bantuan TAHU (SEKADI membaca buku
agama, suku, etnis, Mau 4,67 NYAMPAT keilmuan,sains,
pendapat, sikap, dan mendengarkan (MENYAPU), teknologi, dan
tindakan yang pendapat yang HILANG LUHU budaya
berbeda dari dirinya mungkin BUKE KATAH) Selalu ingin 4,42
berbeda Bertanya,mendiskus mencoba
dengannya ikan, dan ingin melakukan
Mau menerima 4,67 menyelidiki/menget penyelidikan
pendapat yang ahui berbagai terkait
berbeda dari peristiwa yang ada fenomena alam
teman lainnya di alam yang
bila berhubungan
diyakininya dengan fisika
251 I.W. Suastra, B. Jatmiko / JPII 5 (2) (2017) 247-255 251

N Aspek Karakter Indikator Rerata N Aspek Karakter Indikator Rerata


o (skor o (skor
maksim maksim
al 5) al 5)
Selalu ingin 4,08
mencari tahu 9 PEDULI DAN Merencanakan 4,58
jawaban lain BERSAHABAT dan
dari DENGAN melaksanakan
permasalahan ALAM(SEKADI berbagai
fisika yang MANIK RING kegiatan
dipecahkannya CACUPU) pencegahan
Selalu ingin 4,00 Sikap dan tindakan kerusakan
mendiskusikan yang selalu lingkungan
fenomena yang berupaya mencegah Mampu 4,58
unik dalam kerusakan mengambil
peristiwa yang lingkungan alam di keputusan yang
terjadi di alam sekitarnya dan tepat dalam
7 JENGAH Malu bila tidak 4,75 mengembangkan mencegah
Sikap dan perilaku bisa upaya-upaya untuk maupun
malu jika gagal atau menyelesaikan memperbaiki mengatasi
tidak bisa tugas-tugas kerusakan kerusakan
menyelesaikan tugas praktikum atau alam yang mudah lingkungan
maupun tugas lainnya terjadi alam
kewajibannya yang diberikan berdasarkan
oleh guru Atharwaveda nilai-nilai
Malu ketahuan 4,75 IX.10.12 ilmiah dan etik
menyontek Punya rasa 4,50
dalam empati dan
ulangan/ujian kepedulian
fisika terhadap
Malu jika tidak 4,42 perusakan
bisa lingkungan
memberikan akibat
jawaban, penerapan
solusi, dan sains dan
sumbangan teknologi
pikiran lainnya 1 MEREFLEKSI Selalu 4,50
dalam setiap 0 DIRI (MULAT merenungkan
pembelajaran SARIRA) perbuatan yang
atau diskusi Sikap dan tindakan telah
Malu jika 4,42 yang selalu dilakukannya
prestasi melakukan dan
belajarnya perenungan memperbaiki
mengalami terhadap pikiran, yang salah
penurunan perkataan, dan Tidak suka 4,00
8 SUKA BEKERJA Tekun 4,75 tindakan yang telah mencari-cari
KERAS DAN mengikuti dilakukan untuk kesalahan
DERMAWAN pembelajaran perbaikan di masa orang lain bila
Melakukan (penjelasan depan mengalami
pekerjaan sampai guru, membuat permasalahan
memperoleh hasil tugas, atau kegagalan
yang memuaskan diskusi/Tanya atas dirinya
dan setelah jawab)
memperolehnya
dapat digunakan Tekun 4,58
untuk membantu melakukan
orang lain yang kegiatan Tabel 1 menunjukkan bahwa ada 10 aspek
memerlukan laboratorium karakter baik/positif dari budaya lokal/kearifan
Atharwaveda XX.18.3 sampai tuntas lokal Bali yang bisa dikembangkan dalam
Atharwaveda III.24.5 dan mendapat pembelajaran fisika di sekolah, yaitu: religius,
hasil yang berkata benar dan berbuat jujur, toleransi,
memuaskan
disiplin/taat aturan, bertanggung jawab, rasa
ingin tahu, jengah, dan mulat sarira. Aspek-aspek
Suka menolong 4,00
karakter berbasis kearifan lokal Bali ini digali dari
atau membantu
teman yang sikap dan perilaku masyarakat dalam kehidupan
memerlukan sehari-hari yang dijiwai dari kitab suci Hindu
bantuan baik, seperti Begawad gita, Regveda, Atharwa veda,
pikiran, sarana, Silakramaning Aguron-guron, dan Tri Kaya
maupun dana Parisudha. Sumber lainnya juga diperoleh dari
252 I.W. Suastra, B. Jatmiko / JPII 5 (2) (2017) 247-255 252
filosofi yang berkembang dalam masyarakat Bali 3) Berdasarkan hasil analisis data ditemukan
yaitu Tri Hita Karana, yang berarti keharmonisan bahwa metode yang dapat dikembangkan untuk
antara manusia dengan Tuhan (religius), pembelajaran fisika adalah inkuiri/penyelidikan
manusia dengan sesama manusia lainnya, dan (rerata 4,75), diskusi/tanya jawab (rerata 4,63),
manusia dengan butha/alam semesta. Suja dan demonstrasi (rerata 4,38). Tahapan
(2000:56-57) mengatakan bahwa hubungan pembelajaran meliputi: (a) eksplorasi, (b)
manusia (Prajah) dengan Tuhan (Prajapati) pemusatan, (c) inkuiri/penyelidikan dari berbagai
didasarkan atas konsep Kawula Gusti, dalam perspektif (ilmiah, sosial-budaya, sejarah), (d)
artian Tuhan adalah Gusti (penguasa), sedangkan elaborasi, dan (e) konfirmasi dan refleksi. Alur
manusia adalah pelayan-pelayan Tuhan dengan pembelajaran fisika selanjutnya diperlihatkan
bhaktinya yang tulus.Hubungan manusia dengan sebagaimana tampak pada Gambar 1.
sesama manusia didasarkan pada konsep Tat
Twam Asi, yang mengajarkan bahwa sesama KEGIATAN AWAL
manusia adalah sama. Kita semua (tanpa dibatasi Guru mengucapkan salam dan
oleh label apapun) adalah bersaudara, va suduiva selanjutnya memimpin doa bersama
kutum bhakam. Sebagai sesama manusia kita sesuai agama dan kepercayaan yang
harus saling menyayangi, saling menghormati,
dianut sebelum pelajaran dimulai
dan saling melayani. Perlakukan orang lain,
Guru menyampaikan kompetensi dasar
sebagaimana engkau inginkan diperlakukan
orang lain kepada dirimu. Keserasian hubungan dan tujuan pembelajaran termasuk
manusia dengan alam mengambil perumpamaan karakter yang dikembangkan.
kadi manic ring cecupu. Manusia diumpamakan
sebagai manik (janin), sedangkan alam sebagai
cecupu (rahim). Konsep ini mengandung makna EKSPLORASI
bahwa manusia harus hidup dilingkupi oleh Siswa diminta untuk mengungkapkan
alam, dan dari alamlah manusia memperoleh ide/gagasan awal dan keyakinannya
makanan atau sarana untuk hidup. Dalam posisi
terhadap materi yang akan diajarkan
ini jelas tampak bahwa manusia hidup bebas
Guru tidak membenarkan atau
dalam keterikatan dengan alam. Manusia bebas
mengambil apa saja dari alam, tetapi dia wajib menyalahkan gagasan siswa
menjaga kelestariannya. Jika alam rusak, maka
manusia pasti akan hancur. Atas dasar itu,
manusia sudah selayaknya harus hormat
terhadap alam. Pustaka suci Weda menyatakan, PEMUSATAN
Bumi ini adalah ibu kita, kita adalah putra- Guru memfasilitasi dan menfokuskan
putranya (Atharwaveda, XII:1.12), serta Bumi masalah penyelidikan
adalah ibu, dan langit adalah ayah kita Siswa menyiapkan fasilitas penyelidikan
(Yayurveda XXV:17). Semua karakter berbasis yang dipandu dengan Lembaran Kerja
nilai kearifan lokal tersebut pada dasarnya Siswa (LKS)
diilhami dari pandangan alam semesta
masyarakat Bali seperti yang diungkapkan
Suastra (2017:43-44) yang menyatakan bahwa
spiritualitas terdapat di dalam unsur-unsur PENYELIDIKAN/INKUIRI
kosmos (bhuwana agung/makrokosmos) dan Siswa secara berkelompok (3-4 orang)
manusia sebagai unsur mikrokosmos (buana alit) heterogen melakukan penyelidikan di
serta manusia bertanggung jawab untuk menjaga laboratorium maupun di luar ruangan
keharmonisan hubungan dengan Tuhan, dari berbagai perspektif (ilmiah, sosial
manusia, dan alam di mana mereka berada. budaya, dan sejarah)
Temuan lainnya, seperti rasa jengah (perasaan Guru memfasilitasi dan mengases
malu kalau tidak berhasil) merupakan kata sehari- kinerja siswa dalam kegiatan
hari yang dipesankan orang tua jika mengerjakan penyelidikan
ELABORASI
sesuatu pekerjaan. Hendaknya dikerjakan secara
Siswa membuat laporan hasil
bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab
sehingga tidak menimbulkan rasa malu bagi diri penyelidikannya
sendiri, keluarga, dan masyarakat (desa). Rasa Siswa menyampaikan hasil
ingin tahu, diambil dari konsep nyanyian sebagai penyelidikannya di depan kelas dan
pesan dari para tetua (ayah, ibu, nenek, kakek) siswa lain diberikan kesempatan
kepada anak-cucunya, de ngaden awak bisa depang menyanggah atau memberi komentar
anake ngadanin, geginane buka nyampat, ilang luhu dengan santun
buke katah, wiadin ririh enu liu pelajahan. Artinya, Guru mengajukan pertanyaan-
jangan sombong kalau bisa, seperti halnya pertanyaan yang bersifat terbuka(open
menyapu, hilang sampah maka debu akan datang ended) untuk mengecek kompetensi
lagi. Biarpun pintar masih banyak yang harus dasar siswa dan memantau karakter
dipelajari karena ilmu itu tidak ada habis- siswa yang ditunjukkan siswa selama
habisnya. Jangan cepat puas terhadap ilmu yang pembelajaran
dimiliki. Dengan demikian, pesan utamanya
sebenarnya adalah belajarlah sepanjang hayat.
253 I.W. Suastra, B. Jatmiko / JPII 5 (2) (2017) 247-255 253
Mengajukan pertanyaan terbuka (open ended) dan
selalu memfasilitasi keingintahuan siswa dalam
konteks pembelajaran fisika. (5) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
KONFIRMASI
berbagai gagasan, pandangan, pemikiran dalam
Guru memberikan konfirmasi terhadap
berbagai bentuk, seperti tulisan, perkataan, dan
persoalan-persoalan yang muncul gambar. (6) Mendorong siswa untuk aktif
danbelum bisa dipecahkan siswa dalam melakukan penyelidikan dari berbagai perspektif
diskusi. (ilmiah, sosial budaya, sejarah) dan mencari
berbagai sumber yang relevan dalam
Guru memberikan penguatan atau memecahkan masalah. (7) Mendorong siswa
apresiasi terhadap siswa yang telah membentuk kelompok belajar yang heterogen
berkontribusi dalam diskusi (etnis, agama, ras, jenis kelamin, sosial ekonomi).
(8) Memberikan kesempatan kepada setiap siswa
untuk melaporkan/mempresentasikan hasil
KEGIATAN PENUTUP pemikiran atau penyelidikannya di depan kelas.
Guru mengajak siswa merangkum isi (9) Menilai kinerja dan karakter siswa dengan
pelajaran. bantuan rubrik penilaian dalam setiap kegiatan
Guru mengajak siswa melakukan pembelajaran secara kontinu. (10) Mendorong
refleksi diri (mulat sarira) terhadap siswa untuk selalu berprestasi dan memberi
perbuatan-perbuatan yang telah penghargaan yang tinggi terhadap kejujuran,
dilakukan baik terhadap diri sendiri tanggung jawab, dan etika. (11) Mendorong siswa
maupun orang lain untuk selalu peduli terhadap lingkungan alam,
Guru memberi tugas-tugas pengayaan sosial budaya, dan kecintaan terhadap bangsa
Gambar 1. Alur
kepada kegiatan pembelajaran fisika
siswa Indonesia. (12) Memberi peluang kepada siswa,
Mengakhiri dengan doa bersama dan pada setiap penggalan pembelajaran untuk
melakukan refleksi/mulat sarira terhadap proses
salam hasil analisis data dan sumber-
Berdasarkan dan hasil belajarnya.
sumber yang relevan, serta diskusi dengan guru
dan pakar yang relevan maka pembelajaran fisika
untuk mengembangkan karakter berbasis kearifan PENUTUP
lokal mengikuti tahapan: eksplorasi, pemokusan,
penyelidikan/inkuiri dari berbagai persepktif,
Terdapat sepuluh karakter berbasis kearifan lokal
elaborasi, dan konfirmasi. Metode yang paling
sesuai untuk pengembangannya adalah metode Bali yang dapat dikembangkan d dalam
penyelidikan/inkuiri. Metode inkuiri merupakan pembelajaran fisika di SMA. Karakter ini digali
metode yang paling tepat dalam mengembangkan dari berbagai sumber referensi, pesan-pesan para
keterampilan proses sains, kreativitas, berpikir orang tua kepada anak atau generasi berikutnya,
kritis, dan sikap-sikap ilmiah atau karakter ilmiah serta hasil disksui dari para tokoh masyarakat dan
(scientifics character) (Hairida, 2016; Harlen, 1992; guru yang berpengalaman mengajar lebih dari
Neuby, 2010; Sumaji, 1998; Suastra,dkk sepuluh tahun. Secara konseptual, tahapan
2011;Neka, dkk, 2015; Trowbridge & Bybee, pembelajaran fisika SMA untuk mengembangkan
1990; Wenning, 2005; Priyantini, dkk 2015; karakter berbasis kearifan lokal Bali meliputi:
Dwianto, dkk,2017). Dengan demikian, eksplorasi, pemusatan, inkuiri/penyelidikan,
pembelajaran fisika tidak hanya memfokuskan
elaborasi, dan konfirmasi. Perlu dilakukan
pada dimensi konsep, proses, dan aplikasi, tetapi
telah mengembangkan perluasan dimensi penelusuran yang lebih dengan melibatkan jumlah
pendidikan sains yaitu sikap positif, kreativitas, responsen dan wilayah yang lebih luas serta
dan hakikat sains itu sendiri (Enger & pengujian model pembelajaran secara empiris di
Yager,2000); yaitu fisika sebagai produk (Van sekolah. Perlu dilakukan kajian lanjutan
Manen, 2016), fisika sebagi proses (Van untukdapat mengetahui dampak dari model yang
Joolingen, de Jong, Lazonder, Savelsbergh, & dikembangkan terutama dalam mengembangkan
Manlove, 2005), dan fisika sebagai nilai-nilai karakter berbasis kearifan lokal.
(Ismail, Anwar, Ahmad, Selamat, & Ahmad,
2013; Loke & Chow, 2007).
Untuk mengembangkan karakter bangsa yang REFERENCES
berbasis kearifan lokaldalam proses pembelajaran
fisika, peran guru adalah sebagai berikut. (1) Abu, L., Mockhtar,M, Hassan, Z, Suhan, S.Z.D.
Memulai dan menutup kegiatan pembelajaran (2015). How to Develop Character Education
dengan berdoa bersama sesuai dengan agama of Madrassa Students in Indonesia. Journal of
atau kepercayaan yang dianutnya mengucapkan Education and Learning. Vol.9(1), pp.79-86.
syukur dan mohon tuntunannya sehingga Aisah, A.R. (2014). The Implementation of Character
pembelajaran berjalan lancar. (2) Memberi tugas Education Through Contextual Teaching and
masalah yang otentik dan disepakati bersama Learning at Personality Development Unit in
antara siswa dan guru. (3) Memberikan The Sriwijaya University Palembang.
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk International Journal of Education and Reserach.
mengungkapkan ide/gagasannya, meskipun Vol.2 No.10, Oktober 2014. 203-214.
berbeda dengan pada umumnya/ tidak lazim. (4)
254 I.W. Suastra, B. Jatmiko / JPII 5 (2) (2017) 247-255 254
Baker et al (1995). The Effect of Culture on the Lickona (1999). Character Education: Seven Crusial
Learning of Science in non-WesternCountries: Issue. Action in Teacher Education. 20(4):77-
The Results of a Integrated Research Review. 84.
International Journal Science Education. Vol.17.
Loke, A. J. Y., & Chow, F. L. (2007). Learning
Borg,W.R & Gall,M.D (1989). Educational Research. partnershipthe experience of peer tutoring
New York: Longman. among nursing students: A qualitative study.
Depdiknas. (2010). Pendidikan Karakter: Kumpulan Energi Journal of Nursing Studies, 44(2), 237-244.
Pengalaman Inspiratif. Jakarta: Depdiknas.
Dianti,P (2014). Integrasi Pendidikan Karakter dalam Lopes,J.Oliveira,C.Reed,L & Gable,R.A.(2013).
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Character Education in Portugal. Chilhood
untuk Mengembangkan Karakter Siswa. Jurnal Education. 89(5):286-289.
Pendidikan Ilmu Sosial (JPIS). Volume 23, No.1,
Edisi Juni 2014. Neuby,B. (2010). Inquiry Teaching in the College
Classroom. The Journal of Effective Teaching.
Dwianto, A, I.Wilujeng, K.Prasetyo,
10(1), 4-21.
I.G.P.Suryadarma. (2017). Development of
Science Domain Based Learning Media Tool
Neka, I,K. A.A.I.N.Marhaeni, I.W.Suastra. (2015).
Which is Integrated with Local Wisdom to
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Improve Science Process Skill and Scientific
Terbimbing Berbasis Lingkungan Terhadap
Attitude. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (JPII)
Keterampilan Berpikir Kreatif dan
Vol.6 (1). H.23-31.
Penguasaan Konsep IPA Kelas V SD
Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Gugus VIII Kecamatan Abang. e_Journal
Bandung: Penerbit Alpabeta. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha. 5: 1-11.
Enger, S. R., & Yager, R. E. (2000). Assesing student
understanding in science: A standards-based K- Priyantini, N.P.T. , Sadia, I.W, Suastra, I.W. (2015).
12 handbook. California: Corwin Press, Pengembangan Perangkat Pembelajaran
INC. Fisika SMA Bermuatan Karakter dengan
Geertz, C. (1992) Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: setting Model Sains Teknologi Masyarakat
Kanisius Press. dan Lingkungan untuk Meningkatkan
Gardner,H. (2007).Five Minds for The Future (Alih Karakter dan Keterampilan Berpikir Kreatif
Bahasa Tome Beka). Gramedia Pustaka Siswa. Jurnal Pendidikan IPA 5 (1).
Utama.
Gobyah, I. Ketut (2003) Berpijak Pada Kearifan local. Puniatmadja, I.B.O. (1994). ilakrama. Denpasar:
www.balipos.co.id. Upada Sastra.
Hairida, H. (2016). The Effectiveness Using Inquiry Sadia, I.W. (2008).Model Pembelajaran yang Efektif
Based Natural Science Module With untuk Meningkatkan Berpikir Kritis. Jurnal
Authentic Assessment to Improve The Pendidikan dan Pembelajaran Undiksha. No.
Critical Thinking and Inquiry Skills of 41(2): 219-23.
Junior High School Students. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia (JPII) Vol.5.No 2. Samani, M & Hariyanto. (2012). Konsep dan Model
Pendidikan Karakter. Bandung: Pt. Remaja
Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London: Rosdakarya.
David Fulton Publishers.

Irzik,G. (2001). Universalism, Multiculturalism, and Suastra,I W. (2005). Merekonstruksi Sains Asli
Science Education. Science Education. 85(1). (Indigenous Science) D
77-79. dalam Rangka Mengembangkan Pendidikan
Sains Berbasis Budaya Lokal di Sekolah.
Ismail, K. H., Anwar, K., Energi, S., Selamat, J. H., & Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri
Energi, A. (2013). Personality profile of Singaraja 3(1), 377-396.
students council: A comparative study
between genders. Asian Social Science, 9(4), Suastra, I.W dkk (2008). Pengembangan Penilaian
77. Otentik dalam Pembelajaran Fisika di SMU.
Laporan Penelitian PHK A2.
Koesoema A. D. (2009). Pendidikan Karakter di Zaman
Keblinger Mengembangkan Visi Guru sebagai Suastra, I.W. (2013). Pembelajaran Sains Terkini.
Pelaku Perubahan dan Pendidikan Karakter. Singaraja: Penerbit Undiksha.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. Suastra, I.W. (2010). Model Pembelajaran Sains
Berbasis Budaya Lokal untuk
Kusniati,M. 2012. Pendidikan Karakter Melalui Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains
Pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan IPA dan Nilai Kearifan Lokal di SMP. Jurnal
Indonesia (JPII) 1(2), 204-210. Pendidikan dan Pengajaran Jilid 43, No.1,
April 2010
Kusniati,M. 2014. Model Pembelajaran Sains Berbasis
Kearifan Lokal dalam Menumbuhkan Suastra,I.W.(2011). Pengembangan Karakter Bangsa
Karakter Konservasi. Indonesian Journal of Melalui Pendidikan Sains Berbasis Budaya
Conservation. 3(1), 67-74. Lokal. Makalah Disajikan pada Seminar
255 I.W. Suastra, B. Jatmiko / JPII 5 (2) (2017) 247-255 255
dengan tema Mengembangkan Pendidikan
Karakter di Sekolah Melalui Budaya Lokal,
Undiksha 14 September 2011.

Suastra, I.W. (2017).Balinese Local Wisdoms and their


Implications in Science Education at
School.International Research Journal of
Management, IT & Social Sciences
(IRJMIS)Vol. 4 Issue 2, March 2017, pages:
42~5.

Suja, I.W (2000). Titik Temu IPTEK dan Agama Hindu.


Surabaya: Pustaka Manik Geni.

Sumaji, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanis.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Trawbridge, L & Rodger W Bybee. (1990). Becoming a


Secondary School Science Teacher. London:
Merril Publishing Company.

Van Joolingen, W. R., de Jong, T., Lazonder, A.


W., Savelsbergh, E. R., & Manlove, S.
(2005). Co-Lab: research and
development of an online learning
environment for collaborative scientific
discovery learning. Computers in human
behavior, 21(4), 671-688.

Van Manen, M. (2016). Researching lived experience:


Human science for an action sensitive
pedagogy: Routledge.

Wenning,C.J. (2005). Level of Inquiry: Hirarchies of


pedagogical practice and inquiry processes.
Journal of Physic Teacher Education Online, 2(3),
3-11.
Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan.
Yogyakarta: Bigraf Publishing.
256 I.W. Suastra, B. Jatmiko / JPII 5 (2) (2017) 247-255 256
257 I.W. Suastra, B. Jatmiko / JPII 5 (2) (2017) 247-255 257

Tabel 2. Hasil Analisis Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal Bali (n=20)

NO Aspek Karakter Indikator Rerata


(skor
maksimal 5)
1 RELIGIUS (Hubungan antara Merasakan kekuasaan Tuhan yang telah 5,00
manusia dengan Tuhan menciptakan berbagai keteraturan di alam
dalamfilosofi TRI HITA semesta
KARANA) Mengagumi kebesaran Tuhan atas 4,75
Sikap dan perilaku yang patuh fenomena-fenomena fisika (gejala alam)
dalam melaksanakan ajaran yang menakjubkan dan tersembunyi
agama yang dianutnya Merasakan kebesaran Tuhan dengan 4,67
keberagaman yang ada di dunia
Bersyukur kepada Tuhan atas kehidupan di 4,50
dunia (alam) ini
2 BERKATA BENAR DAN Mau mengemukakan sesuatu yang 4,83
BERBUAT JUJUR (Satyam = diyakinininya benar
kebenaran; Satyawacana) Tidak menyontek dalam mengerjakan 4,83
Perilaku yang didasarkan pada setiap tugas atau tes fisika
upaya menjadikan dirinya Mau mengungkapkan tentang 4,75
sebagai orang yang selalu dapat permasalahan yang dialaminya dalam
dipercaya dalam pikiran, belajar fisika kepada orang yang
perkataan, dan tindakan (Tri dipercayainya seperti teman dan guru
Kaya Parisudha) Menghargai fakta dalam setiap 4,75
Cilakrama penyelidikan, meskipun berbeda dengan
Regveda X.37.2 teori yang ada
Sarasamuscaya 147 Mau mengakui kesalahan atas 4,50
perbuatannya yang dapat merugikan
dirinya maupun orang lain

3 TOLERANSI Senang membantu teman, guru, dan warga 4,75


(TATTWAMASI, MENYAMA sekolah lainnya yang memerlukan bantuan
BRAYA) Mau mendengarkan pendapat yang 4,67
Sikap persaudaraan dan mungkin berbeda dengannya
tindakan yang menghargai Mau menerima pendapat yang berbeda dari 4,67
perbedaan, baik agama, suku, teman lainnya bila diyakininya benar
etnis, pendapat, sikap, dan Berbicara santun dengan guru, pegawai, 4,67
tindakan yang berbeda dari teman, dan orang lain
dirinya Aktif dalam berbagai kegiatan sosial di 4,50
sekolah
4 DISIPLIN/TAAT ATURAN Menaati perintah/petunjuk guru 4,75
Sikap dan tindakakan yang Menaati prosedur kerja laboratorium 4,67
menunjukkan perilaku terib dan Menaati peraturan yang berlaku di sekolah 4,58
patuh pada berbagai ketentuan Selalu teliti dan tertib dalam mengerjakan 4,58
dan peraturan sebagai siswa tugas
Menghormati guru dan orang yang lebih 4,58
Cilakramaning aguron-guron tua dan menyayangi orang yang lebih muda
Regveda I.27.13
5 TANGGUNG JAWAB Menggunakan waktu secara efektif untuk 4,83
(SESANA ATAU menyelesaikan tugas-tugas di kelas dan di
SWADHARMA) luar kelas
Rasa dan sikap tanggung jawab Mengerjakan tugas fisika dengan teliti dan 4,67
terhadap tugas dan rapi serta mengumpulkannya tepat waktu
kewajibannya sebagai murid Selalu berusaha untuk mencari informasi 4,67
dalam mengatasi berbagai tentang materi pelajaran fisika dari berbagai
hambatan belajar, tugas, dan sumber
menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya

6 RASA INGIN TAHU Selalu membaca buku keilmuan,sains, 4,58


(SEKADI NYAMPAT teknologi, dan budaya
(MENYAPU), HILANG LUHU Selalu ingin mencoba melakukan 4,42
BUKE KATAH) penyelidikan terkait fenomena alam yang

Anda mungkin juga menyukai